Anda di halaman 1dari 16

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Tafsir Tarbawi Prof. Dr. H. Mahyuddin Barni, M.Ag

TAFSIR DAN TERJEMAH


Q.S. Yusuf/12: 109&111, Q.S. Al-Ashr:3, dan Q.S.Qaf/50: 6

Disusun Oleh:
Kelompok 6

Fitriani Anisa (190101010084)


Intan Ayu Lestari (190101011030)
Nida’ul Khairiah (190101010099)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah memberi taufik dan hidayah-
Nya, sehingga makalah Tafsir Tarbawi yang berjudul Tafsir dan terjemahan Q.S.
Yusuf/12:109 dan 111, Q.S. Al-Ashr : 3, dan Q.S. Qaf/50: 6. Berhasil disusun tepat
pada waktunya, makalah ini diajukan untuk mata kuliah Tafsir Tarbawi yang diampu
oleh Bapak Prof. Dr. H. Mahyuddin Barni, M.Ag Semoga Allah merahmati beliau.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide serta saran sehingga makalah ini
bisa disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa
menambah wawasan baru bagi pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.
Akhirnya, mohon maaf atas segala kekurangan-nya, semoga usaha dan amal
ibadah kita diterima di sisi Allah SWT. Aamiin.

Banjarmasin, 26 Maret 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Tafsir surah Yusuf/12: 109 dan 111 2
B. Tafsir surah Al-Ashr: 3 6
C. Tafsir surah Qaf/50: 6 9
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat tentang yang membahas tentang
dan kisah orang-orang terdahulu. Dengan sejarah kita dapat melihat dengan
jelas peninggalan umat-umat terdahulu, sehingga kita dapat memahami dan
menghayati peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman terdahulu melalui
bacaan atau pelajaran sejarah dan Al-Qur’an juga ikut menjelaskan sejarah-
sejarah zaman orang-orang terdahulu.
Dan surah Al-Ashr secara khusus adalah surah yang paling mencakup
di dalamnya segala kebaikan, dan segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan kitab-Nya mencukupi apapun selainnya, sebagai penawar untuk
segala penyakit, juga sebagai petunjuk kepada kebenaran.berarti.
Metode mengajar ialah bisa berarti sistem penggunaan teknik di dalam
interaksi dan komnikasi antara guru dan murid dalam pelaksanaan program
belajar mengajar sebagai proses pendidikan. Sebagai proses interaksi dan
komunikasi, metode mengajar harus dapat membuat proses belajar-mengajar
sebagai pengalaman hidup yang menyenangkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa terjemah dan tafsir surah Yusuf/12 : 109 dan 111?
2. Apa terjemah dan tafsir surah Al-Ashr : 3?
3. Apa terjemah tafsir surah Qaf/50 : 6?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Memahami terjemah dan penafsiran surah Yusuf/12 : 109 dan 111
2. Untuk Memahami terjemah dan penafsiran surah Al-Ashr : 3
3. Untuk Memahami terjemah dan penafsiran surah Qaf/50 : 6

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Q.S. Yusuf : 109 dan 111.

‫ض‬ِ ‫ك اِاَّل ِر َجااًل ن ُّْو ِح ْي اِلَْي ِه ْم ِّم ْن اَ ْه ِل الْ ُق ٰر ۗى اََفلَ ْم يَ ِسْي ُر ْوا ىِف ااْل َْر‬ ِ
َ ‫َو َماّ اَْر َس ْلنَا ِم ْن َقْبل‬
ّ
‫ف َكا َن َعاقِبَةُ الَّ ِذيْ َن ِم ْن َقْبلِ ِه ۗ ْم َولَ َد ُار ااْل ٰ ِخَر ِة َخْيٌر لِّلَّ ِذيْ َن َّات َق ْو ۗا اَفَاَل َت ْع ِقلُ ْو َن‬ َ ‫َفَيْنظُُر ْوا َكْي‬
Artinya :”Kami tidak mengutus sebelummu (Muhammad), melainkan
orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.
Tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-
orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul). Dan sungguh, negeri akhirat itu
lebih baik bagi orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?”
Setelah menjelaskan posisi beliau, sebelumnya telah jelas juga posisi
mereka, kini sekali lagi Nabi Muhammad saw. yang sangat ingin dan terus
berupaya mengislamkan manusia, sekali lagi dihibur dengan firman-Nya: kami
tidak mengutus sebelummu, melainkan orang laki-laki, yakni manusia pilihan yang
istimewa bukan seperti yang mereka usulkan agar yang diutus malaikat. Kami
mengutus manusia yang kami wahyukan melalui malaikat aneka bimbingan kami
kepada mereka diantara penduduk negeri dimana rasul itu berada. Maka, tidaklah
mereka, yakni kaum musyrikin mekah dan semua yang enggan percaya, bepergian
di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka
yang menghindari dan mendustakan para rasul? Memang, boleh jadi para
pengingkar itu memperoleh kebahagiaan duniawi, tetapi itu hanya sedikit dan
sementara, tidak seperti apa yang akan diperoleh kaum beriman, apalagi perolehan
mereka di akhirat nanti. Dan sesungguhnya negeri akhirat adalah lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa dibandingkan dengan perolehan siapa pun di dunia,
walau banyak yang berlanjut sangat lama, karena di akhirat adalah kenikmatan

2
abadi yang tidak disertai sedikit kekeruhan pun. Maka, tidakkah kamu berpikir
sehingga terhalangi melakukan kedurrhakaan lalu menerima seruan Rasul saw.?1
Adapun dalam kitab lain memaparkan tafsiran dari ayat tersebut, kami
tidak megutus para lelaki sebelummu, Muhammad, melainkan dari golongan
mereka sendiri karena mereka paling mengenal kaum mereka itu. Allah s.w.t.
menurunkan wahyu kepada para utusan-Nya itu. Mereka adalah penduduk kota
dengan akhlak yang paling sempurna, akal paling cerdas dan paling mengetahui
apa yang tepat bagi masyarakat.
Ayat ini mengeluarkan para malaikat, jin, kaum wanita, dan penduduk
desa dari kelompok rasul-rasul-Nya.
Apabila Allah s.w.t. mengutus para rasul, lalu satu kaum membenarkan
mereka, kaum ini akan selamat. Dan kaum lain yang mendustakannya akan binasa.
Apakah orang-orang kafir tidak berjalan di muka bumi dan melihat akibat
bagi orang yang mendustakan para utusan Allah s.w.t.? Bagaimana Dia
menghancurkan dan membinasakan mereka. Pahala akhirat bagi orang-orang yang
bertakwa di surga lebih utama daripada dunia dengan segala isinya yang berupa
harta benda, kedudukan, kekuatan, hingga perhiasan. Ini adalah pahala bagi orang
yang bertakwa kepada Rabb-nya, mengamalkan syariat-Nya, dan taat kepada
Rasul-Nya.2
Q.S. Yusuf : 111
ِ َ‫ٰب ۗ ما َكا َن ح ِديثا ي ْفتر ٰى وٰلَ ِكن ت‬ ِ ِ َ‫لََق ْد َكا َن ىِف ق‬
‫يق‬
َ ‫صد‬ْ َ ََ ُ ً َ َ ِ َ‫صص ِه ْم عْبَرةٌ أِّل ُوىِل ٱأْل َلْب‬
َ
‫يل ُك ِّل َش ْى ٍء َو ُه ًدى َو َرمْح َة لَِّق ْوٍم يُ ْؤ ِمنُو َن‬ ِ ِ ِ َّ
َ ‫ٱلذى َبنْي َ يَ َديْه َوَت ْفص‬

1
Shihab, M.Quraish. Tafsir Al Misbah:pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an/M.
Quraish Shihab. Jakarta:Lentera Hati. 2002. Hlm.190-191
2
al-Qarni, ‘Aidh. Tafsir Muyassar/’Aidh al-Qarni. Jakarta:Qisthi Press. 2007. Hlm.
334

3
“Sesungguhnya pada kisab-kisab mereka itu terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-
buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS.
Yusuf: 111)

Allah berfirman bahwa sesungguhnya, dalam kisah para Rasul dan kaum
mereka serta bagaimana Allah telah menyelamatkan orang-orang yang beriman
dan menghancurkan orang-orang yang kafir: ‫ٰب ۗ َم ا َك ا َن َح ِديثًا يُ ْفَت َر ٰى‬
ِ َ‫ِعْب رةٌ أِّل ُوىِل ٱأْل َلْب‬
َ
(“Terdapat pengajaran bagi orang-yang berakal. Al-Qur’an itu bukanlah kitab yang
dibuat-buat.”) maksudnya al-Qur’an itu tidak seharusnya di didustakan dan dibuat-
buat dari selain Allah.

‫يق ٱلَّ ِذى َبنْي َ يَ َديِْه‬ ِ َ‫“( و ٰلَ ِكن ت‬Akan tetapi membenarkan kitab-kitab sebelumnya”) dari
َ ‫صد‬ْ َ
kitab-kitab yang diturunkan dari langit, dan membenarkan apa yang benar dari
isinya, membantah pemutarbalikan, penyelewengan, dan perubahan yang terjadi di
dalamnya, dan menentukan mana yang dinasakh (dihapus) atau ditetapkan.

‫يل ُك ِّل َش ْى ٍء‬ ِ


َ ‫“( َوَت ْفص‬Dan menjelaskan segala sesuatu”) tentang halal, haram, sunnah,
makruh, dan lain-lainnya. Seperti memerintahkan berbagai perbuatan taat, wajib,
dan sunnah; dan melarang berbagai perbuatan haram dan sejenisnya, seperti
makruh; memberitahukan hal-hal yang nyata dan ghaib yang akan datang, secara
garis besar maupun rinci, memberitahukan tentang Rabb Ta’ala, dengan nama-
nama dan sifat-sifat-Nya dan ke-Mahasucian-Nya dari persamaan dengan
makhluk-Nya.

Oleh karena itu, al-Qur’an adalah: َ‫ون‬JJُ‫“( َوهُدًى َو َرحْ َمةً لِّقَوْ ٍم ي ُْؤ ِمن‬Dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”) yang membimbing hati mereka
dari kesalahan menuju kebenaran, dari kesesatan menuju jalan yang lurus.

4
Dengan al-Qur’an itu, mereka mengharapkan rahmat dari Rabb seluruh
hamba ini dalam kehidupan di dunia dan akhirat.3

Dalam kisah Yusuf ada beberapa macam kedahsyatan seperti dalam


sumur tua, di istana al-Aziz, dan di penjara. Ada juga beberapa bentuk
keputusasaan dari pertolongan manusia. Kemudian akhirnya akibat yang lebih baik
pasti bagi orang-orang yang bertakwa, sebagaimana janji Allah yang tidak akan
pernah dikhianati. Kisah Yusuf merupakan salah satu contoh dari kisah-kisah para
nabi dan rasul. Didalamnya terdapat ibrah dan pelajaran bagi orang-orang yang
berakal. Di dalamnya juga terdapat pembenaran atas kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya tanpa ada hubungan langsung antara Muhammad SAW. dan kitab-
kitab itu. Oleh karena itu, tidak mungkin apa yang diceritakan oleh Muhammad
SAW. merupakan cerita buatan dan palsu. Karena, dusta-dusta itu tidak mungkin
membenarkan satu dan lainnya, tidak mungkin merealisasikan hidayah, dan tidak
mungkin hati-hati, roh dan kasih sayang mukmin itu akan merasakan ketenangan
kepada-Nya.

Demikianlah keserasian antara awal dan penutup surah ini, sebagaimana


keserasian antara awal dan akhir dari kisah Yusuf. Komentar-komentar dalam
awal kisah dan akhirnya serta ditengah-tengahnya tertata rapi bersama tema kisah,
metode pengisahannya, dan demikian pula pernyataan-pernyataannya. Sehingga,
dapat merealisasikan target yang sempurna dari agama dan merealisasikan cirri-
ciri sempurna dari kesenian, bersama dengan kebenaran riwayat dan kecocokan
kenyataan yang terjadi dalam tema kisah.

Kisah diawali dan diakhiri dalam satu surah, karena tabiatnya


mengharuskan hal ini dalam pengisahannya. Ia merupakan mimpi yang terealisasi
sedikit demi sedikit, hari demi hari, dan periode demi periode. Ibrah dan pelajaran
tidak akan terealisasi melainkan dengan tuntunan arahan redaksi ayat dalam
3
Tafsir Ibnu Katsir

5
menuntun langkah-langkah kisah dan periode-periodenya hingga ketitik akhir.
Sedangkan, pemisah salah satu episode dari kisah itu ditempat lain tidak bisa
merealisasikan sesuatu pun dari semua ini sebagaimana dapat terealisasikan dalam
pemisahan kisah para rasul lainnya dalam episode lain ditempat lain. Misalnya,
episode kisah Nabi Sulaiman bersama Ratu Balqis, atau episode kisah kelahiran
Maryam, atau kisah kelahiran Isa bin Maryam, atau episode kisah Nabi Nuh
diterpa topan, … dan lain-lain. Episode-episode ini dapat memenuhi target dan
maksudnya ditempat masing-masing.

Sementara itu, kisah Yusuf harus dibaca semuanya berturut-turut baik


episode-episodenya maupun pemandangan-pemandanganya dari awalnya hingga
akhirnya, maha benar Allah dalam segala firman-Nya.4

B. Q.S. Al-Ashr : 3

3 ِ‫الصرْب‬ ِ ِّ ِ‫صو’ا با‬ ِ ِ ِ ِ


ّ ‫صو’ا با‬
َ ‫حلق َو َت َوا‬ ّ ‫االَّ الَّذ يْ َن َآمنَو’ا َو َعملُواا‬
َ ‫الصلحت َو َت َوا‬
Artinya:
Kecuali orang-orang beriman, dan mengerjakan amal-amal shaleh, dan
saling menasihati agar berpegang pada kebenaran dan saling menasihati agar
berpegang pada kesabaran.5
Tafsirannya :
Orang-orang beriman adalah mereka yang membenarkan tentang inti
kebaikan dan keburukan (seperti dalam ayat lainnya, ‫نى‬JJJ‫ُس‬ َ ‫ َّد‬JJJ‫ص‬
ْ ‫ا ِ لح‬JJJ‫ق ب‬ َ yang
membenarkan perbuatan kebaikan) ; dan mereka juga ber- i’tiqad
(berkepercayaan) dengan i’tiqad yang shahih tentang berbedanya perbuatan yang
mulia dan yang hina. Dan bahwa ada hakim tertinggi bagi diri mereka sendiri dan
bagi alam semesta ini, Yang Maha Meridhai dan juga Maha Memurkai, dan Maha

4
Sayyid Quthb. Fi Zhilalil-Qur’an. (Beirut: Darusy-Syuruq) 1992. Hlm. 23.
5
Muhammad ‘Abduh (Cetakan 1- 1998). Tafsir Juz ‘Amma. Bandung. Mizan. hlm.
310.

6
Memberi Pahala dan juga Maha Menghukum. Dan bahwa mereka (Manusia) akan
beroleh balasan atas semua perbuatan mereka : kebaikan dibalas dengan kebaikan
dan keburukan dibalas dengan keburukan pula. Di samping itu, pembenaran
meraka ini, sedemikian berpengaruhnya terhadap diri mereka sendiri, sehingga
senantiasa menguasai dan mengendalikan segala keinginan mereka. Maka takkan
ada yang mereka lakukan kecuali yang bersesuaian dengan aqidah mereka. Dan
karenanya, mereka mengerjakan amal-amal shaleh. Yaitu amalan-amalan yang
telah disebutkan secara rinci dalam Al-Qur’an, meliputi apa saja yang bermanfaat
bagi diri seseorang, keluarganya, bangsanya dan manusia secara keseluruhan. Dan
di samping itu, tidak menimbulkan mudarat bagi siapa pun, kecuali yang
dilakukan demi menolak mudarat yang lebih besar lagi.
Dan diantara amal-amal shaleh itu, adalah seruan kepada kebenaran serta
kesabaran. Kedua hal ini disebutkan dalam surah ini secara khusus, mengingat
bahwa kedua-duanya merupakan inti dari segala kebaikan dan puncak segala
urusan.
ِّ ِ‫صو’ا با‬
Ayat ‫حلق‬ َ ‫ َو َت َوا‬, mereka saling menasihati agar berpegang pada
6

kebenaran. Kata ‫ اَحلَ ُّق‬di sini, berarti kebenaran yang pasti atau syariat agama yang

shahih. Yaitu yang ditunjukkan oleh dalil yang tak diragukan atau penyaksian
yang lurus. Maka syarat untuk manusia dapat terhindar dari keraguan adalah
mengetahui hakikat kebenaran, menetapkannya atas diri mereka dan
memenatapkannya di dalam hati. Kemudian, masing-masing orang
mempromosikannya kepada yang lain, dan mengajak mereka untuk meyakini
hakikat-hakikat kebenaran yang pasti, yang tidak ditentang oleh akal sehat dan
tidak diperselisihkan oleh riwayat-riwayat keagamaan yang sahih. Di samping itu,
menjauhkan diri mereka, dan orang-orang selain mereka dari berbagai macam
pikiran berdasarkan waham dan khayal, yang tidak akan dapat menenangkan jiwa
tak ada dalil shahih yang menuntun kepadanya. Dan semua itu tidak mungkin

6
Ibid. hlm.311

7
tercapai kecuali dengan berpikir secara sungguh-sungguh, dan menggunakan
penalaran dalam upaya menyingkap rahasia-rahasia alam semesta ini. Sedemikian,
sehingga masyarakat akan menolak segala macam persangkaan yang batil,
membebaskan akal dari segala ikatan yang merugikan, dan mengutamakan
perenungan dan penelitian seksama. Demikian pula mereka dapat terbebas dari
pikiran-pikiran yang melenceng, dan tidak mudah terkelabui oleh tradisi yang
tidak tradisional.
Dan siapa saja yang tidak berupaya mengajak manusia lainnya untuk
berpegang pada kebenaran, setelah ia sendiri mengetahuinya, maka ia pun
termasuk dalam kelompok orang-orang yang merugi, sebagaimana dapat anda lihat
dengan jelas ayat di atas, yang merupakan nash yang gamblang,tidak mungkin
ditakwilkan atau disampingkan artinya.
Ayat ِ‫صو’ا باِ الصّرْب‬
َ ‫ َو َت َوا‬dan saling menasihati agar berpegang pada
7

kesabaran. Kesabaran adalah suatu kekuatan kejiwaan yang membuat orang


menjadi tabah ketika menghadapi kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan yang
baik. Atau ketika berupaya mengatasi perasaan tidak puas akibat terhambat dari
suatu kesenangan, karena untuk meraihnya harus melalui cara yang bertentangan
dengan kebenaran. Atau sesuatu yang secara pasti tidak diizinkan oleh syariat yang
shahih, sesuai dengan kesepakatan para ahli. Atau ketika menghadapi berbagai
macam penderitaan akibat musibah-musibah yang terjadi, tanpa meratap secara
berlebihan, dan tanpa berusaha mengatasinya dengan cara menyimpang dari batas-
batas kebenaran serta syariat.
Maka syarat utama untuk meraih keselamatan adalah dengan bersikap
tabah dan bersabar, serta menasihati orang lain agar ia bersabar, serta
mendorongnya agar menyempurnakan potensi dirinya dengan keutamaan
keagamaan yang juga merupakan inti dari sifat-sifat kebaikan semuanya. Akan
tetapi anda tidak dapat mendorongnya untuk itu, sebelum anda sendiri menghiasi

7
Ibid. hlm.312

8
diri anda dengan sifat tersebut. Jika tidak, maka anda termasuk kelompok dalam
kelompok orang-orang yang mengatakan sesuatu tidak mengamalkan apa yang ia
katakan. Dan dengan demikian, anda juga tidak termasuk dalam kelompok orang-
orang yang beramal shaleh.
Jelaslah bahwa ketentuan yang dijelaskan dalam surah ini meliputi semua
orang. Yaitu mereka yang telah sampai kepadanya seruan seorang Nabi, lalu
beriman kepadanya dan beramal shaleh, serta menasihati orang-orang lain agar
berpegang pada kebenaran dan kesabaran.
Dan dengan itu, ia selamat. Atau mereka yang berpaling dari seruan
seperti, lalu merugi. Atau mereka yang tidak sampai kepadanya seruan seorang
Nabi, namun mereka membenarkan inti kebaikan dan kejahatan, seperti telah kami
jelaskan sebelum ini. Dan mereka berjaya. Tetapi di antara mereka ada pula yang
lebih banyak melakukan kejahatan, sehingga berada dalam kerugian yang besarnya
sesuai dengan perbuatannya.
C. Q.S. Qaf : 6

ٍ ‫َّاها َو َما هَلَا ِم ْن ُفُر‬


)6(‫وج‬ ِ َّ ‫اَ َفلَم يْنظُروا إِىَل‬
َ ‫اها َو َزيَّن‬
َ َ‫ف َبَنْين‬
َ ‫الس َماء َف ْو َق ُه ْم َكْي‬ ُ َْ
Artinya:
“Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak
mempunyai retak-retak sedikitpun?”. (QS. Qaf : 6).

Dalam tafsir jalalain (‫“ )اَفَلَ ْم يَ ْنظُرُو‬Maka apakah mereka tidak melihat”,
dengan mata mereka sambil mengambil pelajaran dengan akalnya ketika
mengingkari hari kebangkitan, (‫“ )إِلَى ال َّس َما ِء‬akan langit”, yakni penciptaannya, (
‫فَ بَنَ ْينَاهَا‬JJ‫“ )فَوْ قَهُ ْم َك ْي‬yang diatas mereka bagaimana kami meninggikannya”, yakni
tanpa tiang, ( ‫“ ) َو َزيَّنَّاهَا‬dan menghiasinya”, dengan bintang-bintang.

9
ٍ ‫ر‬JJJُ‫ا ِم ْن ف‬JJJَ‫ا لَه‬JJJ‫“( َو َم‬sungguh langit itu tidak mempunyai retak-retak
(‫ُوج‬
sedikitpun”, yakni tidak ada lobang yang memperburuk penampilannya.8
Ayat di atas mengingatkan semua manusia bahwa di angkasa terdapat
benda-benda yang berterbangan, seperti bintang-bintang dan planet-planet.
Kesemuanya beredar dengan system yang sangat teliti dan dengan keseimbangan
yang sangat sempurna. Benda-benda itu senantiasa terpelihara posisinya sesuai
dengan hukum yang diciptakan Allah, sehingga tidak akan terjadi tabrakan yang
menimbulkan kekacauan dan kehancuran alama raya sampai batas waktu yang
ditetapkan.9
Ayat di atas menggambarkan tentang teknik pengamatan. Teknik
pengamatan merupakan bagian dari metode eksprimen. Metode ini dilakukan
dengan menggunakan percobaan-percobaan. Setelah itu, guru memberikan
penjelasan atau mendiskusikan apa yang sudah diujicobakan. Percobaan-
percobaan yang dilakukan itu menggunakan pengamatan atau observasi.
Pengamatan dapat dilakukan untuk melihat gejala-gejala baru dalam proses
tumbuh-tumbuhan.10

8
Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 3 ,(Surabaya:
Pustaka eLBA, 2010), hal.483.
9
M.Quraish Shihab. Tafsir AI-Misbah vol. 7, (Jakarta: Lentera Hati,2004), hal. 283
10
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara,1996), hal. 295.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsiran Al-Qur’an surah Yusuf ayat 109 dan 111. Adapun tafsiran dari ayat
tersebut, kami tidak megutus para lelaki sebelummu, Muhammad, melainkan dari
golongan mereka sendiri karena mereka paling mengenal kaum mereka itu. Allah
s.w.t. menurunkan wahyu kepada para utusan-Nya itu. Mereka adalah penduduk
kota dengan akhlak yang paling sempurna, akal paling cerdas dan paling
mengetahui apa yang tepat bagi masyarakat. Ayat ini mengeluarkan para malaikat,
jin, kaum wanita, dan penduduk desa dari kelompok rasul-rasul-Nya. Apabila
Allah s.w.t. mengutus para rasul, lalu satu kaum membenarkan mereka, kaum ini
akan selamat. Dan kaum lain yang mendustakannya akan binasa.
Dalam kisah Yusuf ada beberapa macam kedahsyatan seperti dalam sumur
tua, di istana al-Aziz, dan di penjara. Ada juga beberapa bentuk keputusasaan dari
pertolongan manusia. Kemudian akhirnya akibat yang lebih baik pasti bagi orang-
orang yang bertakwa, sebagaimana janji Allah yang tidak akan pernah dikhianati.
Kisah Yusuf merupakan salah satu contoh dari kisah-kisah para nabi dan rasul.
Didalamnya terdapat ibrah dan pelajaran bagi orang-orang yang berakal
Tafsiran Al-Qur’an surah Al-Ashr ayat 3. Yang dijelaskan dalam surah ini
meliputi semua orang. Yaitu mereka yang telah sampai kepadanya seruan seorang
Nabi, lalu beriman kepadanya dan beramal shaleh, serta menasihati orang-orang
lain agar berpegang pada kebenaran dan kesabaran. Dan dengan itu, ia selamat.
Atau mereka yang berpaling dari seruan seperti, lalu merugi. Atau mereka yang
tidak sampai kepadanya seruan seorang Nabi, namun mereka membenarkan inti
kebaikan dan kejahatan, seperti telah kami jelaskan sebelum ini. Dan mereka
berjaya. Tetapi di antara mereka ada pula yang lebih banyak melakukan kejahatan,
sehingga berada dalam kerugian yang besarnya sesuai dengan perbuatannya.
Tafsiran Al-Qur’an surah Qaf ayat 6. Ayat ini menggambarkan tentang teknik
pengamatan. Teknik pengamatan merupakan bagian dari metode eksprimen.

11
Metode ini dilakukan dengan menggunakan percobaan-percobaan. Setelah itu,
guru memberikan penjelasan atau mendiskusikan apa yang sudah diujicobakan.
Percobaan-percobaan yang dilakukan itu menggunakan pengamatan atau
observasi. Pengamatan dapat dilakukan untuk melihat gejala-gejala baru dalam
proses tumbuh-tumbuhan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan suatu
manfaat bagi penyusun maupun pembaca. Kami sebagai penyusun menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan
kritik maupun saran yang membangun demi suatu kesempurnaan makalah kami.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abduh, Muhammad .1998. Tafsir Juz ‘Amma. Bandung. Mizan.


Al-Mahalli, Jalaluddin & Jalaluddin as-Suyuti. 2010.Tafsir Jalalain Jilid 3. Surabaya:
Pustaka eLBA.
Al-Qarni, ‘Aidh. 2007. Tafsir Muyassar/’Aidh al-Qarni. Jakarta: Qisthi Press.
Daradjat, Zakiah dkk.,1996. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.
Shihab, M.Quraish.2004. Tafsir AI-Misbah vol. 7. Jakarta: Lentera Hati.

13

Anda mungkin juga menyukai