Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGERTIAN TARBIYAH DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits dan Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu: Hasyim As’ari,M.pd

Oleh: Umi Qoni’ah


NPM: 211240032

PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur diucapkan ke hadirat Allah SWT. Karena
berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, tugas makalah yang berjudul “Pengertian Tarbiyah
Dalam Al-Qur’an dan Hadits” ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits dan Tafsir Tarbawi.
Selain itu untuk memahami lebih dalam mengenai tarbiyah menurut Al-Qur’an dan hadits.

Penulis mengucapkan terima kasih pada bapak Hasyim As’ari,M.Pd., selaku dosen
mata kuliah Hadits dan Tafsir Tarbawi. Terima kasih juga diucapkan kepada orang tua,
saudara, rekan-rekan dan tentu saja kepada diri sendiri yang turut mengambil peran dalam
penyelesaian makalah ini.

Masih banyak sekali kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan agar penulis dapat mengembangkan
kemampuan menulis untuk karya-karya selanjutnya.

Metro, 15 September 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………...… 2

BAB I - PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 3

1. Latar belakang ……………………………………………………………………….. 3


2. Rumusan masalah ……………………………………………………………………. 3

BAB II - PEMBAHASAN ………………………………………………………………….. 4

1. Pengertian tarbiyah dalam hadits ……………………………………………………. 4


2. Tafsir ayat ke-2 surat Al-Fatihah …………………………………………………….. 5
3. Tafsir ayat ke-24 surat Al-Isra ……………………………………………………….. 6
4. Tafsir ayat ke-16 surat Asy-Syu’ara …………………………………………………. 7

BAB III - PENUTUP ……………………………………………………………………….. 9

1. Kesimpulan …………………………………………………………………………... 9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 10

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai ajaran agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam adalah
agama yang sangat memperhatikan segala aspek yang berkaitan dengan kehidupan
manusia, tidak terkecuali mengenai pendidikan. Petunjuk kitab suci Al-Qur’an
maupun Sunnah Nabi SAW, secara eksplisit maupun implisit dengan jelas menuntut
dan menuntun para penganutnya untuk selalu aktif dalam segala bentuk pendidikan.
Hal ini karena pendidikan adalah sebuah penanaman modal manusia untuk masa
depan baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Penggunaan istilah-istilah dalam pendidikan Islam berdasarkan pada


Al-Qur’an dan hadits secara tepat itu merupakan keniscayaan, karena itu akan
mempengaruhi konsep atau bangunan pendidikan itu sendiri. Pengertian atau definisi
pendidikan akan mendasari tujuan, metode sampai pada kurikulum pendidikan
tersebut.

Dalam khazanah bahasa Arab, istilah pendidikan secara populer diterjemahkan


dengan beberapa istilah, diantaranya; tarbiyah, ta’lim, tadris, ta’dib, dan tazkiyah,
yang mana itu semua hampir memiliki kesamaan dengan istilah dakwah Islam yang
menggunakan istilah tabligh, amar ma’ruf-nahi munkar, dan mauidzah.

Tulisan ini berusaha membahas tentang pengertian pendidikan dengan istilah


tarbiyah dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadits sebagai penunjang dalam memahami
hakikat pendidikan sebenarnya.

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian tarbiyah menurut hadits?
b. Bagaimana tafsir ayat ke-2 surat Al-Fatihah?
c. Bagimana tafsir ayat ke-24 surat Al-Isra?
d. Bagaimana tafsir ke-16 surat Asy-Syu’ara?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Tarbiyah Dalam Hadits

Kata tarbiyah secara leksikal mempunyai akar diantaranya; pertama, berasal


dari kata raba-yarbu yang berarti bertambah dan berkembang. Kedua, berasal dari
kata rabba-yurabbiy yang berarti tumbuh, mendidik, dan berkembang baik segi fisik
maupun rohani. Ketiga, bentuk tarbiyah terambil dari kata rabba-yarubbu yang berarti
melindungi, menyantuni, mendidik aspek fisik dan moral, dan menjadikannya
profesional.

Dari uraian ini, maka dapatlah dipahami bahwa pendidikan bukan sekedar
pemberian pengetahuan semata aspek jasmani, akan tetapi juga aspek rohani,
sehingga pendidikan yang dilakukan oleh pendidik bukanlah proses instan, akan tetapi
membutuhkan waktu yang cukup panjang.

Hadits shahih yang menjelaskan tentang tarbiyah sebagai konsep pendidikan


diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra:

‫ )رواه‬.ِ ‫س ِ ِ َ ِا ِ ِ َ َ ِ َرِه‬
َ ّ ‫ل ا ّ ّ ِ ّ ا ّ ِى ُ َ ِ ّ ا‬
ُ َ ُ َ ‫ُ َ َء َ ُ َ َ ء َ ُ َ َء َ و‬ َ ِ ِّ ّ َ‫ُ ُ ا ر‬

(‫س‬ ‫ا‬ ‫رى‬ ‫ا‬

Rasulullah SAW bersabda, “Jadilah kamu para pendidik yang penyantun, ahli fiqih
dan berilmu. Kalian disebut pendidik apabila telah mendidik manusia dengan ilmu
pengetahuan dari sekecil-kecilnya sampai menuju pada tinggi." (HR.Bukhari)

Melalui hadits tersebut Rasulullah mendorong umat Muslim untuk menjadi


seseorang pendidik yang santun dan paham tentang ilmu agama, ilmu fikih, dan
mempunyai pengetahuan yang luas dalam mendidik anak dari tingkat dasar hingga
tingkat yang tinggi. Pendidikan ini bertujuan agar anak-anak mampu memahami dan
mengamalkan ajaran agama. Di samping itu, anak-anak dapat menjadikan
pendidikannya sebagai pandangan dan keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat.

Menurut Munir Mursiy Sarhan, pendidikan adalah proses adaptasi individu


dengan lingkungan secara sadar, langsung maupun tidak langsung dalam sebuah

4
masyarakat sosial. Al-Ghazali dalam tulisan Abidin Ibn Rusn berpendapat bahwa
pendidikan adalah proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai
akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk
pengajaran secara bertahap, di mana proses pembelajaran itu menjadi tanggung jawab
orang tua dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah SWT., sehingga
menjadi manusia sempurna. Amir Daien berpendapat bahwa pendidikan adalah
bantuan yang diberikan oleh orang-orang yang diberikan tanggung jawab secara sadar
dan sengaja kepada anak, baik jasmani maupun rohani untuk membawa anak itu
mencapai tingkat kedewasaannya. Sementara al-Nahlawiy memberikan pengertian
pendidikan sebagai upaya mengembangkan pikiran manusia, menata tingkah laku,
dan emosinya pada seluruh aspek kehidupan agar tujuan yang dikehendaki bisa
terealisasi.

2. Tafsir Ayat ke-2 Surat Al-Fatihah

ِّ ‫ا ْ َ ْ ُ ِ ّ ِ ر‬
َ ِ َ َ ْ ‫َب ا‬

Artinya, : “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”

Allah mengajari kita bagaimana seharusnya memuji dan menyucikan pihak


yang pantas dipuji dan disucikan. Seakan Allah mengatakan, “Wahai hamba-Ku, jika
kalian ingin bersyukur dan memuji-Ku, katakanlah, “Alhamdu lillah”. Bersyukurlah
atas kebaikan dan keelokan-Ku. Aku lah Allah yang mulia, agung; yang esa
menciptakan; jin, manusia, dan malaikat; tuhan langit dan bumi.” Puji dan syukur
hanya milik-Nya, bukan selain-Nya yang dipertuhankan. (As-Shabuni, 1999 M/1420
H: 25).

Kata “rabb” merupakan turunan kata dari “tarbiyah” yang berarti memperbaiki
dan memerhatikan urusan pihak lain. As-Shabuni menyebutkan kalimat Al-Harawi
yang dikutip oleh Al-Qurthubi dalam tafsirnya, “Dikatakan untuk orang yang
memperbaiki dan menyempurnakan sesuatu, ‘qad rabbahu.’ Salah satunya adalah
kalangan pendeta yang merawat al-kitab.” Kata “rabb” sendiri mewakili banyak arti,
yaitu penguasa, pembawa kemaslahatan, zat yang disembah, dan tuan yang dipatuhi.
(As-Shabuni, 1999 M/1420 H: 25).

ً ً ‫ءإ‬ ‫ا‬ ‫و‬: ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ا ب‬

5
Artinya, “Rabb asalnya adalah mashdar yang berarti tarbiyah, yaitu mengantarkan
sesuatu menuju kesempurnaannya sedikit demi sedikit,” (Al-Qadhi Al-Baidhawi,
Anwarut Tanzil [Istanbul, Darul Haqiqah: 1998 M/1419 H], juz I, halaman 32).

Allah yang segala puji bagi-Nya adalah Allah yang rabbul ‘alamin yang
berarti Allah yang membina, merawat, dan mendidik. Allah adalah murobbi yang
mengarahkan sesuatu tahap demi tahap, sehingga mencapai kesempurnaan dan fungsi
yang maksimal

Ada dua jenis tarbiyah atau rububiyah Allah, yaitu tarbiyah khalqiyah
(pemeliharaan fisikal), yaitu menumbuhkan dan menyempurnakan bentuk lahiriah
serta memberikan daya jiwa dan akal. Agar jiwa dan akalnya dapat terpelihara dan
dapat berfungsi dengan baik, Allah mengajarkan tarbiyah syar’iyyah ta’limiyyah,
melalui wahyu dan disampaikan kepada rasul-rasul-Nya.

3. Tafsir Ayat ke-24 Surat Al-Isra

ً ْ ِ َ ْ ِ ٰ ّ َ ‫ب ا ْر َ ْ ُ َ َ َ ر‬
ّ ِ ّ‫ل ِ َ ا ّ ْ َ ِ و َ ُ ْ ر‬
ِّ ّ ‫ح ا‬
َ َ َ َ َُ ْ ِ ْ ‫و َا‬

Artinya: “Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua
(menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil”

Kemudian Allah swt memerintahkan kepada kaum Muslimin agar bersikap


rendah hati dan penuh kasih sayang kepada kedua orang tua. Yang dimaksud dengan
sikap rendah hati dalam ayat ini ialah menaati apa yang mereka perintahkan selama
perintah itu tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan agama. Taat anak kepada
kedua orang tua merupakan tanda kasih sayang dan hormatnya kepada mereka,
terutama pada saat keduanya sangat memerlukan pertolongan anaknya. Ditegaskan
bahwa sikap rendah hati itu haruslah dilakukan dengan penuh kasih sayang, tidak
dibuat-buat untuk sekadar menutupi celaan atau menghindari rasa malu pada orang
lain. Sikap rendah hati itu hendaknya betul-betul dilakukan karena kesadaran yang
timbul dari hati nurani. Di akhir ayat, Allah swt memerintahkan kepada kaum
muslimin untuk mendoakan kedua ibu bapak mereka, agar diberi limpahan kasih
sayang Allah sebagai imbalan dari kasih sayang keduanya dalam mendidik mereka
ketika masih kanak-kanak.

6
Kata rabbayani pada ayat tersebut dengan jelas diartikan pendidikan, yaitu
pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tua kepada anaknya. Karena demikian
besar arti pendidikan yang diberikan kedua orang tua, maka seorang anak harus
menunjukkan sikap hormat dan terimakasih, dengan cara bersikap tawadlu (rendah
hati) dan mendoakan kebaikan bagi keduanya. Sikap anak yang mendoakan kedua
orang tua tersebut selanjutnya disebut dengan anak saleh, sebagaimana dinyatakan
dalam hadits yang berbunyi: “jika seorang manusia meninggal dunia, maka
terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan dan anak saleh yang mendoakan kepada orang tuanya.” (HR.Muslim).

Doa kepada orang tua yang diperintahkan disini menggunakan alasan kama
rabbayani shagira sementara dipahami sebagian ulama dalam arti disebabkan karena
mereka telah mendidikku di waktu kecil, bukan disebabkan sebagaimana mereka telah
mendidikku waktu kecil. Dalam alasan tersebut memiliki arti yang berbeda yaitu jika
berkata sebagaimana, kasih sayang yang anda mohonkan itu adalah antara kualitas
dan kuantitas yang sesuai apa yang anda dapat dari keduanya. Akan tetapi jika berkata
disebabkan karena, memiliki arti limpahan kasih sayang yang anda mohonkan itu
anda serahkan kepada kemurahan Allah SWT, dan ini dapat melimpah jauh lebih
banyak dan besar dari pada apa yang mereka limpahkan kepada anda.

4. Tafsir Ayat ke-16 Surat Asy-Syu’ara

َ ْ ِ َ ٰ ْ ‫َب ا‬ ُ ْ ُ َ ‫َ ِ َ ِ ْ َ ْنَ َ ُ ْ َ ا ِ ّ ر‬
ِّ ‫ل ر‬

Artinya: “Maka, datanglah berdua kepada Fir‘aun dan katakanlah, ‘Sesungguhnya


kami adalah utusan Tuhan semesta alam.”

Pada ayat-ayat ini, Allah menegaskan kepada Musa a.s. bahwa semua yang
dikhawatirkannya itu tidak akan terjadi. Dia tidak akan dapat dibunuh oleh Fir'aun
karena Fir'aun tidak akan dapat berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Adapun
permintaan Musa agar saudaranya, Harun, diangkat menjadi rasul telah dikabulkan
oleh Allah. Dengan begitu, perintah untuk pergi berdakwah kepada Fir'aun dan
kaumnya dibebankan kepada Musa dan Harun. Di dalam ayat lain, Allah menegaskan
bahwa permintaan Musa itu dikabulkan yaitu: Dia (Allah) berfirman, "Sungguh, telah
diperkenankan permintaanmu, hai Musa! (thaha/20: 36). Allah menceritakan
kepergian Musa dan Harun menyeru Fir'aun dan kaumnya kepada agama tauhid

7
dengan membawa mukjizat yang akan menguatkan seruannya yaitu tongkat Musa
yang dapat menjadi ular, dan tangannya bila dimasukkan ke ketiaknya akan menjadi
putih bercahaya. Untuk menghilangkan segala was-was dan kekhawatiran dalam hati
Musa dan Harun, Allah menegaskan bahwa Ia selalu akan mendengar dan
memperhatikan apa yang akan terjadi di kala keduanya telah berhadapan dengan
Fir'aun. Hal ini dengan jelas diterangkan pada ayat lain yaitu: Dia (Allah) berfirman,
"Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku bersama kamu berdua, Aku
mendengar dan melihat. (thaha/20: 46). Allah menyuruh Musa dan Harun agar
mengatakan dengan tegas kepada Fir'aun bahwa mereka datang menghadap
kepadanya untuk menyampaikan bahwa mereka berdua adalah rasul yang diutus
Allah, Tuhan semesta alam, kepadanya dan kaumnya. Selain itu keduanya harus
meminta kepada Fir'aun agar membebaskan Bani Israil yang telah diperbudak selama
ini. Keduanya ingin membawa mereka kembali ke tanah suci Baitul Makdis, tanah
tumpah darah mereka, di mana nenek moyang mereka semenjak dahulu kala telah
berdiam di sana. Hal ini bertujuan agar mereka dapat dengan bebas memeluk agama
tauhid tanpa ada tekanan atau hambatan dari siapa pun. Dalam Tafsir al-Maragi
diterangkan bahwa menurut riwayat, Bani Israil yang tinggal di Mesir diperbudak
oleh Fir'aun dan kaumnya dalam waktu yang lama, yaitu selama 400 tahun. Fir'aun
memang sangat berkuasa dan berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya, terutama
Bani Israil. Menurut al-Qurtubi, sebagaimana dikutip oleh al-Maragi, Musa dan
Harun harus menunggu satu tahun untuk dapat menghadap Fir'aun.

8
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Karena demikian luasnya pengertian tarbiyah ini, maka ada sebagian pakar
pendidikan lainnya yang menggunakan kata tarbiyah dengan arti pendidikan.
Menurutnnya, kata tarbiyah terlalu luas arti dan jangkauannya. Kata tersebut tidak
hanya menjangkau manusia melainkan juga manjaga alam jagat raya sebagaimana
tersebut. Benda-benda alam selain manusia itu tidak memiliki persyaratan potensial,
seperti akal, pancaindera, hati nurani, insting dan fitrah yang memungkinkan untuk
dididik. Yang memilikik potensi-potensi akal, pancaindera, hati nurani, insting dan
fitrah itu hanya manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ma’zumi, Syihabudin, Najmudin. (2019). Pendidikan dalam Perspektif


Al-Qur’an dan Al-Sunnah: Kajian atas istilah tarbiyah, taklim, tadris,
ta’dib, dan tazkiyah. https://ejournal.upi.edu/index.php/tarbawy/index

Waryono Abdul Ghafur. (2013). Tafsir Al-Fatihah. Yogyakarta.

https://quran.nu.or.id/

https://eprints.unisnu.ac.id/id/eprint/1666/4/4.%20141310003111_BAB%20III.p
df

10

Anda mungkin juga menyukai