Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENGERTIAN TARBIYAH DALAM AL-QUR’AN


Disusun untuk memenuhi tugas matkul Tafsir Tarbawi
Dosen pengampu: Bpk Fadil Akbar,M.Pd.

Disusun oleh:
M. Dimas Muzakki Nur F (2131384510069)
Zaini Kudori (2131384510074)

2022
FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM FAQIH ASY’ARI (IAIFA KEDIRI)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rezeki berupa Kesehatan jasmani maupun rohani sehingga kita masih
bisa melakukan kegiatan sehari hari. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW. Yang telah menunjukkan kepada
kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dengan cara daakwaah
yang begitu indah yaitu berupa agama islam.

Dalam penulisan makalah ini merupakan tugas mata kuliah “ TAFSIR


TARBAWI “ , dan penulis merasa masih banyak kesalahan-kesalahan baik berupa
pada teknik penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu saran maupun kritik dari semua pihak, sangat kami harapkan dalam
mengembangkan makalah ini dan kemampuan kami. Dalam penulisan makalah ini
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bpk Dosen Fadhil Akbar ,M.Pd.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Tafsir Tarbawi.

Kami harap semoga Allah SWT. Melimpahkan keberkahan kepada kita


semua, khususnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah
ini. Semoga dari semua bantuan ini dapat sebagai ladang pahala tersendiri dan
tentunya saling belajar Bersama, Aamiin yaa robbal’Alamiin.

Kediri, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan ................................................................................... 1

a. Latar belakang .............................................................................. 1


b. Rumusan masalah ........................................................................ 2
c. Tujuan pembahasan...................................................................... 2

Bab II Pembahasan................................................................................... 3
a. Tafsir ayat 2 surah al-fatihah ....................................................... 3
b. Tafsir ayat 24 surah al-isra’ ......................................................... 5
c. Tafsir ayat 16 surah asy-syu’ara .................................................. 6

Bab III Penutup ........................................................................................ 8


Kesimpulan ........................................................................................ 8

Daftar Pustaka .......................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka memenuhi tugas matakuliah tafsir tarbawi, kami
selaku penulis bertugas membuat makalah yang akan membahas tentang
tafsir ayat-ayat al-qur’an yang berhubungan dengan Pendidikan, dalam
penulisan makalah ini mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan pembaca.
Pendidikn merupakan syarat utama dalam mengarungi suatu
kehidupan. Al-Qur’an sendiri merupakan pedoman hidup dan banyak
sekali kandungan-kandungan yang memplementasikan dalam
kehidupan kita, dalam Al-Qur’an sering menyinggung mengenai
Pendidikan, baik melalui ta’lim, tadris maupun tarbiyah. Yang mana
setiap kata tentunya memiliki makna tesendiri.
Kajian-kajian tentang Pendidikan yang ada dalam Al-Qur’an perlu
kita dalami lagi, agar system Pendidikan dapat semakin berkembang dan
sesuai dengan apa yang ada dalam Al-Qur’an. Dan hasilnya mampu
menciptakan kualitas Pendidikan yang efektif dan efisien dalam
kehidupan.
Kata tarbiyah pada dasarnya terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi tidak
dalam bentuk tarbiyah langsung melainkan dari kata-kata yang merujuk
dari kata tarbiyah tersebut. Konsep tarbiyah merupakan proses mendidik
manusia dengan tujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia ke arah
yang lebih sempurna, ia bukan dilihat dari proses mendidik saja akan
tetapi merangkumi proses mengurus, mengatur perjalanan kehidupan
supaya berjalan dengan lancar.1

1
Atiqa Azizah, TARBIYAH DALAM AL-QURAN, medan 2018, hal 6

1
B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi ini, dan agar tersusun secara sistematis
dan efisien, maka Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana tafsir ayat ke 2 surah Al-fatihah?
b. Bagaimana tafsir ayat ke 24 surah Al-Isra’?
c. Bagaimana tafsir ayat ke 16 surah As-Syu’ara?

C. Tujuan Pembahasan
Dari rumusan masalah diatas agar dapat selaras dengan apa yang
dibahas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Mengetahui tafsir ayat ke 2 surah Al-Fatihah.
b. Mengetahui tafsir ayat ke 24 surah Al-Isra.
c. Mengetahui tafsir ayat ke 16 surah Al-Syu’ara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tafsir Ayat 2 Surah Al-Fatihah

Dalam Al-Qur’an, kata tarbiyah tidak dapat dijumpai, namun


demikian kata tarbiyah sendiri merujuk berbagai bentuk derivasinya, dapaat
ditemukan dalam ayat-ayat di al-qur’an. Derivasi tarbiyah di al-qur’an
terbagi menjadi tiga bentuk; pertama bentuk isim fail (raabbani).
Sebagaimana terdapat dalam surat Al Imran ayat 79, yang semuanya
berberntuk jamak (rabbaniyyin).

Kedua, bentuk Masdar rabb, mayoritas dikontekskan dengan alam,


selebihnya dikontekskan dengan masalah nabi, manusia, sifat Allah, dan
ka’bah. Salah satunya terdapat padasurat al- fatihah ayat 2. berikutnya
adalah kata rabba yang terdapat pada surah asy-syu’ara ayat 18 2

Demikianlah tiga derivasi kata tarbiyah, maka penulis akan meneliti


ayat yang mengandung kata tersebut, tetapi tidak semua ayat yang
mengandung kata tersebut akan kami teliti, melainkan beberapa ayat yang
sudah ditugaskan kepada kami oleh dosen pembimbing.

Ketiga, berbentuk kata kerja, pertama raba yaitu terdapat pada sura
tar-rum ayat 39. Dan rabbaya yang terdapat pada surah al-isra’ ayat 24.

Pada penafsiran ayat ke 2 al fatihah yang berbunyi

‫رب العلمين‬ ‫الحمد‬

Artinya : Segala Puji bagi allah, Tuhan seluruh semesta alam.

2
Ibid hal 48

3
"Al-hamdu" adalah pujian yang disertai dengan cinta dan pengagungan
yang sempurna, dan ini sangat sesuai dengan pensifatan yang datang setelah
"al-Hamdu" ( pujian )

Lafaz Alhamdu lillah (segala puji bagi Allah), ini merupakan Sanjungan
bagi Allah dengan sifat-sifatnya yang sempurna, dan perbuatan-perbuatannya
yang mencakup antara Fadilah dan keadilan. bagi Allah segala puji yang
sempurna dengan segala jenisnya. Jika saja tidak ada tugas yang diperintahkan
oleh al-Qur'an untuk kita kecuali hanya bersyukur dan memuji pemiliknya
dengan pujian yang sempurna; maka cukuplah itu sebagai nikmat yang besar
bagi seluruh alam.

Lafaz robbil ‘alamin (yang mengurus sekalian alam), Robb artinya yang
mengurus seluruh alam (selain Allah) yang telah Allah ciptakan. Allah telah
persiapkan untuk mereka sarana-sarana dan Allah memberi nikmat kepada
mereka dengan nikmat yang agung yang seandainya Jika mereka kehilangan
nikmat itu maka tidak mungkin mereka bisa terus ada bertahan hidup. tidak ada
nikmat yang mereka dapatkan kecuali dari Allah ta'ala.

Jadi ayat 2 dari surat al-fatihah mengisyaratkan bahwa proses


pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah
sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia.

Abu Ja’far bin Jarir mengatakan bahwa, syukur kepada


Allah semata dan bukan kepada sesembahan selain-Nya, bukan pula pada
makhluk yang telah diciptakan-Nya, atas segala nikmat yang telah Dia
anugrahkan kepada hamba-hamba-Nya yang tak terhingga jumlahnya, dan tak
ada seorangpun selain Dia yang tahu jumlahnya. 3

3
Ibid.hal 24

4
B. TAFSIR SURAT AL-ISRA’ : 24

Penafsiran menurut Ibnu Katsir mengenai surat Al-Isra ayat 24:

‫ص ِغي ًْر ۗا‬


َ ‫ار َح ْم ُه َما َك َما َرب ٰﱠينِ ْي‬
ْ ‫ب‬ ‫ِض لَ ُه َما َجنَا َح الذﱡ ِّل ِمنَ ﱠ‬
ِ ّ ‫الر ْح َم ِة َوقُ ْل ﱠر‬ ْ ‫َوا ْخف‬

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.”4

Maksud dari ayat 24 tersebut adalah perintah kepada anak manusia untuk
merendahkan diri kepada keduanya yakni ibu dan bapak disaat telah berusia
lanjut, dan kemudian diperintahkan untuk mendoakan keduanya dengan doa ini
bilamana keduanya telah meninggal dunia. Seperti doa yang ada pada potongan
ayat 24 surat al-Isra.

َ ‫ب ارْ َح ْم ُه َما َك َما َرب ٰﱠينِ ْي‬


‫ص ِغي ًْرا‬ ِ ّ ‫ﱠر‬

“Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah


mendidik aku pada waktu kecil.”5

Dimaksudkan Agar sang anak tidak begitu saja melupakan jasa-jasa kedua
orang tua yakni ibu dan bapak yang telah merawat kita sewaktu kecil hingga
menjadi dewasa. Minimal berbuat baik kepada orang tua dengan cara
mendoakan keduanya dengan yang ada diayat terakhir pada surat al-Isra ayat
24.6

Jadi dalam kandungan ayat diatas kita sebagai manusi yang sudah pasti
mempunyai orang tua maka diharuskan untuk berbakti mereka, berbakti
maksudnya yaitu apa-apa yang diperintah oleh orang tua maka wajib untuk
dilaksanakan (kecuali jika perintah maksiat), dan berbakti juga bisa dengan
mendo’akan hal-hal baik kepada mereka. Karena mereka adalah pendidik

4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tejemahan Bahasa Indonesia Ayat Pojok,
(Kudus: Menara Kudus 2006), hlm. 248.
5
Ibnu Katsir Al-Damaski, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Juz 5. (Lebanon: Dar al-Kotob alIlmiyah, 1998)
hlm. 59.
6
Ibid,. 61.

5
peratama yang mendidik kita, dengan begitu dapat pula mengharap ridho Allah
SWT. Melalui orang tua. Supaya perjalanan menuntut ilmu menjadi berkah dan
bermaanfaat.

C. TAFSIR SURAT ASY-SYU’ARA :16

Pada Penafsiran mengenai surat Asy-Syu’ara, yang berbunyi:

َ‫س ْو ُل َربّ ِ ْالعٰ لَمِ يْن‬ َ ‫ﻓَأْ ِتيَا ﻓ ِْر‬


ٓ َ ‫ع ْونَ ﻓَﻘُ ْو‬
ُ ‫ﻻ ِانﱠا َر‬

Artinya: “maka datanglah kamu berdua kepada Fir‘aun dan katakan,

Sesungguhnya kami adalah rasul-rasul Tuhan seluruh alam “

Fokus dalam surah ini adalah bertuju kepada peristiwa berhadapanya musa
dan harun dengan fir’aun. Pada ayat-ayat ini, Allah menegaskan kepada Musa
a.s. bahwa semua yang dikhawatirkannya itu tidak akan terjadi. Dia tidak akan
dapat dibunuh oleh Fir'aun karena Fir'aun tidak akan dapat berlaku sewenang-
wenang terhadapnya. Adapun permintaan Musa agar saudaranya, Harun,
diangkat menjadi rasul telah dikabulkan oleh Allah. Dengan begitu, perintah
untuk pergi berdakwah kepada Fir'aun dan kaumnya dibebankan kepada Musa
dan Harun. Di dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa permintaan Musa itu
dikabulkan yaitu:

Dia (Allah) berfirman, "Sungguh, telah diperkenankan permintaanmu, hai


Musa! (thaha/20: 36).

Allah menceritakan kepergian Musa dan Harun menyeru Fir'aun dan


kaumnya kepada agama tauhid dengan membawa mukjizat yang akan
menguatkan seruannya yaitu tongkat Musa yang dapat menjadi ular, dan
tangannya bila dimasukkan ke ketiaknya akan menjadi putih bercahaya. Untuk
menghilangkan segala was-was dan kekhawatiran dalam hati Musa dan Harun,
Allah menegaskan bahwa Ia selalu akan mendengar dan memperhatikan apa
yang akan terjadi di kala keduanya telah berhadapan dengan Fir'aun. Hal ini
dengan jelas diterangkan pada ayat lain yaitu:

6
Dia (Allah) berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya
Aku bersama kamu berdua, Aku mendengar dan melihat. (thaha/20: 46).

Allah menyuruh Musa dan Harun agar mengatakan dengan tegas kepada
Fir'aun bahwa mereka datang menghadap kepadanya untuk menyampaikan
bahwa mereka berdua adalah rasul yang diutus Allah, Tuhan semesta alam,
kepadanya dan kaumnya. Selain itu keduanya harus meminta kepada Fir'aun
agar membebaskan Bani Israil yang telah diperbudak selama ini. Keduanya
ingin membawa mereka kembali ke tanah suci Baitul Makdis, tanah tumpah
darah mereka, di mana nenek moyang mereka semenjak dahulu kala telah
berdiam di sana. Hal ini bertujuan agar mereka dapat dengan bebas memeluk
agama tauhid tanpa ada tekanan atau hambatan dari siapa pun. 7

Adapun pengertian tersendiri dari tafsir fi zhilalil-Qur’an bahwa nabi musa


bukan rosul kepada fir’aun dan kaumnya untuk mendakwah. Namun, musa
adalah rosul kepada mereka untuk menuntut pembebasan bani Israel agar
mereka dapat dengan bebas dan merdeka menyembah tuhan sebagaimana
mereka kehendaki. Karena mereka meerupakan pemeluk agama sejak nenek
moyang Israel (yaitu Nabi Ya’qub ayah Nabi Yusuf), kemudian agama itu
terkikis dari hati dan jiwa mereka serta aqidah mereka menjadi rusak.malka,
Allah pun mengutus musa untuk membebaskan mereka dari kezaliman fir’aun
dan mngembalikan tarbiyah mereka kepada agama tauhid.8

Pada kata (‫)رس ُْو ُل‬


َ pada ayat diatas berbentuk tunggal, padahal yang
menucapkannya adalah Nabi Musa as. Dan Nabi Harun as. Bukankah seperti
terbaca di atas, mereka berkata: sesungguhnya kami penggunaan tunggal ini
untuk mengisyaratkan bahwa ajaran yang mereka berdua sampaikan pada
hakikatnya satu dan sama, sedikitpun tidak berbeda.

7
https://muslim.okezone.com/alquran/tafsir/16/26/asy-syu-ara-ayat-16
8
Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an VIII, Jakarta, gema insani press, 2003, hal 332

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

a. Dalam al-quran sendiri kata tarbiyah tidak ada, akan tetapi


kata tarbiyah menjadi sumber atau rujukan dibeberapa ayat al-
quran. Dalam kandungan ayat 2 surah al-fatihah, Allah SWT.
Ialah pendidik bagi seluruh makhluk, dapat disimpulkan bahwa
ilmu juga harus dimanfaatkan dan diberikan kepada orang lain,
melihat sumber dari ilmu adalah tuhan yang maha esa.
b. Kandungan dari surah al-isra’ ayat 24, yang memberitahu kita
supaya berbakti kepada orang tua salah satunya dengan cara
mendo’akan yang terbik untuk merekan. Karena merekalah kita
memperoleh keridhoan Allah SWT. Dan dapat mencari serta
menyebarkan ilmu.
c. Dalam surah asy-syu’ara ayat 16. Allah swt. Mengutus nabi
musa untuk melepaskan jeratan perbudakan bani israil, untuk
Kembali kedalam kebebasan beribadah dan menuntut ilmu
sebagaimana nenek moyang mereka lakukan dan diutusnya
untuk menyerukan kerosulannya kepada fir’aun.

8
DAFTAR PUSTAKA
Azizah atiqa, TARBIYAH DALAM AL-QURAN, medan 2018
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tejemahan Bahasa Indonesia
Ayat Pojok, (Kudus: Menara Kudus 2006),
Katsir ibnu Al-Damaski, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Juz 5. (Lebanon:
Dar al-Kotob alIlmiyah, 1998)
Qutb Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an VIII, Jakarta, gema insani press,
2003,
M. Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISHBAH, lentera hati, Tangerang,
2002,

https://muslim.okezone.com/alquran/tafsir/16/26/asy-syu-ara-ayat-16

Anda mungkin juga menyukai