Disusun Oleh:
Kelompok 6
Segala puji hanya untuk Allah SWT yang telah memberi taufik dan hidayah-
Nya, sehingga makalah Tafsir Tarbawi yang berjudul Tafsir dan terjemahan Q.S.
Yusuf/12:109 dan 111, Q.S. Al-Ashr : 3, dan Q.S. Qaf/50: 6. Berhasil disusun tepat
pada waktunya, makalah ini diajukan untuk mata kuliah Tafsir Tarbawi yang diampu
oleh Bapak Prof. Dr. H. Mahyuddin Barni, M.Ag Semoga Allah merahmati beliau.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide serta saran sehingga makalah ini
bisa disusun dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini bisa
menambah wawasan baru bagi pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.
Akhirnya, mohon maaf atas segala kekurangan-nya, semoga usaha dan amal
ibadah kita diterima di sisi Allah SWT. Aamiin.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Tafsir surah Yusuf/12: 109 dan 111 2
B. Tafsir surah Al-Ashr: 3 6
C. Tafsir surah Qaf/50: 6 9
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat tentang yang membahas tentang
dan kisah orang-orang terdahulu. Dengan sejarah kita dapat melihat dengan
jelas peninggalan umat-umat terdahulu, sehingga kita dapat memahami dan
menghayati peristiwa-peristiwa yang terjadi pada zaman terdahulu melalui
bacaan atau pelajaran sejarah dan Al-Qur’an juga ikut menjelaskan sejarah-
sejarah zaman orang-orang terdahulu.
Dan surah Al-Ashr secara khusus adalah surah yang paling mencakup
di dalamnya segala kebaikan, dan segala puji bagi Allah yang telah
menjadikan kitab-Nya mencukupi apapun selainnya, sebagai penawar untuk
segala penyakit, juga sebagai petunjuk kepada kebenaran.berarti.
Metode mengajar ialah bisa berarti sistem penggunaan teknik di dalam
interaksi dan komnikasi antara guru dan murid dalam pelaksanaan program
belajar mengajar sebagai proses pendidikan. Sebagai proses interaksi dan
komunikasi, metode mengajar harus dapat membuat proses belajar-mengajar
sebagai pengalaman hidup yang menyenangkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa terjemah dan tafsir surah Yusuf/12 : 109 dan 111?
2. Apa terjemah dan tafsir surah Al-Ashr : 3?
3. Apa terjemah tafsir surah Qaf/50 : 6?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Memahami terjemah dan penafsiran surah Yusuf/12 : 109 dan 111
2. Untuk Memahami terjemah dan penafsiran surah Al-Ashr : 3
3. Untuk Memahami terjemah dan penafsiran surah Qaf/50 : 6
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Q.S. Yusuf : 109 dan 111.
ضِ ك اِاَّل ِر َجااًل ن ُّْو ِح ْي اِلَْي ِه ْم ِّم ْن اَ ْه ِل الْ ُق ٰر ۗى اََفلَ ْم يَ ِسْي ُر ْوا ىِف ااْل َْر ِ
َ َو َماّ اَْر َس ْلنَا ِم ْن َقْبل
ّ
ف َكا َن َعاقِبَةُ الَّ ِذيْ َن ِم ْن َقْبلِ ِه ۗ ْم َولَ َد ُار ااْل ٰ ِخَر ِة َخْيٌر لِّلَّ ِذيْ َن َّات َق ْو ۗا اَفَاَل َت ْع ِقلُ ْو َن َ َفَيْنظُُر ْوا َكْي
Artinya :”Kami tidak mengutus sebelummu (Muhammad), melainkan
orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.
Tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-
orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul). Dan sungguh, negeri akhirat itu
lebih baik bagi orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?”
Setelah menjelaskan posisi beliau, sebelumnya telah jelas juga posisi
mereka, kini sekali lagi Nabi Muhammad saw. yang sangat ingin dan terus
berupaya mengislamkan manusia, sekali lagi dihibur dengan firman-Nya: kami
tidak mengutus sebelummu, melainkan orang laki-laki, yakni manusia pilihan yang
istimewa bukan seperti yang mereka usulkan agar yang diutus malaikat. Kami
mengutus manusia yang kami wahyukan melalui malaikat aneka bimbingan kami
kepada mereka diantara penduduk negeri dimana rasul itu berada. Maka, tidaklah
mereka, yakni kaum musyrikin mekah dan semua yang enggan percaya, bepergian
di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka
yang menghindari dan mendustakan para rasul? Memang, boleh jadi para
pengingkar itu memperoleh kebahagiaan duniawi, tetapi itu hanya sedikit dan
sementara, tidak seperti apa yang akan diperoleh kaum beriman, apalagi perolehan
mereka di akhirat nanti. Dan sesungguhnya negeri akhirat adalah lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa dibandingkan dengan perolehan siapa pun di dunia,
walau banyak yang berlanjut sangat lama, karena di akhirat adalah kenikmatan
2
abadi yang tidak disertai sedikit kekeruhan pun. Maka, tidakkah kamu berpikir
sehingga terhalangi melakukan kedurrhakaan lalu menerima seruan Rasul saw.?1
Adapun dalam kitab lain memaparkan tafsiran dari ayat tersebut, kami
tidak megutus para lelaki sebelummu, Muhammad, melainkan dari golongan
mereka sendiri karena mereka paling mengenal kaum mereka itu. Allah s.w.t.
menurunkan wahyu kepada para utusan-Nya itu. Mereka adalah penduduk kota
dengan akhlak yang paling sempurna, akal paling cerdas dan paling mengetahui
apa yang tepat bagi masyarakat.
Ayat ini mengeluarkan para malaikat, jin, kaum wanita, dan penduduk
desa dari kelompok rasul-rasul-Nya.
Apabila Allah s.w.t. mengutus para rasul, lalu satu kaum membenarkan
mereka, kaum ini akan selamat. Dan kaum lain yang mendustakannya akan binasa.
Apakah orang-orang kafir tidak berjalan di muka bumi dan melihat akibat
bagi orang yang mendustakan para utusan Allah s.w.t.? Bagaimana Dia
menghancurkan dan membinasakan mereka. Pahala akhirat bagi orang-orang yang
bertakwa di surga lebih utama daripada dunia dengan segala isinya yang berupa
harta benda, kedudukan, kekuatan, hingga perhiasan. Ini adalah pahala bagi orang
yang bertakwa kepada Rabb-nya, mengamalkan syariat-Nya, dan taat kepada
Rasul-Nya.2
Q.S. Yusuf : 111
ِ َٰب ۗ ما َكا َن ح ِديثا ي ْفتر ٰى وٰلَ ِكن ت ِ ِ َلََق ْد َكا َن ىِف ق
يق
َ صدْ َ ََ ُ ً َ َ ِ َصص ِه ْم عْبَرةٌ أِّل ُوىِل ٱأْل َلْب
َ
يل ُك ِّل َش ْى ٍء َو ُه ًدى َو َرمْح َة لَِّق ْوٍم يُ ْؤ ِمنُو َن ِ ِ ِ َّ
َ ٱلذى َبنْي َ يَ َديْه َوَت ْفص
1
Shihab, M.Quraish. Tafsir Al Misbah:pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an/M.
Quraish Shihab. Jakarta:Lentera Hati. 2002. Hlm.190-191
2
al-Qarni, ‘Aidh. Tafsir Muyassar/’Aidh al-Qarni. Jakarta:Qisthi Press. 2007. Hlm.
334
3
“Sesungguhnya pada kisab-kisab mereka itu terdapat pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-
buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan
segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS.
Yusuf: 111)
Allah berfirman bahwa sesungguhnya, dalam kisah para Rasul dan kaum
mereka serta bagaimana Allah telah menyelamatkan orang-orang yang beriman
dan menghancurkan orang-orang yang kafir: ٰب ۗ َم ا َك ا َن َح ِديثًا يُ ْفَت َر ٰى
ِ َِعْب رةٌ أِّل ُوىِل ٱأْل َلْب
َ
(“Terdapat pengajaran bagi orang-yang berakal. Al-Qur’an itu bukanlah kitab yang
dibuat-buat.”) maksudnya al-Qur’an itu tidak seharusnya di didustakan dan dibuat-
buat dari selain Allah.
يق ٱلَّ ِذى َبنْي َ يَ َديِْه ِ َ“( و ٰلَ ِكن تAkan tetapi membenarkan kitab-kitab sebelumnya”) dari
َ صدْ َ
kitab-kitab yang diturunkan dari langit, dan membenarkan apa yang benar dari
isinya, membantah pemutarbalikan, penyelewengan, dan perubahan yang terjadi di
dalamnya, dan menentukan mana yang dinasakh (dihapus) atau ditetapkan.
Oleh karena itu, al-Qur’an adalah: َونJJُ“( َوهُدًى َو َرحْ َمةً لِّقَوْ ٍم ي ُْؤ ِمنDan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”) yang membimbing hati mereka
dari kesalahan menuju kebenaran, dari kesesatan menuju jalan yang lurus.
4
Dengan al-Qur’an itu, mereka mengharapkan rahmat dari Rabb seluruh
hamba ini dalam kehidupan di dunia dan akhirat.3
5
menuntun langkah-langkah kisah dan periode-periodenya hingga ketitik akhir.
Sedangkan, pemisah salah satu episode dari kisah itu ditempat lain tidak bisa
merealisasikan sesuatu pun dari semua ini sebagaimana dapat terealisasikan dalam
pemisahan kisah para rasul lainnya dalam episode lain ditempat lain. Misalnya,
episode kisah Nabi Sulaiman bersama Ratu Balqis, atau episode kisah kelahiran
Maryam, atau kisah kelahiran Isa bin Maryam, atau episode kisah Nabi Nuh
diterpa topan, … dan lain-lain. Episode-episode ini dapat memenuhi target dan
maksudnya ditempat masing-masing.
B. Q.S. Al-Ashr : 3
4
Sayyid Quthb. Fi Zhilalil-Qur’an. (Beirut: Darusy-Syuruq) 1992. Hlm. 23.
5
Muhammad ‘Abduh (Cetakan 1- 1998). Tafsir Juz ‘Amma. Bandung. Mizan. hlm.
310.
6
Memberi Pahala dan juga Maha Menghukum. Dan bahwa mereka (Manusia) akan
beroleh balasan atas semua perbuatan mereka : kebaikan dibalas dengan kebaikan
dan keburukan dibalas dengan keburukan pula. Di samping itu, pembenaran
meraka ini, sedemikian berpengaruhnya terhadap diri mereka sendiri, sehingga
senantiasa menguasai dan mengendalikan segala keinginan mereka. Maka takkan
ada yang mereka lakukan kecuali yang bersesuaian dengan aqidah mereka. Dan
karenanya, mereka mengerjakan amal-amal shaleh. Yaitu amalan-amalan yang
telah disebutkan secara rinci dalam Al-Qur’an, meliputi apa saja yang bermanfaat
bagi diri seseorang, keluarganya, bangsanya dan manusia secara keseluruhan. Dan
di samping itu, tidak menimbulkan mudarat bagi siapa pun, kecuali yang
dilakukan demi menolak mudarat yang lebih besar lagi.
Dan diantara amal-amal shaleh itu, adalah seruan kepada kebenaran serta
kesabaran. Kedua hal ini disebutkan dalam surah ini secara khusus, mengingat
bahwa kedua-duanya merupakan inti dari segala kebaikan dan puncak segala
urusan.
ِّ ِصو’ا با
Ayat حلق َ َو َت َوا, mereka saling menasihati agar berpegang pada
6
kebenaran. Kata اَحلَ ُّقdi sini, berarti kebenaran yang pasti atau syariat agama yang
shahih. Yaitu yang ditunjukkan oleh dalil yang tak diragukan atau penyaksian
yang lurus. Maka syarat untuk manusia dapat terhindar dari keraguan adalah
mengetahui hakikat kebenaran, menetapkannya atas diri mereka dan
memenatapkannya di dalam hati. Kemudian, masing-masing orang
mempromosikannya kepada yang lain, dan mengajak mereka untuk meyakini
hakikat-hakikat kebenaran yang pasti, yang tidak ditentang oleh akal sehat dan
tidak diperselisihkan oleh riwayat-riwayat keagamaan yang sahih. Di samping itu,
menjauhkan diri mereka, dan orang-orang selain mereka dari berbagai macam
pikiran berdasarkan waham dan khayal, yang tidak akan dapat menenangkan jiwa
tak ada dalil shahih yang menuntun kepadanya. Dan semua itu tidak mungkin
6
Ibid. hlm.311
7
tercapai kecuali dengan berpikir secara sungguh-sungguh, dan menggunakan
penalaran dalam upaya menyingkap rahasia-rahasia alam semesta ini. Sedemikian,
sehingga masyarakat akan menolak segala macam persangkaan yang batil,
membebaskan akal dari segala ikatan yang merugikan, dan mengutamakan
perenungan dan penelitian seksama. Demikian pula mereka dapat terbebas dari
pikiran-pikiran yang melenceng, dan tidak mudah terkelabui oleh tradisi yang
tidak tradisional.
Dan siapa saja yang tidak berupaya mengajak manusia lainnya untuk
berpegang pada kebenaran, setelah ia sendiri mengetahuinya, maka ia pun
termasuk dalam kelompok orang-orang yang merugi, sebagaimana dapat anda lihat
dengan jelas ayat di atas, yang merupakan nash yang gamblang,tidak mungkin
ditakwilkan atau disampingkan artinya.
Ayat ِصو’ا باِ الصّرْب
َ َو َت َواdan saling menasihati agar berpegang pada
7
7
Ibid. hlm.312
8
diri anda dengan sifat tersebut. Jika tidak, maka anda termasuk kelompok dalam
kelompok orang-orang yang mengatakan sesuatu tidak mengamalkan apa yang ia
katakan. Dan dengan demikian, anda juga tidak termasuk dalam kelompok orang-
orang yang beramal shaleh.
Jelaslah bahwa ketentuan yang dijelaskan dalam surah ini meliputi semua
orang. Yaitu mereka yang telah sampai kepadanya seruan seorang Nabi, lalu
beriman kepadanya dan beramal shaleh, serta menasihati orang-orang lain agar
berpegang pada kebenaran dan kesabaran.
Dan dengan itu, ia selamat. Atau mereka yang berpaling dari seruan
seperti, lalu merugi. Atau mereka yang tidak sampai kepadanya seruan seorang
Nabi, namun mereka membenarkan inti kebaikan dan kejahatan, seperti telah kami
jelaskan sebelum ini. Dan mereka berjaya. Tetapi di antara mereka ada pula yang
lebih banyak melakukan kejahatan, sehingga berada dalam kerugian yang besarnya
sesuai dengan perbuatannya.
C. Q.S. Qaf : 6
Dalam tafsir jalalain (“ )اَفَلَ ْم يَ ْنظُرُوMaka apakah mereka tidak melihat”,
dengan mata mereka sambil mengambil pelajaran dengan akalnya ketika
mengingkari hari kebangkitan, (“ )إِلَى ال َّس َما ِءakan langit”, yakni penciptaannya, (
فَ بَنَ ْينَاهَاJJ“ )فَوْ قَهُ ْم َك ْيyang diatas mereka bagaimana kami meninggikannya”, yakni
tanpa tiang, ( “ ) َو َزيَّنَّاهَاdan menghiasinya”, dengan bintang-bintang.
9
ٍ رJJJُا ِم ْن فJJJَا لَهJJJ“( َو َمsungguh langit itu tidak mempunyai retak-retak
(ُوج
sedikitpun”, yakni tidak ada lobang yang memperburuk penampilannya.8
Ayat di atas mengingatkan semua manusia bahwa di angkasa terdapat
benda-benda yang berterbangan, seperti bintang-bintang dan planet-planet.
Kesemuanya beredar dengan system yang sangat teliti dan dengan keseimbangan
yang sangat sempurna. Benda-benda itu senantiasa terpelihara posisinya sesuai
dengan hukum yang diciptakan Allah, sehingga tidak akan terjadi tabrakan yang
menimbulkan kekacauan dan kehancuran alama raya sampai batas waktu yang
ditetapkan.9
Ayat di atas menggambarkan tentang teknik pengamatan. Teknik
pengamatan merupakan bagian dari metode eksprimen. Metode ini dilakukan
dengan menggunakan percobaan-percobaan. Setelah itu, guru memberikan
penjelasan atau mendiskusikan apa yang sudah diujicobakan. Percobaan-
percobaan yang dilakukan itu menggunakan pengamatan atau observasi.
Pengamatan dapat dilakukan untuk melihat gejala-gejala baru dalam proses
tumbuh-tumbuhan.10
8
Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuti, Tafsir Jalalain Jilid 3 ,(Surabaya:
Pustaka eLBA, 2010), hal.483.
9
M.Quraish Shihab. Tafsir AI-Misbah vol. 7, (Jakarta: Lentera Hati,2004), hal. 283
10
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara,1996), hal. 295.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tafsiran Al-Qur’an surah Yusuf ayat 109 dan 111. Adapun tafsiran dari ayat
tersebut, kami tidak megutus para lelaki sebelummu, Muhammad, melainkan dari
golongan mereka sendiri karena mereka paling mengenal kaum mereka itu. Allah
s.w.t. menurunkan wahyu kepada para utusan-Nya itu. Mereka adalah penduduk
kota dengan akhlak yang paling sempurna, akal paling cerdas dan paling
mengetahui apa yang tepat bagi masyarakat. Ayat ini mengeluarkan para malaikat,
jin, kaum wanita, dan penduduk desa dari kelompok rasul-rasul-Nya. Apabila
Allah s.w.t. mengutus para rasul, lalu satu kaum membenarkan mereka, kaum ini
akan selamat. Dan kaum lain yang mendustakannya akan binasa.
Dalam kisah Yusuf ada beberapa macam kedahsyatan seperti dalam sumur
tua, di istana al-Aziz, dan di penjara. Ada juga beberapa bentuk keputusasaan dari
pertolongan manusia. Kemudian akhirnya akibat yang lebih baik pasti bagi orang-
orang yang bertakwa, sebagaimana janji Allah yang tidak akan pernah dikhianati.
Kisah Yusuf merupakan salah satu contoh dari kisah-kisah para nabi dan rasul.
Didalamnya terdapat ibrah dan pelajaran bagi orang-orang yang berakal
Tafsiran Al-Qur’an surah Al-Ashr ayat 3. Yang dijelaskan dalam surah ini
meliputi semua orang. Yaitu mereka yang telah sampai kepadanya seruan seorang
Nabi, lalu beriman kepadanya dan beramal shaleh, serta menasihati orang-orang
lain agar berpegang pada kebenaran dan kesabaran. Dan dengan itu, ia selamat.
Atau mereka yang berpaling dari seruan seperti, lalu merugi. Atau mereka yang
tidak sampai kepadanya seruan seorang Nabi, namun mereka membenarkan inti
kebaikan dan kejahatan, seperti telah kami jelaskan sebelum ini. Dan mereka
berjaya. Tetapi di antara mereka ada pula yang lebih banyak melakukan kejahatan,
sehingga berada dalam kerugian yang besarnya sesuai dengan perbuatannya.
Tafsiran Al-Qur’an surah Qaf ayat 6. Ayat ini menggambarkan tentang teknik
pengamatan. Teknik pengamatan merupakan bagian dari metode eksprimen.
11
Metode ini dilakukan dengan menggunakan percobaan-percobaan. Setelah itu,
guru memberikan penjelasan atau mendiskusikan apa yang sudah diujicobakan.
Percobaan-percobaan yang dilakukan itu menggunakan pengamatan atau
observasi. Pengamatan dapat dilakukan untuk melihat gejala-gejala baru dalam
proses tumbuh-tumbuhan.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan suatu
manfaat bagi penyusun maupun pembaca. Kami sebagai penyusun menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami mengharapkan
kritik maupun saran yang membangun demi suatu kesempurnaan makalah kami.
12
DAFTAR PUSTAKA
13