Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TAFSIR DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM


Q.S AL-BAQARAH: 44 DAN Q.S AN-NISA: 9

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok

Mata kuliah: Tafsir Tarbawiy

Dosen pengampuh: Muh. Syahrul Mubarak S.Th.I. M.Ag

Disusun oleh kelompok 10:

Hayatun Muthmainnah : (2021010101139)

Melsa Wulandari : (2021010101156)

Umi Ulfia Ningsih : (2021010101237)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIAYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI

TAHUN PELAJARAN

2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirah Allah Subhanahu
wata’ala yang telah menganugerahkan kepada kita, sekian banyak nikmat, mau’nah,
inayah serta hidayah-Nya. Sehingga dengan itu semua kita mampu menjalankan
segala bentuk amanah yang dibebankan kepada kita, sekaligus kita mampu
meningkatkan kwalitas diri dan ujud manusiawi kita yang nota bene sebagai
khalifatullah di muka bumi ini.
Sholawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, nabi
Agung Muhammad SAW yang telah mengajarkan kita bagaimana seharusnya
mengarungi kehidupan ini, sehingga nantinya kita bisa meraih derajat
“sa’adah”,bahagia dunia-akhirat.
Ucapan terimakasih yang tiada terhingga, penulis sampaikan kepada bapak
dosen atas segala bimbingan, arahan dan ilmu yang disampaikan, semoga amal
ibadah bapak dicatat oleh Allah SWT sebagai amal jariyah yang pahalanya tiada
terputus, amien.
Selanjutnya, syukur Alhamdulillah, makalah yang berjudul “Tafsir dan Nilai-
nilai pendidikan yang terkandung dalam Qs. Al-Baqarah: 44 dan Qs. An-nisa:
9” ini dapat terselesaikan, meskipun masih banyak terdapat kekurangan disana-sini.
Dengan harapan setelah dipresentasikan, kekurangan yang ada bisa ditambahi dan
disempurnakan. Demikianlah, semoga makalah ini bisa memberikan manfaat
hususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.

Wassalamualaikum wr.wb.

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I

1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................4

B. Rumusan masalah...........................................................................................5

C. Tujuan penulisan.............................................................................................5

BAB II

2. PEMBAHASAN

A. Ayat dan terjemahan Q.S Al-Baqarah: 44 dan Q.S An-nisa 9..........................6-7

B. Tafsir Q.S Al-Baqarah: 44 dan Q.S An-nisa 9................................................7-12

C. Nilai-nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S Al-Baqarah: 44 dan Q.S


An-nisa: 9 .......................................................................................................13-
16

BAB III

3. PENUTUP

A. DAFTAR PUSTAKA....................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam, sekalipun tidak memberikan
petunjuk langsung tentang suatu bentuk masyarakat yang dicita-citakan di masa
mendatang, namun tetap memberikan petunjuk mengenai ciri-ciri dan kualitas
suautu masyarakat yang baik, walaupun semua itu memerlukan upaya penafsiran
dan pengembangan pemikiran. Disamping itu, Al-Qur’an juga memerintahkan
kepada umat manusia untuk memikirkan pembentukan suatu masyarakat dengan
kualitas-kualitas tertentu dengan begitu menjadi sangat mungkin bagi umat Islam
untuk membuat suatu gambaran masyarakt ideal berdasarkan petunjuk Al-Qur’an.
Karena persaudaraan yang diperintahkan Al-Qur’an tidak hanya tertuju
kepada sesame muslimm namun juga kepada sesame warga masyarakat non
Muslim. Maka tujuan pokok Al-Qur’an adalah moral, fazrul Rahman menjelaskan
bahwa ajaran moral tersebut lebih menekankan pada kegiatan sosial dalam bidang
ekonomi dan egalitarisme (anggapan bahswa setiap orang mempunyai kedudukan
yang sama dan sederajat). Keadilan dan egalitarisme ini Nampak pada setiap ayat
di dalam Al-Qur’an yaitu pada surah Al- Baqarah ayat 44 yang menerapkan
tentang pentingnya bersosialisasi antar sesama.
Pendidikan Islam memiliki tujuan membentuk manusia yang berkualitas,
memiliki akhlak yang mulia, pendidikan Islam juga sangat penting bagi anak
karena dapat mendidik anak dalam mencapai impiannya. Dipengaruhi dan
berpengaruh terhadap lingkungan. Lingkungan yang paling utama adalah
keluarga, bagaimana orang tua terutama ibu membimbing anaknya agar siap
untuk menghadapi kehidupan di zaman sekarang dan zaman yang akan datang.
Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan karakter menjadi tugas bagi
keluarga, masyarakat dan pemerintah Mempersiapkan generasi Muslim yang
tangguh. Pada surah An-Nisa ayat 9 yang mengharuskan setiap umat tidak

iv
meninggalkan dibelakang mereka generasi yang lemah tak berdaya dan tak
memiliki daya saing dalam kompetensi kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penafsiran Q.S Al-Baqarah 44 dan Q.S An-Nisa 9?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S Al-Baqarah
44 dan Q.S An-Nisa 9?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penafsiran Q.S Al-Baqarah 44 dan Q.S An-Nisa 9
2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S Al-
Baqarah 44 dan Q.S An-Nisa 9

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ayat QS. Al-Baqarah 44 dan An-Nisa 9
1. Al-Baqarah : 44
٤٤ ‫َأَتْأُمُر وَن ٱلَّناَس ِبٱْلِبِّر َو َتنَس ْو َن َأنُف َس ُك ْم َو َأنُتْم َتْتُلوَن ٱْلِكَتٰـَب ۚ َأَفاَل َتْع ِق ُلوَن‬ 

Artinya: Mengapa kalian menganjurkan orang lain (mengerjakan) kebajikan,


sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab
(Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?
 Kosa kata Qs. Al-Baqarah : 44

‫َأنُف َس ُك ْم‬ ‫َو َتنَس ْو َن‬ ‫ِبٱْلِبِّر‬ ‫ٱلَّناس‬ ‫َأَتْأُمُر وَن‬


Diri kalian Dan kalian Dengan (berbuat) manusia Mengapa kalian
sendiri melupakan kebajikan menyuruh

‫َتْع ِق ُلوَن‬ ‫َأَفاَل‬ ‫ٱْلِكَٰت َۚب‬ ‫َتْتُلوَن‬ ‫َو َأنُتْم‬


Kalian Maka tidakkah Al-kitab Kalian membaca Dan kalian
menggunakan
akal
2. An-Nisa: 9
٩ ‫َو ْلَيْخ َش ٱَّلِذ يَن َلْو َتَر ُك و۟ا ِم ْن َخ ْلِف ِه ْم ُذِّر َّيًۭة ِض َعٰـًف ا َخ اُفو۟ا َعَلْيِه ْم َفْلَيَّتُقو۟ا ٱلَّلَه َو ْلَيُقوُلو۟ا َقْو ًۭل ا َس ِد يًد ا‬ 

Artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya


mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata
yang benar.1

 Kosa kata An-Nisa:9

1
Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen Agama RI). 2003

6
‫ِف‬ ‫ِم‬ ‫َّلِذ‬
‫َخ ْل ِه ْم‬
‫ُك و۟ا‬
‫ْن‬ ‫َتَر‬ ‫َلْو‬ ‫ٱ يَن‬ ‫َو ْلَيْخ َش‬
Belakang Dari Perut mereka Ke Orang- Dan
mereka dalam orang hendaklah
yang takut

‫ٱلَّلَه‬ ‫ْل َّتُقو۟ا‬


‫َف َي‬ ‫َعَلْيِه ْم‬
‫َخ اُفو۟ا‬ ‫ِض َٰع ًف ا‬ ‫ُذِّر َّيًة‬
Allah Maka Atas mereka Mereka Lemah Keturunan
bertakwalah khawatir anak-anak

‫َس ِد يًد ا‬ ‫َقْو اًل‬ ‫ْل ُقوُلو۟ا‬


‫َو َي‬
Yang benar Perkataan Dan hendaklah mereka mengatakan

B. Tafsir Q.S Al-Baqarah 44 dan An-Nisa 9


1. Tafsir Q.S Al-Baqarah 44
a. Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt berfirman, “Bagaimana itu pantas bagi kalian, wahai, Ahli
Kitab, kalian menyuruh manusia untuk berbuat kebajikan (yaitu bersama-sama
melakukan kebaikan) sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri. Kalian
tidak melaksankan perintah yang kalian berikan kepada manusia, padahal kalian
padahal kalian membaca kitab dan mengetahui isinya, namun kalian tidak
melakukan ketaatan kepada perintah Allah? (Maka tidaklah kamu berfikir?) apa
yang telah kalian kerjakan atas diri kalian sendiri! Jadi berhati-hatilah terhadap
kelalaian kalian dan perhatikanlah ketidaktahuan kalian. Hal ini seperti yang
dikatakan oleh Qatadah tentang firman Allah SWT: (mengapa kamu suruh orang
lain (mengerjakan) kebaiktian, sedang kamu melupakan dirimu sendiri) yaitu
bahwa Bani Israil menyuruh orang lain untuk taat dan takwa kepada Allah, serta
berbuat kebajikan, namun mereka melakukan sesuatu yang bertentangan. Maka
Allah memberi peringatan kepada mereka. Begitu juga yang dikatakan oleh As-
Suddi. (Padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)) maknanya adalah kalian

7
melarang orang lain dari mengingkari apa yang ada pada kalian berupa
nubuwwah, dan perjanjian dalam kitab Taurat, sementara kalian
meninggalkannya. Maknanya yaitu kalian mengingkari isinya mengenai janji
yang aku berikan kepada kalian untuk membenarkan rasulKu, dan kalian
melanggar janjiKu, serta menolak apa yang kalian ketahui dari kitabku.
Tujuannnya adalah bahwa Allah Swt. mengecam mereka atas tindakan ini
dan memperingatkan kesalahan mereka terhadap diri mereka sendiri, karena
mereka memerintahkan orang lain untuk berbuat kebajikan tapi mereka sendiri
tidak melakukannnya. Dan tujuannya bukan untuk mengecam perintah mereka
untuk berbuat kebajikan sementara mereka meninggalkannya, melainkan
mengecam tindakan mereka yang meninggalkannya, karena perintah berbuat
kebajikan itu baik dan itu merupakan sesuatuyang wajib bagi orang yang
berilmu. Akan tetapi, kewajiban yang lebih utama bagi orang yang berilmu
adalah melaksanakannya bersamaan dengan memberikan perintah tentang hal itu
kepada orang lain untuk melaksanakannya, dan janganlah melakukan hal yang
bertentangan dengan mereka.
Malik mengutip dari Rabi'ah,”Saya mendengar Sa'id bin Jubair
berkata:"Jika seseorang tidak memerintahkan berbuat kebaikan dan tidak
melarang berbuat kemungkaran, sehingga tidak ada manfaat apa pun, maka tidak
ada seorang pun yang memerintahkan berbuat kebaikan dan tidak melarang
kemungkaran. "Malik berkata dan benar, lalu siapa yang tidak memiliki manfaat
apa pun? Saya berkata, Akan tetapi (dalam kondisi ini) dia akan dikritik karena
mengabaikan ketaatan dan berbuat maksiat, karena dia mengetahui hal itu dan
melakukan hal sebaliknya dengan penuh kesadaran; dan dia tidak sama dengan
orang yang tidak tahu." 2
2. Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI
Selanjutnya, setelah memerintahkan shalat dan zakat, ayat ini mengecam
pemuka-pemuka yahudi yang sering kali memberi tuntunan kepada orang lain
2
Abdul Ghoffar, “Tafsir Ibnu Katsir 1 a.Pdf,” 2000.

8
agar berbuat baik, tetapi melakukan sebaliknya dan melupakan diri mereka.
Mengapa kamu, bani israil atau pemuka-pemuka yahudi, menyuruh orang lain,
baik yang seagama dengan kamu maupun orang-orang musyrik atau siapa saja,
untuk mengerjakan kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri dan
tidak menyuruh dirimu sendiri untuk melakukan kebajikan itu’ kamu melakukan
hal itu, padahal kamu membaca kitab taurat’ tidakkah kamu mengerti dan berakal
sehingga memiki kendali yang menghalangi kamu terjerumus kedala dosa dan
kelulitan’ meski pembicaraan pada ayat ini ditujukan orang-orang yahudi, nasihat
yang terkandung di dalamnya juga berlaku bagi kaum muslim, apalagi para
pemuka agama, yakni hendaknya mengingatkan diri sendiri lebih dahulu sebelum
mengajak orang lain berbuat baik dan mohonlah pertolongan kepada Allah
dengan penuh sabar, dengan memelihara keteguhan hati dan menjaga ketabahan,
serta menahan diri dari godaan dalam menghadapi hal-hal yang berat, dan juga
dengan melaksanakan shalat. Dan shalat itu sungguh amat berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyuk dan tunduk hatinya kepada Allah. Mereka adalah
orang-orang yang yakin bahwa mereka akan menemui tuhannya, dan bahwa
mereka akan kembali kepada-Nya. 3
b. Tafsir as-Sa’di/ Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, pakar tafsir abad
14 H
“Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebajikan”, yakni dengan
keimanan dan kebajikan, “sedang kamu melupakan diri (kewajiban) sendiri,”
maksudnya kalian kalian meninggalkannya padahal kalian memerintahkannya
lepada orang lain, padahal kamu membaca al-kitab (Taurat)? Maka tidakkah
kamu berpikir? Dinamakan akal itu karena ia dipakai untuk berfikir kepada
kebaikan yang bermanfaat untuknya, dan sadar dengannya dari hal-hal yang
memudaratkan dirinya, dan hal tersebut dibuktikan bahwa akal menganjurkan
kepada pemiliknya untuk menjadi orang yang pertama menunggalkan apa yang
dialarang. Maka barang siapa yang memerintahkan orang lain kepada kebaikan
3
Kementerian Agama RI, Tasir Ringkasan Al- Qur’an Al- Karim Jilid I, 2016.

9
lalu dia tidak melakukannya atau melarang dari kemungkaran namun dia tidak
meninggalkannya, maka hal itu menunjukkan tidak adanya akal padanya dan
kebodohannya, khusunya bila dia telah mengetahhui akan hal itu, dan hujjah
benar telah tegak atasnya. Dan ayat ini walaupun turun terhadap Bani Israil
namun ia bersifat umum kepada setiap orang. Sesuai firman Allah:
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. As-Shoff: 2-3)
Dalam ayat ini tidak ada suatu indikasi pun yang menunjukkan bahwasanya
seseorang bila tidak melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, maka dia
boleh meninggalkan ajakan kepada kebaikan dan melarang dari yang munkar,
karena ayat itu menunjukkan suatu kecaman berkaitan dengan kedua kewajiban
tersebut. Bila tidak seperti itu, maka suatu hal yang telah diketahui bahwasanya
setiap manusia memiliki dua kewajiban yaitu memerintah orang lain dan
melarangnya, dan memerintah dirinya sendiri dan melarangnya.
Maka meninggalkan salah satu dari kedua kewajiban itu bukanlah suatu
keringanan untuk meninggalkan yang lainnya, karena idealnya adalah seseorang
mampu melakukan kedua kewajiban itu dan demikian juga sangat aib sekali bila
seseorang meninggalkan keduanya. Adapun jika dia melakukan salah satu dari
kedua kewajiban itu tanpa lainnya, maka dia tidaklah dalam posisi yang ideal dan
tidak pula pada posisi sangat aib.
Lebih dari itu, manusia memang diciptakan dengan kecenderungan tidak
respek untuk tunduk kepada orang yang perbuatannya bertentangan dengan
perkataannya, maka peniruan mereka dengan perbuatan adalah lebih kuat
dapipada peniruan mereka dengan sekedar perkataan saja. 4
3. Tafsir Q.S. An-Nisa 9
4
Abdurrahman Nashir As-Sa’di, “Taisir Al-Quran Al-Karim Fi Tafsir Kalam Al-Manan,”
Resalah Publishers, 2002, https://ia601606.us.archive.org/17/items/SyaikhAsSidi-
TaisirKarimirRahmanFiiTafsirKalamilMannan/SyaikhAsSidi-
TaisirKarimirRahmanFiiTafsirKalamilMannan.pdf.

10
a. Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh,
Dan hendaklah merasa takut orang-orang yang sekiranya mereka mati dan
meninggalkan anak-anak yang masih kecil lagi lemah serta dikhawatirkan akan
terlantar. Maka seharusnya mereka bertakwa kepada Allah dalam mengurus
anak-anak yatim yang berada di bawah perwaliannya dengan tidak menzalimi
mereka, agar setelah mereka mati, Allah menyediakan orang yang mau berbuat
baik kepada anak-anak mereka sebagaimana mereka berbuat baik kepada anak-
anak yatim tersebut. Dan seharusnya mereka berbuat baik terhadap hak anak-
anak dari orang yang mereka hadiri wasiatnya. Yaitu mengucapkan kata-kata
yang tepat kepadanya agar ia tidak membuat wasiat yang menzalimi hak ahli
warisnya setelah kematiannya, dan tidak menutup dirinya sendiri dari kebaikan
dengan tidak membuat wasiat sama sekali.
b. Tafsir Ibnu Katsir
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan Ibnu Abbas, dia berkat,“Hal ini
mengenai seseorang yang mendekati ajalnya, lalu seseorang mendengar
wasiatnya yang akan merugikan ahli warisnya. Lalu Allah memerintahkan orang
yang mendengar wasiat itu agar bertakwa kepada Allah, memberi bantuan, dan
menuntun ke jalan yang benar. Lalu dia memperlakukan ahli warisnya
sebagaimana dia ingin memperlakukan dengan baik kepada ahli warisnya sendiri
ketika khawatir terhadap mereka yang lemah. Demikian juga dikatakan oleh
Mujahid dan lainnya.
Disebutkan dalam hadits shahih Bukhari Muslim bahwa Rasulullah SAW
ketika mengunjungi Sa'ad bin Abi Waqqas, Sa'ad berkata, "Wahai Rasulullah,
aku memiliki banyak harta, namun tidak ada yang mewarisiku kecuali seorang
anak perempuanku, apakah aku boleh menyedekahkannya dengan dua pertiga
hartaku?“ Rasulullah SAW bersabda; “Jangan”, dia bertanya; “Ataukah
setengahnya? “ Beliau bersabda: “Jangan,” dia bertanya,”Atau sepertiga?” beliau
bersabda: “Sepertiga. Sepertiga itu sudah banyak” Kemudian Rasulullah SAW

11
bersabda,”Kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik
daripada kamu meninggalkan mereka miskin lalu meminta-minta manusia” 5
c. Tafsir ringkas kementrian Agama RI
Setelah menjelaskan anjuran berbagi sebagian dari harta warisan yang
didapat kepada kerabat yang tidak mendapatkan bagian, ayat ini memberi anjuran
untuk memperhatikan nasib anak-anak mereka apabila menjadi yatim. Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan
keturunan di kemudian hari anakanak yang lemah dalam keadaan yatim yang
belum mampu mandiri di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap
kesejahteraan-Nya lantaran mereka tidak terurus, lemah, dan hidup dalam
kemiskinan. Oleh sebab itu, hendaklah mereka para wali bertakwa kepada Allah
dengan mengindahkan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan hendaklah
mereka berbicara dengan tutur kata yang benar, penuh perhatian dan kasih
sayang terhadap anak-anak yatim dalam asuhannya ayat ini memperingatkan
bahaya berlaku aniaya khususnya kepada anak yatim. Sesungguhnya orang-orang
yang memakan harta anak yatim secara zalim tanpa alasan yang dibenarkan
menurut agama, dan menggunakannya untuk kepentingan diri mereka sendiri
secara berlebihan, maka dengan perbuatan tersebut sebenarnya mereka itu
memakan makanan yang haram dan kotor ibarat menelan api dalam perutnya dan
tindakan mereka akan mengantar mereka masuk ke dalam api yang menyala-
Nyala yaitu neraka. Tempat itu diperuntukkan bagi orangorang yang celaka.6
C. Nilai-nilai Pendidikan yang terkandung dalam Q.S Al-Baqarah: 44 dan
Q.S An-nisa 9
1. Nilai-nilai Pendidikan dalam surah Al-Baqarah: 44
a) Amanah
Ayat ini menekankan pentingnya memenuhi amanah atau kepercayaan
yang diberian kepada seseorang. Ini bisa berhubungan dengan tanggungjawab

5
Abdullah bin Muhammad bin Ishaq Al-Sheikh, “Tafsir Ibnu Katsir 2.1.Pdf,” 2003.
6
Agama RI, Tasir Ringkasan Al- Qur’an Al- Karim Jilid I.

12
terhadap amanah agama, Ilmu pengetahuan, kekuasaan, atau kewajiban moral.
Ayat ini mengajarkan agar seseorang tidak hanya memeberikan nasihat atau
menyeru kepada kebaikan kepada orang lain, tetapi juga harus menerapkan nilai-
nilai tersebut dalam kehidupan pribadinya. Konsistensi antara ajaran agama dan
tindakan.
b) Pentingnya untuk mencari petunjuk
Allah memerintahkan manusia untuk mencari petunjuk dengan
berlindung kepada-Nya. Ini merupakan panggilan untuk mencari pengetahuan,
kebenaran, dan pemahaman yang benar dalam menjalani kehidupan.
c) Intropeksi diri
Ayat ini menekankan pentingnya untuk merenungkan diri sendiri sebelum
menyalahkan atau menasihati orang lain. Mengingatkan bahwa intropeksi diri
merupakan langkah pertama dalam memperbaiki diri dan menjadi contoh yang
baik bagi orang lain.
d) Penghormatan terhadap Allah
Ayat mengingatkan kita untuk menghormati perintah-perintah Allah dan
menjalankan ajaran-Nya dengan sungguh-sungguh sebagai bentuk penghormatan
kepadanya.7
2. Nilai pendidikan dalam surah An-Nisa ayat 9
a) Nilai pendidikan Aqidah
Aqidah merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan yang menerapkan
bahwa Allah itu Esa, pencipta, dan pengatur alam semesta dengan segala isinya .
Pendidikan Aqidah menjadi pendidikan dan prioritas yang diberikan sejak usia
anak-anak, ketika pribadi mereka masih muda dibentuk dan mereka masih lekat
dengan kultur kehidupan keluarga bapak dan ibu menjadi pilar utama dan
pendidik bagi anak-anakya. Korelasi antara aqidah dengan surah An-Nisa,
adanya keterikatan yang saling berhubungan dimana dalam surah ini

7
Sutrisno, “Bab I Pendahuluan ِ” Journal information 10, no. 1 (2016): 1–16.

13
menceritakan tentang generasi muda, dalam arti suratnya yaitu (‫)َلْو َتَر ُك ْو اُذ ِّرَّيًة ِضَع ًفا‬
seandainya mereka menggalkan anak-anak yang lemah, dengan ditanamkannya
nilai pendidikan aqidah yang erat di dalam diri anak, pasti di kemudian hari pasti
anak tidak akan terpengaruh oleh dunia luar atau lingkungannya . Karena tujuan
aqidah adalah mendidik dan membina manusia agar menjadi insan beragama.
b) Nilai pendidikan Ibadah
Korelasi antara nilai pendidikan ibadah dan surat An-Nisa ayat 9,
memiliki nilai pendidikan yang sangat penting, dimana nilai pendidikan ibadah
yang diajarkan oleh orang tua dapat membentuk prilaku seorang anak. Karena
ibadah adalah suatu bentuk keyakinan seseorang terhadap Allah. Seorang anak
yang dibina oleh orang tua dari masih kecil diperkenalkan oleh hal- hal yang
agamis dapat memberikan anak berperilaku baik dan sebuah bentuk patuh kepada
orang tua. Dan ketika ia dewasa anak akan terbiasa dengan perilakunya dan
8
terbawa dalam pergaulan yang baik.

c) Nilai pendidikan Akhlak

Korelasi antara nilai pendidikan Akhlak dan surat An-Nisa ayat 9, anak
yang dibina dari masa kecilnya dengan perilaku yang baik dan di contohkan oleh
orang tuanya ketika masih kanak-kanak, maka tidaklah mungkin bahwa anak
dapat tumbuh dengan perilaku yang buruk dan tercela, perilaku akhlak yang
diterima oleh sang anak sangat berpengaruh dari perilaku yang didapatkannya di
dalam keluarga. Sebuah keluarga yang mengajarkan perilaku yang baik kepada
anak dan mencontohkan perbutan yang baik pada anak, akan menjadi kebiasaan
seorang anak dalam pergaulannya sehari-hari dengan teman-temannya, bergitu

8
Zulfa Mustaqimah, “Nilai-Nilai Parenting Islami Dalam Qs an-Nisaa’ Ayat 9 Telaah Tafsir
Al-Mishbah Karya Muhammad Quraish Shihab” (2021): 67.

14
pula apabila anak di masa kanak-kanaknya tidak dibina dan diberikan contoh
perilaku yang baik oleh orang tuanya, maka anak tersebut akan terbiasa dengan
perilaku yang kurang baik. 9

d) Nilai pendidikan sosial

Korelasi antara nilai pendidikan sosial dengan surat An-Nisa ayat 9,


mengajarkan manusia dalam bersosial, seperti nilai pendidikan di atas antara
aqidah, ibadah, dan akhlak memiliki hubungan yang saling erat. Surat An-Nisa
ayat 9 yang menceritakan tentang perintah orang tua yang mengkhawatirkan
akan anak-anaknya, dan jangan sampai meninggalkan anak-anak dalam
keadaan lemah. Pendidikan sosial sangatlah berpengaruh pada lingkungan
anak, karena setelah pendidikan yang ia dapatkan di dalam keluarga,
pendidikan yang selanjutnya yaitu lingkungan, seperti mengkhawatirkan akan
anak-anaknya, dan jangan sampai meninggalkan anak-anak dalam keadaan
lemah. Pendidikan lingkungan merupakan pendidikan yang berkaitan dengan
sosial, pembinaan orang tua yang baik dalam keluarga akan membentuk anak
yang baik dan mandiri.10

e) Nilai pendidikan ekonomi

Korelasi tentang surat An-Nisa ayat 9 dengan nilai pendidikan


ekonomi, dalam surat an-nisa ayat 9 dikatakan janganlah kamu meninggalkan
keluargamu dalam keadaan yang lemah, maksudnya disini setiap orang tua
haruslah membekali anak-anaknya dengan ekonomi yang memadai, agar
keturunannya kedepan tidak terlantar dan dalam keadaan lemah. Orang tua
haruslah mengajarkan anaknya berekonomi seperti mengajarkan keterampilan
berdagang bagi laki-laki dan keterampilan memasak, membuat kue, menjahit,

9
Abdullah, Yatimin. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al Qur’an, Jakarta: AMZAH, 2007
10
Ayu Puspita Arisca,. Skripsi. Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Qs. An-Nisa‟ Ayat 9. Banda Aceh:
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam 2017

15
dan keahlian lainnya dengan adanya pengetahuan tentang ekonomi dalam diri
anak dapat menambah pengetahuan bagi anak dalam kehidupannya yang akan
datang, apabila anak tidak dibekalkan dan di ajarkan keterampilan anak, anak
menjadi kurangnya pengetahuan dan keterampilan dan mengakibatkan anak
lemah dan kurang mandiri.11

11
Muhammad Abdul Ghaniy Morie, 19 Februari (2018).

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari tafsir Surah Al-Baqarah: 44 adalah Alangkah buruknya
bila kamu menyuruh orang lain beriman dan berbuat baik, sementara kamu
sendiri berpaling darinya dan melupakan dirimu sendiri. Padahal kalian bisa
membaca Taurat dan mengetahui isinya yang memerintahkan untuk mengikuti
agama Allah dan mempercayai rasul-rasul-Nya. Tidakkah kamu menggunakan
akal sehatmu?
Tafsir surah An-Nisa ayat 9 Dan hendaklah merasa takut orang-orang
yang sekiranya mereka mati dan meninggalkan anak-anak yang masih kecil lagi
lemah serta dikhawatirkan akan terlantar. Maka seharusnya mereka bertakwa
kepada Allah dalam mengurus anak-anak yatim yang berada di bawah
perwaliannya dengan tidak menzalimi mereka, agar setelah mereka mati, Allah
menyediakan orang yang mau berbuat baik kepada anak-anak mereka
sebagaimana mereka berbuat baik kepada anak-anak yatim tersebut. Dan
seharusnya mereka berbuat baik terhadap hak anak-anak dari orang yang mereka
hadiri wasiatnya. Yaitu mengucapkan kata-kata yang tepat kepadanya agar ia
tidak membuat wasiat yang menzalimi hak ahli warisnya setelah kematiannya,
dan tidak menutup dirinya sendiri dari kebaikan dengan tidak membuat wasiat
sama sekali.
Nilai-nilai pendidikan yang dapat di ambil dari kedia ayat tersebut adalah:
 Amanah, pentingnya untuk kita memenuhi kepercayaan yang diberikan
kepada seseorang berupa tanggungjawab
 Intropeksi diri, pentingnya untuk kita merenungkan diri sendiri sebelum
menyalahkan atau menasihati orang lain. Mengingatkan bahwa intropeksi diri
merupakan langkah pertama dalam memperbaiki diri dan menjadi contoh
yang baik bagi orang lain.

17
 Akhlak, pentingnya orang tua agar membina dan mencontohkan perilaku yang
baik kepada anak-anaknya sejak dini.
 Aqidah, pentingnya untuk mengajarkan dan menanamkan ditanamkannya
nilai pendidikan aqidah yang erat di dalam diri anak, pasti di kemudian hari
pasti anak tidak akan terpengaruh oleh dunia luar atau lingkungannya . Karena
tujuan aqidah adalah mendidik dan membina manusia agar menjadi insan
beragama.
 Ibadah, ibadah yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya dapat
membentuk prilaku seorang anak. Karena ibadah adalah suatu bentuk
keyakinan seseorang terhadap Allah.
B. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun tentang tafsir dan nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam Q.S Al-Baqarah 44 dan An-Nisa 9, semoga
dengan adanya makalah ini bisa dipahami dan dimengerti oleh pembaca dan
berperan penting ketika di implementasikan dalam kehidupan sehari-sehari. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah kami belum mencapai kesempurnaan,
maka dari itu kami membutuhkan perbaikan dan saran yang dapat memperbaharui
penyempurnaan makalah kami.

18
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Muhammad bin Ishaq Al-Sheikh.. Tafsir Ibnu Katsir 2.1.pdf .2007(p.
26).
Abdullah, Yatimin.. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al Qur’an, Jakarta: AMZAH,
2007
Agama RI, K. (Tasir Ringkasan Al- Qur’an Al- Karim jilid I. 2016.
As-Sa’di, A. N. Taisir al-Quran al-Karim Fi Tafsir Kalam al-Manan. In Resalah
Publishers (p. 976). 2000
Ayu Puspita Arisca,. Skripsi. Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Qs. An-Nisa‟ Ayat 9.
Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam 2017
Drajat, Zakiyah. Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
1985.
Ghoffar, A. Tafsir Ibnu Katsir 1 a.pdf. 2000
Hidayat, Rahmad. Nilai-Nilai Psiko-Edukatif Dalam Surat Al-‘Ashr: (Pembacaan
Kritis Atas Pemikiran M.Quraish Shihab dalam Tafsir al- Misbah). Islamic
Counseling, 2017.Vol. 1, No. 02.
Mustaqimah, Z. Nilai-Nilai Parenting Islami Dalam Qs an-Nisaa’ Ayat 9 Telaah
Tafsir Al-Mishbah Karya Muhammad Quraish Shihab. 2021. 67.
Mawangir, Muh. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Perspektif Tafsir Al- Mishbah
Karya Muhammad Quraish Shihab. Tadrib, 2018 Vol. IV, No.1.
Munir, Ahmad, Tafsir Tarbawi, Yogyakarta: TERAS. (2008)
Muhammad Abdul Ghaniy Morie, 19 Februari (2018).
Sutrisno.Bab I Pendahuluan ِ Journal Information, 2016,10(1), 1–16.
Soenarjo, Al Qur’an dan Terjemahnya, 2003, (Jakarta: Departemen Agama RI).

19

Anda mungkin juga menyukai