Anda di halaman 1dari 19

HAKIKAT PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPUH
Nurhayati, S.Pd.i., M.Pd.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:


Nia Angraeni
Nur Fadli Tadjuddin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAI AL MAWADDAH WARAHMAH KOLAKA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah Pemikiran Pendidikan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  dari dosen
Nurhayati, S.Pd.i., M.Pd. pada mata kuliah PEMIKIRAN PENDIDIKAN Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang  Pengertian, Tujuan, Ruang
lingkup dan metode penelitian Pemikiran Pendidikan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Nurhayati, S.Pd.i., M.Pd. selaku Dosen yang


telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari,
makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kolaka, 21 Februari 2022


 

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................2

C. Manfaat Penulisan Makalah..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Pengertian Pendidikan...........................................................................................................3

B. Fenomena Pendidikan Indonesia...........................................................................................5

C. Hakikat Pendidikan...............................................................................................................7

D. Hakikat Pendidikan Islam.....................................................................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................................14

A. Kesimpulan..........................................................................................................................14

B. Saran....................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sepakat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak asing bagi kita, terlebih
lagi karena kita bergerak di bidang pendidikan. Juga pasti kita sepakat bahwa pendidikan
diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh
semua manusia dari semua golongan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan hakikat
pendidikan itu sendiri. Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas, cenderung terlupakan
makna dasar dan hakikatnya.
Karena itu benarlah kalau dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat dalam dunia
pendidikan sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan,
merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai buah refleksinya.
Makalah singkat ini mencoba mengungkap makna education, Tarbiyah, pendidikan yang
terkadang dimaknai secara sempit. Makalah ini akan memberikan gambaran perbedaan
makna tarbiyah, talim, tadris, tahdzib, Tadib dan tadrib dengan menampilkan pendapat-
pendapat para pakar pendidikan baik dari literatur barat maupun timur. Pembahasan makalah
ini dimulai dengan pengertian pendidikan dari tinjauan etimologis dan terminologis untuk
mengantarkan pembahasan pada hakikat pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

Apa arti pendidikan (secara etimologis dan terminologis)?

Bagaimana Fenomena pendidikan Indonesia?

Apa hakikat Pendidikan itu?

C. Manfaat Penulisan Makalah

Adapun manfaat penulisan makalah adalah untuk menjawab Rumusan masalah diatas yaitu:

Apa arti pendidikan (secara etimologis dan terminologis)?

Bagaimana Fenomena pendidikan Indonesia?

Apa hakikat Pendidikan itu?


1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan

Pendidikan secara umum berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang
atau sekelompok orang (peserta didik)dalam usaha mendewasakan manusia (peserta
didik) ,melalui upaya pengajaran dan latihan. 1 Makna pendidikan secara sederhana dapat
diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di
dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya
peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan.
Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.

Pendididkan adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan secara sadar untuk
memberikan bimbingan atau pengarahan terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak
menuju kesempurnaan dan kelengkapan arti kemanusiaan. 2 Pendidikan menurut pengertian
Yunani adalah “pedagogik” yaitu ilmu menuntun anak, orang Romawi memandang
pendidikan sebagai “educare”, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan
potensi anak yang dibawa dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai
“Erzichung” yang setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau
mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah
(pengolahan), mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak,
mengubah kepribadian sang anak. Sedangkan menurut Herbart pendidikan merupakan
pembentukan peserta didik kepada yang diinginkan sipendidik yang diistilahkan dengan
Educere.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar “didik”
(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan
kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik.

1
Rusli Malli, "Konsep Pemikiran pendidikan Islam Kontemporer di Indonesia", Tarbawi, Vol. 1. No. 2.
(2017). Hlm. 160.

2
Hasbi Siddik, "Hakikat Pendidikan Islam", Ar-Riwayah, Vol. 8. No. 1. (2016). Hlm. 92.
2
Membicarakan pendidikan berarti membicarakan keterkaitan aktivitasnya, dan pemberian
bimbingan padanya.3 Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

1. Tinjauan Etimologis

Istilah pendidikan, menurut Carter V. Good dalam “Dictionary of Education” dijelaskan


sebagai berikut:

a. Pedagogy:

1) The art, practice of profession of teaching “seni, praktik atau profesi sebagai pengajar
(pengajaran).

2) The sistematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching


and of student control and guidance; lagerly replaced by the term ofeducation. “ilmu yang
sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode
mengajar pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas diartikan dengan istilah
pendidikan”

b. Education:

1) proses perkembangan pribadi;

2) proses sosial;

3) profesional cources;

4) seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang diwarisi atau
dikembangkan generasi bangsa.

Pendidikan sejatinya adalah gerbang untuk mengantar umat manusia menuju peradaban
yang lebih tinggi dan humanis dengan berlandaskan pada keselarasan hubungan manusia,
lingkungan, dan sang pencipta.4 Dalam bahasa Arab pendidikan disebut Tarbiyah yang
diambil dari kata Rabba yang bermakna memelihara , mengurus, merawat, mendidik. Dalam
3
M. Indra Saputra, " Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam", Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 6. No. 1. (2015). Hlm. 93.

4
Rahmat Hidayat, Ilmu Pendidikan Islam Menuntun Arah Pendidikan Indonesia, (Cet. Pertama; Medan:
Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2016), Hlm. 4.
3
literatur-literatur berbahasa Arab kata Tarbiyah mempunyai bermacam macam definisi yang
intinya sama mengacu pada proses pengembangan potensi yang dianugrahkan pada manusia.
Definisi-definisi itu antara lain sebagai berikut:

1. Tarbiyah adalah proses pengembangan dan bimbingan jasad, akal dan jiwa yang dilakukan
secara berkelanjutan sehingga mutarabbi (anak didik) bisa dewasa dan mandiri untuk
hidup di tengah masyarakat.

2. Tarbiyah adalah kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati,
perhatian bijak dan menyenangkan; tidak membosankan.

3. Tarbiyah adalah proses yang dilakukan dengan pengaturan yang bijak dan dilaksanakan
secara bertahap dari yang mudah kepada yang sulit.

4. Tarbiyah adalah mendidik anak melalui penyampaian ilmu, menggunakan metode yang
mudah diterima sehingga ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

5. Tarbiyah adalah kegiatan yang mencakup pengembangan, pemeliharaan, penjagaan,


pengurusan, penyampaian ilmu, pemberian petunjuk, bimbingan, penyempurnaan dan
perasaan memiliki terhadap anak didik.

Dalam definisi –definisi di atas tersirat unsur-unsur pembelajaran yaitu talim dan tadris
(Instruction ) tahdib dan tadib (penanaman akhlak mulia) dan Tadrib (Taining –pelatihan).

2. Tinjauan Terminologis

a. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi


pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Lebih lanjut beliau
( Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa “Pendidikan umumnya berarti daya upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti ( kekuatan batin, karakter), pikiran
(intellect) dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan
bagian-bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya serta
pendidikan itu sendiri harusnya mampu mengantarkan anak menjadi pribadi yang benar-

4
benar dirinya sendiri, mandiri, penuh daya kreasi dan selalu menjunjung tinggi budi
pekerti mulia yang sangkut pautnya adalah dengan manusia lainnya".5

Ki Hadjar Dewantara mengajukan beberapa konsep pendidikan untuk mewujudkan


tercapainya tujuan pendidikan, yaitu Tri Pusat Pendidikan: (1) pendidikan keluarga; (2)
pendidikan dalam alam perguruan; dan (3) pendidikan dalam alam pemuda atau
masyarakat.6 Beliau lebih lanjut mejelaskan bahwa pendidikan harus mengutamakan
aspek-aspek berikut:

1) Segala alat, usaha dan cara pedidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan.

2) Kodratnya keadaan itu tersimpan dalam adat-istiadat setiap rakyat, yang oleh
karenanya bergolong-golong merupakan kesatuan dengan sifat prikehidupan sendiri-
sendiri, sifat-sifat mana terjadi dari bercampurnya semua usaha dan daya upaya untuk
mencapai hidup tertib damai.

3) Adat istiadat, sebagai sifat prikehidupan atau sifat percampuran usaha dan daya upaya
akan hidup tertib damai itu tiada terluput dari pengaruh zaman dan tempat. oleh
karena itu tidak tetap senantiasa berubah.

4) Akan mengetahui garis-hidup yang tetap dari sesuatu bangsa perlulah kita
mempelajari zaman yang telah lalu.

5) Pengaruh baru diperoleh karena bercampurgaulnya bangsa yang satu dengan yang
lain, Percampuran mana sekarang ini mudah sekali terjadi disebabkan adanya
hubungan modern. Haruslah waspada dalam memilih mana yang baik untuk
menambah kemuliaan hidup kita dan mana yang akan merugikan. Itulah diantara
pikiran- pikiran beliau yang sangat sarat dengan nilai.

b. Menurut buku “Higher Education For America Democracy”: Education is an institution


of civilized society, but the purposes of education are not the same in all societies, an

5
Evi Fatimatur Rusydiyah, Aliran dan Paradigma Pemikiran Pendidikan Agama Islam Kontemporer, (Cet.
Pertama; Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2019), Hlm. 82-83.

6 Henricus Suparlan, "Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Sumbangannya bagi Pendidikan Indonesia" Filsafat,

Vol. 25. No. 1. (2015). Hlm. 59.

5
educational system finds it‟s the guiding principles and ultimate goals in the aims and
philosophy of the social order in which it functions.

“pendidikan ialah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab, tetapi tujuan
pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat
(bangsa) dan tujuan-tujuan pendidikannya didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai) cita-cita
dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa)”.

c. Menurut Prof. Richy dalam buku “Planing for Teaching and Introduction to Education”:

The term “education” refers to the broad function of preserving and inproving the life of the
group through bringing new members into its shared concerns. Education is thus a far
broader process thah that which accurs in schools. It is an essential social activity by
which communicaties continue to exist in complex communicaties this function is
specialized and institutionalized in formal education, but there is always the education
outside the school with wich the formal process in related (12: 489)

“Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan
kehidupan suatu bangsa (masyarakat) terutama membawa warga masyarakat yang baru
(generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat.

Pendidikan adalah upaya yang sengaja untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
murid.7 Jadi, pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang
berlangsung di dalam sekolah saja. Pendidikan diperlukan agar manusia sebagai individu
berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya yang baik dengan
lengkap.8

Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensial yang memungkinkan masyarakat
yang kompleks dan modern. Fungsi pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan
melembaga dengan pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan
formal di luar sekolah.

d. Prof. Lodge dalam buku “Philosophy of Education”:

7
Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, ( Cet. Pertama; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014). Hlm. 66.

8
Abdul Rahmat, Pengantar Pendidikan Teori Konsep dan Aplikasi, (Cet. Pertama; Bandung: MQS
Publishing, 2010). Hlm. 12.
6
The word “education” is used, sometimes in a wider, sometimes in a narrower, sense. In
the wider sense, all experienceis said to the educative and life is education and education
is life.

“Perkataan pendidikan kadang-kadang dipakai dalam pengertian yang luas dan


pengertian sempit. Dalam pengertian luas pendidikan adalah semua pengalaman, dapat
dikatakan juga bahwa hidup adalah pendidikan atau pendidikan adalah hidup”.

In the narrower sense “education is restricted to that function of the community which
consists in passing in its traditions its background and its outlook to the members of the rising
generation.“Pengertian pendidikan secara sempit adalah pendidikan dibatasi pada fungsi
tertentu di dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi) dengan latar
belakang sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu kepada warga masyarakat generasi
berikutnya.

e. Menurut Brubacher dalam bukunya “Modern Philosophies of Education”:

“Education should be thought of as the process of mans reciprocal adjusment to nature to his
follows and to the ultimates nature of the cosmos.“Pendidikan diartikan sebagai proses
timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan
teman dan alam semesta.Education is the organized development and equipment of all the
power of human being, moral, intellectual, and physical, by and for their individual and
social uses, directed to word the union of these activities with their creator as their final
end.

“Pendidikan merupakan pola perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua
potensi manusiawi, moral, intelektual dan jasmani oleh dan untuk kepribadian individunya
serta kegunaan masyarakatnya yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut
bagi tujuan hidupnya”. Kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakan kebutuhan
asasi dalam rangka mempersiapkan setiap insan sampai pada suatu tingkat di mana mereka
mampu menunjukkan kemandirian yang bertanggung jawab, baik terhadap dirinya
maupun terhadap lingkungannya.9 Tanpa Pendidikan, manusia sekarang tidak ada bedanya
dengan manusia yang lampau yang sangat tertinggal, baik kualitas kehidupan maupun
proses-proses perencanaan masa depannya.10

B. Fenomena Pendidikan Indonesia


9
Munir Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, ( Cet. Pertama; Palopo: IAIN Palopo, 2018), Hlm. 18.
7
Dalam penyelenggaraannya pendidikan tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang
hendak dicapai, hal ini dapat dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami
bangsa Indonesia.11 Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan
menyadari bahwa pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”. Dunia
pendidikan yang sakit ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia
menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak demikian. Seringkali
kepribadian manusia cenderung direduksi oleh sistem pendidikan yang ada.

Masalah pertama adalah bahwa pendidikan di Indonesia menghasilkan “manusia robot”.


Dikatakan demikian karena pendidikan yang diberikan ternyata berat sebelah atau tidak
seimbang. Pendidikan ternyata mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar
yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi
cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi.

Masalah kedua, sistem pendidikan yang top down (dari atas ke bawah) atau kalau
menggunakan istilah Paula Freire (tokoh pendidik Amerika Latin) adalah pendidikan gaya
bank. Sistem pendidikan ini sangat tidak membebaskan karena peserta didik dianggap
sebagai manusia yang tidak tahu apa-apa.

Masalah ketiga, model pendidikan yang hanya diorientasikan kepada manusia yang
dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya
bersikap kritis terhadap zamannya.

Manusia sebagai objek (wujud dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak-
belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari akar-akar
budayanya. Lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi kultural untuk membentuk manusia
yang sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan masyarakatnya sekaligus juga
mampu menerima dan menghargai keberadaan tradisi, dan budaya situasi masyarakat lain.
Dalam hal ini, makna pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menjadi sangat toleran untuk
direnungkan. 

C. Hakikat Pendidikan

10
Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus, Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, ( Cet. Pertama;
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), Hlm. 15.

11
Rahmat Hidayat, Abdillah, Ilmu Pendidikan Konsep Teori dan Aplikasinya, ( Cet. Pertama; Medan: LPPPI,
2019), Hlm 25.
8
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and
transfer of religius yang diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses
pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar
memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya dan pertahanan keamanan.

Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya
sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka tidak sebuah batasanpun yang
cukup memadai untuk menjelaskan hakekat pendidikan secara lengkap.12 Menurut pandangan
Paula Freire pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah
pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Dalam
konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada
manusia (fitrah) dengan bimbingan Alquran dan as-sunah (Hadits) sehingga menjadi manusia
berakhlakul karimah (insan kamil).

Hakikat pendidikan itu sendiri lebih berorientasi kepada terbentuknya karakter


(kepribadian/jatidiri) seseorang.13 Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat
ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat
pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut :

1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara


kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik;

2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang


mengalami perubahan yang semakin pesat;

3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;

4. Pendidikan berlangsung seumur hidup; Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan


prinsip-prinsip ilmu.

D. Hakikat Pendidikan Islam

12
Wasitohadi, "Hakekat Pendidikan dalam Perspektif Jhon dewey", Satya Widya, Vol. 30. No. 1. (2014).
Hlm. 50.

13
Laili Arfani, "Mengurai Hakikat Pendidikan, Belajar, dan Pembelajaran", Ppkn dan Hukum, Vol. 11. No. 2.
(2016). Hlm. 83.
9
Pendidikan tidak pernah terpisah dari kehidupan manusia.14 Pada hakikatnya, pendidikan
adalah suatu peroses berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan. 15 Pendidikan
secara semantik menunjukkan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan
pembinaan yang dilakukan seseorang kepada orang lain .

pendidikan Islam adalah aktivitas bimbingan yang disengaja untuk mencapai kepribadian
muslim, baik yang berkenaan dengan dimensi jasmani, rohani, akal maupun moral. 16
Pengertian tersebut belum menunjukkan adanya program, sistem, dan metode yang lazimnya
digunakan dalam melakukan pendidikan atau pengajaran. Dalam pengertian ini, dijumpai
pula kata tarbiyah dalam bahasa Arab. Kata ini sering digunakan oleh para ahli pendidikan
Islam untuk menerjemahkan kata pendidikan dalam bahasa Indonesia.

Selain kata tarbiyah terdapat pula kata ta'lim. Kata ini oleh para penerjemah sering
diartikan pengajaran. Dalam pengertian itu Yusuf A. Faisal, pakar dalam pendidikan
mengatakan bahwa “Pengertian pendidikan islam dari sudut etimologi (ilmu akar kata) sering
dikatakan istilah ta'lim dan tarbiyah yang bersal dari kata allama dan rabba yang
dipergunakan dalam al-Qur‟an sekalipun kata tarbiyah lebih luas konotasinya, yaitu
mengandung arti memelihara, membesarkan dan mengandung makna mengajar (allama).
Selanjutnya Faisal mengutip pendapat Naquib Alatas dalam bukunya Islam and Secularism
sebagaimana tersebut diatas terdapat pula kata ta'dib yang ada hubungannya dengan kata adab
yang berarti sopan santun.”

Pendidikan menjadi bagian penting bagi kehidupan dan kelangsungan hidup


manusia.17 Pendidikan Islam sebagai alat pembudayaan Islam dalam masyarakat, dengan
demikian memiliki watak lentur terhadap perkembangan aspirasi kehidupan manusia
sepanjang zaman.18 pendidikan Islam merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membentuk

14
Azis Masang, "Hakikat Pendidikan", Al Urwatul Wutsqa, Vol. 1. No. 1. (2021). Hlm. 20.

15
Dian Fitriana, Hasan Basri, Eri Hadiana, "Hakikat Dasar Pendidikan Islam", Tarbawy: Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 7. No. 2. (2020). Hlm. 147.

16
Mahmud, Teri Priatna, Pemikiran Pendidikan Islam, (Cet. Pertama; Bandung: Sahifa, 2005), Hlm. 10.

17
Hamengkubuwono, Ilmu Pendidikan dan Teori-teori Pendidikan, (Cet. Pertama; Curup: CV. Karya Hasri
Zitaq, 2016), Hlm. 1.

18
Nita Zakiyah, "Hakikat, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam di Era Modern", As-Salam, Vol. 3. No. 1.
(2013). Hlm. 120.
10
manusia muslim yang mempunyai karakter kepribadian Islami. 19 Muhammad Fuad Abd al-
Baqy dalam bukunya Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur'an al Karim telah
mengimformasikan bahwa dalam al-Qur‟an kata Tarbiyah dalam kata yang serumpum
dengannya diulang sebanyak lebih dari 872 kali. Kata tersebut berakar pada rabb. Kata ini
sebagaimana dijelaskan oleh al-Raghib al-Ashfahany, pada mulanya berarti alTarbiyah yaitu
insya‟ al-Sya‟i halan ila halin ila had tamam yang artinya mengembangkan atau
menumbuhkan sesuatu tahap demi setahap sampai pada batas yang sempurna. Kata
selanjutnya digunakan oleh al-Qur'an ntuk berbagai hal antara lain digunakan untuk
menerangkan salah satu sifat atau perbuatan Tuhan, yaitu rabb al-alamin yang artinya
Pemelihara, Pendidik, Penjaga, Penguasa dan Penjaga sekalian alam.

selain kata rabb digunakan untuk arti sebagaimana disebut diatas, digunakan pula
untuk arti yang obyeknya lebih terperinci lagi, yakni bahwa yang dipelihara, dididik dan
seterusnya ada yang berupa al-arsyy al azhim, yakni arsy yang demikian besar, al-Masyaariw
yakni ufuk timur tempat terbitnya matahari (Q.S 37:5), aba‟ukum al-awwalun yakni nenek
moyang para pendahulu orang kafir Quraisy (Q.S 37:126), al-Maghrib ufuk barat tempat
terbenamnya matahari (Q.S 55:17), al-Baldah yakni negeri dalam hal ini adalah Makkah al-
Mukarramah (Q.S 2:126), Bait yakni rumah yang dalam hal ini adalah Baitullah, Kabah yang
ada di Makkah.

Beberapa ayat tersebut diatas menunjukan dengan jelas, bahwa kata rabb sebagaimana
yang ditunjukan pada al-Quran ternyata digunakan untuk menunjukan obyek yang
bermacam-macam, yang dalam ini meliputi benda-benda yang bersifat fisik dan non fisik.
Dengan demikian pendidikan meliputi pemeliharaan terhadap seluruh mahluk Tuhan.

Adapun kata yang kedua, dalam hal ini allama sebagaimana dijelaskan oleh al-Raghib
al-Ashfahany, digunakan secara khusus untuk menunjukan sesuatu yang dapat diulang dan
diperbanyak sehingga meninggalkan bekas atau pengaruh pada diri seseorang dan ada pula
yang mengatakan bahwa kata tersebut digunakan untuk mengingatkan jiwa agar memperoleh
gambaran mengenai arti tentang sesuatu, dan kadang kata tersebut juga dapat diartikan
pemberitahuan. Kata ta'lim yang berakar padda kata allama dengan berbagai akar kata yang
serumpum dengannya delam al-Quran disebut sebanyak lebih dari 840 kali dan digunakan
untuk arti berbagai macam. Terkadang oleh Allah digunakan untuk menjelaskan

19
Ali Mu'tafi, "Hakikat Pendidikan Islam: Upaya Mencapai Makrifatulloh", Pendidikan dan Peradaban
Islam, Vol. -. No. -. (2020). Hlm. 5.
11
pengetahuan-Nya yang diberikan kepada manusia, digunakan untuk menjelaskan bahwa
Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu yang terjadi pada manusia digunakan untuk
menjelaskan bahwa Allah mengetahui orang-orang yang mengikuti petunjuknya.

Dari informasi ini terlihat bahwa kata ta'lim dalam al-Quran mengacu pada adanya
sesuatu berupa pengetahuan yang diberikan kepada seseorang. Jadi sifatnya intelektual.
Sedangkan kata tarbiyah lebih mengacu pada bimbingan, pemeliharaan, arahan, penjagaan,
dan sifatnya pembentukan kepribadian. Adapun mengenai ta'dib yang berakar pada kata
addaba tidak dijumpai dalam al-Quran. Kata tersebut dijumpai dalam hadist antara lain yang
berbunyi :

Addabani rabby fa ahsana ta‟diby, artinya : “ Tuhanku telah mendidikku dan telah
membuat pendidikanku sebaik-baiknya. Dalam pembahasan selanjutnya dijumpai perbedaan
pendapat dikalangan para ahli menengenai pemakaian kata tersebut dalam hubungannya
dengan pendidikan. Abdurrahman al-Nahlawi, misalnya lebih cenderung menggunakan kata
tarbiyah untuk kata pendidikan. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa kata tarbiyah berasal dari
tiga kata, yaitu pertama dari kata rabba, yarbu, yang berarti bertambah dan bertumbuh, karena
pendidikan mengandung misi untuk menambah bekal pengetahuan kepada anak didik dan
menumbuhkan potensi yang dimilikinya; kedua dari kata rabbya, yarba, yang beararti
menjadi besar, karena pendidikan juga mengandung arti untuk membesarkan jiwa dan
memperluas wawasan seseorang, dan ketiga dari kata rabba yarubbu yang berarti
memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, dan memelihara.

Sebagai suatu proses, pendidikan melibatkan perbuatan belajar itu sendiri; dalam hal
ini pendidikan sama artinya dengan perbuatan mendidik seseorang atau mendidik diri
sendiri.20 Kemudian Naqwib al-Attas berpendapat bahwa:” kata yang paling tepat untuk
mewakili kata pendidikan adalah kata ta'dib. Sementara istilah tarbiyah dinilainya terlalu luas
yakni mencakup pendidikan untuk hewan, tumbuhan dan sebagainya. Sedangkan kata ta'dib
sasaran pendidikannya adalah manusia.

Berbeda dengan kedua pendapat diatas, Abdul Fattah Jalal berpendapat bahwa istilah
yang lebih komprehensif untuk mewakili istilah pendidikan adalah istilah ta'lim. Menurutnya
istilah yang terakhir ini (ta'lim) justru lebih universal dibanding dengan istilah tarbiyah.
Untuk ini Jalal mengajukan alasan, bahwa kata ta'lim berhubungan dengan pemberian bekal
20
Rukiyati, L. Andriani Purwastuti, Mengenal Filsafat Pendidikan, ( Cet. Pertama; Yogyakarta: UNY Press,
2015), Hlm. 17.
12
pengetahuan. Pengetahuan ini dalam islam dinilai sesuatu yang memiliki kedudukan yang
tinggi. Hal ini misalnya dapat dijelaskan melalui kasus Nabi Adam yang yang diberi
pengajaran (ta'lim) oleh Allah. Dengan sebab ini, para malaikat bersujud (menghormati) Nabi
Adam.

Uraian diatas dapat memperlihatkan dengan jelas bahwa dikalangan para ahli
pendidikan sendiri masih belum terdapat kesepakatan mengenai penggunaan dari ketiga
istilah tersebut untuk mewakili kata pendidikan. Untuk menghindari pembicaraan
berkepanjangan yang dasarnya hanya pemainan kosa kata, maka Konferensi Internasional
pendidikan Islam pertama (First World Conferention Muslim Education) yang
diselenggarakan oleh Universitas King Abdul Azis, Jeddah, pada tahun 1977, belum berhasil
merumuskan secara jelas tentang definisi pendidikan, khususnya menurut Islam. Dalam
bagian rekomendasi konferensi tersebut, para peserta membuat kesimpulan bahwa pengertian
pendidikan menurut islam adalah keseluruhan pengertian yang terkandung didalam ketiga
istilah tersebut.

Namun demikian, ketiga istilah tersebut sebenarnya memberi kesan bahwa antara satu
dan yang lainnya berbeda. Beda istilah ta'lim mengesankan memberikan proses pemberian
bekal pengetahuan. Sedangkan istilah tarbiyah, mengesankan proses pembinaan dan
pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental.sementara istilah ta'dib
mengesankan proses pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap
mental, sedangkan sitilah ta'dib mengesankan proses pembinaan terhadap sikap moral dan
estetika dalam kehidupan yang lebih mengacu pada peningkatan martabat manusia.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakikat pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi yang
dianugerahkan Tuhan kepada manusia dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan agar
memanusiakan manusia atau menjadikannya sebagai insan kamil, manusia utuh atau kaffah.
Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran (ta‟lim dan
tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib dan ta`dib), dan tadrib (latihan) dengan
memperhatikan kompetensi kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian dan sosial.
Pendidikan menumbuhkan budi pekerti, kekuatan batin , karakter, pikiran dan tubuh
peserta didik yang dilakukan secara integral tanpa dipisah-pisahkan antara ranah-ranaha
tersebut.

B. Saran
Dari kesimpulan diatas, maka untuk memaksimalkan tugas kita sebagai umat
Islam haruslah kita tahu mengenai hakikat pendidikan khususnya Diharapkan dengan
pemahaman hakikat pendidikan Islam ini, memberi motivasi agar manusia khususnya muslim
selalu mencari ilmu hingga akhir hayat.

1
DAFTAR PUSTAKA

Malli, Rusli. (2020). Konsep Pemikiran pendidikan Islam Kontemporer di Indonesia:


Tarbawi, 1 (2), 160.

Siddik, Hasbi. (2016). Hakikat Pendidikan Islam: Ar-Riwayah, 8 (1), 92.

Saputra, M. Indra. (2015). Hakekat Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam: Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 6 (1), 93.

Hidayat, Rahmat. (2016). Ilmu Pendidikan Islam Menuntun Arah Pendidikan Indonesia.
Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia.

Rusydiyah, Evi Fatimatur. (2019). Aliran dan Paradigma Pemikiran Pendidikan Agama
Islam Kontemporer. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.

Suparlan, Henricus. (2015). Filsafat Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Sumbangannya


Bagi Pendidikan Indonesia: Filsafat, 25. (1), 59.
Triwiyanto, Teguh. (2014). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rahmat,Abdul. (2010). Pengantar Pendidikan Teori Konsep dan Aplikasi. Bandung: MQS
Publishing.

Yusuf, Munir. (2018). Pengantar Ilmu Pendidikan. Palopo: IAIN Palopo.

Kurniawan, Syamsul dan Erwin Mahrus. (2011). Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hidayat,Rahmat dan Abdillah. (2019). Ilmu Pendidikan Konsep Teori dan Aplikasinya.
Medan: LPPPI.

Wasitohadi. (2014). Hakekat Pendidikan dalam Perspektif Jhon dewey: Satya Widya, 30 (1),
50.

Arfani, Laili. (2016). Mengurai Hakikat Pendidikan, Belajar, dan Pembelajaran: Ppkn dan
Hukum, 11 (2), 83.

Masang, Azis. (2021). Hakikat Pendidikan: Al Urwatul Wutsqa, 1 (1), 20.

Fitriana, Dian, Hasan Basri, Eri Hadiana. (2020). Hakikat Dasar Pendidikan Islam: Tarbawy:
Jurnal Pendidikan Islam, 7 (2), 147.

14
Mahmud dan Teri Priatna. (2005). Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Sahifa.

Hamengkubuwono. (2016). Ilmu Pendidikan dan Teori-teori Pendidikan. Curup: CV. Karya
Hasri Zitaq.

Zakiyah, Nita. (2013). Hakikat, Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam di Era Modern: As-
Salam, 3 (1), 120.

Mu'tafi, Ali. (2020). Hakikat Pendidikan Islam: Upaya Mencapai Makrifatulloh: Pendidikan
dan Peradaban Islam, 5.

Rukiyati, L. Andriani Purwastuti. (2015). Mengenal Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: UNY


Press.

Anda mungkin juga menyukai