Anda di halaman 1dari 12

ASBABUN NUZUL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah Ulum Al-Qur’an
Dosen Pengampu: Kurnia Muhajarah, M.S.I.

Disusun oleh :
1. Yufi Ferdiansyah (1701036096)
2. Amalia Zakiyah (1701036097)
3. Ridwan Wijaya (1701036098)
4. Cantika Diah Pralita (1701036099)

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2017/2018
A. Pendahuluan

Nuzul Al-Qur’an berarti kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw.melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur. Ayat-ayat Al-Qur’an yang Allah
turunkan itu memiliki sebab-sebab dan pelurus bagi persoalan di dunia. Al-Qur’an
diturunkan untuk memperbaiki akhlak, akidah dan pergaulan manusia yang sudah
menyimpang dari kebenaran dan pedoman yang paling baik bagi kehidupan manusia
di dunia terutama pada umat muslim. Asbabun Nuzul dapat di bagi dua yaitu
Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid (Bebarapa sebab yang hanya melatar
belakangi turunnya satu ayat) dan Ta’adud An-Nazil Wa Al-Asbab Wahid (Satu
sebab yang melatarbelakangi beberapa ayat).
Asbabun Nuzul adakalanya berupa kisah-kisah tentang peristiwa yang terjadi atau
bisa berupa pertanyaan yang disampaikan kepada Rasulullah SAW untuk mengetahui
hukum suatu masalah, sehingga Al-Qur’an pun turun sesudah terjadi peristiwa atau
menjawab terhadap masalah tersebut. Menurut Az-Zarqani, asbabun nuzul adalah
keterangan mengenai suatu ayat atau rangkaian ayat yang beisi sebab-sebab turunnya
atau menjelaskan hukum suatu kasus pada waktu kejadiannya.
Melalui asbabun nuzul seseorang dapat mengetahui beberapa hikmah di balik
syariat yang diturunkan dan melalui sebab tertentu serta bisa mengetahui sebab-sebab
turunnya suatu ayat. Seseorang juga dapat menentukan apakah ayat mengandung
pesan khusus atau umum dan dalam keadaan yang bagaimana ayat itu mesti
diterapkan. Seseorang pasti mengetahui bahwa Allah selalu memberi perhatian penuh
pada Rasulullah serta selalu bersama para hamba-Nya maka Allah memberi pedoman
yang lurus dan benar bagi para manusia di dunia.
Makalah ini akan membahas tentang pengertian tentang asbabun nuzul, macam-
macam asbabun nuzul, tahap-tahap asbabun nuzul, hubungan surat dengan surat serta
hikmah mengenai asbabun nuzul.

1
B. Pembahasan

1. Pengertian
Nuzul Al-Qur’an atau yang sering disebut Nuzulul Qur’an terdiri dari dua
kata, yakni Nuzul dan Al-Qur’an. Nuzul berasal dari bahasa arab yakni nazala
yang berarti meluncur dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Nuzul Al-
Qur’an berarti kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw.melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur.
Asbabun Nuzul terdiri dari dua kata yaitu, asbab (jamak dari sabab) berarti
sebab atau latar belakang dan kemudian kata nuzul yang berarti turun. Secara
etimologi Asbab an-Nuzul adalah sebab-sebab yang mengakibatkan turunnya Al-
Qu’an. Secara etimologi asbab an-nuzul adalah peristiwa yang melatarbelakangi
turunnya ayat atau surat pada waktu proses penurunan Al-Qur’an.1
Dari para ulama, kita menemukan beberapa definisi asbabun nuzul tapi
maknanya senada. Menurut Az-Zarqani, asbabun nuzul adalah keterangan
mengenai suatu ayat atau rangkaian ayat yang berisi sebab-sebab turunnya atau
menjelaskan hukum suatu kasus pada waktu kejadiannya. Bagi Subhi Shalih,
asbabun nuzul itu sangat bertautan dengan sesuatu yang menjadi sebab turunnya
sebuah ayat atau beberapa ayat, atau suatu pertanyaan yang menjadi sebab
turunnya ayat sebagai jawaban, atau sebagai penjelasan yang diturunkan pada
waktu terjadinya suatu peristiwa.
Dengan adanya asbabun nuzul, akan lebih tampak keabsahan Al-Qur’an
sebagai petunjuk yang sesuai kebutuhan dan kesanggupan manusia2.

1
Haji Anshori, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013 )
2
Syeikh Muhammad Abdul Adzim Al-Zarqoni, Manahil Al-‘urfan fi Ulum Al-Qur’an, (Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001)

2
2. Macam-macam Asbabun Nuzul
Asbabun Nuzul memilki beberapa macam diantaranya, yaitu:
a. Menurut segi latar belakang Asbabun Nuzul ada dua, yaitu:
1) Adanya sesuatu kejadian, lalu turun ayat-ayat yang menjelaskan kejadian
tersebut
2) Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW tentang suatu hal,
kemudian turunlah ayat yang menjelaskan dan menjawab pertanyaan yang
disampaikan kepada Nabi SAW3
b. Menurut segi jumlah penyebab dan ayat yang diturunkan ada dua:
1) Sebabnya banyak, sedangkan ayat yang diturunkan itu hanya satu
(Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid)
2) Ayat yang turun banyak sedangkan sebabnya hanya satu (Ta’adud An-
Nazil Wa Al-Asbab Wahid)

Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai berikut:

a) Sebabnya banyak, sedangkan ayat yang turun hanya satu. Hal ini ada
empat macam, yaitu:
(1) Salah satu diantara dua riwayat ada yang berstatus shaheh dan ada
yang tidak shaheh, maka yang wajib diambil adalah riwayat yang
shaheh
(2) Apabila kedua riwayat berstatus shaheh, namun salah satu diantara
keduanya ada yang lebih unggul atau akurat maka yang diambil
adalah yang unggul atau yang akurat
(3) Apabila ada riwayat yang sama-sama shaheh, namun tidak ada
informasi yang lebih akurat diantara dua riwayat tersebut maka
dapat dikompromikan
(4) Apabila kedua riwayat sama dalam status keshahehannya, dan
diantara keduanya tidak ada yang lebih unggul, maka masing-
masing dari kedua riwayat tersebut dapat diamalkan
b) Apabila ayatnya banyak, sedangkan turunnya hanya satu, maka dapat
digunakan untuk semua ayat tersebut. Contohnya, ada riwayat Hakim
dari Ummu Salamah mengatakan: “Saya bertanya kepadamu Ya
Rasulullah, mengapa engkau menyebut laki-laki dan tidak menyebut
perempuan? “,maka turunlah Al-Qur’an Surah Al-Ahzab: 35 yang
artinya: Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki
dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap
dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-
laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.4

3
Manna Al-Qathan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, (Riyadh: Daar Al-Rasyid, 1747)
4
Haji Anshori, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013 )

3
3. Tahap-tahap Turunnya Al-Qur’an

Allah Swt berfirman di dalam surah Asy-Syura, ayat51 sebagai berikut:

‫َﺎب وْ ُﺮْﺳِ َﻞ رَﺳُ ًﻮﻻ ﻓَ ُﻮ ِ َ ِ ْذ ِﻧ ِﻪ ﻣَﺎ َﺸَ ﺎ ُء ۚ اﻧ ُﻪ َِﲇ‬


ٍ ‫َﴩ نْ ُﳫَ ِ ّ َﻤ ُﻪ ا ُ اﻻ وَ ْﺣ ًﺎ وْ ﻣِﻦْ وَرَ ا ِء ِﺣ‬
ٍ َ ‫وَ ﻣَﺎ ﰷَ نَ ِﻟ‬
‫َﺣ ِﻜ ٌﲓ‬
Dan tidak (terdapat) bagi seseorang manusia bahwa Allah bercakap-cakap
kepadanya, kecuali dengan wahyu, atau dari balik hijab, atau Dia mengirim utusan
lalu mewahyukan dengan izin-Nya. (QS Asy Syura [42]: 51)5
a. Tahap Pertama :
Al-Qur’an diturunkan dari Lauhul Mahfuz waktu menurut cara dan waktu yang
mengetahui hanya Allah dan siapa yang diperlihatkannya akan hal-hal yang gaib
saja. Yang demikian terlihat dari lafalnya dan dalil dari Al-Qur’an, karena firman-
Nya

(21). ‫ﺑ َﻞْ ﻫُﻮَ ﻗُﺮْ ٓنٌ ﻣَﺠِ ﯿ ٌﺪ‬


(22). ‫ُﻮظ‬
ٍ ‫ِﰲ ﻟ َﻮْ حٍ َﻣ ْﺤﻔ‬
(QS Al Buruj :21-22)
yang artinya: Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al Qur’an yang mulia. Yang
tersimpan dalam tempat yang terjaga (Lauh Mahfuz).

b. Tahap Kedua :
Dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit Dunia. Berdasarkan hasil bacaan
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca dan dipahami, maka dapatlah
ditarik kesimpulan, bahwa ia diturunkan dalam suatu malam ke langit dunia.
Sehingga disifatkan oleh Al-Qur’an dengan Lailati Mubarakatin (Malam yang
diberkahi Allah). Malam tersebut bisa disebut juga dengan nama Malam Qadar
atau malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Kejadian tersebut terjadi pada bulan Ramadhan. Di antara ayat-ayat tersebut ialah
:
 (QS Al- Qadar : 1)
﴾97:1﴿ ۚ ۖ◌ ِ‫ِا ۤ َا ۡﺰَ ﻟۡ ٰﻨ ُﻪ ِ ۡﰱ ﻟ َ ۡﯿ َ ِ اﻟۡﻘَﺪۡ ر‬
Sesungguhnya KAMI telah menurunkannya pada Malam Qadar.6
 (QS Ad-Dukhan : 3)

5
Haji Anshori, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013 )
6
Kahar Masyur, Pokok-pokok Ulumul Qur’an,(Jakarta :PT Rinrka Cipta, 1992),Hal 24-27.

4
ۚ ‫ا ْﺰَ ﻟْﻨَﺎ ُﻩ ِﰲ ﻟ َ ْﯿ َ ٍ ُﻣ َﺎرَ َﻛ ٍﺔ‬
Sesungguhnya KAMI telah menurunkannya pada malam yang diberkahi.

 (QS Al Baqarah : 185)

ُ‫ﺷَ ﻬْﺮُ رَ ﻣَﻀَ ﺎنَ ا ِي ْ ِﺰ َل ِﻓ ِﻪ اﻟْﻘُﺮْ ٓن‬


Bulan Ramadhan yang telah diturunkan padanya Al-Qur’an.
c. Tahap Ketiga
Al-Qur’an diturunkan dari Baitul ‘Izzah yang disebut (Langit Dunia) ke bumi dan
ke hati para Nabi dan para Rasul SAW. Al-Qur’an tahap terakhir dan pedoman
yang benar yang memberi cahaya pada manusia, dan jalan yang lurus bagi semua
manusia di bumi.
Al- Qur’an dinamakan Al-amiin atau terpercaya ke dalam hati Rasul SAW
berangsur-angsur dalam masa dua puluh tiga tahun, sesuai dengan kebutuhan dan
situasi. Dalilnya pada (QS Assyuarrak : 193) dan (QS At-Taubah :6).

Dalil berupa sunnah Rasul SAW, antara lain ialah :


 Pada (QS Alfurqaan : 33)
‫وَ َﻻ ﯾ َ ﺗُﻮﻧ َﻚَ ِﺑ َﻤﺜَﻞٍ اﻻ ﺟِ ْﻨَﺎكَ ِ ﻟْﺤ ّ َِﻖ وَ ْﺣﺴَ ﻦَ ﺗَﻔ ِْﺴﲑًا‬
Tidaklah mereka ( orang kafir dan dan musyrik itu) datang kepada kamu
dengan suatu perumpamaan, kecuali KAMI datang kepada engkau
(Muhammad) dengan yang lebih baik penafsirannya.
 (QS Al-Isra : 106)
‫اﻟﻨﺎس َ َٰﲆ ُﻣﻜ ٍْﺚ وَ َﺰ ﻟْﻨَﺎ ُﻩ ﺗ َْﲋ ًِﯾﻼ‬
ِ ‫وَ ﻗُﺮْ ٓ ً ﻓَﺮَ ْﻗ َﺎ ُﻩ ِﻟﺘَﻘْﺮَ ُﻩ ََﲆ‬
Al-Qur’an itu KAMI turunkan Ia berangsur-angsur, supaya engkau
(Muhammad) bacakan ia kepada manusia perlahan-lahan dan KAMI
turunkan Ia sebenar-benarnya atau kesemuanya.
4. Cara turunnya wahyu
Ada beberapa cara dalam turunnya wahyu, yaitu :
1). Isyarat
Pengertian isyarat bisa disimak pada sura Maryamayat 11.
Ayat tersebut mengisahkan Nabi Zakariya yang banyak menghabiskan waktunya
di mihrab untuk beribadah. Suatu saat, Nabi Zakariya keluar dari mihrab tempat ia
biasa beribadah. Lalu, mmenurut ayat itu, Nabi Zakariya meminta kepada
kaumnya agar mereka bertasbih di waktu pagi dan petang.

2). Bisikan
Bisikan yang di sini ialah bisikan setan yang bisa berbentuk jin dan manusia.
Mereka membisikkan kepada sebagian dengan perkataan yang indah dan menipu.
5
3). I’lam (memberi insting)
Dalam Surat Al Nahl ayat 68 yang maksud dari ayat terssebut ialah Allah
menyuruh lebah melaui insting untuk membuat rumah (sarangnya).

َ‫وَ وْ َ ٰ رَﺑﻚَ َاﱃ اﻟﻨ ْﻞِ نِ اﲣ ِ ﺬِي ﻣِﻦَ اﻟْﺠِ ﺒَﺎلِ ﺑُﯿُﻮ ً وَ ﻣِﻦَ اﻟﺸ َﺠ ِﺮ وَﻣِﻤﺎ ﯾ َ ْﻌﺮِﺷُ ﻮن‬
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit,
di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",

4). Ilham
Kata “Kami telah mengilhamkan” dan “Kami memberi ilham” pada terjemahan
surah Al-Qashash ayat 7, dan surah Thaha ayat 38, adalah terjemahan dari kata
auhayna. Kata auhayna pada kedua ayat di atas tidaklah mungkin secara istilah
diartikan “Kami telah memberi wahyu”, karena manusia biasa sepertinya ibunya
Musa tidak menerima wahyu
 QS Al Qasas ayat 7
ِ‫ُﻮﳻ نْ رْﺿِ ﻌِﯿ ِﻪ ۖ ﻓَﺎ ذَا ِﺧﻔْﺖِ َﻠَ ْﯿ ِﻪ ﻓَ ﻟْ ِﻘ ِﻪ ِﰲ اﻟْﲓَ ِّ وَ َﻻ ﲣَ َِﺎﰲ وَ َﻻ ﲢَ ْﺰَ ِﱐ ۖ ا رَادو ُﻩ ا ﻟَﯿْﻚ‬
ٰ َ ‫وَ وْ َﺣ ْﻨَﺎ َ ٰاﱃ ِّم ﻣ‬
َ‫وَ َﺎ ِﻠُﻮ ُﻩ ﻣِﻦَ اﻟْﻤُﺮْﺳَ ﻠِﲔ‬
Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir
dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para
rasul.
 QS At-Thaha ayat 38
﴾٣٨:‫اﱃ ِﻣّﻚَ ﻣَﺎ ﯾُﻮ َ ٰ ٓ ﴿ﻃﻪ‬
ٓ ٰ َ ٓ ‫ا ْذ وْ َﺣ ْﻨَﺎ‬
(yaitu) ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu sesuatu yang diilhamkan7

5. Hubungan surat dengan surat

Mencari hubungan antara surat dengan surat yang lain selain tidak mudah
ditempuh bahkan boleh dikatakan usaha yang dicari. Urutan surat demi surat, adalah
tauqifi, yakni ditertibkan oleh Rosul sendiri, bukan oleh ijtihad para sahabat. Namun
penertiban surat berdasarkan tauqifi, tidaklah mengharuskan adanya ikatan antara
setiap surat itu dan tidaklah selalu ada ikatan antara surat terdahulu dengan yang
kemudian. Demikian pula penertiban ayat demi ayat yang memang ditetapkan
sendirioleh Rasul, tidak pula megharuskan ada hubungannya antara suatu ayat dengan
ayat yang lain, apabila masing-masing ayat mempunyai sebab-sebab yang berbeda.
Biasanya, pada masing-masing surat mempunyai maudhu’ (objek) yang menonjol
dan bersifat menyeluruh yang atas maudhu’ itulah tersusun juz-iyah-juz-iyah surat
yang bertalian satu sama lainnya. Dalam pada itu, tidaklah seyogianya kesatuan
maudhu’ itu, merupakan kesatuan maudhu’ dalam segala surat-suratnya. Para ahli
tafsir tidak berusaha sampai ke taraf ini, yakni taraf membulatkan maudhu’-maudhu’
surat Al-Qur’an dalam suatu maudhu’ saja.
7
Haji Anshori, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013 )

6
Mereka mencukupi dengan menanapakkan hubungan (alaqah) antara penutup surat
yang terdahulu dengan pembukaan surat yang terkemudian , seolah-olah berpautan
erat seperti antara khitam surat yang terdahulu dengan fatihah surat yang terkemudian,
andaikata keduanya tidak dipisahkan oleh Basmallah; bukan perpautan dengan surat
dalam arti keseluruhan surat, tapi mempunyai hubungan yang erat dengan surat yang
lain.8

6. Hikmah Penurunan Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur

a. Mengukuhkan dan meneguhkan hati Nabi SAW


Sebagaimana firman Allah SWT:
‫و ُ ﻧﻘُﺺ َﻠَﯿْﻚَ ﻣِﻦْ ﻧۢ َﺒﺎ ٓ ِء ﻟﺮﺳُ ﻞِ ﻣَﺎ ﻧُﺜَ ّ ُِﺖ ِﺑﻪِۦ ﻓُﺆَادَكَ ۚ وَ َ ﺎٓءَكَ ِﰱ ﻫَـ ِﺬ ِﻩ ﻟْﺤَﻖ وَ ﻣَﻮْ ﻋِﻈَ ٌﺔ وَ ِذﻛْﺮَىٰ ِﻠْﻤُﺆْ ِﻣ ِﲔ‬
“Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah
yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surah ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman.” (Q.S.Hud[11]: 120)
b. Agar Al-Qur’an mudah dihafaldan dipahami oleh kaum muslimin
Terkait dengan pelafalan ini Nabi Muhammad SAW pernah menggerak-
gerakka lisannya untuk menghafal Al-Qur’an yang diturunkan kepadanya,
kemudian Allah SWT menegurnya:
‫ ُﰒ ان َﻠَ ْﯿﻨَﺎ ﺑ َ َﯿﺎﻧ َﻪ‬. ‫ ﻓَﺎ ذَا ﻗَﺮَ َ ُﻩ ﻓَﺎﺗ ِﺒ ْﻊ ﻗُﺮْ ٓﻧ َ ُﻪ‬. ‫ان َﻠَ ْﯿﻨَﺎ ﲨَ ْ َﻌ ُﻪ وَ ﻗُﺮْ ٓﻧ َﻪ‬. ‫َﻻ ﲢُ َ ِﺮّكْ ِﺑ ِﻪ ﻟِﺴَ ﺎﻧ َﻚَ ِﻟﺘَ ْﻌ َ َﻞ‬
‫ِﺑ ِﻪ‬
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membca) Al-Qur’an karena ….. ayat-ayat
(menguasai)-nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah mengumpulkannya (di dadamu)
dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila9
selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas
tanggungan Kami-lh penjelasannya.” (Q.S.Al-Qiyamah [75]: 16-19)

c. Menetapkan hukum secara bertahap, seperti proses pengharaman khamr


Dalam konteks ini Allah SWT berfirman:
‫ِﻠﻨﺎس وَا ﺛْ ُﻤﻬُﻤَﺎ ﻛ َ ُْﱪ ﻣِﻦْ ﻧ َ ْﻔ ِﻌﻬِﻤَﺎ ۗ وَ َﺴْ ﻟُﻮﻧ َﻚَ ﻣَﺎذَا‬
ِ ‫اﰒ َﻛﺒِﲑٌ وَ َﻣ َﺎ ِﻓ ُﻊ‬
ٌ ْ ‫ْﴪ ۖ ﻗُﻞْ ِﻓ ِﳱﻤَﺎ‬
ِ ِ ‫َﺴْ ﻟُﻮﻧ َﻚَ ﻋَﻦِ اﻟْ َﺨ ْﻤ ِﺮ وَاﻟْ َﻤ‬
َ‫َﻠﲂ ﺗَﺘَﻔَﻜﺮُ ون‬
ْ ُ ‫ﯾُ ْﻨ ِﻔﻘُﻮنَ ﻗُﻞِ اﻟْ َﻌﻔْﻮَ ۗ َﻛ َﺬ ِ َ ﯾُﺒ ِ ّ َُﲔ ا ُ ﻟ ُ َُﲂ ا ْ ٓ َ ِت ﻟَﻌ‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ‘Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi
dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya’, dan mereka bertanya kepadamu apa
yang mereka nafkahkan. Katakanlah: ‘yang lebih dari keperluan.’ Demikianlah
Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”. (Q.S.Al-
Baqarah [2]: 219)
8
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an,(Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra,
2002),Hal 42.
9
Haji Anshori, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013).

7
d. Untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang diajukan kepada Nabi
Muhammad SAW
Seperti yang dilakukan oleh Ubai bin Khalaf, salah satu pembesar kaum kafir
Makkah, ia datang kepada Nabi Muhammad Saw. dengan membawa tulang yang
sudah hancur kemudian dia melemparkan dan menyebarkannya ke udara seraya
berkata: “Wahai Muhammad, apakah kamu mengira bahwa Allah akan
membangkitkan tulang yang hancur seperti ini?” Nabi menjawab: “Ya, Allah akan
mematikanmu, kemudian menghidupkanmu, lalu memasukkanmu ke dalam
neraka.” Lalu turunlah beberapa ayat dalam akhir surah Yasin. Setelah contoh di
atas sejatinya masih banyak contoh lainnya yang mengisahkan betapa seringnya
Rasul Saw. ditanya oleh umatnya, seperti pertanyaan tentang hakikat roh,
pertanyaan tentang apa saja yang harus diinfakkan, pertanyaan tentang fungsi
bulan, hukum menggauli istri yang haid, dan masih banyak lagi.
e. Diturunkan secara berangsur-angsur untuk menegtahui makna ayat-ayat mansakh
(dihapus) atau makna nasikh (menghapus)
Contohnya adalah pada awal surah Al-Muzammil dan akhir surah Al-
Muzammil, di mana ayat yang terakhir memerintahkan shalat dan yang awal
memrintahkan shalat malam. Terkait dengan ayat ini para ulama megatakan
bahwa awal surah Al-Muzammil dihapus (mansukh) dengan ayat akhir surah Al-
Muzammil.
f. Penurunan secara berangsur-angsur lebih akurat, daripada sekaligus untuk
menegaskan kemukjizatan Al-Qur’an
Orang-orang kafir ditantang untuk membuat Al-Qur’an tandingan, tapi
mereka tidak mampu membuatnya. Jika Al-Qur’an diturunkan sekaligus (jumlah
wahidah) maka hal itu akan mereka jadikan alasan ketidakmampuan untuk
membuat Al-Qur’an tandingan. Namun, dengan secara berangsur-angsur
(munajjaman), tidak ada alasan bagi mereka untuk mengelak kemukjizatannya. 10

10
Haji Anshori, Ulumul Qur’an, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013 )

8
C. Penutup
1. Pengertian
Nuzul Al-Qur’an atau yang sering disebut Nuzulul Qur’an terdiri dari dua kata,
yakni Nuzul dan Al-Qur’an. Nuzul berasal dari bahasa arab yakni nazala yang berarti
meluncur dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Nuzul Al-Qur’an berarti
kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.melalui malaikat Jibril
secara berangsur-angsur.
2. Macam-macam Asbabun Nuzul
a. Menurut segi latar belakang Asbabun Nuzul ada dua, yaitu:
1) Adanya sesuatu kejadian, lalu turun ayat-ayat yang menjelaskan kejadian
tersebut
2) Ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW tentang suatu hal,
kemudian turunlah ayat yang menjelaskan dan menjawab pertanyaan yang
disampaikan kepada Nabi SAW
b. Menurut segi jumlah penyebab dan ayat yang diturunkan ada dua:
1) Sebabnya banyak, sedangkan ayat yang diturunkan itu hanya satu
(Ta’addud Al-Asbab Wa Al-Nazil Wahid)
2) Ayat yang turun banyak sedangkan sebabnya hanya satu (Ta’adud An-
Nazil Wa Al-Asbab Wahid)
3. Tahap-tahap Asbabun Nuzul
a. Tahap Pertama
Al-Qur’an diturunkan dari Lauhul Mahfuz waktu menurut cara dan waktu
yang mengetahui hanya Allah dan siapa yang diperlihatkannya akan hal-hal yang
gaib saja.
b. Tahap Kedua
Dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit Dunia. Berdasarkan hasil
bacaan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca dan dipahami, maka
dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa ia diturunkan dalam suatu malam ke langit
dunia.
c. Tahap Ketiga
Al-Qur’an diturunkan dari Baitul ‘Izzah yang disebut (Langit Dunia) ke bumi
dan ke hati para Nabi dan para Rasul SAW. Al-Qur’an tahap terakhir dan
pedoman yang benar yang memberi cahaya pada manusia, dan jalan yang lurus
bagi semua manusia di bumi.
4. Cara turunnya Wahyu
Ada beberapa cara dalam turunnya wahyu:
a. Isyarat
b. Bisikan
c. I’lam (memberi insting)
d. Ilham
5. Hubungan Surat dengan Surat
Mencari hubungan antara surat dengan surat yang lain selain tidak mudah ditempuh
bahkan boleh dikatakan usaha yang dicari. Urutan surat demi surat, adalah tauqifi,
yakni ditertibkan oleh Rosul sendiri, bukan oleh ijtihad para sahabat. Namun

9
penertiban surat berdasarkan tauqifi, tidaklah mengharuskan adanya ikatan antara
setiap surat itu dan tidaklah selalu ada ikatan antara surat terdahulu dengan yang
kemudian. Demikian pula penertiban ayat demi ayat yang memang ditetapkan
sendirioleh Rasul, tidak pula megharuskan ada hubungannya antara suatu ayat dengan
ayat yang lain, apabila masing-masing ayat mempunyai sebab-sebab yang berbeda.

6. Hikmah Penurunan Al-Qur’an Secara Berangsur-Angsur:


a. Mengukuhkan dan meneguhkan hati Nabi SAW
b. Agar Al-Qur’an mudah dihafaldan dipahami oleh kaum muslimin
c. Menetapkan hukum secara bertahap, seperti proses pengharaman khamr
d. Untuk menjawab dan menjelaskan pertanyaan yang diajukan kepada Nabi
Muhammad SAW
e. Diturunkan secara berangsur-angsur untuk menegtahui makna ayat-ayat mansakh
(dihapus) atau makna nasikh (menghapus)
f. Penurunan secara berangsur-angsur lebih akurat, daripada sekaligus untuk
menegaskan kemukjizatan Al-Qur’an

10
Daftar Pustaka
Al-Qathan, Mana, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Riyadh: Daar Al-Rasyid, 1747
Al-Zarqani, Syeikh Muhammad Abdul Adzim, Manahil Al-‘urfan fi Ulum Al-Qur’an,
Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001
Anshori, Haji, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2013
Masyur, Kahar, Pokok-pokok Ulumul Qur’an, Jakarta : PT Rineka Cipta, 1992
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Semarang: . Pustaka Rizki
Putra, 2002

11

Anda mungkin juga menyukai