Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH HAKIKAT PENDIDIKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : Desi Afrianti, SS, M.Hum

Disusun Oleh :
GENTA PRATAMA BAIHAQI
21101152630061

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji serta syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena
atas rahmat dan karunia_Nya lah akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan.
Terimakasih juga kepada doa orang tua kami yang selalu mendoakan kami, serta
semua orang yang kami sayangi yang selalu mensuport kami dalam menyusun
makalah ini. Terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.
Makalah pengantar pendidikan ini membahas tentang Hakikat Pendidikan.
Hakikat pendidikan adalah semua usaha yang secara sadar dilakukan untuk
mendukung proses belajar mengajar sehingga peserta didik mampu
mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya baik potensi spiritual,
kecerdasan, kepribadian, emosional, pengendalian diri, dan keterampilan agar
bermanfaat untuk dirinya sendiri dan masyarakat.
Demikian makalah ini kami susun, tiada gading yang tak retak begitupun
dalam penyusunan makalah ini. Kesempurnaan hanya milik Allah SWT,
kekurangan hanya milik manusia. Saran dan kritik sangat kami harapkan demi
memajukan pendidikan di Indonesia.

Hormat kami

Penyusun

1|Hakikat Pendidikan
Daftar Isi
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN.................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 3
1.2 Istilah Pendidikan ..................................................................................... 3
1.3 Arti dan Definisi Pendidikan .................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................. 11
UNSUR – UNSUR PENDIDIKAN .................................................................... 11
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik) ...................................................... 11
2. Orang yang membimbing (pendidik) ......................................................... 11
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif) .......... 11
4. Ke arah mana pendidikan ditujukan (tujuan pendidikan) .......................... 12
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan) .............. 12
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode) ........................ 12
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
12
BAB III ................................................................................................................. 13
HAKIKAT PENDIDIKAN................................................................................. 13
3.1 Paradigma Pendidikan di Indonesia ....................................................... 13
3.2 Hakikat Pendidikan ................................................................................ 13
3.3 Tujuan Hakikat Pendidikan .................................................................... 18
BAB IV ................................................................................................................. 21
PENUTUP ............................................................................................................ 21
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 21
4.2 SARAN .................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

2|Hakikat Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semua orang tidak asing dengan kata pendidikan. Sejak usia dini kita
telah mengenyam pendidikan. Baik pendidikan nonformal maupun formal.
Pendidikan nonformal dimulai sejak anak masih berusia batita, dimana seorang
ibu dan ayah mengajarkan kepada anaknya segala hal untuk mengembangkan
kemampuan mereka seperti berbicara, berjalan, dan mengenal lingkungan
sekitar. Pendidikan formal dimulai dari usia empat tahun, dimana anak sudah
mulai masuk
Taman bermain dan belajar tentang cara bersosialisasi dan pengendalian
diri. Pendidikan diperlukan oleh semua orang. Bahkan dapat dikatakan bahwa
pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari semua golongan. Pendidikan
tidak mengenal usia, tua dan muda melakukan proses pendidikan. Dan
pendidikan tidak mengenal status sosial ekonomi, kaya dan miskin
membutuhkan pendidikan. Tetapi seringkali orang melupakan makna dan
hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya hal lain yang sudah menjadi rutinitas,
cenderung terlupakan makna dasar dan hakikatnya. Karena itu benarlah kalau
dikatakan bahwa setiap orang yang terlihat dalam dunia pendidikan
sepatutnyalah selalu merenungkan makna dan hakikat pendidikan,
merefleksikannya di tengah-tengah tindakan/aksi sebagai buah refleksinya.

1.2 Istilah Pendidikan


Ada dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan
paedagogiek. Paedigogie berarti Pendidikan, sedangkan paedagogiek artinya
ilmu Pendidikan. Paedagogiek atau ilmu Pendidikan ialah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.
Paedagogiek berasal dari Yunani, berasal dari kata paes = anak, dan ago =
menuntun, membimbing. Kata jadian nya adalah paedagogian, yang berarti
“pergaulan dengan anak-anak”.

3|Hakikat Pendidikan
1.3 Arti dan Definisi Pendidikan
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia
untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat
dan kebudayaannya. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban
suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses
pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang
peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha
manusia melestarikan hidupnya.
Secara Etimologi kata pendidikan itu sendiri berasal dari bahasa Latin
yaitu ducare, berarti “menuntun, mengarahkan, atau memimpin” dan awalan e,
berarti “keluar”. Jadi, pendidikan berarti kegiatan “menuntun ke
luar” (Wikipedia). Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah “pedagogik”
yaitu ilmu menuntun anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai
“educare”, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi
anak yang dibawa dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan
sebagai “Erzichung” yang setara dengan educare, yakni membangkitkan
kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa
Jawa pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah,
kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak, mengubah kepribadian
sang anak. Sedangkan menurut Herbart pendidikan merupakan pembentukan
peserta didik kepada yang diinginkan si pendidik yang diistilahkan dengan
Educere ( Rohimin, dkk. ). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan
berasal dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu memelihara dan memberi
latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan
pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik.
Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku
individu ke arah kedewasaan dan kematangan. Arti kedewasaan dalam konotasi
ini sangat luas tidak terbatas hanya pada usia kalender, melainkan lebih
menekankan pada mental-spritual, sikap nalar, baik intelektual maupun
emosional, sosial dan spiritual. Bobot kedewasaan ini akan terungkap dalam

4|Hakikat Pendidikan
kematangannya dalam berfikir, berucap, berprilaku dan membuat keputusan.
Sudah barang tentu bahwa kedewasaan dan pematangan yang dimiliki
seseorang merupakan hasil dari kinerja pendidikan dalam arti yang seluas-
luasnya,pendidikan yang tidak hanya terbatas pada pendidikan persekolahan
(pendidikan formal).
Pendidikan merupakan pemberdayaan sumber daya manusia. Makna
pendidikan adalah memberikan kebebasan kepada seseorang untuk
mengembangkan dirinya sendiri sesuai dengan kompetensi yang dimilki.
Kekakuan harus ditembus dengan memberikan kebebasan kepada peserta didik.
Namun kebebasan yang dilakukan bukan kebebasan tanpa kendali, kebebasan
itu harus dibarengi dengan tanggung jawab sehingga kebebasan yang
bertanggung jawab. Yaitu tanggung jawab pengembangan pribadi yang
meliputi kemampuan berfikir , melakukan tindakan,mengembangkan
gagasan,bersifat sampai dalam mambuat keputusan. Untuk menembus
kekakuan yang mungkin selama ini dapat mempengaruhi pelaksanaan
pendidikan kita harus ditembus dengan pelaksanaan memberdayakan peserta
didik melalui kebebasan yang bertanggung jawab.

Beberapa pengertian Pendidikan menurut beberapa tokoh, yaitu :


1. Pengertian Pendidikan menurut MJ Langeveld (Ahli pendidikan bangsa
Belanda)
Menurut Langeveld Pendidikan diartikan sebagai : pemberian
pembimbingan dan pertolongan rohani dari orang dewasa kepada mereka
yang masih memerlukan. Pendidik yang dimaksud adalah orang dewasa
dengan berusaha mempengaruhi dan memberi perlindungan serta
pertolongan yang ditujukan ke arah kedewasaan anak didiknya. Pertolongan
tersebut berupa bimbingan terhadap fungsi-fungsi rohani anak didiknya,
oleh Karena itu pertolongan tersebut bersifat pertolongan rohani.

5|Hakikat Pendidikan
2. Pendidikan Pendidikan menurut Crow and Crow
Pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian,
pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia
berkembang. Pengalaman yang dimaksud adalah yang telah berlangsung
lama dan menjadi dasar yang diterima. Tugas pendidik adalah membimbing
perkembangan pribadi anak serta melayani kebutuhan anak didiknya.

3. Pengertian Pendidikan menurut Cryns


Mendidik adalah pertolongan yang diberikan oleh siapa saja yang
bertanggung jawab atas pertumbuhan anak untuk membawanya ke tingkat
dewasa. Pendidik adalah siapapun yang bertanggung jawab atas
pertumbuhan anak didik, baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat.

4. Pengertian Pendidikan menurut John Dewey (Filsuf Chicago)


Pendidikan adalah suatu proses pengalaman, setiap manusia
menempuh kehidupan, baik fisik maupun rohani. Karena kehidupan adalah
pertumbuhan, maka Pendidikan merupakan proses yang membantu
pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia.

5. Pengertian Pendidikan menurut Aristoteles (filosof terbesar Yunani yang


lahir pada tahun 384SM-322 SM)
Pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran.

6. Pengertian Pendidikan menurut Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa


Arab yang hidup tahun 106 H-143 H)
Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu
yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman,
dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi
yang merupakan santaan akal dan rohani.

6|Hakikat Pendidikan
7. Pengertian Pendidikan menurut Rousseau (filosof Prancis, 1712-1778 M)
Pendidikan ialah pembekalan diri kita dengan sesuatu yang belum
ada pada kita sewaktu masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya
diwaktu dewasa.

8. Pengertian Pendidikan menurut James Mill (filosof Inggris, 1773-1836)


Pendidikan itu harus menjadikan seseorang cakap, agar dia menjadi
orang yang senantiasa berusaha mencapai kebahagiaan untuk dirinya
terutama dan untuk orang lain selainnya.

9. Pengertian Pendidikan menurut Buku “Higher Education for American


Democracy”
Pendidikan ialah suatu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang
beradab, tujuan Pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat.

10. Pengertian Pendidikan menurut Prof. Richfey


Pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas daripada proses yang
berlangsung di dalam sekolah saja.

11. Pengertian Pendidikan menurut Prof. Lodge


Pendidikan dibagi menjadi 2 bagian yaitu sempit dan luas. Dalam
makna sempit Pendidikan dibatasi pada fungsi tertentu dalam masyarakat
yang terdiri atas penyerahan adat istiadat (tradisi) dengan latar belakang
sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu kepada warga generasi
berikutnya dan demikian seterusnya. Dalam pengertian luas semua
pengalaman dapat dikatakan sebagai Pendidikan.

12. Pengertian menurut Brubacher


Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi
manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman, dan alam
semesta. Selain itu Pendidikan adalah proses terkait dengan potensi
(kemampuan, kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan,

7|Hakikat Pendidikan
supaya disempurnakan dengan kebiasaan baik, melalui media yang disusun
dan dikelola sedemikian rupa oleh manusia untuk menolong orang lainvatau
dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

13. Pengertian Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara


Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan
budi pekerti (kekuatan bathin), pikiran atau intelek dan jasmani anak-anak.
Maksudnya adalah supaya kita semua dapat menyiapkan kesempurnaan
hidup yaitu kehidupan kita dan anak-anak, kita harus selaras dengan
alamnya dan masyarakat.

14. Pengertian Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003


Pendidikan merupakan usaha sadar dan rencana untuk mewujudkan
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Istilah “Pendidikan” berkenaan dengan fungsi yang luas. Jadi


Pendidikan adalah suatu proses yang lebih luas dari proses yang berlangsung di
dalam sekolah saja. Pendidikan adalah suatu aktivitas social yang esensial yang
memungkinkan masyarakat yang kompleks, modern, fungsi Pendidikan ini
mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan Pendidikan formal yang
tetap berhubungan dengan proses Pendidikan informal di luar sekolah.

Dalam pengertian yang lebih sempit, “Pendidikan” dibatasi pada fungsi


tertentu didalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat-istiadat (tradisi)
dengan latar belakang sosialnya, pandangan hidup masyarakat itu kapada
masyarakat generasi berikutnya, dan demikian seterusnya.

8|Hakikat Pendidikan
Berdasarkan pengertian pendidikan di atas yang sangat komplek dan
menyangkut berbagai macam aspek. Maka tak satupun batasan yang cukup
memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap. Batasan tentang
pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya
berbeda satu sama lain.

Menurut Tirtarahardja, U dan La Sulo (2005) beberapa batasan pendidikan


yang berbeda berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Nilai – nilai budaya tersebut mengalami
transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Dimana nilai budaya yang
baik akan diteruskan seperti nilai kejujuran, rasa tanggung jawab. Nilai
budaya yang kurang cocok akan diperbaiki seperti tata cara pesta
perkawinan. Dan nilai budaya yang tidak cocok akan diganti seperti
pendidikan seks yang dahulu ditabukan sekarang dimasukan dalam
pendidikan formal.

2. Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi


Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan
terarah kepada terbentuknya kepribadian. Pembentukan pribadi mencakup
pembentukan cipta, rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
yang sejalan dengan perkembangan fisik. Selain itu juga perkembangan
pribadi meliputi penyesuaian diri terhadap lingkungan, terhadap diri sendiri
dan terhadap Tuhan.

3. Pendidikan sebagai Penyiapan Warga Negara


Pendidikan adalah kegiatan untuk membekali peserta didik agar
menjadi warga negara yang baik. Yaitu warga negara yang tahu hak dan
kewajibannya.

9|Hakikat Pendidikan
4. Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan adalah kegiatan membimbing peserta didik agar
memiliki bekal dasar untuk bekerja. Pembekalan meliputi pembentukan
sikap, pengetahuan dan keterampilan kerja.

5. Definisi Pendidikan Menurut GBHN


Berdasarkan GBHN 1988. Pendidikan nasional yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan berlandaskan Pancasila serta Undang –
Undang Dasar 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat
dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia
yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas,
dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat
sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Jadi pendidikan dapat dimaknai sebagai sebuah proses secara sadar yang
dilakukan dari muda hingga tua sebagai sebuah kebutuhan. Dimana di dalamnya
terdapat proses menuju kedewasaan yang bertanggung jawab guna
memaksimalkan potensi diri, baik spiritual, kepribadian, kecerdasan,
pengendalian diri, dan keterampilan. Sehingga dapat bermanfaat untuk diri
sendiri dan masyarakat.

10 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
BAB II
UNSUR – UNSUR PENDIDIKAN

Proses pendidikan melibatkan banyak unsur (Tirtarahardja, U dan La Sulo. 2005),


yaitu:
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik)
Peserta didik adalah pribadi unik yang ingin mengembangkan dirinya secara
terus-menerus guna memecahkan masalah hidup yang dijumpai sepanjang
hidupnya.
Peserta didik berstatus sebagai subyek didik. Pandangan modern cenderung
menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subyek atau pribadi
yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Ciri khas peserta didik
yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:

 Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik.
 Individu yang sedang berkembang.
 Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
 Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

2. Orang yang membimbing (pendidik)


Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik. Sebagai pendidik harus
memperhatikan kewibawaan. Kewibawaan itu dibangun dari 3 sendi yaitu:
Kepercayaan, Kasih sayang, dan Kemampuan.

3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)


Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara
peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.
Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses
berkomunikasi intensif dengan memanipulasikan isi, metode, serta alat-alat
pendidikan.

11 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
4. Ke arah mana pendidikan ditujukan (tujuan pendidikan)
Tujuan pendidikan memuat gambaran nilai-nilai yang baik, luhur, pantas,
benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki
dua fungsi, yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan
merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
Tujuan pendidikan bersifat abstrak, umum, dan kandungannya sangat luas.
Sehingga diperlukan tujuan yang jelas, konkret, dan lingkup kandungan
terbatas agar memudahkan dalam pelaksanaannya.

5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)


Dalam dunia pendidikan formal, materi pendidikan telah diramu kurikulum
yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi
materi inti maupun materi lokal. Materi inti bersifat nasional yang
mengandung misi pengendalian dan persatuan bangsa. Sedangkan materi
lokal misinya adalah mengembangkan kebhinekaan kekayaan budaya
sesuai dengan kondisi lingkungan.

6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)


Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun
diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat
pendidikan dibedakan menjadi dua, yaitu alat yang bersifat preventif
misalnya larangan, pembatasan, peringatan dan hukuman. Yang kedua
adalah alat yang bersifat kuratif misalnya nasihat, dorongan, pemberian
kepercayaan, saran, dan penjelasan.

7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan


pendidikan)
Tempat pendidikan meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.

12 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
BAB III
HAKIKAT PENDIDIKAN

3.1 Paradigma Pendidikan di Indonesia


Pendidikan kita sampai saat ini masih “sakit”. Dunia pendidikan yang
sakit ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membantu pribadi
mengembangkan potensi yang dimilikinya agar menjadi pribadi yang beranfaat
untuk dirinya sendiri dan masyarat, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak
demikian. Seringkali tujuan pendidikan cenderung direduksi oleh sistem
pendidikan yang ada. Masalah pertama adalah bahwa pendidikan di Indonesia
menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan demikian karena pendidikan
yang diberikan ternyata berat sebelah atau tidak seimbang. Pendidikan ternyata
mengorbankan keutuhan, kurang seimbang antara belajar yang berpikir
(kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi unsur integrasi
cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi. Masalah kedua,
sistem pendidikan yang top down (dari atas ke bawah). Sistem pendidikan ini
sangat tidak membebaskan karena peserta didik dianggap sebagai manusia yang
tidak tahu apa-apa. Masalah ketiga, model pendidikan yang hanya
diorientasikan kepada manusia yang dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk
memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya.
Masalah keempat adalah adanya penyalah gunaan undang-undang perlindungan
terhadap anak, sehingga membuat anak kebal terhadap hukuman.

3.2 Hakikat Pendidikan


Hakikat pendidikan adalah humanisasi. Suyitno (2009:2) mengungkapkan
bahwa pendidikan yaitu upaya memanusiakan manusia. Hakikat pendidikan itu
dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat yaitu: pendekatan epistemologis
dan pendekatan ontologi atau metafisik. Kedua pendekatan tersebut tentunya
dapat melahirkan jawaban yang berbeda-beda mengenai apakah hakikat
pendidikan itu. Di dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah
adalah akar atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut
mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan

13 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
merupakan dasar analisis yang akan membangun ilmu pengetahuan yang
disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai sesuatu
proses yang interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat
dimanusiakan melalui proses pendidikan Dengan demikian hakikat pendidikan
adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan
itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut:
1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai
keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan
pendidik.
2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi
lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
3. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
4. Pendidikan berlangsung seumur hidup, Pendidikan merupakan kiat dalam
menerapkan prinsip-prinsip ilmu.

Berbagai pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan atas dua


kelompok besar yaitu :
a. Pendekatan reduksionisme
Pendekatan-pendekatan reduksionisme melihat proses pendidikan
peserta didik dan keseluruhan termasuk lembaga-lembaga pendidikan,
menampilkan pandangan ontologis maupun metafisis tertentu mengenai
hakikat pendidikan. Teori-teori tersebut satu persatu sifatnya mungkin
mendalam secara Vertikal namun tidak melebar secara horizontal. Peserta
didik, anak manusia, tidak hidup secara terisolasi tetapi dia hidup dan
berkembang di dalam suatu masyarakat tertentu, yang berbudaya, yang
mempunyai visi terhadap kehidupan di masa depan, termasuk kehidupan
pasca kehidupan.

b. Pendekatan Redaksional
Teori-teori / pendekatan redaksional sangat banyak dikemukakan di
dalam khazanah ilmu pendidikan. Dalam hal ini akan dibicarakan berbagai
pendekatan reduksionaisme sebagai berikut:

14 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
 Pendekatan Pedagogis / pedagogisme
Titik tolak dari teori ini ialah anak yang akan di besarkan menjadi manusia
dewasa. Pandangan ini apakah berupa pandangan nativisme schopenhouer
serta menganut penganutnya yang beranggapan bahwa anak telah
mempunyai kemampuan-kemampuan yang dilahirkan dan tinggal di
kembangkan saja.

 Pendekatan Filasofis
Anak manusia mempunyai hakikatnya sendiri dan berada dengan hakikat
orang dewasa. Oleh sebab itu, proses pendewasaan anak bertitik-tolak dari
anak sebagai anak manusia yang mempunyai tingkat-tingkat perkembangan
sendiri.

 Pendekatan Religius / religionisme


Pendekatan religius / religionisme dianut oleh pemikir-pemikir yang
melihat hakikat manusia sebagai makhluk yang religius. Namun demikian
kemajuan ilmu pengetahuan yang sekuler tidak menjawab terhadap
kehidupan yang bermoral.

 Pendekatan Psikologis / psikologisme


Pandangan-pandangan pedagogisme seperti yang telah diuraikan telah lebih
memacu masuknya psikologi ke dalam bidang ilmu pendidikan hal tersebut
telah mempersempit pandangan para pendidik seakan-akan ilmu pendidikan
terbatas kepada ilmu mengajar saja.

 Pendekatan negativis / negativism


Pendidikan ialah menjaga pertumbuhan anak. Dengan demikian
pandangan negativisme ini melihat bahwa segala sesuatu seakan-akan
telah tersedia di dalam diri anak yang bertumbuh dengan baik apabila
tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang merugikan pertumbuhan tersebut.

15 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
 Pendekatan sosiologis / sosiologismu
Pandangan sosiologisme cenderung berlawanan arah dengan pedagogisme.
Titik-tolak dari pandangan ini ialah prioritas kepada kebutuhan masyarakat
dan bukan kepada kebutuhan individu

Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer


of culture and transfer of religius yang semoga diarahkan pada upaya untuk
memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk
mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang
disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial,
budaya dan pertahanan keamanan.
Selain itu hakekat pendidikan juga mengarah pada asas-asas seperti :
1. Asas/pendekatan manusiawi/humanistik serta meliputi keseluruhan
aspek/potensi anak didik serta utuh dan bulat (aspek fisik–non fisik : emosi–
intelektual ; kognitif–afektif psikomotor), sedangkan pendekatan
humanistik adalah pendekatan dimana anak didik dihargai sebagai insan
manusia yang potensial, (mempunyai kemampuan kelebihan –
kekurangannya dll), diperlukan dengan penuh kasih sayang – hangat –
kekeluargaan – terbuka – objektif dan penuh kejujuran serta dalam suasana
kebebasan tanpa ada tekanan/paksaan apapun juga.

2. Asas kemerdekaan: Memberikan kemerdekaan kepada anak didik, tetapi


bukan kebebasan yang leluasa, terbuka (semau gue), melainkan kebebasan
yang dituntun oleh kodrat alam, baik dalam kehidupan individu maupun
sebagai anggota masyarakat.

3. Asas kodrat alam : Pada dasarnya manusia itu sebagai makhluk yang
menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari aturan main
(Sunatullah), tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk
berkembang secara wajar menurut kodratnya.

16 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
4. Asas kebudayaan: Berakar dari kebudayaan bangsa, namun mengikuti
kebudyaan luar yang telah maju sesuai dengan jaman. Kemajuan dunia terus
diikuti, namun kebudayaan sendiri tetap menjadi acauan utama (jati diri).

5. Asas kebangsaan: Membina kesatuan kebangsaan, perasaan satu dalam suka


dan duka, perjuangan bangsa, dengan tetap menghargai bangsa lain,
menciptakan keserasian dengan bangsa lain.

6. Asas kemanusiaan: Mendidik anak menjadi manusia yang manusiawi sesuai


dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan.

Jadi pada intinya, Hakikat Pendidikan: mendidik manusia menjadi manusia


sehinggah hakekat atau inti dari pendidikan tidak akan terlepas dari hakekat
manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia. Wawasan yang
dianut oleh pendidik tentang manusia akan mempengaruhi strategi atau metode
yang digunakan dalam melaksanakan tugasnya, disamping konsep pendidikan
yang dianut.

Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu


pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya. Pada
dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses dan sekaligus sebagai tujuan.
Artinya proses pendidikan mempunyai visi yang jelas. Individu menjadi
manusia karena proses belajar atau proses interaksi manusiawi dengan manusia
lain. Ini mengandung arti bahwa proses interaksi dalam kehidupan social
menjadi salah satu panutan atau komponen pembentuk hakekat pendidikan yang
dimengerti sebagai memanusiakan manusia, atau bagaiamana mengiringi
manusia dalam proses pencarian ilmu pengetahuan untuk bergerak dari
ketidaktahuaan menjadi paham dan yakin akan sesuatu yang di
telaah/dipelajarinya, mengembangkan potensi lahirianya dan spiritual manusia
sehingga yang tercipta dari proses pendidikan tersebut adalah manusia yang
mampu mengembangkan potensi diri menjadi insan yang cerdas intelegensi dan
spiritualnya yang mampu menghasilkan (produktif) bukan hanya mampu
memakai/menghabiskan (komsumtif), membimbing akhlak manusia menjadi

17 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
insan yang mampu mengaaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk
kemaslahatan/keselamatan pribadi dan umat lainnya.

3.3 Tujuan Hakikat Pendidikan


Oleh karena itu tepat sekali dikatakan pada dasarnya pendidikan
mempunyai dua tujuan besar yakni mengembangkan individu dan masyarakat
yang “ smart and good” (Lickona 1992 : 6). Konsepsi tujuan tersebut
mengandung arti bahwa tujuan pendidikan tidak lain adalah mengembangkan
individu dan masyarakat agar cerdas (smart) dan baik (good).
Secara elaboratif tujuan ini oleh Bloom dkk (1962) dirinci menjadi tujuan
pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni pengembangan
pengetahuan dan pengertian, nilai dan sikap, dan keterampilan psikomotorik.
Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan adalah usaha
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, penendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Pada hakekatnya pendidikan itu bukan membentuk, bukan menciptakan
seperti yang diinginkan, tetapi menolong, membantu dalam arti luas. Membantu
menyadarkan anak tentang profesi yang ada padanya, membantu
mengembangkan potensi seoptimal mungkin, memberikan pengetahuan dan
keterampilan, memberikan latihan-latihan, memotivasi untuk terlibat dalam
pengalaman-pengalaman yang berguna.

18 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
Mengusahakan lingkungan yang serasi dan kondusif untuk belajar,
mengarahkan bila ada penyimpangan, mengolah materi pelajaran sehingga
peserta didik berkeinginan untuk menguasainya, mengusahakan alat-alat,
meningkatkan intensitas proses pembelajaran. Pendidikan menyediakan
alternatif pilihan, begitu peserta didik telah memutuskan untuk memilih satu
alternatif, pendidikan siap membantu, siap merangsang dan menjauhkan hal-hal
yang dapat mengganggu jalannya proses belajar.
Sekolah berfungsi sebagai sarana latihan sebagai upaya belajar menghadapi
masalah kehidupan, sehingga kegiatan di sekolah lebih mendekati situasi
kehidupan yang nyata, hal-hal yang baru, penemuan-penemuan ilmu
pengetahuan yang baru secara cepat diadopsi sekolah untuk dapat dipelajari
peserta didik. Peserta didik dimotivasi untuk tanggap kepada situasi politik,
keamanan dan pemerintahan yang sedang berlangsung. Di dalam proses
pembelajaran akan banyak dipakai metode problem solving, metode diskusi dan
metode simulasi untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut pendidikan akan beriorentasi
kepada berbagai keterampilan yang dibutuhkan di masyarakat. Bila bertitik
tolak dari pengertian ini, kesulitan yang akan dialami adalah sulitnya sekolah
menyiapkan lulusan yang siap pakai, karena bagaimanapun sekolah tidak akan
dapat membekali seseorang dengan segudang pengetahuan dan pengalaman
yang langsung dapat diterapkan untuk menghadapi perubahan dan
permasalahan di masyarakat, karena perubahan dan permasalahan di
masyarakat sangat kompleks dan cepat sekali berubah. Namun tidak dapat
dipungkiri bahwa sekolah dapat mempersiapkan keahlian-keahlian tertentu
yang sangat dibutuhkan masyarakat.
Selain itu, dalam proses pengembangan Pendidikan harus mengacu pada
konsepsi-konsepsi Pendidikan yang ada. Berikut ini konsep-konsep tentang
Pendidikan yang telah dirangkum oleh Saifuloh (1988: 79-95).
a. Pendidikan adalah kegiatan memperoleh dan menyampaikan pengetahuan,
sehingga memungkinkan transmisi kebudayaan dari generasi satu ke
generasi berikutnya.

19 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
b. Pendidikan adalah proses dimana individu diajar bersikap setia dan taat
dengan mana pikiran manusia ditera dan dibina.
c. Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan didalam, dimana individu
diberi pertolongan untuk mengembangkan kekuatan, bakat kemampuan dan
minatnya.
d. Pendidikan adalah pembangunan kembali atau penyusunan kembali
pengalaman, sehingga memperkaya arti perbendaharaan pengalaman yang
dapat meningkat ke kemampuan dalam menentukan arah tujuan
pengalaman selanjutnya.
e. Pendidikan adalah proses dimana seseorang diberi kesempatan
menyesuaikan diri terhadap aspek-aspek kehidupan lingkungan yang
berkaitan dengan kehidupan modern untuk mempersiapkan agar berhasil
dalam kehidupan orang dewasa.

20 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan sebuah proses secara sadar yang dilakukan dari
muda hingga tua sebagai sebuah kebutuhan. Dimana di dalamnya terdapat
proses menuju kedewasaan yang bertanggung jawab guna memaksimalkan
potensi diri, baik spiritual, kepribadian, kecerdasan, pengendalian diri, dan
keterampilan. Sehingga dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan masyarakat.
Pendidikan adalah suatu konsep dasar yang bersifat atau bertujuan
mengarahkan membimbing dan membina dari suatu hal yang tidak diketahui
menjadi suatu hal yang diketahui baik secara umum maupun pribadi. Dengan
struktur, arahan, sarana dan prasarana yang telah terencana sehingga
mendukung proses pendidikan tersebut dan dapat dihasilkan suatu serapan
materi yang penting. Biasanya hal ini berkaitan dengan landasan dan ketulusan
hati sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami secara terbuka.
Jadi pendidikan itu adalah suatu hal yang dibutuhkan untuk mendapatkan
sesuatu yang akan menguatkan semua imdera kita seperti makanan dan
minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang
tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani.batasan pendidikan yang dibuat
oleh para ahli yang beraneka ragam dan kandungannya berbeda yang satu
dangan yang lain. Perbedaan tarsebut mungkin karena orientasinya, konsep
dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau karena falsafah yang
melandasinya, dan unsur-unsurnya:
1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).
2. Orang yang membimbing (pendidik).
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif).
4. Kearah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan).
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan).
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode).
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).

21 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
Hakikat pendidikan mempersiapkan peserta didik semaksimal mungkin
untuk dapat mengikuti perubahan zaman dan dapat mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi dalam hidupnya.

4.2 SARAN
1. Bagi calon pendidik
- Berusaha mengedepankan pendidikan agar pendidikan bisa berjalan
dengan baik.
- Supaya memilih metode yang tepat agar proses pendidikan dapat dengan
mudah diterima peserta didik.

2. Bagi lembaga pendidikan


Berusaha mengkoordinasi sistem pendidikan agar pendidikan dari
tahun ke tahun dapat menunjukkan keunggulannya.

22 | H a k i k a t P e n d i d i k a n
DAFTAR PUSTAKA

- Pengertian pendidikan. https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan


- Rohimin , Tati Saodah, dan Agus Salam R. HAKIKAT PENDIDIKAN.
makalah.
file:///D:/kuliah/pengantar%20pendidikan/HAKIKAT_PENDIDIKAN.pdf
- Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan.Jakarta : PT.
RINEKA CIPTA.
- http://www.scribd.com/doc/47067144/Makalah-Hakikat-Tujuan-Pendidikan
- http://www.scribd.com/doc/39878218/Makalah-Hakikat-Tujuan-Pendidikan
- Djatun, Rachmat dan Sukirno.2009.Pengantar Ilmu Pendidikan.Solo :
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

23 | H a k i k a t P e n d i d i k a n

Anda mungkin juga menyukai