Anda di halaman 1dari 27

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(PAI)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan


Pembelajaran PAI Semester IV-II

Dosen pengampuh :
Rudi Hartono, S.Sos. I,M. Pem.I

Disusun oleh :
Kelompok 2

INTAN KUMALA : 22.02.0036


MIFTA KHAIRANI : 22.02.0043
NURUL HALIZA SARAGIH : 22.02.0053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
“UISU” PEMATANG SIANTAR
2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan bagi kami
dalam menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa rahmat dan ridho-Nya kami
tidak akan mampu menyelesaikan tugas makalah mengenai “Pendidikan Agama
Islam (PAI)” ini dengan baik. Tidak lupa pula shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang syafa’atnya kelak kita nantikan. Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dari Bapak Rudi
Hartono, S.Sos. I,M. Pem.I pada mata kuliah Perencanaan Pembelajaran PAI.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dan juga kepada pembaca yang telah meluangkan waktu untuk membaca
makalah ini. Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr,Wb

Pematang Siantar, Januari 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................................ 3
B. Dasar Pendidikan Agama Islam ......................................................... 9
C. Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam................. 12
D. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam .................................. 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan agama Islam sama sekali tidak dapat dipisahkan dari
nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. Sebab pada hakikatnya, pendidikan
merupakan usaha yang diyakini paling efektif dan upaya mewujudkan
nilai-nilai ajaran islam itu secara utuh dan menyeluruh. Pendidikan agama
Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang
baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaan yang, sesuai dengan
kemampuan dasar atau fitrah dan kemampuan ajarannya atau pengaruh
dari luar.
Melalui pendidikan nilai-nilai ajaran Islam dapat disampaikan serta
sekaligus diaplikasikan dalam kehidupan manusia baik sebagai individu,
keluarga, masyarakat maupun negara. Selain itu, Melalui pendidikan nilai-
nilai ajaran agama Islam tersebut juga dapat diwujudkan dalam seluruh
bidang kehidupan manusia yang disebut peradaban. Diri di rangkaian
pemahaman ini maka Pendidikan agama Islam pada dasarnya adalah suatu
usaha pembekalan nilai-nilai ajaran Islam kepada manusia sehingga
manusia mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan agama Islam adalah teori dan praktik yang selalu
mengalami perkembangan, hal ini disebabkan karena pendidikan agama
Islam secara teoritik memiliki dasar dan sumber rujukan yang tidak hanya
berasal dari nalar, melainkan juga Wahyu. Kombinasi nalar dengan Wahyu
ini adalah ideal karena memadukan antara potensi akan manusia dan
tumbuhan firman Allah terkait dengan masalah pendidikan kombinasi ini
menjadi ciri khas pendidikan agama Islam yang tidak dimiliki oleh konsep
pendidikan pada umumnya yang hanya mengandalkan kekuatan akal dan
budaya manusia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Pendidikan Agama Islam?
2. Apa saja Dasar Pendidikan Agama Islam?
3. Bagaimana Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
4. Apa Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Pendidikan Agama Islam.
2. Mengetahui Dasar Pendidikan Agama Islam.
3. Mengetahui Ruang Lingkup Pembelajarn Pendidikan Agama Islam.
4. Mengetahui Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam dari Segi Bahasa
a) Al-Tarbiyah
Dalam Mu'jam al-Lughah al-Arabiyah al-Mu'ashirah (A
Dictionary of Modern Written Arabic), karangan Hans Wehr, kata
al-tar- biyah diartikan sebagai: education (pendidikan), teaching
(pengajaran), instruction (perintah), pedagogy (pembinaan
kepribadian), breeding (memberi makan), raising (of ani- mals)
(menumbuhkan). Kata tarbiyah berasal dari kata rabba, yarub- bu,
rabban yang berarti mengasuh, memimpin, mengasuh (anak).
Tarbiyah berasal dari kata rabaa, yarbu tarbiyatan yang
berarti proses menumbuhkan dan mengembangkan apa yang ada
pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun
spiritual.
b) Al-Ta'lim
Kata al-ta'lim yang jamaknya ta'alim, menurut Hans Weher
dapat berarti information (pemberitahuan tentang sesuatu), advice
(nasihat). instruction (perintah), direction (pengarahan), teaching
(pengajaran), training (pelatihan), schooling (pembelajaran),
education (pendidik- an), dan apprenticeship (pekerjaan sebagai
magang, masa belajar sua- tu keahlian).
Selanjutnya, Mahmud Yunus dengan singkat mengartikan
al- ta'lim adalah hal yang berkaitan dengan mengajar dan melatih.
Sementara itu, Muhammad Rasyid Ridha mengartikan al-ta'im se-
bagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa
individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.1

1
H. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2010), h.11

3
c) Al-Ta'dib
Kata al-ta'dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta'diban
yang dapat berarti education (pendidikan), punishment (peringatan
atau hukuman), dan chastisement (hukuman-penyucian). Kata al-
ta'dib berasal dari kata adab yang berarti beradab, bersopan santun,
tata karma, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika.
Kata al-ta'dib dalam arti pendidikan, sebagaimana
disinggung di atas, ialah kata yang dipilih oleh al-Naquib al-Attas.
Dalam hubungan ini, ia mengartikan al-ta'dib sebagai pengenalan
dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada
manusia tentang tempat- tempat yang tepat dari segala sesuatu di
dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah
pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.
d) Al-Tahdzib
Kata al-tahzib secara harfiah berarti pendidikan akhlak,
atau menyucikan diri dari perbuatan akhlak yang buruk, dan berarti
pula terdidik atau terpelihara dengan baik, dan berarti pula yang
beradab sopan. Hans Whehr mengatakan, al-tahzib adalah ex-
purgation (menghilangkan bagian-bagian atau kata-kata yang tidak
patut dari buku, surat, dan sebagainya, emendation (perbaikan atau
perubahan) correction (perbaikan), rectification (pembetulan), revi-
sion (perbaikan), training (latihan), instruction (perintah mengerja-
kan sesuatu), education (pendidikan), upbringing (asuhan, didikan),
culture (budaya), dan refinement (kehalusan budi bahasa,
perbaikan, kemurnian.2
Dari berbagai pengertian tersebut, tampak bahwa secara
keseluruhan kata al-tahzib terkait dengan perbaikan mental
spiritual, moral dan akhlak, yaitu memperbaiki mental seseorang
yang tidak sejalan dengan ajaran atau norma kehidupan menjadi
sejalan dengan ajaran atau norma.

2
Ibid, h.15

4
e) Al-Tadris
Kata al-tadris berasal dari kata darrasa yudarrisu tadrisan,
yang dapat berarti teaching (pengajaran atau mengajarkan),
instruction (perintah), tution (kuliah, uang kuliah). Selain itu, kata
al-tadris juga berarti baqa' atsaruha wa baqa al-atsar yaqtadli
inmihauhu fi naf- sihi, yang artinya: sesuatu yang pengaruhnya
membekas, dan sesuatu yang pengaruhnya membekas
menghendaki adanya perubahan pada diri seseorang. Intinya, kata
al-tadris berarti pengajaran, yakni menyampaikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik yang selanjutnya memberi
pengaruh dan menimbulkan perubahan pada dirinya.

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam dari Segi Istilah


Istilah atau terminologi pada dasarnya merupakan kesepakatan
yang dibuat para ahli dalam bidangnya masing-masing terhadap
pengertian tentang sesuatu. Berikut pengertian pendidikan agama
Islam dari segi istilah:
Pertama, menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani,
pendidikan adalah: “Proses mengubah tingkah laku individu, pada
kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara
pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara
profesi-profesi asasi dalam masyarakat."
Kedua, menurut Hasan Langgulung, pendidikan adalah: “Suatu
proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan un- tuk
menciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau
orang yang sedang dididik."3
Ketiga, menurut Ahmad Fuad Al-Ahwaniy: “ Pendidikan
adalah pranata yang bersifat sosial yang tumbuh dari pandangan hidup
tiap masyarakat. Pendidikan senantiasa sejalan dengan pandangan

3
H. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2010),, h.28

5
falsafah hidup masyarakat tersebut, atau pen- didikan itu pada
hakikatnya mengaktualisasikan falsafah dalam ke- hidupan nyata".
Keempat, menurut Ali Khalil Abul A'inain: “ Pendidikan
adalah program yang bersifat kemasyarakatan, dan oleh karena itu,
setiap falsafah yang dianut oleh suatu masyarakat berbeda dengan
falsafah yang dianut oleh masyarakat lain sesuai dengan karakternya,
serta kekuatan peradaban yang memengaruhinya yang dihubungkan
dengan upaya menegakkan spiritual dan falsafah yang dipilih dan
disetujui untuk memperoleh kenyamanan hidupnya.”
Kelima, menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi: “ Pendidikan
Islam tidak seluruhnya bersifat keagamaan, akhlak, dan spiritual,
namun tujuan ini merupakan landasan bagi tercapainya tujuan yang
bermanfaat. Dalam asas pendidikan Islam tidak terdapat pandangan
yang bersifat materialistis, namun pendidikan Islam memandang
materi, atau usaha mencari rezeki sebagai masalah temporer dalam
kehidupan, dan bukan ditujukan untuk mendapat- kan materi semata-
mata, melainkan untuk mendapatkan manfaat yang seimbang. Di
dalam pemikiran al-Farabi, Ibn Sina, dan Ikhwan al-Shafa terdapat
pemikiran, bahwa kesempurnaan seseorang tidak mungkin akan
tercapai, kecuali dengan menyinergikan antara agama dan ilmu”.4

3. Pengertian Islam
Pertama, pengertian Islam dari segi bahasa berasal dari kata
asla ma, yuslimu, islaman, yang berarti submission (ketundukan), resi
nation (pengunduran), dan reconciliation (perdamaian), (to the will of
God) (tunduk kepada kehendak Allah). Kata aslama ini berasal dari
kata salima, berarti peace, yaitu: damai, aman, dan sentosa. Islam
dengan misi yang demikian itu ialah Islam yang dibawa oleh seluruh
para nabi, dari sejak Adam as. hingga Muhammad SAW.

4
Ibid, h.30

6
Kedua, pengertian Islam sebagai agama, yaitu agama yang
ajaran-ajarannya diwahyuhkan Tuhan untuk umat manusia, melalui
Rasul-Nya, Muhammad SAW. Islam dalam pengertian agama ini,
selain mengemban misi sebagaimana dibawa para nabi juga
merupakan agama yang ajaran-ajarannya lebih lengkap dan sempurna
dibandingkan agama yang dibawa oleh para nabi sebelumnya.5
Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara
menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjalankan Islam sebagai pandangan hidup.
Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai
usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan,
kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar pekerti luhur,
dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran agama Islam dalam kehidupannya. Sedangkan menurut A.
Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan
seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal
sesuai ajaran Islam.
Azizy mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya
psoses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua
kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena
itu, ketika kita menyebut pendidikan agama Islam, maka akan
mencakup dua hal : a) mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai atau akhlak Islam; b) mendidik siswa-siswi untuk
mempelajari materi ajaran Islam, subjek berupa pengetahuan tentang
ajaran Islam.6

5
H. Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PrenadaMedia Group, 2010),, h. 33
6
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), h. 12

7
Yusuf al-Qardhawi memberikan pengertian, “Pendidikan
agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya,
rohani, dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena itu
pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup dalam keadaan
damai maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi
masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan
pahitnya”.
Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan
agama Islam sebagai “proses penyiapan generasi muda untuk mengisi
peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan
memetik hasilnya di akhirat”.
Endang Saifuddin Anshari memberikan pengertian pendidikan
agama Islam sebagai “proses bimbingan (pimpinan, tuntutan, usulan)
oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan,
kemauan, dan intuisi), dan raga objek didik dengan bahan materi
tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode tertentu dan
dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu
disertai evaluasi sesuai ajaran Islam”.7
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan
agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama
Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam
itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan
kesejaheraan di duni maupun di akhirat kelak.8

7
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), h.6
8
Zakiah Daradjat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Bumi Aksara, 2008), h.86

8
B. Dasar Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam merupakan bagian dari upaya untuk
menanamkan nilai-nilai ajaran Islam dalam diri penganutnya. Sejalan
dengan itu maka rujukan yang dijadikan landasan pemikiran pendidikan
Islam itu identik dengan sumber utama ajaran Islam itu sendiri, yakni Al-
Qur’an dan Hadis. Selanjutnya dasar tersebut dikembangkan melalui
pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas syar’i. ijma’, ijtihad, dan
tafsir.
Menempatkan Al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar pemikiran dalam
pembentukan sistem pendidikan Islam mengacu kepada kebenaran hakiki
yang telah direkomendasikan oleh Sang Maha Pencipta itu sendiri. “Kitab
(Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
takwa (QS. Al-Baqarah:2). “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-
Qur’an dan sesungguhnya Kami tetap memeliharanya” (QS. Al-Hijr : 9).
Pernyataan ini menegaskan bahwa kebenaran Al-Qur’an bersifat hakiki
dan terabadikan. Sama sekali terhindar dari kebenaran spekulatif dan
temporer.
Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber utama yang dijadikan rujukan
sejalan dengan pernyataan Rasul Saw. Dikemukakan dalam sabda beliau: “
Telah aku tinggalkan kepadamu, jika kalian berpegang kepadanya tidak
akan sesat sesudahku selama-lamanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan
Sunnah Rasul” (Mahmud Ali Fayyad, 1998:21). Al-Qur’an dan hadis
sebagai yang diwariskan oleh Rasul Saw berisi nilai-nilai ajaran Islam
secara utuh, lengkap dan sempurna. Termasuk ke dalamnya nilai-nilai
ajaran Islam sebagai sistem nilai, sistem peradaban, maupun sistem
pendidikan.
Berangkat dari pendekatan ini, maka segala bentuk pemikiran
tentang pendidikan agama Islam mengacu ke paradigma wahyu (Al-
Qur’an dan Hadis). Sejalan dengan paradigma ini, maka pemikiran tentang
pendidikan Islam bukan bersumber dari produk filsafat rasionalis,
melainkan produk pemikiran filsafat perennialis, yakni al-hikmah.

9
Bersumber dari pemikiran tokoh pemikir yang memperoleh hikmah dari
Sang Maha Pencipta.9
Dasar-dasar pendidikan agama Islam secara prinsipil diletakkan
pada ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Al-Qur’an
misalnya, memberikan prinsip sangat penting bagi pendidikan, yaitu
penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang
fitrah manusia, serta memelihara kebutuhan sosial.
Dasar pendidikan agama Islam selanjutnya adalah nilai sosial
kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan
sunnah atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan
kemudaratan bagi manusia. Dengan dasar ini, pendidikan agama Islam
dapat diletakkan di dalam kerangka sosiologis, selain menjadi sarana
transmisi pewarisan kekayaan sosial budaya yang positif bagi kehidupan
manusia.
Dari dasar pendidikan agama Islam itulah kemudian dikembangkan
sistem pendidikan Islam yang mempunyai karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan sistem pendidikan lainnya. Salah satu karakteristiknya
yaitu penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan, dan
pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah SWT.10
Menurut Zuhairini dkk. dasar pendidikan agama Islam dapat
ditinjau dari beberapa segi, yaitu sebagai berikut:
1. Dasar Yuridis / Hukum
Dasar yuridis, yakni dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam
yang berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung
dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam
di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal terdiri dari tiga macam.
a. Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama:
Ketuhanan Yang Maha Esa.

9
H. Jalaluddin, Pendidikan Islam Pendekatan Sistem dan Proses, (Jakarta:Rajawali Press,
2016), h. 141
10
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012), h.9-10

10
b. Dasar struktural / konstitusional, yaitu UUD 1945 Bab XI pasal 29
ayat 1 dan 2, yang berbunyi:
1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa;
2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama
dan kepercayaannya itu.
c. Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No
IV/MPR/1973/ yang kemudian dikukuhkan dalam Tap MPR No.
IV/MPR 1978 jo. Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat
oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No.II/MPR 1993
tentang garis-garis besar haluan negara yang pada pokoknya
menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung
dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

2. Dasar Religius
Dasar Religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam.
Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah dari Tuhan
dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an
banyak ayat-ayat yang menunjukkan perintah tersebut antara lain:
a. Q.S Al-Nahl ayat 125 : “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik….”
b. Q.S Ali-Imran ayat 104 : “Dan hendaklah di antara kamu ada
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar….”
c. Al-Hadis : “Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun
hanya sedikit”.

3. Aspek Psikologis
Psikologis, yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya,

11
manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak
tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana
dikemukakan oleh Zuhairini dkk bahwa: semua manusia di dunia ini
selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama.
Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang
mengakui adanya zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung
dan tempat mereka memohon pertolongan. Hal semacam ini terjadi
pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang sudah
modern. Mereka merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka
dapat mendekat dan mengabdi kepada zat Yang Maha Kuasa.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa untuk membuat hati
tenang dan tenteram adalah dengan jalan mendekatkan diri kepada
Tuhan. Hal ini ssuai dengan firman Allah dalam surat Ar-Ra’d ayat 28,
yaitu:” … Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram”.11

C. Ruang Lingkup Pembelajaran PAI


Pendidikan agama Islam berupaya menginternalisasi nilai-nilai
Islam dan norma-norma agama untuk dijadikan sebagai suatu pelajaran
hidup bagi peserta didik yang diterapkan di lingkungan sekolah atau di
madrasah peraturan menteri agama nomor 16 tahun 2010 pasal 1 ayat 1
menjelaskan bahwa pendidikan agama merupakan pendidikan yang dapat
memberikan pengetahuan sekaligus membentuk sikap, kepribadian dan
keterampilan peserta didik untuk mengamalkan ajaran agamanya, yang
pelaksanaannya melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan. Pada ayat 3 kurikulum Pendidikan agama merupakan
seperangkat atau rancangan untuk mengatur berkaitan dengan tujuan, isi
dan bahan pelajaran dan metode yang digunakan sebagai dasar
11
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), h. 13-15

12
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan agama
Islam yang mengacu pada standar pendidikan.
Ruang lingkup pembelajaran PAI merupakan gambaran secara
keseluruhan materi pelajaran PAI yang diajarkan kepada peserta didik
meliputi Alquran, hadis, aqidah, akhlak, fiqih, dan tarikh. Materi tersebut
sebagai pedoman guru untuk dijadikan patokan atau capaian pembelajaran
yang harus dilakukan secara teoritis dan praktis dengan harapan peserta
didik dapat memahami ajaran Islam sekaligus menjadi pedoman serta
mampu mengimplementasikan dengan kehidupan sehari-hari.
Ruang lingkup pembelajaran PAI yaitu: pertama Alquran, meliputi
membaca, menulis, menerjemahkan serta mampu memahami makna
kandungan ayat suci Alquran. Kedua hadis secara umum sama dengan
pembelajaran Alquran. Ketiga tauhid atau akidah meliputi rukun iman
meliputi iman kepada Allah, malaikat, kitab, Rasulullah dan hari akhir
serta qada dan qadar. Keempat akhlak meliputi akhlak kepada Allah,
akhlak kepada rasul, kepada sesama dan akhlak kepada alam semesta.
kelima fiqih meliputi tata cara salat zakat, puasa, dan tata cara haji dan
umrah. Ke enam tarik atau sejarah Islam meliputi sejarah dari zaman,
dimulai dari masa Rasulullah tabiin, dan mujtahidin. Selain itu juga
sejarah Islam membahas yang berkaitan dengan perkembangan dan
pertumbuhan Islam ditinjau dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya
dan agama.
Beberapa ruang lingkup pembelajaran Pendidikan agama Islam
sebagai berikut :12
1. Keimanan
Mengajarkan yang berkaitan dengan nilai-nilai keimanan meliputi
cabang-cabang iman, perbuatan-perbuatan yang merusak iman.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses kegiatan
pembelajaran tentang keimanan bukan hanya peserta didik diajarkan

12
Rosidin, dkk, Transformasi Pendidikan Agama Islam, (Banten : PT. Sada Kurnia
Pustaka, 2023), h. 46-48

13
tentang macam-macam rukun iman tetapi perlu ditegaskan kepada
para guru atau pendidik untuk menjadikan peserta didik menjadi
orang-orang yang beriman.
2. Akhlak
Mengajarkan tentang etika, moral atau tingkah laku perbuatan yang
baik serta mengenalkan kepada peserta didik bagaimana menjalin
hubungan dengan Allah ketika melaksanakan ibadah, juga menjalin
hubungan dengan sesama manusia, dan mampu menjaga alam semesta
serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ibadat
Mengajarkan tentang tata cara beribadatan yang berkaitan dengan
ilmu fiqih yang mencakup masalah thaharah atau bersuci dari hadas
kecil dan besar dan bagaimana mensucikan najis. Selain itu juga
mengajarkan tentang berwudhu atau tayamum qamalat meliputi syarat
komarun dan batalnya salat serta membahas salat-salat sunnah, zakat
puasa dan haji.
4. Fiqih
Mengajarkan tentang hukum peribadatan seperti wajib dan haram
dalam lingkup pembahasan fiqih ibadah, fiqih muamalah, fiqih
munakahat dan fiqih mawaris.
5. Ushul fiqih
Mengajarkan tentang tata cara istinbat hukum yang berkaitan
dengan fiqih, atau mengajarkan tentang asas atau prinsip-prinsip untuk
menetapkan dan memutuskan permasalahan-permasalahan hukum
Islam usul fiqih merupakan metode pengambilan dasar hukum, melalui
ijma, qiyas, istishab dan lain sebagainya. Dengan adanya pengajaran
Ushul fiqih diharapkan peserta didik dapat memahami tentang hukum
Islam ke masa hindu peserta didik juga dapat mengetahui penetapan
hukum tersebut. Seperti melakukan perbuatan maksiat itu haram atau
dilarang dan dapat memberikan argumen tentang hukum tersebut,
karena dihukumi haram.

14
6. Qiratul Quran
Mengajarkan tentang tata cara membaca, menulis Alquran mulai
dari yang dasar seperti pengenalan huruf hijaiyah, pengucapan
makhorijul huruf, Tilawatil Quran, hukum bacaan Quran (tajwid).
7. Tafsir dalam ilmu tafsir
Mengajarkan ilmu memahami kandungan isi Alquran yang
diturunkan kepada nabi Muhammad SAW tujuannya untuk mengetahui
makna yang terkandung di dalamnya, diawali dari pemain sebab-sebab
diturunkannya Alquran atau asbabun nuzul, nasikh dan mansukh, ilmu
nahwu dan syaraf, ilmu mantiq, balaghah serta mempelajari hikmah
dari Alquran.
8. Hadits dan ilmu hadits
Mengajarkan hadis yang disampaikan Rasulullah SAW berkaitan
dengan sebab-sebab turunnya hadis atau (asbab al wurud) sekaligus
mengetahui kedudukan atau derajat hadis meliputi hadits shahih,hasan,
mutawatir dan dhaif, dan struktur hadits meliputi sanad, matan dan
perawi.
9. Tarikh Islam
Meliputi pengetahuan yang berkaitan dengan kejadian atau
peristiwa masa lampau, pada periode Mekah dan pada periode
Madinah yang menjelaskan perkembangan Islam dari zaman ke zaman
atau (Rasulullah Khulafaur Rasyidin dan para tabiin) sampai sejarah
perkembangan Islam di nusantara.
10. Tarik tasyri
Mempelajari gagasan-gagasan para ulama, pemikiran para tokoh-
tokoh Islam, dan penetapan hukum atau syariat sebelum masa nabi
Muhammad SAW dan penetapan syariat pada masa Rasulullah SAW.

15
Adapun secara khusus ruang lingkup pendidikan agama Islam
meliputi :
a) Tarbiyah jismiyyah, yaitu segala rupa pendidikan yang wujudnya
menyuburkan dan menyehatkan tubuh serta menegakkannya,
supaya dapat merintangi kesukaran yang dihadapi dalam
pengalamannya.
b) Tarbiyah aqliyah, yaitu sebagaimana rupa pendidikan dan pelajaran
yang hasilnya dapat mencerdaskan akal menajamkan otak semisal
ilmu berhitung.
c) Tarbiyah adabiyah, segala sesuatu praktek maupun teori yang dapat
meningkatkan budi dan meningkatkn perangai. Tarbiyah adabiyah
atau pendidikan budi pekerti/akhlak dalam ajaran islam
merupakam salah satu ajaran pokok yang mesti diajarkan agar
umatnya memiliki dan melaksanakan akhlak yang mulia
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.13

D. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam


1. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Sebagai suatu subyek, pendidikan agama Islam mempunyai fungsi
berbeda dengan subyek pelajaran yang lain. Ia dapat memiliki fungsi
yang bermacam-macam, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
masing-masing lembaga pendidikan.14 Pendidikan agama Islam untuk
sekolah atau bangsa berfungsi sebagai berikut :
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik kepada Allah subhanahu wa ta'ala titik yang telah
ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan
pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan
dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi

13
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), h. 138
14
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
1999), h. 1

16
untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya baik dan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat
mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan,
kekurangan-kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik
dalam keyakinan pemahaman, dan pengalaman ajaran dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan
dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia
Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
atau alam nyata dan nirnyata sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki
bakat khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan bagi orang lain.

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam memainkan fungsi


pendidikan agama Islam di sekolah:
1. Pendekatan nilai universal (makro), yaitu suatu program yang
dijabarkan dalam kurikulum.
2. Pendekatan mesopoma artinya pendekatan program pendidikan
yang memiliki kurikulum, sehingga dapat memberikan informasi
dan kompetisi pada anak.

17
3. Pendekatan ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang
memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk
membudidayakan nilai agama Islam.
4. Pendekatan makro, artinya pendekatan program pendidikan yang
memberikan kemampuan kecukupan keterampilan seseorang
sebagai profesional yang mampu mengemukakan ilmu teori,
informasi, yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.15

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Istilah "tujuan" atau "sasaran" atau "maksud", dalam bahasa Arab
dinyatakan dengan ghayat atau ahdaf atau maqasid. Sedangkan dalam
bahasa Inggris, istilah "tujuan" dinyatakan dengan "goal atau purpose
atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung
pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarahkan kepada suatu
tujuan tertentu, atau arah, maksud yang hendak dicapai melalui
upaya atau aktifitas.16
Tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan tujuan
Islam itu sendiri titik tujuan dimaksud menyatu dalam hakikat
penciptaan manusia, serta tugas yang diamanatkan kepadanya sesuai
dengan statusnya.17 Maka tujuan pendidikan Islam juga mengacu
kepada informasi yang termuat dalam Alquran dan hadis. Adapun
rincian itu telah diuraikan oleh banyak pakar pendidikan Islam
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Membantu pembentukan akhlak yang mulia titik persiapan untuk
kehidupan dunia dan akhirat.
b. Menambahkan roh ilmiah atau saintifik spirit.
c. Menyiapkan peserta didik dari segi profesional.

15
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), h. 16
16
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), h.65
17
H. Jalaluddin, Pendidikan Islam: Pendekatan Sistem Dan Proses, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2016), h. 142

18
d. Persiapan untuk mencari rezeki.18
Pendidikan agama Islam di sekolah atau di madrasah bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan penumpukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Tujuan pendidikan agama Islam merupakan turunan dari tujuan
pendidikan nasional yaitu suatu rumusan dalam UUSPN (UU No. 20
tahun 2003), berbunyi:
“pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan yang maha esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”19

Adapun tujuan Pendidikan agama Islam berdasarkan penjelasan


Alquran ada 4 yaitu:
1) Memperkenalkan kepada manusia sebagai individu kedudukannya
diantara makhluk dan tanggung jawabnya pribadi dalam kehidupan
ini.
2) Memperkenalkan kepada manusia hubungan-hubungan sosial dan
kemasyarakatannya, serta tanggung jawabnya terhadap
ketentraman masyarakat.
3) Memperkenalkan kepada manusia alam seluruhnya dan
menjadikannya mengetahui hikmah Kholik dalam penciptaannya
dan memungkinkan manusia memanfaatkannya.

18
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islsm Dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta: Prenamedia
Group, 2016), h. 16
19
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), h. 16-17

19
4) Memperkenalkan kepada manusia pencipta alam dan cara
beribadah kepadanya.20

Al-Abrasyi berpendapat bahwa pembentukan moral yang


tinggi adalah tujuan utama dari pendidikan Islam. Pendidikan budi
pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan Islam telah
menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah
jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang sempurna
adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Kita dapat
menyimpulkan tujuan pokok dari pendidikan dalam satu kata, yaitu
"Fadhilah" (keutamaan).21
Dengan tujuan pendidikan akhlak atau pembentukan
"fadhilah" itu tidak berarti bahwa al-Abrasyi tidak mementingkan
pendidikan selainnya. Dikatakan bahwa mencapai suatu akhlak
yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan, tapi ini
tidak berarti bahwa kita tidak mementingkan pendidikam jasmani
atau akal atau ilmu ataupun segi-segi praktis lainnya, tetapi artinya
ialah bahwa kita memerhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti
juga segi-segi lainnya itu. Anak-anak membutuhkan kekuatan
dalam jasmani akal, ilmu, dan anak-anak membutuhkan pula
pendidikan budi pekerti, perasaan, kemauan, cita rasa
dan kepribadian.22
Oleh karena itu tujuan pendidikan agama Islam haruslah
mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan
melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai
ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi

20
H. Jalaluddin, Pendidikan Islam: Pendekatan Sistem Dan Proses, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2016), h. 143
21
Abd. Rachman Assegaf, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan
Tokoh Klasik sampai Modern, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h.206
22
Ibid, h.206-207

20
anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di
akhirat kelak.23

23
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2012), h. 18

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-


ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejaheraan di
duni maupun di akhirat kelak.
Dasar-dasar pendidikan agama Islam secara prinsipil diletakkan
pada ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Al-Qur’an
misalnya, memberikan prinsip sangat penting bagi pendidikan, yaitu
penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah, tidak menentang
fitrah manusia, serta memelihara kebutuhan sosial.
Dasar pendidikan agama Islam selanjutnya adalah nilai sosial
kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an dan
sunnah atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan
kemudaratan bagi manusia. Dengan dasar ini, pendidikan agama Islam
dapat diletakkan di dalam kerangka sosiologis, selain menjadi sarana
transmisi pewarisan kekayaan sosial budaya yang positif bagi kehidupan
manusia.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, maka pemakalah bermaksud
memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Dalam suatu lembaga pendidikan Islam seharusnya peserta didik
diarahkan untuk dapat mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya
agar dapat berperan sebagai khalifah yang dapat menggali ayat-ayat

22
kebesaran Allah SWT tanpa mendiskriminasi antara ilmu
umum dan ilmu agama.
2. Lembaga pendidikan seharusnya tidak hanya menekankan dalam segi
pengetahuan kognitif (intelektual), tetapi harus juga menumbuhkan
segi-segi kualitas psikomotorik dan kesadaran spiritual yang reflektif
dalam kehidupan sehari-hari. Dan Ilmu-ilmu yang dikembangkan
harus tidak mendeskriminasi antara ilmu-ilmu umum dan mampu
memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani.

23
DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, A. R. 2013. Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan


Tokoh Klasik sampai Modern . Jakarta: Rajawali Pers.

Azra, A. 2012. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan


Milenium III. Jakarta: Prenadamedia Group.

Daradjat, Z. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Daulay, H. P. 2016. Pendidikan Islam dalam Perspektif Filsafat. Jakarta:


Pranedamedia Group.

H. Abuddin Nata. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PrenadaMedia Group.

Jalaluddin, H. 2016. Pendidikan Islam Pendekatan Sistem dan Proses. Jakarta:


PT.Rajagrafindo Persada.

Majid, A. 2014. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung:


PT.Remaja Rosdakarya.

Ramayulis, H. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Rosidin, dkk. 2023. Transformasi Pendidikan Agama Islam. Banten : PT. Sada
Kurnia Pustaka.

24

Anda mungkin juga menyukai