Anda di halaman 1dari 14

AL-QUR’AN SURAT AN-NISA’ AYAT 1-5

TAJWID TENTANG MAD

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Pembelajaran PAI SMP

Dosen Pengampu: Rohmat Muzaki, M.Pd.

Disusun Oeh:

Zaini Kudori (2131384510074)

PRODI PAI

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI (IAIFA)

SUMBERSARI KENCONG KEPUNG KEDIRI JAWA TIMUR

2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah swt, karena dengan
rahmat dan ridhanya alhamdulillah saya sebagai penyusun masih diberi kesempatan
untuk membuat makalah dalam memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran PAI
SMP yang insyallah dapat bermanfaat bagi penyusun dan penerimanya amin.
Shalawat dan salam selalu di berikan kepada junjungan nabi besar kita NABI
MUHAMMAD SAW, karna dengan usaha beliau alhamdulillah kita dapat belajar
dan kenal agama hingga saat ini kita masih diberi kesempatan untuk duduk
dimajelismajelis yang mulia ini insyallah amin.

Saya sebagai penyusun sangat berterima kasih banyak kepada dosen


pengampu bapak Rohmat Muzaki, M.Pd.. dan juga dukungan dari teman-teman
saya semuanya. Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan dan sangat banyak kekuranganya dari berbagai segi
seperti tulisan dan bahasanya.

Oleh karena itu penyusun berharap kritik dan sarannya yang bersifat
membangun bagi kita semuanya khususnya bagi saya sebagai penyusun makalah
ini agar menjadi motivasi untuk semakin membaik dalam menyusun makalah
makalah yang ditugaskan nantinya. Dan penyusun berharap semoga kita bisa
mengambil manfaat dari makalah ini dan bisa kita ambil hikmahnya amin.

KEDIRI, 7 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2

A. Q.S An-Nisa’ Ayat 1-5 ............................................................................ 2


B. Tajwid Tentang Mad ............................................................................... 6

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 10

A. Kesimpulan .............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Surat An-Nisa’ merupakan surat yang diturunkan saat Nabi
Muhammad SAW hijrah dari Mekkah ke Madinah. Sehingga, surat
yang memiliki 176 ayat di dalamnya ini tergolong ke dalam surat
Madaniyyah.
Nama dari surat ini sendiri memiliki arti "wanita". Diberikan
nama tersebut karena di dalam surat An-Nisa ini banyak penjelasan
mengenai permasalahan-permasalahan yang dialami oleh Wanita.
B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi ini, dan agar tersusun secara sistematis
dan efisien, maka Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana isi Q.S An- Nisa’ Ayat 1-5?
b. Bagaimana Tajwid Tentang Mad?
C. Tujuan Pembahasan
Dari rumusan masalah diatas agar dapat selaras dengan apa yang
dibahas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Mengetahui Isi Q.S An-Nisa’ Ayat 1-5.
b. Mengetahui Tajwid Tentang Mad.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Isi Q.S An-Nisa’ Ayat 1-5


َّ َ‫وا َربَّكُ ُم ٱلَّذِى َخلَقَكُم مِن نَّفْ ٍس َٰ َوحِ دَةٍ َو َخلَ َق ِمنْ َها زَ ْو َج َها َوب‬
‫ث ِمنْ ُه َما ِر َج ااًل كَث ا‬
‫ِيرا‬ ُ َّ‫َٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلن‬
۟ ُ‫اس ٱتَّق‬
‫علَيْكُ ْم َرقِي ابا‬ َ ‫سا َٰٓ َءلُو َن ِبِۦه َو ْٱْلَرْ َح‬
َ َّ ‫ام ۚ ِإ َّن‬
َ ‫ٱَّلل كَا َن‬ َ َ ‫ٱَّلل ٱلَّذِى ت‬
َ َّ ‫وا‬ ۟ ُ‫سا َٰٓ اء ۚ َوٱتَّق‬
َ ‫َو ِن‬
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak.
Allah menjelaskan bahwa kitab suci merupakan petunjuk jalan
menuju kebahagiaan dan bahwa inti seluruh kegiatan adalah tauhid.
Pada surah ini, Allah juga menjelaskan bahwa untuk meraih tujuan
tersebut manusia perlu menjalin persatuan dan kesatuan, serta menanamkan
kasih sayang antara sesama.
Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya
kamu saling meminta pertolongan antar-sesama, dengan saling membantu,
dan juga peliharalah hubungan kekeluargaan dengan tidak memutuskan tali
silaturahmi.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu karena
setiap tindakan dan perilaku kamu tidak ada yang samar sedikit pun dalam
pandangan Allah.
Q.S An-Nisa’ Ayat 2

‫وا ٱلْ َخبِيثَ بِٱلطَّيِبِ ۖ َو ًَل ت َأْكُلُ َٰٓو ۟ا أ َ ْم َٰ َولَ ُه ْم إِلَ َٰ َٰٓى أ َ ْم َٰ َولِكُ ْم ۚ إِنَّهُۥ كَا َن ُحوباا كَبِ ا‬
‫يرا‬ ۟ ُ‫وا ٱلْيَ َٰت َ َم َٰ َٰٓى أ َ ْم َٰ َولَ ُه ْم ۖ َو ًَل تَتَبَدَّل‬
۟ ُ ‫َو َءات‬

Artinya, “Berikanlah harta anak-anak yatim itu kepada mereka. Jangan


kalian tukar harta yang haram dengan harta yang halal. Janganlah kalian
makan harta mereka (dengan cara dicampurkan) pada harta kalian. Sungguh
hal itu adalah dosa yang besar.”

Ayat ini mengandung empat (4) poin utama. Pertama, perintah untuk
memberikan harta anak yatim, yang otomatis mengandung larangan

2
menunda-nunda penyerahan harta anak yatim, yaitu ketika mereka sudah
baligh dan matang dalam urusan agama serta pengelolaan hartanya sesuai
dengan ayat:

‫شداا فَادْفَ ُعوا ِإلَيْ ِه ْم أ َ ْم َوالَ ُه ْم‬


ْ ‫ست ُ ْم ِمنْ ُه ْم ُر‬
ْ َ‫فَ ِإ ْن آن‬

Artinya, “Maka bila kalian melihat anak-anak yatim sudah matang (dalam
urusan agama dan pengelolaan hartanya), maka serahkanlah harta-harta
mereka kepadanya,” (An-Nisa’ ayat 6).

Kedua, larangan memakan harta anak yatim dengan menukar harta


yang buruk milik wali atau perawat anak yatim dengan harta yang baik milik
anak yatim. Sebagaimana tradisi Jahiliyah dimana para wali yatim sering
menukar kambing yang kurus miliknya dengan kambing milik anak yatim
yang gemuk, menukar dirham jelek milik mereka dengan dirham yang
bagus milik anak yatim. Tanpa beban pun mereka berkata, “Kami tukar
kambing dengan sesama kambing, dirham dengan sesama dirham.”

Ketiga, larangan bagi wali atau untuk mencampur hartanya dengan


harta anak yatim dengan tujuan memakan semuanya. Keempat, penegasan
bahwa memakan harta anak yatim adalah dosa besar.1

Q.S. An-Nisa’ Ayat 3

‫ فَإِ ْن خِ فْت ُ ْم أ َ ًَّل تَعْ ِدلُوا ف ََواحِ دَة ا أ َ ْو َما‬،َ‫اب لَكُ ْم ِم َن النِسَا ِء َمثْنَى َوث ُ ََلثَ َو ُربَاع‬
َ َ‫َوإِ ْن خِ فْت ُ ْم أ َ ًَّل تُقْ ِسطُوا فِي الْيَت َا َمى فَانْ ِكحُوا َما ط‬
‫َملَكَتْ أَيْ َمانُكُ ْم ذَلِكَ أَدْنَى أ َ ًَّل تَعُولُوا‬

Artinya, “Bila kalian khawatir tidak dapat berlaku adil terhadap anak-anak
yatim perempuan, maka nikahilah perempuan-perempuan yang kalian
sukai, dua, tiga atau empat. Lalu bila kalian khawatir tidak adil (dalam
memberi nafkah dan membagi hari di antara mereka), maka nikahilah satu
orang perempuan saja atau nikahilah budak perempuan yang kalian miliki.
Yang demikian itu lebih dekat pada tidak berbuat aniaya.”

1
Ahmad bin Muhammad As-Shawi, Hasyiyatus Shawi‘ ala Tafsiril Jalalain, [Beirut, Darul Fikr,
1424 H/2004 M], juz I, halaman 268).

3
menurut Sayyidah Aisyah RA konteks ayat ini adalah anak yatim
perempuan yang berada dalam perawatan walinya, lalu si wali tertarik
kecantikan dan harta anak tersebut sehingga ingin menikahinya dengan
mahar paling murah. Kemudian bila berhasil menikahinya, si wali akan
memperlakukannya dengan perlakuan yang buruk karena tidak akan ada
orang yang membelanya.

Dalam konteks seperti itulah pada ayat ini Allah menegaskan, “Bila
kalian khawatir akan berperilaku zalim terhadap anak-anak yatim
perempuan saat menikahinya, maka nikahilah perempuan selain mereka
yang kalian sukai.” Sederhananya, bila orang khawatir tidak berbuat adil
terhadap anak-anak yatim perempuan yang dirawatnya, maka jangan nikahi
mereka, akan tetapi nikahi wanita yang lain.

Menurut Ar-Razi, Konteks ayat ini adalah peringatan Allah kepada


para lelaki agar tidak terlalu beristri banyak. Karena bisa jadi ia justru akan
berbuat zalim dengan mengambil harta anak yatim yang dirawatnya untuk
memenuhi kebutuhan para istrinya.2

Q.S An-Nisa’ Ayat 4

‫ فَإِ ْن ِطبْ َن لَكُ ْم عَ ْن شَ ْي ٍء ِمنْهُ نَفْساا فَكُلُوهُ هَنِيئاا َم ِريئ اا‬،‫صدُقَاتِ ِه َّن نِحْ لَةا‬
َ ‫َوآتُوا النِسَا َء‬

Artinya, “Berikanlah wanita-wanita yang kalian nikahi maskawinnya secara


sukarela. Lalu bila mereka menyerahkan kepada kalian sebagian dari
maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah pemberian itu (sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.”

Surat An-Nisa ayat 4 ini mengandung dua hal pokok. Pertama,


kewajiban suami memberi maskawin kepada istri yang ditunjukkan
frasa ‫صدُقَاتِ ِه َّن نِحْ لَةا‬
َ ‫“وآتُوا النِسَا َء‬Berikanlah
َ wanita-wanita yang kalian nikahi
maskawinnya secara suka rela”. Namun ulama mufassir berbeda pendapat

2
Ar-Razi, Tafsir Al-Fakhr Ar-Razi, juz IX, halaman 177-178).

4
dalam memaknai kata nihlah. Apakah maknanya sebagai kewajiban,
sebagai pemberiaan dan hibah, atau dari kesenangan hati.

Sementara Abu Ubaidah menafsirkan kata “nihlah” dengan makna


dari kesenangan hati. Sebab kata “nihlah” secara bahasa tidak hanya
bermakna pemberian, namun pemberian tanpa imbalan apapun sehingga
substansi makna ayat adalah “Berikanlah kepada para wanita mahar-mahar
mereka karena hal itu merupakan pemberian dari kesenangan hati, atau dari
kerelaan.” Artinya, Allah memerintahkan suami untuk memberikan mahar
kepada istrinya tanpa tuntutan imbalan apapun darinya.3

Kedua, permasalahan pokok yang dijelaskan dalam Surat An-Nisa


ayat 4 adalah kebolehan suami memakan atau memanfaatkan maskawin
yang telah diberikan kepada istri bila memang diperkenan olehnya secara
sukarela.

Hal itu ditunjukkan dalam frasa ‫ع ْن شَ ْي ٍء ِمنْهُ نَفْساا فَكُلُوهُ هَنِيئاا‬


َ ‫فَإِ ْن ِطبْ َن لَكُ ْم‬
‫“ َم ِريئاا‬Lalu bila mereka menyerahkan kepada kalian sebagian dari maskawin
itu dengan senang hati, maka makanlah pemberian itu (sebagai makanan)
yang sedap lagi baik akibatnya.”

Imam Ahmad As-Shawi (1175-1241 H/1761-1852 M) menjelaskan,


maksud “makanlah” dalam ayat adalah pemanfaatan secara mutlak, tidak
terbatas pada makan. Artinya suami dapat memanfaatkan mahar yang telah
diberikannya kepada istri untuk berbagai kepentingan asal mendapatkan
kerelaan dari istri.

Q.S An-Nisa’ Ayat 5

‫َو ًَل تُؤْ تُوا السُّفَ َها َء أ َ ْم َوالَكُ ُم الَّتِي َجعَ َل هللاُ لَكُ ْم قِيَا اما َوارْ زُ قُوهُ ْم فِي َها َوا ْكسُوهُ ْم َوقُولُوا لَ ُه ْم قَ ْو اًل َمعْ ُروفاا‬

3
Fakhruddin Ar-Razi, Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah: 1421 H/2000 M], juz
IX, halaman 147).

5
Artinya, “Jangan berikan harta-harta (mereka yang diurus oleh) kalian, yaitu
harta yang Allah jadikan untuk kalian sebagai biaya hidup kepada anak-anak
yatim yang masih bodoh itu. Berikanlah mereka rezeki dalam harta tersebut;
berikanlah pakaian mereka; dan berkatalah kepada mereka dengan
perkataan yang baik.”

Para ulama mufassirin berbeda pendapat berkaitan konteks Surat


An-Nisa’ ayat 5. Apakah ditujukan untuk para wali yatim atau orang tua.
Pendapat pertama, menyatakan bahwa ayat ini ditujukan kepada wali yatim,
sehingga secara substansial Allah berfirman, “Wahai para wali yatim jangan
kalian berikan harta mereka yang kalian kelola dalam kondisi mereka masih
safih atau bodoh belum mampu mengelola harta.”

Adapun pendapat kedua menyatakan bahwa Surat An-Nisa’ ayat 5


ini ditujukan kepada orang tua, sehingga secara substansial Allah melarang
orang tua untuk memberikan harta anak-anaknya kepada mereka dalam
kondisi mereka belum mampu mengelola hartanya secara mandiri.

B. Tajwid Tentang Mad


Mad menurut bahasa adalah tambahan atau panjang. Mad, menurut
istilah ulama tajwid dan ahli bacaan (ahli qiraat) adalah memanjangkan
suara bacaan huruf Al-Qur’an disebabkan adanya huruf "Mad" sesuai
aturan-aturan yang berlaku. Mad dibagi menjadi 2 yaitu mad ashli dan mad
far’i.
Mad Asli atau Mad Thob'i adalah memanjangkan bacaan di
karenakan ada huruf mad dan tidak ada sebab yang dapat mengubah
keasliannya. Diberi nama Mad Thobi’i karena madnya berlaku sesuai tabi’at
aslinya, sehingga disebut juga dengan “Mad Asli” . Ukuran panjangnya
adalah 2 harakat/ketukan contoh Contoh mad thabi i misalnya َ‫ِإيَّاك‬
(Iyyaaka), ‫( اَع ُۡو ُذ‬Audzuu), dan ‫( فِي َها‬Fiihaa).
Hukum Mad Thobi’i ini berlaku ketika:
• Huruf hijaiyah dengan harakat Fathah bertemu dengan huruf
hijaiyah Alif

6
• Huruf hijaiyah dengan harakat Kasrah bertemu dengan huruf
hijaiyah Ya Sukun
• dan huruf hijaiyah dengan harakat Dhammah bertemu dengan huruf
Waw sukun
Mad Far’i atau mad cabang, mad far’i ada banya pembagianya
berdasarkan pengaruh karena hamzah atau sukun. Berikut beberapa cabang
mad far’i
1. Mad Wajib Muttasil
Mad Wajib Muttasil terjadi apabila mad asli atau mad thobi'i
bertemu dengan huruf hamzah ( ‫ ) ء‬dalam satu kata /kalimat. Cara
membaca mad wajib muttasil adalah mad di panjangkan menjadi 4 atau
5 harakat. Contoh ‫سو ُُء أ َ ْع َمالِ ِه ْم‬
ُ ‫ لَ ُه ْم‬Alasannya: Ada mad thabi’i bertemu
hamzah berharakat damah. Dan ‫ َجآ َء‬- ‫سَ َوآ ٌء‬
2. Mad Ja’iz Munfasil
Mad Ja’iz Munfasil terjadi apabila mad asli atau mad thobi'i bertemu
dengan huruf hamzah ( ‫ ) ء‬dalam dua kata. Cara membaca Mad Ja’iz
Munfasil adalah mad di panjangkan menjadi 4 atau 5 harakat. Contoh
‫ قُ َْٰٓوا اَنْفُسَكُ ْم‬Mad thabi'i bertemu hamzah berharakat fathah dalam dua kata
yang terpisah.
3. Mad Lin
Mad Lin atau Mad Layyin terjadi di huruf berbaris atas (fathah dan
dhomah) bertemu dengan huruf ya ) ‫( ي‬atau wau ) ‫( و‬bertanda sukun,
sedangkan di depannya lagi ada satu huruf lagi yang di matikan karena
waqaf (berhenti). Atau dalam bahasa penjelasan yang lebih mudah,
adalah bacaan miring (lin) bertemu satu huruf yang di matikan karena
waqof (berhenti). Yang di maksud bacaan miring (lin) adalah bacaan
yang berbunyi seperti
"Ai" = fathah bertemu ya,
"Au" = fathah bertemu wau.
Mad Lin atau Mad Layyin terjadi hanya jika berhenti (waqaf). Cara
membaca Mad Lin atau Mad Layyin adalah di panjangkan 2, 4 atau 6

7
harakat. Jika anda bertanya jadi 2, 4 atau 6 harakat ? ya, anda boleh
pilih yang mana saja, hanya saja anda harus konsisten pada pilihan
pertama jika anda menemukan bacaan serupa hingga akhir bacaan.
َ ‫ذَلِكَ الْ ِكتَابُ ًَل َري‬
Contoh ‫ْب‬
4. Mad Badal
Mad Badal terjadi jika hamzah ( ‫ ) ء‬bertemu dengan huruf-huruf
mad. Cara membaca Mad Badal adalah di panjangkan 2 harakat.
۟ ُ‫إِنَّ ُه ْم كَان‬
Contoh ‫وا ًَل يَرْ ُجو َن حِ سَاباا‬
5. Mad Tamkin
Mad Tamkin adalah mad pada huruf ya ( ‫ ) ي‬yang bertasydid dan
juga berkasroh ( ‫)ِ ي‬, Cara membaca Mad Tamkin adalah dengan
ِ ‫َاب ْاْلَب َْر‬
panjang 2 harakat. Contoh ‫ار لَفِي عِلِيِي َن‬ َ ‫ك َََّل إِ َّن ِكت‬
6. Mad ‘iwadh
Mad 'iwad terjadi jika berhenti (waqaf) pada huruf yang berbaris
fathatain ( ً ). Kecuali pada huruf ta marbuthah (.‫)ة‬. Cara membaca Mad
'iwadh adalah tanwin (an) di hilangkan dan di baca seperti fatha biasa
(a) dengan panjang 2 harakat. Contoh ‫اَفْ َوا اجا‬
7. Mad Arid lissukun
Mad Arid Lissukun terjadi di ketika berhenti (waqof) di akhir ayat
sehingga mematikan huruf terakhir sedang sebelum huruf yang
dimatikan tersebut terdapat mad asli. Cara membaca Mad Arid
Lissukun kadar panjang bacaannya adalah 2, 4 atau 6 harakat. Contoh
َ ‫لَكُ ْم ِديْنُكُ ْم َول‬
‫ِي ِديْ ِن‬
8. Mad farq
Mad farq adalah mad yang terhasil dari pertemuan mad badal dan
huruf yang bertasydid. Dinamakan mad farq karena untuk membedakan
bahawa hamzah tersebut adalah hamzah untuk bertanya "apakah?".
Juga dikenali dengan nama mad istifham (pertanyaan). Cara membaca
Mad farq kadar panjang bacaannya adalah 6 harakat. Contoh ‫ءَٰٰۤ الذَّك ََريْ ِن‬
9. Mad Silah Qasirah

8
Mad Silah Qasirah mad yang terjadi apabila “ha dhamir” (kata ganti)
berada di antara dua huruf yang berbaris ( bukan huruf mati). Cara
membaca Mad Silah Qasirah kadar panjang bacaannya adalah 2
harakat. Contoh ‫فَا ُ ُّم ٗه هَا ِويَة‬
10. Mad Silah Tawilah
Mad Silah Tawilah adalah mad yang terjadi jika “ha dhamir” (kata
ganti) bertemu huruf hamzah yang berbaris dan huruf sebelum "ha
dhamir" tersebut juga berbaris. Cara membaca Mad Silah Tawilah
kadar panjang bacaannya adalah 4 atau 5 harakat. Contoh ‫عَذَابَهُۥَٰٓ أ َ َحد‬
11. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi
Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi terjadi apabila mad asli bertemu
dengan huruf bertasydid dalam satu kata. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi
di baca panjang 6 harakat. Contoh ‫ضآَٰلِ ۡي َن‬
َّ ‫َو ًَل ال‬
12. Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi
Mad Lazim Mukhaffaf Kilmi terjadi apabila huruf mad bertemu oleh
ٰۤ
huruf yang berbaris sukun dalam satu kata. Contoh ‫َٰا ْل َٰـٰٔ َن‬
13. Mad Lazim Mutsaqqal Harfi
mad yang terdapat pada huruf-huruf tertentu yang di eja di
permulaaan surah , dan dari suara ejaan tersebut terdapat mad yang di
ikuti mim atau nun sukun dan kemudian bertemu dengan mim. Mad
Lazim Muthaqqal Harfi di idghamkan dan di baca panjang 6 harakat.

ٓ ‫ٰط‬
Huruf-hurufnya adalah lam, mim, syin. Contoh ‫س ٓم‬
14. Mad Lazim Mukhaffaf Harfi
Mad Lazim Mukhaffaf Harfi terjadi apabila membaca huruf-huruf tunggal
yand di eja (di baca nama hurufnya) pada awal surah-surah dalam AlQur’ an.
Huruf-hurufnya adalah: kha (‫ )ح‬Ya’ (‫ )ي‬Tha’ (‫ )ط‬Ha’ (‫ )ه‬dan Ro’ (‫)ر‬. Contoh
‫س‬ َٰ ‫َٰس‬
ٰۤ ‫ط‬, ٰۤ ‫ي‬.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. surat An-Nisa’ banyak penjelasan mengenai permasalahan-
permasalahan yang dialami oleh Wanita. Dan perilaku yang harus
dilakukan kepada anak yatim.
2. Mad adalah memanjangkan suara bacaan huruf Al-Qur’an disebabkan
adanya huruf "Mad" sesuai aturan-aturan yang berlaku. Mad dibagi
menadi 2 yaitu mad Ashli dan man far’i.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ar-Razi Fakhruddin, Mafatihul Ghaib, [Beirut, Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah:


1421 H/2000 M], juz IX

Ar-Razi, Tafsir Al-Fakhr Ar-Razi, juz IX

Muhammad ahmad As-Shawi, Hasyiyatus Shawi‘ ala Tafsiril Jalalain, [Beirut,


Darul Fikr, 1424 H/2004 M], juz I

https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_7SN0090934
.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai