Anda di halaman 1dari 12

HALAMAN SAMPUL

MENGENAL LAFADZ 'AAM


(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh)
Dosen Pengampu: Bpk. Rohmad Muzakki M.Pd

Oleh:
Ahmad Syarifuddin
Muhammad Yasin Yusuf
Fajaruddin Ali Maskur

Semester 2
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Tarbiyah
Institut Agama Islam Faqih Asy’ari (IAIFA)
Sumbersari Kencong Kepung Kediri
2022

i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Amaha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana dengan
limpahan Rahmat serta Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini.
Ungkapan rasa terimakasih yang tak terhingga kami haturkan kepada
Bapak Rohmad MuzakkiM.Pd. selaku Dosen pengampu mata kuliah Ushul Fiqh
yang telah membimbing kami dalam memahami seluk beluk materi Ushul Fiqh
selama satu semester ini.
Dan tak lupa ucapan terimakasih kami haturkan kepada beberapa pihak
yang ikut andil dalam mensukseskan penyusunan makalah ini, selanjutnya
makalah yang kami beri judul “Mengenal Lafadz’Aam” ini semoga bisa
memeberikan sedikit informasi kepada pembaca tentang lafadz 'Am dalam ilmu
Ushul fiqih.
Makalah yang kami susun ini tentulah sangat jauh dari kata sempurna,
maka dari itu, kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan semi
mencapai kemajuan di bidang keilmuan.

Sumbersari, 8 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
A. Definisi Lafadz ’Aam....................................................................... 2
B. Dilalah Lafadz ’Aam........................................................................ 2
C. Macam-macam Lafadz ’Aam........................................................... 3
D. Macam-macam Lafadz ’Aam dan Contohnya................................. 4
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 7
A. Kesimpulan..................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber hukum adalah wahyu yang berupa bahasa, sementara qaidah
ushuliyyah itu berkaitan dengan bahasa. Dengan demikian qaidah ushuliyyah
berfungsi sebagai alat untuk menggali ketentuan hukum yang terdapat dalam
bahasa (wahyu) itu. Menguasai qaidah ushuliyyah dapat mempermudah faqih
untuk mengetahui hukum Allah dalam setiap peristiwa hukum yang
dihadapinya. Dalam hal ini Qaidah fiqhiyah pun berfungsi sama dengan
qaidah ushuliyyah, sehingga terkadang ada suatu qaidah yang dapat disebut
qaidah ushuliyyah dan qaidah fiqhiyah.
Salah satu unsur penting yang digunakan sebagai pendekatan dalam
mengkaji Islam adalah Ilmu Ushul Fiqh, yaitu ilmu yang mempelajari kaidah-
kaidah yang dijadikan pedoman dalam menetapkan hukum-hukum syari'at
yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil-dalil yang rinci. Melalui
kaidah-kaidah Ushul Fiqh akan diketahui nash-nash syara' dan hukum-hukum
yang ditunjukkannya.
Diantara kaidah-kaidah Ushul Fiqh yang penting diketahui adalah
Istinbath dari segi kebahasaan, salah satunya adalah Lafadz’ Aam. Makalah
ini akan membahas Lafadz ’Aam secara lebih mendalam dari konsekwensi
hukumnya serta contonnya..
B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan makalah ini juga ada beberapa rumusan masalah
diantaranya yaitu :
1. Apa definisi dari Al’aam ?
2. Dzalalah Lafadz Al’Aam?
3. Macam Macam Al’aam?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu memahami definisi Lafadz ‘aam.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dzalalah lafadz ’aam.
3. Mahasiswa mampu mengetahui maam macam lafadz ‘aam

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Lafadz ‘Aam
‘Am menurut bahasa artinya merata, yang umum; dan menurut istilah
adalah " Lafadz yang memiliki pengertian umum, terhadap semua yang
termasuk dalam pengertian lafadh itu ".Dengan pengertian lain, ‘am adalah
kata yang memberi pengertian umum, meliputi segala sesuatu yang
terkandung dalam kata itu dengan tidak terbatas. Lafazh ‘amm mempunyai
tingkat yang luas, yaitu suatu makna yang mencakup seluruh satuan yang
tidak terbatas dalam jumlah tertentu. “Setiap lafazh yang mencakup banyak,
baik secara lafazh maupun makna” (Hanafiyah), “Suatu lafazh yang dari suatu
segi menunjukkan dua makna atau lebih” (Al-Ghazali), Lafazh yang
mencakup semua yang cocok untuk lafazh tersebut dalam satu kata” (Al-
Bazdawi). menurut Uddah ( dari kalangan ulama' Hanbali )" suatu lafadz yang
mengumumi dua hal atau lebih"
Suatu lafazh ‘amm yang disertai qarinah (indikasi) yang menunjukkan
penolakan adanya takhsis adalah qath’i dilalah, dan yang disertai qarinah yang
menunjukkan yang dimaksud itu khusus, mempunyai dilalah yang khusus
Menurut Hanafiyah, pada lafazh ‘amm itu, kehendak makna umumnya
jelas, tegas dan tidak memerlukan penjelasan, oleh karena itu Hanafiyah tidak
mewajibkan tertib dalam berwudhu, karena dalam Al-Maidah ayat 6 sudah
cukup jelas dan tegas tidak memerintahkan tertibnya berwudhu. Sedangkan
Jumhur Ulama mewajibkan tertib dalam berwudhu berdasar hadis:
“Allah tidak menerima sholat seseorang sehingga ia bersuci sesuai
tempatnya (tertib pelaksanaannya), maka hendaklah ia membasuh wajahnya
kemudian dua tangannya”.
Hadits ini menunjukkan keharusan tertib dalam berwudhu, sementara
menurut Hanafiyah, tertib itu hanya sunat mu’akadah saja.
B. Dilalah Lafadz ‘Aam

5
Jumhur Ulama, di antaranya Syafi'iyah, berpendapat bahwa lafadz ‘am itu
dzanniy dalalahnya atas semua satuan-satuan di dalamnya. Demikian pula,
lafa{dz ‘am setelah di-takhshish, sisa satuan-satuannya juga dzanniy
dalalahnya. sehingga terkenallah di kalangan mereka suatu kaidah ushuliyah
yang berbunyi: "Setiap dalil yang ‘am harus ditakhshish". Selain itu di
kalangan mereka didapat pula satu faedah yang lain yang berbunyi
Menurut sebagian ulama termasuk ulama madzhab Hanafi, bahwa
lafadz Al-‘Aam yang belum di khususkan secara pasti mencakup seluruh
afrasd yang terkandung dalam pengertiannya. Jadi dilalahnya terhadap seluruh
afrad bersifat qat’I. apa bila dikhususkan, maka dilalahnya terhadap yang sisa
dari pada afrad sesudah pengkhususan bersifat zanni. Jadi dilalah lafadz
al’Aam bersifat Qat’I sebelum pengkhususan dan bersifat zhanni setelah
pengkhususan.
Akibatnya menurut jumhur al-‘Aam boleh dikhususkan dengan dalil
zanni baik untuk pengkhususan pertama, kedua dan seterusnya, karena yang
dzanni dapat di khususkan dengan dalil zanni. Sedangkan menurt Hanafi dan
kawan-kawan pengkhususan pertama terhadap lafdz Al-‘Aamtidak boleh
dengan dall zanni tetapi harus dengan dalil qat’I, karena yang qat’I hanya
dapat dikhususkan dengan dalil qat’I, tidak boleh dalil dzanni. Adapun
pengkhususan kedua, ketiga dan seterusnya boleh dengan dalil dzanni karena
dilalah Al-‘Aam yang sudah dikhususkan bersifat zanni.
Perbedaan pendapat ini akankelihatan akibatnya, apa bila terjadi
pertentangan antara Al-‘aam dan Al-Khaash. Misalnya: seorang atasan berkata
kepada bawahannya:” jangan enkau berikan barang ini kepada siapapun”,
kemudian ia berkata lagi: “ berikanlah barang ini kepada si Ali”.
Menurut ulama hanafiyah dan kawan-kawan, didahulukan mana yang
lebih dahulu disebutkan. Kalau Al-‘Aam yang lebih dahulu disebutkan, maka
Al-‘Aamlah yang dipegang, demikian pula sebaliknya, karena Al-‘Aam yang
belum dikhususukan dan Al-Khash sama-sama qar’I, sebab itu tidak dapat
membatalkan satu sama lain. Satu-satunya cara adalah berpegang kepada yang

6
lebih dahulu disebutkan, baik Al-‘Aam atau AlKhaash. Dalam kejadian
tersebut diatas , barang tersebut tidak boleh diberikan kepada siapapun.
C. Macam - Macam Lafadz’Aam
Dari penelitian terhadap nask menunjukkan bahwa al’ aam dibagi menjadi 3
macam.
1. Al ‘Am Al Istighraqy, yakni yang mencakup segala sesuatu yang dapat
dicakupnya tanpa kecuali, sehingga semua disentuh olehnya, misal:
ketentuan tentang kewajiban wanita yang bercerai untuk melaksanakan
‘iddah (masa tunggu) selama tiga quru (suci atau haid). Ketentuan ini
berlaku untuk segala bentuk perceraian, kecuali jika ada petunjuk lain
yang mengecualikan salah satu bentuknya.
2. Al ‘Am Majmuiy, yakni yang tidak mencakup keseluruhan bagian
bagiannya satu demi satu, tetai secara umum saja. Misalnya :
kewajiban mempercayai nabi nabi yang di utus allah, jumlah mereka
banyak, namun dua puluh lima nabi yang disebut nama namanya
dalam al-Quran sudah dinilai cukup mewakili seluruh nabi yang
banyak sekali.
3. Al ‘Am Al Badaly, yakni yang diwakili oleh seorang saja dari anggota
yang dicakup oleh lafaz itu. Misalnya : perintah untuk bernafkah
kepada fakir miskin. Memberi seorang siapa saja dari siapapun yang
berstastus fakir miskin, sudah cukup. Karena memang lafaz umum di
sini adalah al ‘am badaly.

D. Macam Macam Lafadz Aam Dan Contohnya


1. Kullun, Jami’un , Kaffah Dan Ma’syara
Contoh kullun :
ِ ْ‫س َذاِئقَةُ ْال َمو‬
‫ت‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
“tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”. (Q.S Ali Imran ayat 185).
Contoh jami’un:

ِ ْ‫ق لَ ُكم َّما فِي اَأْلر‬


‫ض َج ِميعًا‬ َ َ‫هُ َو الَّ ِذي خَ ل‬

7
“dia-lah Allah, yang menjadikan kamu di permukaan bumi ini semua”
(Q.SAl-Baqarah ayat 29)
Contoh kaffah:
ٰ
ِ َّ‫اس بَ ِشيرًا َونَ ِذيرًا َولَ ِك َّن َأ ْكثَ َر الن‬
َ‫اس اَل يَ ْعلَ ُمون‬ ِ َّ‫َو َما َأرْ َس ْلنَاكَ ِإاَّل َكافَّةً لِّلن‬
“dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”. (Q.SSaba’ ayat
28)
Contoh Ma’syara
‫يا معشر االنس والجن الم يأتكم رسل منكم يقصون عليكم اياته وينذرونكم لقاء يومكم هذا‬
“hai sekalian Jin dan Manusia! Tidaklah sampai kepadamu utusan-utusan
yang menceritakan ayat-Ku kepadamu? serta menakuti kamu akan
pertemuan hari ini (Q.Sal-An’am ayat 12)
2. Man Dan Maa
Contoh man:
‫َمن يَ ْع َملْ سُو ًءا يُجْ زَ بِ ِه‬
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan
dengan kejahatan itu (Q.SAn-Nisa’ ayat 123).
Contoh maa:
ْ ُ‫ف ِإلَ ْي ُك ْم َوَأنتُ ْم اَل ت‬
َ‫ظلَ ُمون‬ َّ ‫َو َما تُنفِقُوا ِم ْن خَ ي ٍْر يُ َو‬
“dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan
diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan
dianiaya (dirugikan)”. (Q.SAl-Baqarah ayat 272).
3. Man Dan Maa untuk istifham (pertanyaan)
Contoh man:
‫َّمن َذا الَّ ِذي يُ ْق ِرضُ هَّللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا‬
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang
baik”. (Q.SAl-Baqarah ayat 245)
Contoh maa:
‫َما َسلَ َك ُك ْم فِي َسقَ َر‬

8
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" (Q.SAl-
Mudatsir ayat 42)
Contoh aina:
‫اين تسكن‬
“dimana kamu tinggal”
Contoh mata:
‫متى نصرهللا‬
“Kapan akan datang pertolongan Allah”
4. Ba’da Nafa
Contoh
َ ‫س َش ْيًئا َواَل يُ ْقبَ ُل ِم ْنهَا َع ْد ٌل َواَل تَنفَ ُعهَا َشفَا َعةٌ َواَل هُ ْم ي‬
َ‫ُنصرُون‬ ٍ ‫َواتَّقُوا يَوْ ًما اَّل تَجْ ِزي نَ ْفسٌ عَن نَّ ْف‬
“dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat
menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu
tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa'at
kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong.”( Q.SAl-Baqarah ayat
123)
5. Isim Mausul
Contoh:
ۚ ‫ت ثُ َّم لَ ْم يَْأتُوا بَِأرْ بَ َع ِة ُشهَدَا َء فَاجْ لِدُوهُ ْم ثَ َمانِينَ َج ْل َدةً َواَل تَ ْقبَلُوا لَهُ ْم َشهَا َدةً َأبَدًا‬ َ ْ‫َوالَّ ِذينَ يَرْ ُمونَ ْال ُمح‬
ِ ‫صنَا‬
َ‫اسقُون‬ِ َ‫ك هُ ُم ْالف‬ َ ‫َوُأو ٰلَِئ‬
“dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat
zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah
mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu
terima kesaksian mereka buat selama-lamanya”. (Q.SAn-nur ayat 4)
6. Idhafah
Contoh :
‫ۗ َوِإن تَ ُع ُّدوا نِ ْع َمتَ هَّللا ِ اَل تُحْ صُوهَا‬
“dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya” (Q.S Ibrahim ayat 34).
7. alif lamharfiyah
Contoh :

9
‫ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.(Q.SAl-
Baqarah ayat 195)

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Lafadz ‘am adalah kata yang memberi pengertian umum, meliputi segala
sesuatu yang terkandung dalam kata itu dengan tidak terbatas. Lafazh
‘amm mempunyai tingkat yang luas, yaitu suatu makna yang mencakup
seluruh satuan yang tidak terbatas dalam jumlah tertentu. “Setiap lafazh
yang mencakup banyak, baik secara lafazh maupun makna” (Hanafiyah),
“Suatu lafazh yang dari suatu segi menunjukkan dua makna atau lebih”
(Al-Ghazali), Lafazh yang mencakup semua yang cocok untuk lafazh
tersebut dalam satu kata” (Al-Bazdawi). menurut Uddah ( dari kalangan
ulama' Hanbali )" suatu lafadz yang mengumumi dua hal atau lebih"
2. Lafadz ‘am itu dzanniy dalalahnya atas semua satuan-satuan di dalamnya.
Demikian pula, lafa{dz ‘am setelah di-takhshish, sisa satuan-satuannya
juga dzanniy dalalahnya. sehingga terkenallah di kalangan mereka suatu
kaidah ushuliyah yang berbunyi: "Setiap dalil yang ‘am harus
ditakhshish". Selain itu di kalangan mereka didapat pula satu faedah yang
lain yang berbunyi
3. Al-‘am terbagi tiga macam diantaranya adalah:
a. Al-‘am yang secara pasti itu dimaksudkan untuk umum. Yaitu al-‘am
yang disertai qarinat dapat dapat meniadakan kemungkinan untuk di-
takhshish
b. Al-‘am secara pasti dimaksuskan untuk khusus. Yakni al-‘am yang
disertai qarinat yang dapat menghilangkan arti umumnya dan
menjelaskan bahwa yang dimaksud dari padanya adalah sebagian dari
satuannya.
c. Al-‘am yang khusus untuk ‘am yaitu ‘am muthlaq. Yang dimaksud
adalah ‘am yang tidak disertai qarinat yang menghilangkan
kemungkinan dikhusukan dan tidak disertai pula qarinat yang
menghilangkan keumumannya.

11
DAFTAR PUSTAKA
DR. Zainuri, Dasar-dasar Ilmu Fiqh Lengkap, PT. Bulan Bintang, Jakarta
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penterjemah/
Pentafsiral-Qur’an,
Satria Effendi, Prof.Dr.H, M.Zein, Ushul Fiqh, Jakarta, Prenada Media, 2005.
http://sutrisnoattarmasie.blogspot.com/2011/03/ushul-fiqh-al-am-dan-al-khas.html
Drs. Nazar Bakry, Fiqh Dan Ushul Fiqh, Cet. 1 , Jakarta, PT Rajawali Pres, 1993.
Syekh Abdul Wahad Khallaf, Ilmu Usul Fikih, Jakarta; PT. Rineka Cipta, 1993.
Syekh Muhammad Al Khudhori Beik, Terjemah Ushul Fiqh 1, Pekalongan: Raja
Murah, 1982.
M. Kholid Afandi Dan Nailul Huda, Dari Teori Ushul Menuju Fiqh Ala Tashil
Ath Thuruqat, Kediri: Santri Salaf Press, 2013.
Muhammad Hilmi Dan Muhammad Ludrianoor, Makalah ‘Am Dan Khas Dalam
Buku Drs. H.Kahur Masyhur, IAIN Antasari Banjarmasin

12

Anda mungkin juga menyukai