Anda di halaman 1dari 142

HAKIKAT PENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Disusun oleh
KELOMPOK 1 :

GIOVANNI PAULINA PAKPAHAN 1221151013


JESSICA CINTYA 1222451020
NADIA FADILLAH 1222451017
NAZWA SALSABILA MARPAUNG 1222451018

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Nur’aini., MS

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas
berkat dan kasih karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kami yang
berjudul " Hakikat Pendidikan dan Ilmu Pendidikan ". Tugas ini bertujuan untuk
pemenuhan tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan oleh Ibu Dosen Prof. Dr. Nur’aini.,
MS. Tugas yang penulis susun ini belumlah sempurna, akan tetapi penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan tugas ini.

Oleh karena itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Makalah ini sampai selesai.
Serta ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Ibu Dosen yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis. Dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun sistematika penulisan. Seperti kata
pepatah tidak ada gading yang tak retak oleh karna itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Medan, September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

KAJIAN TEORI.......................................................................................................1

A. Definisi Hakikat Pendidikan dan Ilmu Pendidikan ( Nadia Fadillah ).........1

B. Tujuan Pendidikan ( Nazwa Salsabila Marpaung ).......................................2

C. Fungsi Pendidikan ( jessica Cintya ).............................................................2

D. Pendidikan Sebagai Sistem ( Giovanni Paulina Pakpahan ).........................3

BAB II......................................................................................................................5

RUMUSAN MASALAH.........................................................................................5

BAB III.....................................................................................................................6

METODOLOGI.......................................................................................................6

A. Subjek Penelitian.......................................................................................6

B. Teknik Pengumpulan Data........................................................................6

C. Sumber Data..............................................................................................6

D. Analisis......................................................................................................6

BAB IV....................................................................................................................8

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................8

BAB V....................................................................................................................10

PENUTUP..............................................................................................................10

A. Kesimpulan..............................................................................................10

B. Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13

ii
BAB I KAJIAN
TEORI

A. Definisi Hakikat Pendidikan dan Ilmu Pendidikan ( Nadia Fadillah )


Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa yunani, paedagogy, yang
mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh
seorang pelayan. Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup.
Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan hidup (Mudyahardjo, 2006 : 3). Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan. Pendidikan memiliki beberapa unsur penting, seperti peserta
didik, pendidik, materi pendidikan, metode pembelajaran, dan tujuan pendidikan.
Manusia merupakan permasalahan inti dalam proses pendidikan. Pendidikan dapat dimaknai
sebagai bantuan yang diberikan oleh orang yang telah dewasa kepada orang yang
belum dewasa, agar orang yang menerima bantuan mencapai kedewasaan. Dalam
bahasa Yunani pendidikan dikenal dengan Paedagogiek (pedagogik) yang artinya
ilmu menuntun anak. Pedagogik juga dapat dipahami sebagai teori mendidik yang
berfokus terhadap apa dan bagaimana mendidik secara baik. Berdasarkan hal
itulah bahwa ilmu pendidikan hadir sebagai ilmu yang khusus mengkaji fenomena
pendidikan, ilmu pendidikan sebagai sebuah ilmu yang mempelajari suasana dan
proses pendidikan yang berusaha memecahkan masalah yang terjadi di dalamnya
sehingga mampu menawarkan pilihan tindakan mendidik secara efektif.
Pengertian Ilmu Pendidikan tidak lepas dari dua kata yang dipadukan yaitu
Ilmu dan Pendidikan. Kata Ilmu dalam Bahasa Arab “ilm” yang berarti
memahami, mengerti atau mengetahui. Menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia –
Balai Pustaka) pengertian Ilmu adalah Pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan. ilmu pendidikan adalah ilmu
1
pengetahuan yang membicarakan masalah-masalah yang berhubungan dengan
pendidikan. Ilmu pendidikan membicarakan masalah-masalah yang bersifat ilmu,
bersifat teori, ataupun yang bersifat praktis. Sebagai ilmu pendidikan teoritis, maka
ilmu pendidikan ditujukan pada penyusunan persoalan dan penyusunan persoalan
dan pengetahuan sekitar pendidikan secara ilmiah, bergerak dari praktik
kepenyusunan teori, dan penyusunan sistem pendidikan. Ilmu pendidikan
termasuk ilmu pengetahuan empiris, rohani, normatif yang diangkat dari
pengalaman pendidikan kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara
praktis. Ilmu pendidikan membahas tentang proses penyesuaian diri secra timbal
balik antara manusia dan alam sebagai pengembangan dan penyempurnaan secara
teratur dari semua potensi moral, intelektual, dan jasmani. Ilmu pendidikan juga
dapat dipahami sebagai sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh
melalui riset yang disajikan dalam bentuk konsep-konsep pendidikan. Konsep-
konsep pendidikan tersebut didasarkan pada pengalaman yang ditata secara
sistematis menjadi suatu kesatuan yang disebuat skema konseptual. Oleh
karenanya, ilmu pendidikan terbentuk dari unsur-unsur yang berupa konsep-
konsep tentang variabel-variabel pendidikan, dan bagian-bagian yang berupa
skema- skema konseptual tentang komponen-komponen pendidikan. Imu
pendidikan sebagai sebuah pengetahuan membicarakan masalah- masalah yang
berhubungan dengan pendidikan yang memiliki konsep dasar persyaratan sebagai
ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, serta memiliki konsep dasar
persyaratan pendidikan sebagai ilmu, yaitu objek material dan formal, sistematika
dan metode.

2
B. Tujuan Pendidikan ( Nazwa Salsabila Marpaung )

Tujuan pendidikan ada yang sifatnya ideal dan ada pula yang sifatnya
nyata. Tujuan yang sifatnya ideal biasanya dirumuskan dalam bentuk tujuan
pendidikan yang sifatnya umum, sedangkan tujuan yang sifatnya nyata
dirumuskan dalam bentuk tujuan khusus. Dalam sistem pendidikan nasional,
tujuan umum pendidikan dija- barkan dari falsafah bangsa, yakni Pancasila.
Makna tujuan pendidikan nasional itu adalah membentuk manusia Indonesia yang
bisa mandiri dalam konteks kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta berkehidupan sebagai makhluk yang beragama
(Ketuhanan Yang Maha Esa). Untuk mencapai tujuan umum, ada beberapa tujuan
yang mengantarkannya ke tujuan umum tersebut, disebut dengan tujuan antara,
yaitu pemberhentian sementara untuk mencapai tujuan umum. Pencapaian tujuan
umum ini selalu dilaksanakan dalam bentuk-bentuk pengkhususan karena
mengingat keadaan- keadaan yang terdapat pada peserta didik, lingkungan, serta
diri pendidik sendiri. Ada empat jenjang tujuan pendidikan, yaitu:

a. Tujuan umum pendidikan, yakni manusia Pancasila.


b. Tujuan institusional (tujuan lembaga pendidikan, misalnya tujuan Sekolah
Dasar, tujuan Universitas Negeri Padang
c. Tujuan kurikuler (najuan standar kompetensi bidang studi atau mata
pelajaran), misalnya tujuan IPA, IPS, dan agama.
d. Tujuan instruksional kompetensi dasar (tujuan untuk setiap kegiatan) proses
belajar mengajar

C. Fungsi Pendidikan ( jessica Cintya )

Fungsi pendidikan" adalah untuk menyiapkan peserta didik. "Menyiapkan"


diartikan bahwa peserta didik pada hakikatnya belum siap, tetapi perlu disiapkan dan
sedang menyiapkan dirinya sendiri. Hal ini menunjuk pada proses penyiapan ini
dikaitkan dengan kedudukan peserta didik sebagai calon warga negara yang baik,
warga belajar bangsa dan calon pembentuk keluarga baru. Fungsi utama pendidikan
adalah sebagai alat pemelihara (pengembang) kebudayaan. Kemampuan seseorang
untuk belajar, mengorganisir sesuatu dalam bentuk simbolik, mengkomunikasikan

3
pengetahuan kepada orang lain, dan berprilaku yang dihasilkan dari belajar ataupun
berdasarkan pengetahuan merupakan Sumber fenomena kebudayaan.
Menurut Muhammad yahya, fungsi pokok pendidikan adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban yang bermakna dalam
kehidupan. Artinya, pendidikan bertujuan untuk membantu individu yang sesuai
dengan norma dan aturan yang mendasar di dalam masyarakat, untuk membentuk
individu yang kompeten, beriman, taat kepada Tuhan, serta memiliki pengetahuan
yang luas dan kepedulian terhadap nasionalisme. Ada juga fungsi pendidikan
terhadap manusia perspektif filsafat,, yaitu sebagai alat pengembangan kepribadian,
memanusiakan manusia, mengembangkan berbagai potensi kemanusiaan,
mengembangkan berbagai keterampilan hidup, mempersipakan dan memenuhi
kebutuhan hidup manusia.

D. Pendidikan Sebagai Sistem ( Giovanni Paulina Pakpahan )


1. Hakikat Sistem
a. Pengertian sistem
Menurut asal usul katanya sistem berasal dari bahasa Latin yaitu systema
dan bahasa Yunani sustema artinya suatu kesatuan yang ferdiri dari
komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan
aliran informasi, materi atau energi. Dalam pengertian system tersebut
menunjukkan adanya seperangkat komponen- komponen atau elemen-
elemen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan.
b. Elemen Sistem
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa dalam sebuah sistem di
dalamnya terdapat sejumlah komponen atau elemen yang saling bekerja
sama dalam rangka mencapai suatu tujuan. Yakub & Vico (2014)
mengemukakan elemen-elemen yang membentuk sebuah Sistem adalah:

4
tujuan, masukan, proses transformasi, keluaran, batas dan lingkungan,
mekanisme pengendalian serta umpan balik.
2. Ciri Ciri Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
a. Saling berhubungan diantara komponen-komponen objek, sifat dan
kejadian.
b. Holisme (keseluruhan).
c. Mengusahakan tujuan
d. Input, transformasi, dan output.
e. Entropi negatif
f. Proses informasi
g. Regulasi
h. Diferensiasi
3. Komponen-komponen Pendidikan sebagai Suatu Sistem
a. Tujuan pendidikan
b. Peserta Didik
c. Pendidik ( Guru ) / Tenaga Pendidik
d. Kurikulum / Materi Pembelajaran
e. Metode Pembelajaran
f. Media Pembelajaran
g. Sarana dan Prasarana Pendidikan

5
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan konsep buku yang sebagaimana dikemukakan di atas, maka
rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian adalah bagaimanakah
kurangnya penguasaan kelas bagi guru dalam proses belajar dan mengajar di
SMK- SMA Swasta Teladan Medan ?

Pada umumnya, yang disebut guru ideal adalah guru yang mampu
menguasai materi; mampu menguasai kelas; mempunyai wawasan yang luas;
kreatif; inovatif; dan memiliki karakter-karakter positif lainnya. Guru ideal adalah
guru yang ketika tidak datang ke sekolah akan membuat peserta didik sedih, ketika
belum datang dinanti-nanti oleh peserta didik, dan ketika mengajar membuat
peserta didik bahagia.

Setiap siswa tidak akan terhindar dengan yang namanya masalah, entah itu
masalah pribadi maupun masalah yang berhubungan dengan sekolah. Akan tetapi,
ada sebagian siswa mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dan ada juga yang
sampai berurusan dengan BK (Bimbingan Konseling). Seperti halnya bolos
sekolah, pacaran di sekolah, mencuri, atau melanggar peraturan-peraturan yang
lain. Yang menjadi masalah dalam penelitian ini, bagaimana cara wali kelas atau
guru mata Pelajaran yang sebagai tangan pertama dapat mengobservasi dan
mengamati siswa yang berada di kelas. Akan tetapi ada seorang guru di SMK-
SMA Swasta Teladan Medan yang kurang penguasaan kelas atau pengelolaan
kelasnya dalam artian, apapun masalah siswa biarlah pihak BK yang menangani,
jadi apa saja masalah dari siswa guru mata Pelajaran atau wali kelas tidak mau
ambil alih.

6
BAB III
METODOLOGI
A. Subjek Penelitian

Pada penelitian ini, subjek penelitian adalah guru di SMA/SMK Swasta


Teladan Medan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 14 September 2023.

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu teknik wawancara,
wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara pewawancara dan
narasumbernya. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan informasi atau data tentang
suatu topik secara jelas dan lengkap.

C. Sumber Data
Sumber data yang didapat yaitu melalui guru Bimbingan dan Konseling
pada SMA/SMK Swasta Teladan Medan yaitu Ibu Linda

D. Analisis
Teknik analisis data yang digunakan yaitu metode kualitatif jenis
wawancara. Hasil dari wawancara yaitu :

Pertama, dari hasil wawancara guru Bimbingan dan Konseling di


SMA/SMK Swasta Teladan Medan terdapat guru yang mudah tersulut emosi dan
lepas kendali atas apa yang terjadi pada siswa dikelas. Narasumber juga
mengatakna jika pada suatu saat ada siswa yang bermasalah maka guru tersebut
langsung angkat tangan dan langsung menyerahkan nya kepada guru Bimbingan
dan Konseling.

Kedua, dari hasil wawancara juga didapatkan bahwasanya guru ini kurang
dalam penguasaan kelas, sehingga tidak bisa membuat kelas kondusif, aktif dan
lain sebagainya.

Ketiga, narasumber mengatakan bahwa guru yang mengalami


permasalahan ini hanya satu orang guru saja.

7
Berdasarkan hasil dari penelitian kami, Analisis (persentase %) guru yang
mengalami permasalahan kurang penguasaan atau pengelolaan kelas adalah
sebanyak 10 dari 100%. Hasil analisis data yang kami temukan yaitu baik, karena
hanya ada seorang guru saja yang mengalami permasalahan tersebut.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kajian mengenai pendidikan sebagai sistem memberikan landasan
konseptual yang relevan untuk memahami masalah yang dijumpai dalam rumusan
masalah ini. Dalam konteks ini, pendidikan diidentifikasi sebagai sebuah sistem
yang terdiri dari berbagai komponen, seperti tujuan pendidikan, peserta didik,
guru, kurikulum, metode pembelajaran, dan lain sebagainya. Sistem pendidikan ini
berfungsi sebagai kesatuan yang kompleks yang bertujuan mencapai tujuan
pendidikan tertentu melalui proses transformasi informasi, pengetahuan, dan
keterampilan dari guru kepada peserta didik.

Namun, ketika kita merujuk pada masalah yang diangkat dalam rumusan
masalah, yaitu kurangnya penguasaan kelas bagi seorang guru di SMK-SMA
Swasta Teladan Medan, kita dapat melihat bagaimana konsep sistem menjadi
relevan. Dalam konteks ini, guru yang kurang mampu mengelola kelasnya dengan
baik dapat dianggap sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan yang
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ini dapat mempengaruhi proses
transformasi informasi dan interaksi antara guru dan peserta didik. Sebagai
akibatnya, tujuan pendidikan yang seharusnya tercapai mungkin terhambat, dan
siswa dapat mengalami masalah yang tidak terselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu, pemahaman tentang sistem pendidikan dan bagaimana komponen-
komponennya saling berhubungan menjadi penting dalam mengatasi masalah ini,
dengan fokus pada perbaikan penguasaan kelas oleh guru dan pemahaman
terhadap siswa serta masalah yang mereka hadapi. Dalam kaitannya dengan
konsep sistem, permasalahan yang dihadapi guru tersebut mencerminkan
ketidakseimbangan dalam hubungan antara komponen-komponen pendidikan.
Kurangnya penguasaan kelas oleh guru dapat mengganggu proses informasi dan
regulasi dalam kelas, yang seharusnya menjadi bagian integral dari sistem
pendidikan. Seorang guru yang tidak mampu mengelola kelas dengan baik
mungkin kesulitan dalam menjalankan mekanisme pengendalian dan memberikan
umpan balik yang efektif kepada peserta

9
didik. Hal ini dapat mengarah pada entropi negatif, yaitu ketidakstabilan dalam
lingkungan kelas yang seharusnya kondusif untuk belajar.

Dalam situasi di mana seorang guru di sekolah menghadapi kesulitan dalam


mengelola kelasnya, hal ini bisa dibandingkan dengan bagian dari mesin yang
rusak dalam sistem. Bayangkan jika mesin mobil memiliki komponen yang tidak
berfungsi dengan baik, maka mobil tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Begitu juga dalam pendidikan, jika seorang guru tidak mampu mengontrol
kelasnya dengan efektif, maka proses pembelajaran bisa terganggu, dan siswa
mungkin merasa tidak nyaman atau bahkan tidak bahagia.

Ketika guru dapat memahami konsep sistem pendidikan dan perannya dalam
menjaga keseimbangan komponen-komponen tersebut, seperti mengelola kelas
dengan baik, memberikan perhatian kepada masalah siswa, dan berinteraksi secara
positif dengan mereka, maka proses belajar mengajar dapat berjalan lebih lancar.
Guru yang mampu menguasai kelasnya bukan hanya dapat mengajar materi
dengan baik, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan
dan perkembangan siswa secara keseluruhan. Dengan kata lain, pemahaman
tentang sistem pendidikan tidak hanya berkaitan dengan bagaimana hal-hal bekerja
bersama, tetapi juga bagaimana memastikan bahwa setiap komponen dalam sistem
ini berkontribusi positif untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.

10
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan Bab I

Manusia merupakan permasalahan inti dalam proses pendidikan.


Karenanya, pendidikan perlu memiliki dasar-dasar pemikiran filosofis yang
memberi kerangka pandang secara holistik terhadap manusia, dan pendidikan
harus memposisikan manusia sebaagi titik tolak (starting point) dan sebagai titik
tuju (ultimate goal) dengan berdasar kepada pandangan kemanusiaan yang telah
dirumuskan secara filosofis. Dengan berlandaskan pada hakikat manusia,
selanjutnya dapat dijadikan sebagai ketentuan bersifat normatif untuk
mengembangkan kualitas manusia melalui pendidikan

Kesimpulan Bab II

Pada penelitian ini kami menemukan seorang guru di SMK-SMA Swasta


Teladan Medan yang kurang dalam penguasaan kelas atau pengelolaan kelasnya
dalam artian, apapun masalah siswa di serahkan kepada BK untuk menangani, jadi
apa saja masalah dari siswa guru mata Pelajaran atau wali kelas tidak mau ambil
alih.

Kesimpulan Bab III

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan


seorang guru BK berusia 28 tahun di SMK - SMA Swasta Teladan Medan dengan
hasil penelitian 10 dari 100% guru masih kurang dalam penguasaan kelas

Kesimpulan Bab IV

Dalam konteks ini, pendidikan diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri
dari beberapa bagian berbeda seperti tujuan pendidikan, siswa, guru, kurikulum,
metode pengajaran, dan lain-lain. Sistem pendidikan ini berfungsi sebagai suatu
kesatuan kompleks yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

11
dengan cara mentransfer pengetahuan, informasi dan keterampilan dari guru
kepada siswa. Namun jika mengacu pada permasalahan yang ditemukan yaitu
kurangnya pengelolaan kelas pada guru di sebuah SMK - SMA swasta Teladan di
Medan. Dalam konteks ini, guru yang tidak dapat mengelola kelasnya dengan baik
dapat dilihat sebagai bagian dari sistem pendidikan yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.

B. Saran

Pelatihan Penguasaan Kelas Kepada Guru atau Pendidik di Sekolah

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan masalah yang


ditemukan adalah Adanya Guru yang masih belum bisa menguasai kelas jadi,
solusi yang dapat kami berikan adalah melakukan "Pelatihan Penguasaan Kelas
Kepada Guru atau Pendidik di Sekolah"

Berikut adalah langkah-langkah melakukan pelatihan kepada guru:

1. Menentukan kebutuhan: Sebelum melaksanakan program pelatihan guru,


langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan kebutuhannya terlebih
dulu. Perlu adanya analisis kebutuhan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan
oleh guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
2. Menentukan sasaran dan penetapan program: Setelah mengetahui kebutuhan
guru, langkah selanjutnya adalah menentukan sasaran dan penetapan program.
Sasaran yang ditetapkan harus sesuai dengan kebutuhan guru dan program
yang disusun harus sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan
3. Mengidentifikasi isi program: Setelah menentukan sasaran dan penetapan
program, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi isi program. Isi
program harus disusun dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan guru.
Program pelatihan harus mencakup teknik merencanakan pengajaran hingga
cara meningkatkan pembelajaran yang efektif
4. Melaksanakan program pelatihan: Setelah program pelatihan disusun dengan
baik, langkah selanjutnya adalah melaksanakan program pelatihan. Pelatihan

12
harus dilakukan oleh tenaga pendidik yang ahli di bidangnya dan harus
dilakukan secara terstruktur dan terencana
5. Evaluasi: Setelah program pelatihan selesai dilaksanakan, langkah terakhir
adalah melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana program pelatihan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas. Evaluasi juga dapat digunakan sebagai bahan untuk
menyusun program pelatihan yang lebih baik di masa yang akan datang

Kesimpulan Hasil

Keterampilan para guru di dalam mengelola afeksi saat berhadapan dengan


para murid, rekan guru lainnya, pimpinan, dan orang tua menentukan pencapaian
tujuan pembelajaran di dalam kelas. Para guru membutuhkan waktu dan
kesempatan untuk mengevaluasi dan merefleksikan pengalaman mengajar mereka
selama ini di dalam kesempatan formal sekolah. Oleh karena itu, tujuan dari
pelatihan ini adalah untuk memperkenalkan dan melatihkan praktik-praktik
pengelolaan kelas yang efektif kepada guru. Pelatihan ini diberikan selama delapan
kali pertemuan. Metode pelaksanaan adalah dengan pemaparan materi yang
diselingi dengan ice breaking, diskusi kelompok yang dipimpin oleh para
mahasiswa tutor, presentasi kelompok, gallery walk, tes, dan jurnal refleksi
mingguan.
Tujuan dari pelatihan penguasaan kelas kepada guru atau tenaga pendidik
yakni ;

1. mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang kondusif,


2. menghilangkan hambatan dalam interaksi belajar mengajar,
3. menyediakan dan mengatur fasilitas belajar,
4. membina dan membimbing sesuai dengan sifat-sifat individunya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2021. Ilmu Pendidikan. Pare Pare. IAIN Pare Pare Nusantara Press Wijaya,
A. R. (2009). Pengantar Pengantar Pendidikan. Bandung: Ideas Publishing.
Candra. Amiruddin. 2019. Ilmu Pendidikan. Sumatera Utara : LPPI Medan Yahya,
M. M., & M. S. (2022). Fungsi Pendidikan Terhadap Manusia Perspektif Filsafat. Jurnal Yaqzan.
Muhammad. 2020. Ilmu Pendidikan. Jember : IAIN Jember Press
Sujana, I. C. (2019). Fungsi Dan Tujuan Pendidikan. Jurnal pendidikan Dasar.
Yusnadi, dkk. 2023. Ilmu Pendidikan. Sumatera Utara : Halaman Moeka
LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN :
LINGKUNGAN BELAJAR YANG KURANG KONDUSIF

DOSEN PENGAMPU:
PROF. DR. NURAINI, M.S.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

ASSAFANA DIAH HAWA 1223151003


FAHIRA ZAHRO SALSABILLA LUBIS 1223151008
FATHIA ALKAUTSAR DWI UNANTA 1223351028
SHAVA REGITHA CAHYA 1221151008

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan tugas laporan dengan baik dan selesai pada waktu
yang ditentukan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Pendidikan yang telah membimbing dalam pengerjaan tugas laporan ini, dan juga kepada
rekan-rekan yang telah banyak memberikan masukan untuk laporan ini.
Kami mengetahui bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari tata
bahasa, atau pun isi pembahasan, maka, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun kepada kelompok agar dapat diperbaiki dan membantu kelompok untuk lebih baik
lagi kedepannya.
Kami berharap laporan ini dapat dipahami dengan baik dan mampu menambah
pengetahuan pembaca. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih.

Medan, 12 September 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I
KONSEP TEORI.............................................................................................................................1
A. Landasan Religius................................................................................................................1

B. Landasan Filosofis...............................................................................................................2

C. Landasan Psikologis.............................................................................................................3

D. Landasan Sosiologis.............................................................................................................3

E. Landasan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEK)................................................4

F. Landasan Hukum.................................................................................................................4

BAB II
RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................6

BAB III
METODE PENELITIAN.................................................................................................................7

A. Subjek..................................................................................................................................7

B. Teknik Pengumpulan Data...................................................................................................7

C. Sumber Data.........................................................................................................................7

BAB IV
PEMBAHASAN..............................................................................................................................8

BAB V
I. KESIMPULAN....................................................................................................................9

A. Kesimpulan Bab I................................................................................................................9

B. Kesimpulan Bab II...............................................................................................................9


C. Kesimpulan Bab III..............................................................................................................9

D. Kesimpulan Hasil Pembahasan............................................................................................9

II. SARAN..............................................................................................................................10

A. Rekayasa Ide......................................................................................................................10

B. Projek.................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12
BAB I

KONSEP TEORI

1. Landasan Religius dalam Pendidikan (Assafana Diah Hawa)


Adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari ajaran agama yang menjadi titik
tolak dalam pendidikan. Landasan Religius sangat penting karena negara kita
adalah negara yang mengakui adanya Tuhan sebagaimana bunyi pancasila sila
pertama. Pendidikan juga tidak boleh keluar dari ajaran agama maupun menentang
agama yang dianut. Tujuan agama yang sebenarnya adalah dengan memberikan
petunjuk kepada manusia, dalam berbagai dimensi, dan potensi, untuk
mengaktualisasikan semua potensi yang ada dalam dirinya dan dapat
mempertanggungjawabkannya nanti.
Landasan religius dalam pendidikan menjadi dasar utama yang membentuk
praktik pendidikan. Ditekankan bahwa pemahaman yang kuat terhadap nilai-nilai
agama atau kepercayaan religius adalah esensial dalam pengembangan
pengetahuan. Dalam konteks ini, penting untuk menegaskan bahwa keselarasan
antara ilmu dan agama diperlukan untuk mencapai pemahaman yang utuh.

2. Landasan Filosofis dalam Pendidikan (Assafana Diah Hawa)


Landasan filosofis mengacu pada pentingnya filsafat dalam melaksanakan
pendidikan. Filsafat artinya, upaya untuk menggambarkan dan menyatakan suatu
pandangan yang sistematis dan komprehensif tentang alam semesta dan kedudukan
manusia di dalamnya. Filsafat merupakan ilmu yang membahas masalah kehidupan
dan pemikiran manusia, dalam dunia pendidikan filsafat harus dijadikan sebagai
latihan berpikir kritis. Pendidikan adalah tempat di mana guru dan siswa bekerja
untuk tujuan yang sama, yaitu membuat seseorang mampu secara secara intelektual
dan emosional.
Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia,
termasuk masalah-masalah pendidikan. Filsafat memiliki peranan yang besar dalam
menentukan arah kemana peserta didik akan dibawa karena filsafat akan menjadi
perangkat ke arah pencapaian tujuan pendidikan.
Ada beberapa cabang filsafat, yaitu :
a. Metafisika adalah filsafat yang membahas mengenai hakikat segala sesuatu
yang terdapat di alam ini.
b. Epistemologi adalah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan
kebenaran.
c. Logika adalah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir
dengan benar.

3. Landasan Psikologis (Shava Regitha Cahya)


Landasan Psikologis merupakan pemahaman peserta didik utamanya yang
berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan faktor keberhasilan untuk pendidikan.
Dalam maksud itu, Psikologi menyediakan sejumlah informasi/kebutuhan tentang
kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi.
Kondisi psikologis tiap individu berbeda, karena perbedaan tingkat
perkembangannya, latar belakang sosial-budayanya, juga karena perbedaan faktor-
faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi ini pun berbeda-beda tergantung
kepada konteks, peran atau status individu di antara individu yang lainnya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa minimal ada dua bidang psikologi yang dapat
dijadikan landasan dalam penyelenggaraan pendidikan yaitu Psikologi
Perkembangan dan Psikologi Belajar.
a. Psikologi Perkembangan
Psikologi Perkembangan membahas perkembangan individu sejak masa konsepsi
yaitu masa pertemuan sel telur dengan spermatozoid sampai dengan dewasa.
Informasi atau pengetahuan tentang perkembangan individu diperoleh melalui studi
yang bersifat longitudinal, cross sectional, psikoanalitik, sosiologi dan studi kasus.
b) Psikologi Belajar
Psikologi belajar merupakan suatu studi tentang bagaimana individu belajar. Segala
perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotor
dan terjadi karena proses pengalaman dapat dikategorikan sebagai perilaku belajar.
Dari sejumlah teori belajar yang dapat dijadikan landasan dalam pelaksanaan
pendidikan, ada tiga teori yang diperkirakan memiliki dasar yang kuat dalam
melaksanakan pembelajaran yaitu : (1) teori Disiplin Mental, (2) teori
Behaviorisme, dan (3) teori Cognitive Gestalt Field
Pendidikan didasarkan pada landasan psikologis, dan melibatkan pemrosesan
berbagai informasi dan gejala yang berkaitan dengan kehidupan manusia pada
berbagai tahap perkembangan agar individu atau kelompok dapat merespons
dengan tepat dengan tahap pengembangannya bertujuan untuk memperlancar
proses pendidikan. Studi tentang kecerdasan, pemikiran, dan pembelajaran terkait
erat dengan pendidikan dalam studi psikologi.

4. Landasan Sosiologis (Fahira Zahro Salsabilla)


Landasan sosiologis pendidikan adalah acuan atau asumsi dalam penerapan
pendidikan yang bertolak pada interaksi antar individu sebagai mahluk sosial dalam
kehidupan bermasyarakat. Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi
antara dua individu (pendidik dan peserta didik) bahkan dua generasi yang
memungkinkan generasi muda mengembangkan diri. Pengembangan diri tersebut
dilakukan dalam kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan dapat
berlangsung baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Terdapat dua
hal pokok yang perlu dipahami pada landasan sosiologis, yaitu:
a) pendidikan dan masyarakat
Program Pendidikan (Kurikulum) sebagai alat dan pedoman dalam proses
pendidikan harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat, akan tetapi
bermuatan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakat.
b) pendidikan dan kebudayaan
Pendidikan umum yang ada di sekolah pada dasarnya bermaksud mendidik
siswa agar dapat hidup berintegrasi dengan anggota masyarakat yang lain
sekalipun berbeda bahasa dan suku bangsa.
Landasan sosiologi pendidikan merupakan asumsi-asumsi yang bersumber dari
kaidah-kaidah sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Kaidah-
kaidah sosiologi tersebut menjelaskan bahwa manusia itu pada dasarnya
termasuk makhluk individu, bermasyarakat, serta berbudaya. Dalam hidup
bermasyarakat manusia memiliki norma- norma yang mereka bentuk dan
mereka anut yang akhirnya menghasilkan suatu kebudayaan yang mencirikan
kekhasan suatu masyarakat tertentu.
Kesatuan wilayah, adat istiadat, rasa identitas, loyalitas pada kelompok
merupakan awal dan rasa bangga dalam masyarakat tertentu, yang semuanya ini
merupakan landasan bagi pendidikan. Masyarakat atau bangsa Indonesia
berbeda dengan masyarakat atau bangsa lain. Hal-hal yang berkaitan dengan
perwujudan tata tertib sosial, perubahan sosial, interaksi sosial, komunikasi, dan
sosialisasi, merupakan indikator bahwa pendidikan menggunakan landasan
sosiologis.

5. Landasan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) (Fahira Zahro


Salsabilla)
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung. maupun tidak
langsung menuntut perkembangan pendidikan. Pengaruh langsung perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi adalah memberikan isi/materi atau bahan yang
akan disampaikan dalam pendidikan. Pengaruh tak langsung adalah perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. menyebabkan perkembangan masyarakat, dan
perkembangan masyarakat menimbulkan problema- problema baru yang menuntut
pemecahan dengan pengetahuan,kemampuan, dan ketrampilan baru yang di
kembangkan dalam pendidikan. Tirtarahardja (2005) menyatakan bahwa
pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki kaitan yang sangat erat.
Iptek menjadi bagian utama dalam isi pembelajaran. Dengan kata lain bahwa
pendidikan berperan sangatpenting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.
Iptek merupakan salah satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik.
Pada sisi lain, pada setiap perkembangan iptek harus sering diakomodasi oleh
pendidikan yakni dengan segera memasukkan hasil pengembangan iptekitu ke
dalam bahan ajar.

6. Landasan Hukum (Fathia Alkautsar Dwi Unanta)


Hukum adalah aturan yang harus ditaati, bila dilanggar mendapat sangsi sesuai
dengan aturan yang berlaku. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku
sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan. Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan
dilandasi oleh aturan-aturan baku ini, contohnya aturan cara mengajar, cara
membuat persiapan, supervisi, yang sebagian besar dikembangkan sendiri oleh para
pendidik. Landasan hukum pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari perturan perundangan yang berlaku, yang dijadikan titik
tolak dalam pendidikan, terutama pendidikan nasional (tatang syaripudin
dan nur’aini, 2006:6). Beberapa Landasan Hukum Pendidikan Undang - Undang
yang ada pada penyelenggaraan pendidikan di Indonesia ialah Pendidikan Menurut
Undang Undang Dasar 1945, Undang – Undang No. 2o Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang – Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen,Undang – Undang yang berkaitan dengan kependidikan Peraturan yang
berhubungan dengan Kepegawaian, Peraturan pemerintah tentang pendidikan, dan
peraturan – peraturan daerah tentang pendidikan Kabupaten maupun Provinsi
Indonesia. Sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia tentu membutuhkan
adanya landasan yuridis. Hal ini mengingat bahwa pendidikan juga membutuhkan
dasar serta aturan-aturan yang mengikat agar pelaksanaan pendidikan di seluruh
daerah di Indonesia sejalan dan teratur sehingga tujuan dari pendidikan nasional
Indonesia dapat tercapai. Sampai saat ini, Indonesia sudah memiliki beberapa
landasan yuridis yang telah mengatur sistem pendidikan nasional termasuk
mengatur perencanaan pendidikan, pelaksanaan pendidikan, sampai dengan
evaluasi pendidikan. Beberapa landasan yuridis berlaku bagi semua sistem
pendidikan di daerah-daerah yang terdapat di Indonesia. Namun, ada pula landasan
yuridis yang mana antara satu daerah dengan daerah yang lain dapat berbeda. Hal
ini disebabkan karena adanya otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat
kepada setiap pemerintah daerah. Adanya otonomi daerah ini dapat memberikan
kesempatan bagi daerah-daerah untuk menyesuaikan sistem pendidikannya dengan
bagaimana kondisi peserta didik yang ada. Selain itu, pemerintah daerah juga
memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensipotensi yang dimilikinya
melalui adanya otonomi daerah mengenai pelaksanaan pendidikan.
BAB II

RUMUSAN MASALAH

Dari angket yang berisikan delapan pertanyaan yang berhubungan dengan


lingkungan belajar siswa, ditemukan beberapa permasalahan.
Semua siswa pernah merasa bosan dan tidak paham dalam pembelajaran
dikarenakan cara mengajar seorang guru tersebut. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya
pemahaman dalam proses pembelajaran. Yang artinya guru belum mampu memberikan
lingkungan belajar yang menarik kepada siswa didalam kelas, mayoritas siswa tidak
merasa nyaman dalam mengungkapkan pendapatnya didalam kelas hal ini dapat
menyebabkan terhambatnya proses diskusi, sebagian siswa juga merasa ada beberapa guru
yang kurang peduli dengan situasi di dalam kelas yang akhirnya mengakibatkan situasi
kelas menjadi tidak kondusif sehingga banyak siswa yang kurang memahami pada saat
berlangsungnya memahami pembelajaran, mayoritas siswa juga merasa bahwa mereka
sering dibeda-bedakan pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru juga tidak mampu
menanamkan rasa saling menghargai satu sama lain di dalam kelas karena mayoritas siswa
di dalam kelas merasa bahwa mereka tidak saling menghargai satu sama lain.
Dari hasil wawancara, ditemukan juga permasalahan yang menarik perhatian, yaitu,
kurangnya kepedulian guru mata pelajaran terhadap lingkungan belajar, karena menurut
mereka, yang bertanggung jawab terhadap lingkungan belajar tersebut hanyalah wali kelas
saja, lalu juga ada disebutkan bahwa terkadang kelas yang kotor menjadi salah satu
penghambat proses pembelajaran yang nyaman.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
28 orang murid kelas XI di SMK Setia Budi Binjai.

B. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini kami menggunakan teknik asesmen non tes dengan
metode wawancara kepada salah satu guru dan penyebaran angket yang berisi
delapan pertanyaan untuk para siswa.

C. Sumber Data
Data yang di peroleh langsung di dapatkan melalui wawancara kepada guru
tersebut dan memberikan angket untuk para murid di SMK Setia Budi Binjai.

D. Analisis
Dari angket yang telah kami sebarkan diperoleh data bahwa: semua murid
kelas XI yang berjumlah 28 orang merasa bosan atau tidak paham pada
pembelajaran yang disebabkan cara mengajar guru sebesar 100% , tidak nyaman
dalam mengungkapkan pendapat dikelas 71,4%, tidak aktif dalam proses
pembelajaran 75%, guru yang tidak peduli dengan situasi kelas 57,14%, merasa
dibedakan pada saat proses pembelajaran 57,14%, guru yang tidak memperdulikan
pendapat atau pandangan yang deberikan siswa 64,2%, guru yang tidak disiplin
saat proses pembelajaran hanya mendapatkan persentase sebesar 14,2%, dan yang
terkahir kami menemukan permasalahan tentang sesama teman yang tidak saling
menghargai sebesar 67,8%.
BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan di SMK Setia Budi Binjai, menunjukkan bahwa
lingkungan belajar mereka tidak selalu kondusif atau sehat, masih banyak guru yang belum
memiliki tingkat kepedulian tinggi dan memahami pentingnya lingkungan belajar bagi
siswa. Sehingga, permasalahan tersebut dapat dikaitkan erat dengan beberapa landasan
pendidikan.
1. Siswa yang kurang nyaman menyampaikan pendapat pada saat sesi
diskusi di kelas
berlangsung
Permasalahan ini dapat dikaitkan dengan landasan psikologis siswa, karena
kepercayaan diri dan kenyamanan dapat mempengaruhi emosional siswa dan
pandangannya terhadap dirinya sendiri dan hal-hal tersebut sangat penting bagi
aspek psikologis seseorang. Hal tersebut juga dapat berhubungan dengan landasan
sosiologis, karena interaksi sosial di dalam kelas, seperti perasaan takut tidak
diterima oleh lingkungan di kelas.
2. Guru yang kurang peduli
Permasalahan ini dapat dikaitkan dengan landasan sosiologis, karena
berhubungan dengan hubungan sosial dalam lingkungan sekolah. Guru yang kurang
peduli memiliki kemungkinan kecil untuk membangun hubungan yang positif
dengan siswa.
3. Mayoritas siswa yang kurang menghargai satu sama lain
Masalah ini dapat dikaitkan dengan landasan sosiologis karena melibatkan
interaksi sosial dan norma-norma dalam kelompok sosial. Kurang menghargai
dapat mempengaruhi dinamika kelompok di dalam kelas. Hal ini juga dapat
dikaitkan dengan landasan religius karena nilai-nilai seperti empati dan toleransi
sosial sering terkait dengan prinsip-prinsip agama atau filosofi tertentu.
4. Guru yang membeda-bedakan siswa
Diskriminasi dalam pendidikan adalah masalah hukum di banyak yurisdiksi
karena melanggar hak asasi manusia pada siswa tersebut.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN
A. Kesimpulan Bab I

Landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan


atau titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Landasan pendidikan memiliki beberapa macam yakni landasan religius, landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, landasan IPTEKS, dan landasan
hukum
B. Kesimpulan Bab II

Kesimpulan dari masalah yang didapatkan, yaitu, banyak siswa yang


merasa bahwa guru belum mampu menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan
kondusif, sehingga, sering kali siswa merasa bahwa pembelajaran yang
berlangsung belum sepenuhnya efektif dan terdapat guru yang bukan wali kelas
tidak memiliki rasa kepedulian yang tinggi terhadap kenyamanan dalam lingkungan
belajar siswa.
C. Kesimpulan Bab III

Subjek pada penelitian ini adalah 28 murid di SMK Setia Budi, dengan
penggunaan metode penelitian wawancara dan angket, dan dari angket tersebut
ditemukan banyak permasalahan tentang belum terlaksananya lingkungan belajar
yang sehat.
D. Kesimpulan Hasil Pembahasan

Permasalahan seperti siswa yang kurang nyaman berpartisipasi dalam


diskusi kelas, guru yang kurang peduli, dan mayoritas siswa yang kurang
menghargai satu sama lain. Permasalahan tersebut dapat dikaitkan dengan landasan
psikologis, sosiologis, dan religius. Selain itu, adanya diskriminasi oleh guru
terhadap siswa dapat menjadi masalah hukum karena melanggar hak asasi manusia
dalam pendidikan.

II. SARAN
A. Rekayasa Ide
Ada beberapa solusi yang sekiranya dapat membantu mencapai lingkungan
belajaryang sehat dan kondusif, yaitu
1. Memberikan kebebasan berinteraksi
Strategi guru dalam membangun interaksi antar siswa selalu
mengedepankan kerja berpasangan dan kolaborasi. Dalam kerja
berpasangan dan kolaborasi, aspek nilai sosial dan kebebasan dalam
mengungkapkan pendapat terbangun. Hal inilah yang menjadi ciri utama
lingkungan kelas yang kondusif. Dengan adanya penanaman nilai
kebebasan, siswa terlatih berpikir kritis sesuai dengan bakat yang dimiliki.
2. Menerapkan berbagai norma atau aturan tertentu agar peserta didik tidak
melakukan tindakan menyimpang yang mengganggu proses belajar
mengajar di kelas. Hal tersebut merupakan satu teknik dan tindakan
preventif dalam merancang lingkungan belajar.
3. Guru membuat program diskusi
Guru dapat membuat suatu program yang dapat memicu interaksi siswa dan
mendorong siswa untuk berpendapat secara terbuka tanpa merasa takut
dihakimi, dan program tersebut juga bisa membantu guru dalam
mengkomunikasikan ide-ide atau aturan-aturan yang ingin diterapkan

B. Projek
Solusi-solusi yang diajukan dapat digabungkan menjadi satu program kegiatan,
yaitu:
KEGIATAN GERAKAN KELAS POSITIF
Adalah program sederhana dengan mengajak para siswa untuk berinteraksi
dan berdiskusi mengenai lingkungan belajar, untuk mencapai lingkungan yang
sehat, kreatif, efektik, kondusif dan positif.
Langkah-langkah Program
1. Perencanaan Awal
● Salam dan Sapa
● Guru memperkenalkan program “Gerakan Kelas Positif” kepada
siswa
● Menanyakan kesediaan siswa untuk mengikuti kegiatan ini secara
berkala
2. Diskusi Bersama
● Guru menanyakan harapan dan ide peserta didik mengenai
lingkungan belajar seperti apa yang diinginkan.
● Guru memberikan media untuk menuliskan harapan dan ide siswa
● Siswa berbagi pendapat mengenai keinginan satu sama lain yang
dapat diterapkan di lingkungan kelas
3. Kesepakatan
● Guru dan Siswa memilih pendapat atau nilai-nilai yang harus
diterapkan di dalam lingkungan kelas
● Nilai-nilai yang sudah disepakati dipajang di depan kelas untuk
menjadi pengingat dalam melakukan aturan yang sudah disetujui
4. Evaluasi Berkala
● Guru dan Siswa secara berkala mengadakan evaluasi untuk menilai
sejauh mana harapan dan ide tersebut diterapkan
● Siswa memberikan masukan tentang apa yang sudah berjalan
dengan baik dan apa yang masih perlu diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rasid. (2018). Implikasi Landasan-Landasan Pendidikan. Jurnal Studi Ilmu


Pendidikan dan Keislaman.

Ahdar.(2021) Ilmu Pendidikan. Parepare. IAIN Parepare Nusantara Press.

Ali Mustadi, dkk. (2018). Landasan Pendidikan Sekolah Dasar. Yogyakarta.

Dr. Nurhuda, M.Pd. (2022). Landasan Pendidikan. Kota Malang: Ahli Media Press.

Harjali. (2016). Strategi Guru dalam Membangun Lingkungan Belajar yang Kondusif:
Studi Fenomenologi pada Kelas-kelas Sekolah Menengah Pertama di Ponorogo.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.

Prof. Dr. Yusnadi, MS. Dkk. (2023). Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan.

Rahmat Hidayat, dkk. (2019). Ilmu Pendidikan Konsep Teori & Aplikasinya. Medan: LPPI.

Romlah, Siti. (2017). Pengaruh Faktor Lingkungan Belajar di Sekolah Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X MAS Darul Ulum Kubu
Raya. FKIP Universitas Tanjungpura.

Wijaya, Candra dan Amiruddin. (2019) Ilmu Pendidikan Konsep dan Teori Aplikasinya.
Medan. Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).

Yasintha Pemba, Darmawang, Nur Risnawati Kusuma. (2022). Peran Lingkungan Belajar
Terhadap Konsentrasi Belajar Peserta Didik di SMK Katolik Muktyaca. Jurnal
Pendidikan dan Profesi Keguruan.

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN


“ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN”
DOSEN PENGAMPU: Prof. Dr. Nur’aini, MS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
BK REGULER B

DINA SIMBOLON 1223351022


DWIKHANA LOURDES SITANGGANG 1223351020
ETISA RASINTA BR SEMBIRING 1223351027
TASYA ARDIVA 1223351032

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Aliran-Aliran Pendidikan” tersusun hingga selesai. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nur'aini, MS selaku dosen pengampu mata
kuliah Ilmu Pendidikan di Univesitas Negeri Medan yang telah membimbing kami. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ini
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Medan, September 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................xiv
DAFTAR ISI........................................................................................................................xv
BAB I KONSEP TEORI......................................................................................................16
A. Aliran Nativisme (Dina Simbolon)............................................................................16
B. Aliran Naturalisme (Dina Simbolon)........................................................................16
C. Aliran Empirisme (Etisa Rasinta Br Sembiring).......................................................17
D. Aliran Konvergensi (Etisa Rasinta Br Sembiring)....................................................17
E. Aliran Behaviorisme (Tasya Ardiva)........................................................................18
F. Aliran Progresivisme (Tasya Ardiva)........................................................................18
G. Aliran Konstruktivisme (Dwikhana Lourdes Sitanggang)........................................18
H. Aliran Perenialisme (Dwikhana Lourdes Sitanggang)..............................................18
BAB II PERMASALAHAN.................................................................................................20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................21
A. Subjek Penelitian.......................................................................................................21
B. Pengumpulan Data.....................................................................................................21
C. Sumber Data..............................................................................................................21
D. Analisis Data.............................................................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................................23
BAB V PENUTUP...............................................................................................................24
A. Kesimpulan................................................................................................................24
1. Kesimpulan Bab I Konsep Teori............................................................................24
2. Kesimpulan Bab II Rumusan Masalah..................................................................24
3. Kesimpulan Bab III Metodologi Penelitian...........................................................24
4. Kesimpulan Bab IV Pembahasan...........................................................................24
B. Saran..........................................................................................................................24
1. Rekayasa Ide..........................................................................................................24
2. Projek.....................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................29
BAB I

KONSEP TEORI
A. Aliran Nativisme (Dina Simbolon)
Nativisme berasal dari kata native artinya asli atau asal. Nativisme (aliran
pembawaan) ini dipelopori oleh Schopenhauer seorang filsuf Jerman yang hidup pada
tahun 1788-1880. Aliran ini berkeyakinan bahwa anak yang baru lahir membawa
bakat, kesanggupan dan sifat-sifat tertentu (Ahmadi dan Uhbiyati, 291:1991).
Sifat-sifat dan dasar tertentu yang bersifat keturunan (herediter) inilah yang
menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak sepenuhnya. Teori ini
mengajarkan bahawa anak lahir sudah memiliki pembawaan baik dan buruk.
Perkembangan anak hanya ditentukan oleh pembawaannya sendiri-sendiri.
Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi apalagi membentuk kepribadian anak.

B. Aliran Naturalisme (Dina Simbolon)


Naturalisme berasal dari kata “natura” yang berarti alami dan “isme” berarti
paham. Aliran ini dipelopori oleh J.J.Rousseau. Aliran ini lahir dari munculnya
pandangan terhadap aliran filsafat Pendidikan Aritotalian-Thomistik. Pada abad ke-17
naturalisme lahir dan pada abad ke-18 mengalami perkembangan di bidang sains
dengan cepat. Aliran ini menjelaskan bahwasanya segala sesuatu yang alamiah
(pembawaan) cenderung baik sehingga pendidikan internal adalah pendidikan yang
paling baik sedangkan pendidikan eksternal memberikan pengaruh yang kurang baik
terhadap perkembangan anak.
Naturalisme merupakan aliran yang menyakini adanya pembawaan dan juga
milieu (lingkungan). Namun demikian, ada dua pandangan besar mengenai hal ini.
Pertama disampaikan oleh Rousseau yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia
baik, namun jika ada yang jahat, itu karena terpengaruh oleh lingkungannya. Kedua,
disampaikan oleh Mensius yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia itu jahat.
Ia menjadi manusia yang baik karena bergaul dengan lingkungannya.5 Dua pendapat
ini jelas memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Satu sisi memandang sisi jahat
manusia bersumber dari lingkungan, sementara pendapat lain menyatakan bahwa sisi
jahat itu sendiri yang justru berada pada diri manusia.
C. Aliran Empirisme (Etisa Rasinta Br Sembiring)
Aliran empirisme merupakan aliran yang mementingkan stimolasi eksternal
dalam perkembangan manusia. Aliran ini mengatakan bahwa perkembangan anak
tergantung pada lingkungan, sedangkan pembawaan anak yang dibawa semenjak
lahir tidak dianggap penting. bahwa segala pengetahuan, keterampilan dan sikap
manusia dalam perkembanganya ditentukan oleh pengalaman (empiris) nyata melalui
alat inderanya baik secara langsung berinteraksi dengan dunia luarnya maupun
melalui proses pengolahan dalam diri dari apa yang didapatkan secara langsung
(Joseph, 2006:98).

Tokoh utama aliran ini adalah John Locke seorang filsuf darj Inggris. Teori
aliran ini mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti
kertas putih yang kosong dan yang belum ditulisi, atau lebih dikenal dengan istilah
"Tabularsa" (a blank sheet of paper) John Locke (dalam Joseph. 2006:76) tak ada
sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam indera.
Aliran ini dikenal juga dengan aliran optimisme. Sejalan juga bahwa aliran
empirisme ini dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya sedangkan kemampuan dasar yang
dibawa sejak lahir dianggap tidak menentukan.
D. Aliran Konvergensi (Etisa Rasinta Br Sembiring)
Konvergensi artinya pertemuan. Pelopor aliran ini adalah William Stern
seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman. Teori ini mengatakan bahwa seseorang
terlahir dengan pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Oleh karena itu
teorinya dikenal dengan sebutan konvergensi (memusat ke satu titik). Teori ini
mempunyai dasar yang kuat daripada teori-teori yang lain. Karena dalam
kenyataannya kedua faktor itu memng tidak bisa diabaikan.
Menurut teori konvergensi ada tiga prinsip dasar dalam pendidikan, yaitu: (1)
pendidikan mungkin untuk dilaksanakan, (2) pendidikan diartikan sebagai
pertolongan yang diberikan lingkungan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik, dan (3)
yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan. (Abdul Kadir,
2012:127)
E. Aliran Behaviorisme (Tasya Ardiva)
Behaviorisme merupakan aliran ilmu psikologi yang berfokus pada perilaku
dengan asumsi adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan perilaku
(behavior) Artinya manusia berperilaku karena pengaruh dari lingkungan fisik bukan
dikarenakan insting seperti yang dikaji dalam aliran psikoanalisis (Alwisol, 2009)
F. Aliran Progresivisme (Tasya Ardiva)
Tokoh aliran ini adalah Jhon Dewey aliran ini berpendapat bahwa manusia
mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta
mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah- masalah yang dapat
mengancam dirinya. Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak sebagai reaksi terhadap
pelaksanaan yang masih berpusat pada guru atau bahan ajaran.
G. Aliran Konstruktivisme (Dwikhana Lourdes Sitanggang)
Aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, seorang epistemiolog Italia. Ia
dipandang sebagai cikal bakal lahirnya konstruktivisme. Ia mengatakan bahwa Tuhan
adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan (Abdul Kadir,
2012:129). Aliran ini kemudian dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori
perkembangan kognitif. Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan
interksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya. Belajar menurut aliran
konstruktivisme adalah suatu proses yang mengkondisikan siswa untuk melakukan
proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru
berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa untuk mengorganisasi
pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna.
H. Aliran Perenialisme (Dwikhana Lourdes Sitanggang)
Aliran perenialisme ini dipengaruhi oleh berbagai macam para tokoh, di
antaranya ialah plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas. Asas yang dianut pada
aliran perenialisme ini mengacu pada dua arah kiblat, yaitu perenialisme yang
theologis bernaung dibawah supremasi gereja katolik, yang berorientasi pada
ajaran dan tafsir Thomas Aquinas dan perenialisme sekuler yang berpegang teguh
pada ide dan cita-cita plato dan Aristoteles. Perenialisme sebagai salah satu aliran
filsafat pendidikan yang mendasari dirinya pada keyakinan bahwa pengetahuan
sejatinya yang didapat melalui ruang dan waktu mestilah membentuk dasar
pendidikan seseorang. Oleh sebab itu tugas pendidikan itu mengajar, termasuk
mengajar pengetahuan yang mana pengetahuan termasuk kebenaran. Menurut
pandangan perenialis, pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
BAB II

PERMASALAHAN

Permasalahan yang ditemukan peneliti dari hasil wawancara dengan Ibu


Wilda Riskia, S.Pd adalah pengaruh lingkungan sosial terhadap baik atau buruknya
perkembangan anak di sekolah. Lingkungan sangat berpengaruh terdahap baik dan
buruknya perkembangan anak di sekolahnya misalnya apabila ada seorang siswa yang
memiliki orang tua tidak tamat sd maka itu akan sangat berpengaruh kepada tumbuh
kembang anak di sekolah karena bagaimana bisa orang tua mengajari anak dirumah
sedangkan ia tidak tamat SD. Masih banyak lagi ditemukan masalah buruknya
perkembangan siswa di sekolah, hal ini di picu oleh lingkungan sosial yang tidak
mendukung perkembangan anak dengan optimal terutama lingkungan keluarga. Banyak
ditemukan pergaulan anak di lingkungan sosial tidak baik sehingga berdampak juga
terhadap perkembangan tujuan belajar siswa. contohnya dalam hal bersikap, tak jarang
siswa berkata kasar dan tidak sopan dilingkungan sekolah. Dapat juga dilihat dalam hal
disiplin, siswa tak lagi dapat menaati aturan sekolah dan mengikuti aturan sekolah
dengan benar. Dilihat juga dalam hal belajar, siswa sekarang seringkali melalaikan tugas
belajarnya sehingga mempengaruhi perkembangan belajarnya di sekolah.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek adalah Ibu Wilda Riskia, S.Pd
seorang guru di SD Negeri Lorong Amaliun, Kecamatan Tanjung Beringin, Kab.
Sergai. Ibu wilda adalah wali kelas 5 SD Negeri Lorong Amaliun dan berumur 24
tahun.
B. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Meleong, 2010:
186). Dalam wawancara sudah disiapkan beberapa pertanyaan-pertanyaan.
Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti kepada Ibu Wilda Riskia, S.Pd.
C. Sumber data
a) Data primer
Dalam pengumpulan sumber data, peneliti melakukan pengumpulan sumber data
dalam wujud data primer. Data Primer ialah jenis dan sumber data penelitian yang
di peroleh secara langsung dari sumber pertama (Ibu Wilda Riskia, S.Pd.) untuk
mendapatkan data atau informasi yang di butuhkan.
b) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58). Data
ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari
bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.

D. Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Analisis Data Interaktif Miles dan Hubermen. Ada 3 proses dan alur teknik ini yaitu:
Reduction, Pada tahapan ini data akan disederhanakan agar sesuai dengan kebutuhan.
Display data, tahapan selanjutnya adalah menyajikan data dalam bentuk yang lebih
rapi dan sistematis, sehingga informasi akan lebih mudah untuk didapatkan.
Conclusion drawing, penarikan kesimpulan berdasarkan data yang sudah disusun
dalam bentuk yang lebih rapi.
BAB IV

PEMBAHASAN
Lingkungan sangat berpengaruh terdahap baik dan buruknya perkembangan anak
di sekolahnya misalnya apabila ada seorang siswa yang memiliki orang tua tidak tamat
SD maka itu akan sangat berpengaruh kepada tumbuh kembang anak di sekolah karena
bagaimana bisa orang tua mengajari anak dirumah sedangkan ia tidak tamat SD. Masih
banyak ditemukan masalah buruknya perkembangan siswa di sekolah, hal ini di picu oleh
lingkungan sosial yang tidak mendukung perkembangan anak dengan optimal. Banyak
ditemukan pergaulan anak di lingkungan sosial tidak baik sehingga berdampak juga
terhadap perkembangan tujuan belajar siswa.
Permasalahan yang kami angkat ini berbanding terbalik dengan teori yang di
kemukakan oleh teori behavioristik yang dimana Behaviorisme merupakan aliran ilmu
psikologi yang berfokus pada perilaku dengan asumsi adanya hubungan antara stimulus
(rangsangan) dengan perilaku (behavior) Artinya manusia berperilaku karena pengaruh
dari lingkungan fisik bukan dikarenakan insting seperti yang dikaji dalam aliran
psikoanalisis (Alwisol, 2009). Maka dari itu yang diangkat dari permasalahan siswa
seorang siswa yang memiliki orang tua tidak tamat sd maka itu akan sangat berpengaruh
kepada tumbuh kembang anak di sekolah karena bagaimana bisa orang tua mengajari
anak dirumah sedangkan ia tidak tamat SD. Masih banyak lagi ditemukan masalah
buruknya perkembangan siswa di sekolah, hal ini di picu oleh lingkungan sosial yang
tidak mendukung perkembangan anak dengan optimal terutama lingkungan keluarga
Hal ini juga dapat dikemukakan oleh teori behavioristik yang dimana
Behaviorisme merupakan aliran ilmu psikologi yang berfokus pada perilaku dengan
asumsi adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan perilaku (behavior)
Artinya manusia berperilaku karena pengaruh dari lingkungan fisik bukan dikarenakan
insting seperti yang dikaji dalam aliran psikoanalisis (Alwisol, 2009).
Pada dasarnya orang tua adalah lingkungan pertama bagi anak dalam proses
perkembangan dan pendidikan. Keluarga ialah pendidikan pertama yang berfungsi
membangun kreatifitas pada anak, jika sejak kecil anak kurang mendapatkan pendidikan
atau perhatian dari keluarga, maka akan muncul berbagai dampak negatif bagi anak
seperti halnya kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan lainnya.
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Bab I Konsep Teori
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang
terus berkembang. Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran atau Gerakan baru
dalam pendidikan. Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh
dunia, termasuk pendidikan di Indonesia Dari aliran-aliran pendidikan tersebut
kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab
penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisinya
pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri.
2. Kesimpulan Bab II Rumusan Masalah
Keluarga ialah pendidikan pertama yang berfungsi membangun kreatifitas
pada anak, jika sejak kecil anak kurang mendapatkan pendidikan atau perhatian
dari keluarga, maka anak akan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial,
juga kesulitan dalam perkembangan belajarnya, dan lain sebagainya

3. Kesimpulan Bab III Metodologi Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode wawancara langsung dengan subjek
Ibu Wilda Riskia, S.Pd sebagai wali kelas V SD Negeri. Dimana data di peroleh
dari data primer yaitu yang bersangkutan langsung dan data sekunder yaitu bahan
pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.

4. Kesimpulan Bab IV Pembahasan


Teori behavioristik merupakan aliran ilmu psikologi yang berfokus pada
perilaku dengan asumsi adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan
perilaku (behavior). Manusia berperilaku karena pengaruh dari lingkungan fisik
bukan dikarenakan insting. Lingkungan sangat berpengaruh terdahap baik dan
buruknya perkembangan anak di sekolahnya

B. Saran
1. Rekayasa Ide
a) Solusi untuk siswa
Dari penelitian yang kami temui, kami dapat menggembangkan solusi dari
permasalahan yang dialami oleh Siswa yaitu konseling individual
behavioristik dengan teknik self-management, dan dilakukan untuk kalangan
yang mengalami masalah buruknya perkembangan belajar yang disebabkan
oleh lingkungan sosial yang kurang baik.
b) Solusi untuk orang tua
Sedangkan untuk orang tua yang tidak mendapat pendidikan cukup,
mengakibatkan kurangnya perhatian untuk pendidikan anak, dapat dilakukan
layanan informasi dengan mengadakan sosialisasi untuk seluruh masyarakat
yang kurang paham pentingnya pendidikan atau siapa saja orang tua siswa
yang tidak tamat SD dan tidak menggap pendidikan itu penting.

2. Projek
Dari analisis rekayasa ide yang sudah kami paparkan maka dapat kami
berikan prosedur yang akan kami lakukan untuk mengatasi permasalahan dari
konseling individual behavior Teknik self-management dan layanan informasi.
1. Layanan konseling individual behavior teknik self-management
a) Konseli mengidentifikasi dan mencatat sasaran perilaku dan mengontrol
penyebab serta akibatnya.
b) Konseli mengidentifikasi perilaku yang diharapkan arah perubahannya.
c) Konseli menjelaskan kemungkinan strategi pengelolaan diri (self-
management).
d) Konseli memilih satu atau lebih strategi self-management.
e) Konseli menyatakan secara verbal persetujuan untuk menggunakan
strategi self-management.
f) Konselor memberikan instruksi dan model strategi yang dipilih.
g) Konseli mengulang pemahaman strategi yang dipilih.
h) Konseli menggunakan strategi yang dipilih.
i) Konseli mencatat penggunaan strategi serta tingkat perilaku sasaran.
j) Data konseli diperiksa oleh konselor bersama konseli dan konseli
melanjutkan atau membuat revisi program.
k) Membuat catatan dan penyajian data pada diri sendiri dan penguat demi
kemajuan. Setelah diberikannya layanan self-management kepada siswa
maka didapatkan hasil bahwa
 Membantu dalam menguranggi perilaku buruk disekolah
 Menyadarkan siswa menggenai pentingnya sikap positif dan
displin dengan peraturan sekolah.
 Membantu dalam menyelesaikan permasalahan belajar siswa
 Membantu dalam mencapai perkembangan belajar yang sesuai.

2. Layanan Informasi berupa sosialisasi atau webinar


Dalam upaya meningkatakan perkembangan belajar siswa melalui
lingkungan sosial khususnya lingkungan keluarga, maka dilakukanlah layanan
informasi dalam bentuk sosialisasi kepada orang tua siswa untuk dapat
mengetahui pentingnya pendidikan dalam perkembangan anak. Dalam
pelaksanaan tersebut harus memenuhi atau memerlukan beberapa tahap agar
layanan informasi (sosialisasi) tersebut dapat terlaksana dan tersampaikan
dengan baik. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan yang mencakup kegiatan
 Identifikasi kebutuhan dan informasi bagi calon peserta layanan;
 Menetapkan materi informasi sebagai isi layanan;
 Menetapkan subjek sasaran layanan
 Menetapkan narasumber
 Menyiapkan prosedur
 Menyiapkan kelengkapan administrasi.
2) Pelaksanaan yang mencakup kegiatan:
 Mengorganisasikan kegiatan layanan
 Mengaktifkan peserta layanan
 Mengoptimalkan penggunaan metode dan media.
3) Evaluasi yang mencakup kegiatan:
 Menetapkan materi evaluasi
 Menetapkan prosedur evaluasi
 Menyusun instrumen evaluasi
 Mengaplikasikan instrumen evaluasi
 Mengolah hasil aplikasi instrumen.
4) Analisis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan:
 Menetapkan norma atau standar evaluasi
 Melakukan analisis
 Menafsirkan hasil analisis.
5) Tindak lanjut yang mencakup kegiatan:
 Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut
 Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait
 Melaksanakan rencana tindak lanjut.
6) Pelaporan yang mencakup kegiatan:
 Menyusun laporan layanan informasi
 Menyampaikan laporan kepada pihak terkait (kepala sekolah,
warga masyarakat, dan substansi masyarakat setempat)
 Mendokumentasikan laporan.
Jadi dalam pelaksanaan layanan informasi dapat ditempuh melalui
beberapa tahapan yaitu antara lain: perencanaan, dalam suatu pelaksanaan
layanan informasi perlu adanya suatu perencanaan akan seperti apa pelaksanaan
layanan ini akan berlangsung kemudian adanya suatu pelaksanaan yang
diharapkan akan berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan setelah
diadakannya pelaksanaan selanjutnya yaitu diadakannya suatu evaluasi dari
pelaksanaan tersebut. Dengan diadakannya evaluasi diharapkan agar pelaksanaan
dikemudian hari akan lebih baik lagi kemudian diadakannya suatu analisis yang
diharapkan dapat sesuai dengan hasil tersebut. Selanjutnya yaitu tindak lanjut
yang menindaklanjuti pelaksanaan tersebut bila mungkin pelaksanaan tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan dan yang terakhir adalah pelapor yaitu
menyimpulkan hasil dari pelaksanaan tersebut yang dapat berupa dokumentasi
dari pelaksanaan tersebut.
Pada tahapan pemberian layanan informasi kami melakukannya dengan
sosialisai, diamana kami menyusun sesuia dengan tahapan pelaksanaan layanan
informasi yang akan membantu orang tua siswa paham akan pentingnya
pendidikan. Setelah diberikannya layanan informasi kepada orang tua siswa maka
didapatkan hasil:
 Menggetahui bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting dalam
perkembangan anak.
 Membantu orang tua siswa untuk memberikan perhatian dan pendidikan
dasar kepada siswa
 Membantu orang tua memahami lebih manfaat pendidikan pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Apsari, M. F. (2017). Konseling Individual Mengatasi Perilaku Membolos Menggunakan


Pendekatan Behavioral Dengan Teknik Self-Management Pada Peserta Didik
Kelas Viii Di Smp Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2017/2018
(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Kristiawan, Muhammad. 2016. Filsafat Pendidikan; The Choise Is Yours. Jogjakarta:
Valia Pustaka.
Musdalifah. (2018). Peserta Didik Dalam Pandangan Nativisme, Empirisme dan
Konvergensi. Jurnal Idaarah 2 (2): 243-251
Nadirah, S. (2013). Anak Didik Perspektif Nativisme, Empirisme, dan Konvergensi.
Lentera Pendidikan 16 (2): 188-195
Saragih, Hisarma., dkk. 2021. Filsafat Pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Syarif, M. (2021). Naturalisme (Pemikiran Alamiyah Materialistik dan Pluralistik
Pendidikan). Jurnal Ilmiah Pendidikan Anak 7(2): 97-112
Trisnawati, W., Oktavia, D., & Putra, I. M. (2020). Sosialisasi Peranan Orang Tua
Terhadap Pendidikan Anak Di Desa Tirta Kencana. Jurnal Pengabdian
Pendidikan Masyarakat (JPPM), 1(1), 28-34.
Yusnadi., Dkk. 2023. Ilmu Pendidikan. Medan: Halaman Moeka.
Zuhri, I., & Sumaryati, S. (2022). Tinjauan Aksiologi Terhadap Aliran Psikologi
Behaviorisme. Jurnal Filsafat Indonesia, 5(2), 123-128.
LAPORAN CASE METHODE ILMU PENDIDIKAN LAPORAN MAKALAH 4
TUGAS KKNI - MK. ILMU
PENDIDIKAN - S1 BK

Skor Nilai:

Dosen Pengampu: Dr. Nuraini, M.S.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

KELOMPOK 4:

Nadya Wulandari (1223351030)

Annisa Dea Utami

(1223351031) Renika Girsang

(122341018)

Tauryan Sihotang (1223351047)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN

KONSELING FAKULTAS ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI

MEDAN

1
2023

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3
BAB I KAJIAN TEORI...........................................................................................................4
A. Hakikat Sistem...............................................................Error! Bookmark not defined.
B. Ciri-ciri Pendidikan Sebagai Sistem...............................................................................7
C. Komponen-komponen Pendidikan Sebagai Sistem........................................................8
D. Tantangan Dalam Sistem Pendidikan............................................................................12
BAB II PERMASALAHAN...................................................................................................14
A. Hasil Temuan Masalah..................................................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................................15
A. Waktu Penelitian...........................................................................................................15
B. Subjek Peneltiian...........................................................................................................15
C. Teknik Pengumpulan Data............................................................................................15
D. Sumber Data..................................................................................................................15
E. Teknik Analisa Data......................................................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN KASUS.........................................................................................16
A. Hubungan Masalah dengan Konsep Teori BAB I........................................................16
BAB V PENUTUP..................................................................................................................17
A. Kesimpulan....................................................................................................................17
1. BAB I (Kajian Teori).................................................................................................17
2. BAB II (Permasalahan)..............................................................................................17
3. BAB III (Metode Penelitian).....................................................................................17
4. BAB IV (Pembahasan Kasus)....................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
1. Rekayasa Ide..............................................................................................................17
2. Project........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

3
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua, puji dan syukur atas kehadirat Tuhan YME yang
telah memberikan kita rahmat, nikmat, dan akal yang sehat sehingga penyusun telah
menyelesaikan tugas pada mata kuliah “Ilmu Pendidikan” ini dan tak lupa pula penyusun
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.

Terselesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah, maka penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
penyusun harapkan kepada Ibu dosen dan teman-teman sekalian agar kedepannya dapat
tercipta tugas makalah yang lebih baik dan menambah wawasan kita.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya para
pembaca makalah ini, sekian dan terima kasih.

Medan, 16 September 2023

Kelompok 4

4
BAB I
KAJIAN TEORI

A. HAKIKAT SISTEM (TAURIYAN)

1) Hakikat Sistem

Menurut asal usul katanya sistem berasal dari bahasa Latin yaitu systema dan bahasa
Yunani sustema artinya suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Dalam
pengertian system tersebut menunjukkan adanya seperangkat komponen- komponen atau
elemen-elemen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan.
Untuk memahami istilah system lebih lanjut dikemukakan pengertian sistem
sebagaimana dikemukakan oleh para ahli. Ludwig (1997) mendefinisikan sistem adalah
seperangkat unsur saling berhubungan dan saling memengaruhi dalam satu lingkungan
menyatakan sistem merupakan tertentu. Rapoport (1997) menyatakan sekumpulan elemen
yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan. Ackof (1997) melihat pengertian
sistem dari dua sisi yaitu dari sisi konseptual dan obyek fisik. Pengertian sistem secara
konseptual menunjukkan suatu kerangka berpikir yang terdiri dan sejumlah komponen yang
saling berhubungan dan saling memengaruhi, kemudian system dilihat dari objek fisik
mempunyai bagian-bagian yang saling berhubungan satu dengan lain sehingga memberi
makna tertentu.Davis (1995) menegaskan bahwa sistem merupakan bagian- bagian yang
beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai beberapa tujuan. Demikian juga McLeod
(2001) menyatakan sistem yaitu sekelompok elemen yang terintegrasi untuk mencapai suatu
tujuan. Budi Sutedjo (2002) juga menjelaskan bahwa sistem adalah kumpulan elemen yang
saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai
suatu tujuan.

- Elemen Sistem

Yakub & Vico (2014) mengemukakan elemen-elemen yang membentuk sebuah


sistem adalah: tujuan, masukan, proses transformasi, keluaran, batas dan lingkungan,
mekanisme pengendalian serta umpan balik.

1) Tujuan (goals).
Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai oleh sebuah sistem Tujuan merupakan
arah yang hendak dicapai melalui kerjasama seluruh komponen system serta menjadi
motivasi yang kuat untuk mencapai arah tersebut. Adanya tujuan yang jelas membuat sistem
menjadi terarah dan terkendali, maka seluruh komponen system dapat berfungsi sesuai
dengan arah yang telah ditetapkan. Suatu pekerjaan yang didasarkan atas suatu tujuan yang
jelas akan mengakibatkan pekerjaan yang dilakukan menjadi bermakna. Oleh karena itu
membangun sebuah sistem, yang utama dan pertama harus di awali dengan perencanaan
dan penetapan

5
tujuan yang jelas. Atas dasar tujuan yang direncanakan inilah semua komponen penting
difungsikan.

2) Masukan (input)

Masukan adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi
bahan untuk diproses baik berupa hal- hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud.

Masukan berwujud adalah bahan mentah, sedangkan yang tidak berwujud adalah informasi.

3) Proses tranformasi (process tranformation)

Proses transformasi merupakan suatu aktivitas untuk mengubah masukan menjadi


suatu produk atau keluaran yang berguna dan lebih bernilai. Produk ini akan tersalurkan
menjadi masukan sistem lain, sistem lain ini juga akan dilakukan proses transformasi,
demikian seterusnya. Setiap sistem terdiri dari ub- subsistem dan setiap subsistem merupakan
sistem tersendiri. Proses transformasi pada suatu sistem bisa terjadi bertingkat tingkat Suatu
sistem tidah hanya melakukan sebuah proses tranformasi tetapi juga bisa menjadi
serangkaian proses transformasi menjadi sistem-sistem bercabang dari induk system.

4) Keluaran (output)

Keluaran merupakan hasil atau produk dari proses transformasi sistem sehingga
menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai. Keluaran ini merupakan wujud baru dari
hasil pemrosesan masukan dalam system.

5) Daerah batas (boundary) dan lingkungan (environment)

Kartaprawin (1987) menyatakan pada suatu saat batas-batas sistem itu tetap (contract)
dan di saat lain berkembang (expanding) dan bahkan kadang-kadang dapat juga merambah
bidang sistem lain (encroaching). Daerah batas dalam system ini berfungsi unt menghindari
terjadinya tumpah tindih (overlap) antara dua sistem atau lebih. Suatu sistem akan
berinteraksi berhadapan dengan sistem lain atau lingkungan sistem yang berada di luar
sistem. Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem itu dan juga merupakan
sistem sendiri, maka perlu ada ketegasan batasan tentang sistem tertentu. Batasan dan
lingkungan suatu sistem secara otomatis akan menghasilkan berbagai macam sistem mulai
dari suprasistem atau megasistem, system, sub system, sub-sub system, dan seterusnya.

6) Mekanisme pengendalian (control mechanism) dan umpan balik (feedback)

Mekanisme pengendalian diwujudkan dengan menggunakan umpan balik, sedangkan


umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan masukan maupun proses. Tujuan
mekanisme pengendalian untuk mengatur agar sistem yang berjalan sesuai dengan tujuan.
Umpan balik merupakan aktivitas pemantauan kontrol terhadap efektivitas dan efisiensi kerja
sistem. Umpan balık diperlukan untuk melihat apakah seluruh komponen berfungsi dalarn
proses pencapaian tujuan. Apabila tujuan dalam suatu sistem yang telah direncanakan
mengalami

6
kegagalan artinya tidak sesuai dengan harapan, maka dapat ditelusuri seluruh sub sistem atau
komponen- komponen itu mana yang sudah berfungsi dengan baik dan mana yang belum,
sehingga dapat dijadikan masukan untuk rancangan perbaikan pada masa yang akan datang.

C. Klasifikasi Sistem

Yakub dan Vico (2014) mengklasifikasikan sistem menjadi beberapa klasifikasi,


antara lain sistem abstrak (abstract system), fisik sistem (physical system), tertentu
(deterministic system), tak tentu (probabilistic system), tertutup (close system), dan terbuka
(open system).

1) Sistem abstrak (abstract system), adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide
yang tidak tampak secara fisik.

2) Sistem fisik (physical system), adalah sistem yang ada dan nampak atau dapat dilihat
secara fisik.

3) Sistem tertentu (deterministic system), adalah sistem yang beroperasi dengan tingkah
laku yang dapat diprediksi, interaksi antar bagian dapat dideteksi dengan pasti
sehingga keluarannya dapat diramalkan sebelumnya.
4) Sistem tak tentu (probabilistic system), adalah suatu sistem yang kondisi masa
depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.

5) Sistem tertutup (close system), adalah sistem yang tidak bertukar materi, informasi,
atau energi dengan lingkungan. Sistem ini tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi
oleh lingkungan. Suatu sistem dikatakan tertutup jika ia tidak menerima masukan dari
luar dan juga tidak mengeluarkan hasil (output). Menurut Mudyahardjo (2012) sistem
tertutup adalah sistem yang struktur bagian-bagiannya tidak mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, sekurang- kurangnya dalam jangka waktu pendek.
Struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis.

6) Sistem terbuka (open system), adalah sistem yang dapat berhubungan atau
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan luar. Menurut Tatang (2014) sistem
dikatakan terbuka jika ia menerima masukan (input) dari luar, memproses, dan
menghasilkan luaran (output) kepada lingkungan. Mudyahardjo (2012) juga
menyatakan bahwa sistem terbuka adalah sistem yang struktur bagian-bagiannya
terus menyesuaikan diri

7
dengan masukan dari lingkungan yang terus- menerus berubah-ubah, dalam usaha
dapat mencapai kapasitas optimalnya.

B. CIRI CIRI PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM (NADYA)

Ahmadi (2014) mengemukakan ciri-ciri pendidikan sebagai suatu sistem terbuka sebagai
berikut:

a) Mengimpor energi, materi, dan informasi dari luar. Pendidikan akan mendatangkan
pengajar, uang, alat-alat belajar, para peserta didik, dan sebagainya dari luar lembaga
pendidikan.
b) Memiliki pemroses. Pendidikan memproses peserta didik dalam proses
belajarmengajar.
c) Menghasilkan output atau mengekspor materi, energi, dan informasi Pendidikan di
samping menghasilkan lulusan, juga berpengaruh positif terhadap pembangunan
masyarakat.
d) Merupakan kejadian yang berantai. Memproses input pendidikan (peserta didik)
merupakan bagian yang berulang-ulang dan berkaitan.
e) Memiliki negatif entropi, yaitu suatu usaha untuk menahan kepunahan dengan cara
membuat impor lebih besar daripada ekspor. Dalam pendidikan, hal ini dilakukan
dengan cara mengantisipasi perubahan lingkungan dan memperbaiki kerusakan.
f) Mempunyai alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri. Segala
informasi berkaitan dengan pendidikan dimanfaatkan oleh manajer untuk mengambil
keputusan dalam mempertahankan dan memperbaiki pendidikan
g) Ada kestabilan yang dinamis. Pendidikan selalu dinamis mencari yang baru,
memperbaiki diri, memajukan diri, agar tidak ketinggalan zaman, berusaha
menyongsong zaman yang akan datang. Tetapi, demikian itu dilakukan dalam
batasbatas menggoyahkan lembaga tidak sampai Pendidikan.
h) Memiliki diferensiasi, yaitu spesialisasi-spesialisasi. Organisasi pendidikan ada
bagian pengajaran, keuangan, kepegawaian, sarana prasarana, kesiswaan atau
kemahasiswaan, dan Dalam ketatausahaan. Masing-masing bagian ini masih dapat
dipecah lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

8
i) Ada prinsip equifinalty, yaitu banyak jalan untuk mencapai tujuan yang sama. Para
pendidik boleh berkreasi menciptakan cara-cara baru yang lebih baik dalam usaha
memajukan pendidikan.

C. KOMPONEN KOMPONEN PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM ( DEA )

Pendidikan dalam arti luas dipandang sebagai sutu sistem yang memiliki sejumlah
elemen atau unsur atau komponen komponen Pendidikan . Semua komponen komponen
Pendidikan mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain. Jika salah satu subsistem tidak
berjalan dengan baik, akan menganggu bekerjanya sistem, bahkan bisa menganggu
bekerjanya subsistem yang lain. Seluruh subsistem pendididkan diperlukan untuk mencapai
tujuan sistem ( Pendidikan ). Sebagaimana dikemukakan dalam bagian Pendidikan sebagai
sistem, bahwa suatu sistem memiliki komponen komponen ( subsistem ). Subsistem
merupakan kompnen atau bagian dari sistem yang lebih besar . subsistem ini berbentuk
fisik ataupun abstrak
.Berdasarkan pengertian subsistem itu sendiri, subsistem merupakan suatu sistem yang
berintegrasi di dalam sistem yang lain yang lebih besar.

Mudyhardjo (2012) mengemukakan sejumlah komponen dalam sistem Pendidikan


nasional yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan
Pendidikan yang diharapkan . Komponen komponen tersebut secara garis besar terdiri dari
masukan (input) pendidikan, transformasi (proses) pendidikan, dan hasil (output) pendidikan.

Namun untuk pembahasan selanjutnya komponen-komponen system pendidikan ini


dibatasi pada pendidikan formal baik pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah,
maupun Pendidikan tinggi dalam rangka mencapai tujuan suatu lembaga pendidikan tertentu,
yakni: tujuan pendidikan, pendidik (guru) dan tenaga kependidikan, peserta didik,
kurikulum/ materi pendidikan, metode pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi
pembelajaran, dan lingkungan pendidikan. Masing-masing dari komponen tersebut akan
dijelaskan satu persatu berikut ini.

1) Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah sasaran yang akan dicapai melalui proses pendidikan. Sebagai
suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting di antara
komponen- komponen pendidikan lainnya, karena seluruh komponen dari keseluruhan
kegiatan pendidikan dilakukan pencapaian tujuan tersebut. semata-mata terarah.

2. Peserta Didik
Peserta didik atau yang disebut juga dengan anak didik, siswa, atau murid merupakan subjek
didik atau subjek yang menjadi fokus dalam proses pendidikan. Berikut beberapa pengertian
tentang peserta didik:

9
a. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu (Undang-undang RINO. 20 Tahun 2003).
b. Peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya, ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus
guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya
(Tirtarahardja dan Sulo, 2008).
c. Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional (Hamalik dalam Hermino 2013 )

Peserta didik sebagai subsistem pendidikan merupakan masukan pokok dalam proses
transformasi pendidikan, mereka memiliki hak untuk memperoleh layanan pendidikan
(pembelajaran) dari pemerintah atau masyarakat luas sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya melalui lembaga sekolah. Mereka berperan sebagai individu yang belajar
menerima pengajaran dan didikan dari pendidik atau guru guna mewujudkan tujuan
pendidikan. Mereka memiliki kerakteristik yang berbeda-beda satu dengan lain misalnya
dalam hal fisik, kemampuan berpikir, inteligensi, emosi, bakat, minat, kebutuhan, motivasi,
kemampuan sosial, kreativitas, dan sebagainya.

3. Pendidik (Guru) dan Tenaga Kependidikan


Salah satu unsur penting lainnya dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah adalah
pendidik atau guru. Unsur ini adalah sebagai pelaku utama dan terdepan dalam pelaksanaan
pendidikan di tingkat instusional maupun instruksional. Dalam Undang-undang RI No20
Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian .

Pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan pendidikan bagi peserta didik di sekolah, sedangkan pihak yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan anak dalam keluarga atau dalam masyarakat adalah orangtua atau
orang dewasa lainnya. Orang tua disebut sebagai pendidik utama dan pertama bagi
pendidikan anak dalam keluarga, yang tidak kalah pentingnya dalam pembentukan
kepribadian anak dalam keluarga. Di samping hal itu, masyarakat baik secara individual,
kolektif, maupun lembaga juga memiliki peranan penting dalam proses pendidikan terutama
dalam pembentukan kepribadian anak. Akan tetapi untuk pembentukan kepribadian anak
secara utuh dibutuhkan kerja sama antara pendidik sekolah, orang tua, dan masyarakat.

Welton dan Mallan (1981) menekankan bahwa seorang pendidik atau guru perlu memahami
nilai dan pengajaran selama berinteraksi dengan peserta didiknya. Nilai berkaitan dengan

10
pengembangan kepribadian peserta didik untuk menjadi baik, sedangkan pengajaran
berkenaan dengan penyampaian atau proses interaksi antara pendidik dengan penyampaian
yang diajarkan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik. Terkait dengan tugas pendidik
atau guru dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dibutuhkan
pendidik atau guru yang profesional, sebagaimana telah digariskan dalam Undang-undang RI
No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa "guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah"

4) Kurikulum/ Materi Pendidikan

Unsur penting lainnya dalam pendidikan sebagai suatu sistem adalah kurikulum.
Dalam Undang-undang RI. No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional maupun
dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan digariskan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pendapat para ahli mengatakan
kurikulum merupakan seperangkat pengalaman yang mempunyai ant dan terarah untuk
mencapai tujuan tertentu di bawah pengawasan sekolah (Ahmad, 1989)Kurikulum juga
diartikan sebagai materi pendidikan dalam sebuah sistem pendidikan (Hermino, 2013)Materi
pendidikan adalah semua bahan pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Tatang 2012). Selanjutnya Hamalik (2010)
mengemukakan kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga
pendidikan bagi siswaMelalui program pendidikan tersebut, pesert didik melalukan berbagai
aktivitas belajar sehingga mendoron perkembangan dan pertumbuhannya sesuai tujuan
pendidikan yan telah ditetapkan.

5) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam Pendidikan
(pembelajaran)Keberhasilan proses pendidikan dalam mengantarkan peserta didik mencapai
tujuan pendidikan tidak terlepas dari peranan metode yang digunakanDengan metode yang
tepat, pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan sebaliknya jika penggunaan metode
tidak tepat bisa berpengaruh negatif pada pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, istilah
metode secara sederhana berarti cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran
agar tercapai tujuan pendidikanNana Sudjana menyatakan metode pembelajaran adalah cara
yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Kemudian Sri Anitah, dkk. (2007) menjelaskan metode mengajar adalah cara
yang dilakukan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar
yang efektif dalam pembelajaran. Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Syah
(1997) metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
kependidikan, khususnya dalam penyajian materi pelajaran kepada siswa

11
6) Media Pembelajaran
Salah satu komponen penting lainnya dalam pendidikan sebagai suatu sistem adalah
media pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi untuk memperlancar proses
pembelajaran dan belajar siswa di dalam kelas. Secara harfiah kata media berasal dari bahasa
Latin yaitu medium yang berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dijadikan sebagai alat perantara atau
pengantar pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan agar pesan yang disampaikan
mudah dipahami oleh penerima pesan Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi
rangsangan bagi siswa untuk belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting
dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar berlangsung secara efisien dan efektif.
Manfaat lain dari media pembelajaran ini adalah pengajaran menjadi lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. halan pengajaran menjadi lebih
dipahami oleh siswa, dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bervariasi.
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang dapat dipertimbangkan oleh guru untuk
digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: media visual, media audio, dan media adio.
visualMedia visual adalah media yang berisi pesan yang dapat dilihat; media audio adalah
media yang berisi pesan yang dapat didengar, sedangkan media audio visual adalah media
yang berisi pesan yang dapat dilihat sekaligus didengar.

7) Sarana dan prasarana pendidikan


Sarana dan prasarana adalah penting dalam keberlangsungan proses pendidikan.
Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang
memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi
fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Ketersediaan
sarana dan prasarana pendidikan akan mempermudah terjadinya proses pendidikan
(pembelajaran) dan membantu terwujudnya pencapaian tujuan pendidikan yang digariskan.
Sarana berarti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan misalnya, ruang,
buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya. Sedangkan prasarana berkaitan dengan
alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam pendidikan misalnya lokasi/tempat,
bangunan sekolah, fasilitas olahragadan sebagainya.

8) Evaluasi Pendidikan

Dalam Undang-undang RI NO. 20 Tahun 2003 ditegaskanevaluasi pendidikan adalah


kegiatan pengendalian, penjaminandan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk
pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian peran evaluasi
pendidikan dalam pendidikan sebagai suatu sistem sangat strategis untuk mengetahui fungsi
dari masing-masing komponen pendidikan terhadap pencapaian tujuan pendidikan

12
9). Lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah salah satu komponen pendidikan sebagai suatu sistem.
Lingkungan pendidikan adalah lingkungan yang melingkupi terjadinya proses pendidikan
(Kadir, dkk. 2014)Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Proses pendidikan selalu dipengaruhi oleh lingkur yang ada di sekitarnya, baik
lingkungan itu menunjang mau menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan.

D. TANTANGAN DALAM SISTEM PENDIDIKAN ( RENIKA )

Pendidikan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan dan kemajuan dalam


beberapa dekade terakhir, namun masih ada aspek yang perlu diperbaiki. salah satunyayang
menjadi masalah utama adalah kualitas pendidikan yang rendah. standar pendidikan di
banyak sekolah terutama daerah pedesaandan perkotaan yang kurang berkembang, masih
jauh dari kata memadai. kurikulum yang kurang relevan, fasilitas yang tidak memadai dan
lagi kurangnya sumber daya pendidik yang menjadi faktor utama yang meyebabkan
rendahnya kualitas pendidikan.
Selain itu, sistem evaluasi dan pengukuran prestasi pendidikan juga perlu adanya
perbaikan. Ujian Nasional yang masih menjadi penentu utama kelulusan meski sekarang
sudah berganti menjadi Asesmen Nasional, siswa cenderung mendorong pendekatan "belajar
untuk lulus" daripada mendalami pemahaman mengenai pembelajaran di sekolah. Hal ini
terjadi karena kurang nya motivasi siswa untuk memperoleh pengetahuan yang berkelanjutan
dan berkembang.
Selanjutnya, pendidikan di indonesia masih terlalu fokus pada pembelajaran
akademis semata. Padahal pada kenyataannya keterampilan praktis dan keahlian teknis yang
relevan didunia kerja sering di anggap sebelah mata dan diabaikan. Hal ini punya yang
menyebabkan terjadinya kesenjangan antara apa yang diajarkan disekolah dan apa yang di
butuhkan oleh pasar kerja. Sebagai hasilnya, lulusan sering menghadapi kesulitan dalam
menemukan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan yang mereka terima dimasa sekolah.
Pendidikan di Indonesia juga masih terjebak dalam pendekatan pengajaran yang tradisional
dan kurang inovatif. Metode pengajaran yang berpusat pada guru dan kurang memperhatikan
kebutuhan individual siswa yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman. Perlu
dilakukan transformasi menuju pendekatan yang lebih interaktif, kreatif, dan berpusat pada
siswa.
Secara keseluruhan, Pendidikan di Indonesia masih mengahadapi banyaknya
problematika dan tantangan yang perlu mengalami perubahan yang dapat diterima oleh
berbagai kalangan masyarakat baik di perkotaan dan di daerah harus di pastikan merata.
peningkatan kualitas pendidikan, inklusivitas, relevansi dan inovasi dalam pengajaran adalah
langkah-langkah penting yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa sistem pendidikan
Indonesia siap mengahdapi tuntutan dunia yang terus berkembang.
Berikut adalah tantangan yang harus dihadapi oleh sistem pendidikan dalam
langkah memperbaharui dan menciptakan pendidikan yang lebih baik.

13
1. Guru Belum Siap Menggunakan Teknologi

Banyak siswa dan guru berpenghasilan rendah tidak memiliki perangkat digital atau
keterampilan yang diperlukan untuk pembelajaran berbasis digital atau online ini. Menurut
data dari UNICEF, pada tahun 2020, sebanyak 67% guru melaporkan kesulitan dalam
mengoperasikan perangkat dan menggunakan online platform dalam proses pembelajaran.

2. Kesenjangan Pengetahuan dan Kemampuan dalam Teknologi

Faktor penyebab terjadinya kesenjangan pengetahuan dan kemampuan dari tenaga


pendidik maupun siswa, tak terlepas dari infrastruktur yang belum merata dan hanya terpusat
pada kota-kota besar saja. Hal ini didukung oleh hasil penelitian dari Badan Pusat Statistik
tahun 2012-2018 yang menyatakan bahwa rata-rata pengguna internet di wilayah pedesaan
hanya berkisar 40-48% saja dan sangat berbeda jauh dengan akses internet di perkotaan yang
berkisar 72%.

3. Keterampilan Digital yang Terbatas

Dengan keterampilan digital yang terbatas, guru tidak dapat memantau pembelajaran
siswa atau berkomunikasi secara efektif. Seperti kesulitan dalam memantau anak saat belajar
dari rumah juga mengakibatkan turunnya hasil belajar, dan siswa putus sekolah. Di tahun
2020, banyak siswa dan orang tua yang mengaku tidak mendapat “feedback” dari guru terkait
tugas atau ujian yang diberikan.

4. Ancaman Cybercrime
Kesadaran dan pengetahuan tentang literasi digital beserta keamanan digital masih
cukup rendah, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap kejahatan dunia maya atau
cybercrime. Cybercrime sendiri merupakan suatu tindakan kejahatan yang dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi internet. Contohnya seperti ujaran kebencian, penyebaran hoax,
cyber bullying, cyber harrashment, dan lain sebagainya yang berdampak negatif terhadap
perkembangan moral siswa dan merosotnya pendidikan karakter di Indonesia.
Oleh sebab itu, diperlukan adanya peran tenaga pendidik atau guru untuk membentuk
karakter siswanya dengan baik. Salah satu solusi yang paling efektif dalam menangani
cybercrime di Indonesia yakni dengan literasi digital

14
BAB II
RUMUSAN MASALAH

A. Hasil Temuan Masalah

Dari hasil observasi yang tim kelompok lakukan di sekolah Pondok Pesantren Dar
Al Ma’arif, Hasil temuan masalah dalam sistem pendidikan termasuk kualitas pendidikan
rendah, kurangnya fasilitas dan sumber daya manusia, evaluasi yang tidak efektif,
kurikulum yang kurang relevan, pendekatan pengajaran tradisional, kesenjangan
teknologi, dan ancaman cybercrime. Untuk memperbaiki sistem pendidikan, perlu
dilakukan perubahan dalam kurikulum, pelatihan guru, peningkatan fasilitas, dan
pengembangan literasi digital, serta melibatkan semua pemangku kepentingan dalam
proses perubahan.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu Penelitian
Lokasi: Pondok Pesantren Dar Al Ma’arif
Hari dan tanggal: Jumat, 15 September 2023
Pukul: Dimulai dari 10.00 sd. 11:30
B. Subjek Peneltiian
Guru / Tenaga Pendidik
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara
yang mana kami sudah mempersiap kan daftar pertanyaan yang mana pertanyaan
tersebut kami tanyakan kepada pengajar atau pendidik yang ada di sekolah
tersebut.
D. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data primer, yaitu diperoleh langsung oleh peneliti.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara, maka sumber
datanya adalah guru pada sekolah tersebut
E. Teknik Analisa Data
Analisis Konten (Content Analysis):
Metode ini melibatkan penyelidikan teks wawancara secara rinci.
- Setiap pernyataan atau komentar diidentifikasi dan dikategorikan berdasarkan
isinya.
- Ini membantu dalam mengidentifikasi pola dan tren dalam data, seperti jenis
masalah yang sering muncul, penyebabnya, atau saran yang diajukan.

16
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

A. Hubungan Masalah dengan Konsep Teori BAB I

Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan tim kelompok pada sekolah Pondok
Pesantren Dar Al Ma’arif dan memperoleh permasalahan pada Bab II. Jika dikaitkan pada
teori di Bab I Permasalahan ini berhubungan dengan hakikat sistem yaitu adalah
seperangkat unsur saling berhubungan dan saling memengaruhi dalam satu lingkungan
menyatakan sistem merupakan tertentu. Rapoport (1997) menyatakan sekumpulan elemen
yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan. Ackof (1997) melihat pengertian
sistem dari dua sisi yaitu dari sisi konseptual dan obyek fisik. Pengertian sistem secara
konseptual menunjukkan suatu kerangka berpikir yang terdiri dan sejumlah komponen
yang saling berhubungan dan saling memengaruhi, kemudian system dilihat dari objek
fisik mempunyai bagian-bagian yang saling berhubungan satu dengan lain sehingga
memberi makna tertentu.

Dari hasil wawancara yang kami dapat kami menumukan bahwa sistem
pendidikan di sekolah tersebut masih banyak kekurangan nya yang mana ini harus segera
di benahi dengan cepat salah satunya adalah pemanfaatan teknologi yang mana di jaman
sekarang semua orang harus dapat memanfaatkan teknologi dengan baik untuk
meningkatkan hasil pembelajaran di sekolah tersebut dan dapat memperbarui sistem ke
jaman yang sekarang.

17
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. BAB I (Kajian Teori)
Ada beberapa Tentang Sistem Pendidikan yang sudah dibahas tim kelompok pada
Bab I yaitu Hakikat Sistem, Ciri-ciri Pendidikan Sebagai suatu sistem, Komponen
pendidikan sebagai suatu sistem,dan tantangan dalam sistem pendidikan.

2. BAB II (Permasalahan)
Permasalahan yang terjadi di peserta didik di sekolah tersebut yaitu masih banyak
sistem yang harus di benahi atau di tingkatkan untuk menaikan kualitas belajar yang
lebih baik lagi

3. BAB III (Metode Penelitian)


Subjek dari penelitian ini adalah para gutu atau tenaga pendidik dengan
menggunakan Teknik penngumpulan data berupaa wawancara . Sumber data yang tim
kelompok gunakan yaitu .

4. BAB IV (Pembahasan Kasus)


Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan tim kelompok pada sekolah Pondok
Pesantren Dar Al Ma’arif dan memperoleh permasalahan pada Bab II. Jika dikaitkan
pada teori di Bab I Permasalahanini berhubungan dengan Hakikat Sistem Pendidikan

B. Saran
1. Rekayasa Ide
Solusi dari permasalahan tersebut yaitu dibutuhkan nya literasi pemahaman tentang
teknologi atau digitalisasi tentang
- Meningkatkan Infrastruktur Digital: Pemerintah dan sponsor swasta dapat
memberikan dana tambahan untuk meningkatkan infrastruktur digital di sekolah.
Ini bisa mencakup peningkatan konektivitas internet, pembelian perangkat keras
dan perangkat lunak baru, atau peningkatan sumber daya manusia melalui
pelatihan dan pengembangan profesional.

- Mengintegrasikan Literasi Digital ke dalam Kurikulum: Literasi digital harus


diberikan ruang dalam jadwal sekolah dan juga berperan dalam mata pelajaran
seperti sains, matematika, dan bahasa. Selain itu, literasi digital juga harus
diajarkan

18
bersama dengan materi yang memahami tempat di mana perangkat lunak akan
"bekerja".

- Mengembangkan Keterampilan Literasi Digital: Untuk menjadi melek digital,


siswa perlu mengembangkan berbagai keterampilan. Mereka perlu mampu
menggunakan teknologi untuk mencari dan membuat konten, memecahkan
masalah dan berinovasi. Mereka juga perlu mampu terhubung dan berkomunikasi
secara efektif secara online, belajar, berkolaborasi dengan teman sebaya, dan
menemukan dan berbagi informasi baru.

- Mengajarkan Kesadaran Keamanan Digital: Siswa perlu diajarkan bagaimana


mengenali risiko, tetap aman secara online, melindungi kesejahteraan fisik dan
emosional mereka, dan mempraktikkan perilaku online yang positif
2. Project

Melakukan sosialisasi mengenai penggunaan literatur digital dan penggunaan semua


fitur digital yang membantu siswa dalam melakukan pembelajaran. Literatur digital juga akan
dijadikan sarana pembelajaran untuk siswa agar bisa lebih meningkatkan tingkat literasi
digital yang rendah, melalui tugas phraprase dari buku atau review buku.

Penyediaan sarana dan media pembelajran yang baik, mendukung pertumbuhan siswa
dari segi kepintaran kognitif dan juga emosional.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmdai, d. (2015). Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.


Afandi, Muhamad, et al. "Model dan metode pembelajaran." Semarang: Unissula (2013).
Nasution, Mardiah Kalsum. "Penggunaan metode pembelajaran dalam peningkatan hasil
belajar siswa." STUDIA DIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Bidang Pendidikan 11.01
(2017): 9-16.
Afandi, Chamalah, dan Wardani. 2013. Model dan Metode Pembelajaran di
Sekolah. Semarang. UNISSULA PRESS

Ginting, R. V. B., Arindani, D., Lubis, C. M. W., & Shella, A. P. (2022). LITERASI
DIGITAL SEBAGAI WUJUD PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI ERA
GLOBALISASI. JURNAL PASOPATI ‘Pengabdian Masyarakat dan Inovasi
Pengembangan Teknologi’.

Sumiati, E., & Wijonarko. (2019.). MANFAAT LITERASI DIGITAL BAGI


MASYARAKAT DAN SEKTOR PENDIDIKAN PADA SAAT PANDEMI COVID-
19.

Gabriella. (2020.). Urgensi kompetensi literasi digital dalam pembelajaran pada masa …
UNY.

20
MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

“ALAT-ALAT PENDIDIKAN”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5:

ANANDINI NAOMI PUTRI (1221151009)

CITRA AGATHA SINAGA (1223151007)

FETRAYANA GULTOM (1222451016)

NILA ARFIENA (1223351023)

MATA KULIAH : ILMU PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. NURAINI, M.S

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan
KaruniaNya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok berupa makalah dengan judul
“Alat-alat Pendidikan” untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Pendidikan” yang dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana,yang tepat pada waktunya,walaupun dalam proses
penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi ,dan masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa,ataupun penulisannya.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yth:
Ibu Prof. Dr. Nuraini M.S, selaku dosen pengampuh mata kuliah Ilmu Pendidikan, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada kami serta kepada semua pihak yang turuut
membantu kelancaran dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu.

Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan tambahan pemikiran dan
membantu menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan
terkhusus kamisecara pribadi sebagai penulis,serta mengharapkan masukan-masukan,saran dan
kritik yang bersifat membantu bagi kesempurnaan makalah ini,sehingga kam dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini kedepannya.

Medan, September 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

KAJIAN TEORI..............................................................................................................................1

A. Pengertian Alat Pendidikan (Nila Arfiena)...........................................................................1

B. Bentuk-Bentuk Alat Pendidikan (Fetrayana Gultom)..........................................................2

C. Karakteristik Alat Pendidikan (Citra Agatha Sinaga)..........................................................4

D. Fungsi Alat Pendidikan (Anandini Naomi Putri).................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................6

BAB III............................................................................................................................................7

METODE PENELITIAN................................................................................................................7

A. Subjek...................................................................................................................................7

B. Teknik Kumpulan Data.........................................................................................................7

C. Sumber Data.........................................................................................................................7

D. Analisis.................................................................................................................................7

BAB IV............................................................................................................................................8

PEMBAHASAN..............................................................................................................................8

BAB V...........................................................................................................................................10

KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................................10

A. Kesimpulan.........................................................................................................................10

B. Saran...................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

ii
iii
BAB I

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Alat Pendidikan (Nila Arfiena)

Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan


digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan tertentu atau dengan kata lain alat
pendidikan adalah situasi, kondisi, tindakan dan perlakuan yang diadakan secara
sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Sumitro, 2005). Menurut
Marimba, “Suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya
suatu tujuan pendidikan yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor
pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan
pendidikan yang diinginkan”. Sedangkan Ahmadi dan Uhbiyati, “Hal yang tidak
saja memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan
mendidik, tetapi alat pendidikan itu telah mewujudkan dirinya sebagai perbuatan
atau situasi dengan perbuatan dan situasi tersebut, dicita-citakan dengan tegas
untuk mencapai tujuan pendidikan”.
Alat pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan tertentu. Misal
mendidik anak untuk makan dengan baik/sopan maka alat pendidikan yang sesuai
adalah memberi contoh. Pendidik harus memahami peranan alat tersebut dan
cakap menggunakannya, pendidik harus mengetahui karakteristik peserta
didiknya, harus disesuaikan pula dengan situasi, kondisi, ruang dan waktu
Penggunaan alat pendidikan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan
oleh pendidik harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Tujuan apakah yang akan dicapai dengan alat itu, apakah untuk
mengembangkan dan memelihara pelaku siterdidik yang positif
ataukah untuk memberhentikan perilaku yang tidak dikehendaki
oleh pendidik
2. Apa bentuk alat yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Siapa (pendidik) yang menggunakan alat itu, apakah guru
disekolah/dikelas, kepala sekolah, konselor sekolah, orangtua, atau
orang dewasa lainnya yang berhadapan dengan (anak terdidik).
4. Anak (si terdidik) yang menggunakan alat itu, yang dapat dilihat
dari tingkat usia (anak balita, anak taman kanak-kanak, anak
sekolah dasar, anak 6 menengah, atau anak remaja), dilihat dari
jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), atau dilihat dari kondisi
anak, dan sebagainya.
5. Bagaimana menggunakan alat itu, apakah pendidik melakukan
dengan konsisten, adil, dan berkesinambungan.

B. Bentuk-Bentuk Alat Pendidikan (Fetrayana Gultom)


1. Pembiasaan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting sekali,
terutama anak-anak kecil (anak usia dini). Pedekatan pembiasaan sangat
efektif dalam menanamkan nilai positf ke dalam diri anak didik, dan
sangat efektif mengubah kebiasaan negatif. Tujuan pembiasaan dilakukan
agar anak memperoleh sifat-sifat dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan batu
yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan
waktu (konseptual), selaras dengan norma dan tata nilai moral yang
berlaku baik yang besifat religius maupun tradisonal dan kultural.

2. Pengawasan
Pengawasan merupakan kegiatan melakukan pengamatan yang
telaten terhadap perkembangan anak didik untuk memastikan apakah
aturan-aturan dan larangan-larangan dapat berjalan dan ditaati dengan baik
atau tidak. Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak-anak,
tanpa pengawasan berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya.

3. Perintah
Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan
sesuatu atau aturan dari pihak atas yang harus dilakukan. Perkataan dalam
situasi Pendidikan berarti perkataan dari seorang pendidik kepada anak

5
didik dengan maksud agar anak melakukan sesuatu yang baik dalam
perilakunya sesuai dengan keinginan pendidik. Tiap-tiap perintah dan
peraturan dalam pendidikan mengandung norma kesusilaan, dan
mengandung tujuan kearah perbuatan Susila.

4. Larangan
Larangan adalah perintah (aturan) yang melanggar suatu perbuatan.
Larangan merupakan kalimat perintah yang digunakan untuk melanggar
seseorang agar orang tersebut tidak melakukan seperti apa yang dilarang si
penutur kalimat tersebut. Larangan itu biasanya kita keluarkan jika anak
melakukan sesuatu yang tidak baik yang merugikan atau yang dapat
membahayakan dirinya.

5. Penguatan (Reiforcefement)
Penguatan merupakan respon yang diberikan oleh seorang
pendidik terhadap perilaku atau perbuatan anak yang dianggap positif, dan
menyebabkan kemungkinan berulangnya Kembali atau meningkatnya
perilaku tersebut.

6. Hukuman (Tindakan tegas yang mendidik)


Hukuman merupakan masalah etis yang menyangkut soal buruk
dan baik, soal norma-norma. Hukuman dalam proses Pendidikan ialah
penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan demgan sengaja oleh
seseorang sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan.
hukuman adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan sengaja oleh
guru kepada anak didik yang langgar dengan harapan agar anak tersebut
menyadari perbuatannya dan berjanji tak akan mengulanginya.

7. Pengakuan dan Penghormatan


Pengakuan dan penghormatan dalam hubungannya dengan
pendidikan antara peserta didik dan pendidik diharapkan terjadi saling
timbal balik. Pengakuan dan penghormatan kepada pendidik (guru dan

6
orang tua) timbul sebagai wujud dari kewibawaan yang tinggi dari anak
didik.

8. Kasih sayang dan Kelembutan


Kasih sayang dan kelembutan dalam mendidik anak merupakan
alat pendidikan penting lamnya yang perlu diperhatikan ok pendidik. Agar
anak dapat bertingkah laku yang baik sesuai ukuran kenormatifan tujuan
pendidikan harus selalu dilandasi oleh kasih sayang dan penuh
kelembutan.

9. Keteladanan
Keteladan dalam pendidikan merupakan alat pendidikan yang tidak
kalah pentingnya dengan alat pendidikan lainnya seperti diuraikan di atas.
Pendidik di sekolah adalah guru yaitu sosok orang yang digugu dan yang
ditiru. Keteladanan perlu juga dalam mendidik anak dengan begitu anak
dapat meniru dan meneladani seseorang dalam berbuat.

C. Karakteristik Alat Pendidikan (Citra Agatha Sinaga)

Abu Ahmadi (2001, hal 140) mengatakan bahwa alat pendidikan adalah
“hal yang tidak saja memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya
kegiatan mendidik, tetapi alat pendidikan itu telah meujudkan di perbuatan atau
situasi, dengan perbuatan dan situasi mana, dicita-citakan dengan tegas untuk
mencapai tujuan pendidikan”. Dari definisi tersebut, dipahami bahwa alat
pendidikan dimaknai secara luas berupa segala aktifitas yang dilakukan atau
situasi yang diciptakan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.

Madyo Ekosilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Alat pendidikan material


Alat pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan
yang berupa benda-benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan. Misalnya papan tulis, Alat tulis, penghapus, media pendidikan
dalam pembelajaran.

7
2. Alat Pendidikan NonMaterial
Alat Pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat
pendidikan yang berupa keadaan atau kondisi, tindakan dan perbuatan
yang diadakan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam
kegiatan pendidikan. (Modyo Ekosusilo, 1985).

Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih alat pendidikan,
yaitu :

1. Tujuan yang ingin dicapai


2. Orang yang menggunakan alat. Kondisi peserta didik berupa situasi
dan kondisi peserta didik seperti usia, kondisi psikologis, gaya belajar
peserta didik, dan lainnya.
3. Kondisi kemampuan material sekolah. Efektivitas penggunaan alat
tersebut dengan tidak melahirkan efek tambahan yang merugikan.
4. Kondisi pendidik sebagai subyek pendidikan, berupa kemampuan dan
ketrampilan pendidik dalam menggunakan alat.
5. Kondisi lokasi/tempat belajar.

D. Fungsi Alat Pendidikan (Anandini Naomi Putri)


Amir Daien Indra Kusuma menyebut fungsi alat pendidikan sebagai
langkahlangkah yang diambil demi kelancaran proses pendidikan. Sementara itu,
Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan dari aspek fungsinya, yakni alat
sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah pencapaian tujuan,
dan alat sebagai tujuan (untuk mencapai tujuan selanjutnya).

Menurut A. Soedomo Hadi (2005: 81) alat pendidikan adalah hal yang
tidak saja membuat kondisi-kondisi memungkinkan terlaksananya pekerjaan
mendidik, tetapi alat mendidik itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau
situasi yang di cita-citakan dengan tegas untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Levie & Lentz yang dalam oleh Azhar Arsyad (2009: 16), fungsi alat
pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Atensi.

8
Yaitu menarik dan mengarahkan peserta didik untuk berkonsentrasi kepada
pelajaran yang disampaikan lewat alat tersebut.
1. Fungsi Afektif.
Yaitu tingkat kenikmatan peserta didik dalam belajar memahami teks atau
gambar.
2. Fungsi Kognitif.
Memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam teks atau gambar.
3. Fungsi Kompensatoris.
Mengakomodasi siswa yang lemah atau lambat memahami dan
menerimaisi pelajaran yang disajikan dengan teks saja atau secara verbal.

BAB II

RUMUSAN MASALAH

2.1 Kasus I: Ketidakefektifan pemberian hukuman oleh guru kepada siswa

Pada sekolah yang kami teliti Guru tidak bisa melakukan tindakan-
tindakan yang melibatkan hukum yang melanggar HAM. Karena adanya undang-
undang hukum HAM yang berlaku, sekolah menjadi tidak bisa melakukan
hukuman seperti dulu yaitu memukul, mencubit, dan lain-lain. Jadi sekolah hanya
menerapkan catatan ataupun anekdot sebagai alat Pendidikan yang berlaku di
sekolah. Yang dimana berisi poin-poin kenakalan siswa dan apabila dalam catatan
anekdot 3 kali berturut-turut melanggar peraturan maka orangtua siswa akan
dipanggil ke sekolah.

2.2 Kasus II: Rendahnya kedisplinan siswa dalam mematuhi perintah guru

Kurangnya keefektifitas dalam pemberian hukuman oleh guru dalam


mengatasi pelanggaran disiplin siswa. Maka akan memberikan peluang bagi siswa
untuk melanggar kedisplinan. Hal ini sesuai dengan fenomena yang ditemukan di
sekolah. Dalam melaksanakan perannya, guru sering kali menjumpai

9
permasalahan, diantaranya adalah kurangnya kepatuhan siswa terhadap hal-hal
baik yang disampaikan oleh guru.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek

Guru Bimbingan dan Konseling dan Siswa pada sekolah SMP Swasta
Pertiwi

B. Teknik Kumpulan Data

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab


lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak yang
mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara.

C. Sumber Data

Data ini bersumber dari informan yaitu guru Bimbingan dan Konseling di
SMP Pertiwi. Penulis juga mencantumkan dari jurnal ataupun buku.

D. Analisis

10
Teknik analisis dari hasil penelitian tentang masalah yang terjadi mengenai
alat-alat pendidikan 4 model analisis data yaitu, pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil wawancara dengan guru
bimbingan dengan konseling di temukan bahwa hukuman yang diberikan hanya
mengisi anekdot yang dimana apabila sudah 3 kali terdapat catatan anekdot maka
orangtua siswa akan dipanggil ke sekolah. Pada hasil wawancara juga ditemukan
bahwa masih banyak siswa yang tidak mematuhi perintah guru dan melanggar
peraturan.

BAB IV

PEMBAHASAN

Kasus 1: Ketidakefektifan pemberian hukuman oleh guru kepada siswa


Pengkajian tentang hukum dalam konteks Pendidikan tentu tidak sama
dengan pengkajian hukum dalam konteks berbangsa dan bernegara. Tujuan
hukuman yang diterapkan dalam situasi Pendidikan adalah dalam rangka
mengembangkan dan mewujudkan harkat dan martabat manusia. Hukuman
sebagai alat Pendidikan senantiasa merupakaan jawaban atas suatu pelanggaran,
sedikit-banyaknya selalu bersifat tidak menyenangkan, selalu bertujuan kearah
perbaikan, dan hukuman itu hendaknya diberikan untuk kepentingan anak itu
sendiri. Kompri (2016:291) punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi.
Hukuman biasanya dilakukan ketika apa yang menjadi target tertentu tidak
tercapai atau ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma-norma yang
diyakini oleh sekolah tersebut.

11
Setiap pelanggaran yang dilakukan sekolah memberikan hukuman hanya
melalui pengisian catatan anekdot yang dimana apabila siswa melanggar 3 kali
peraturan, sekolah akan melakukan panggilan orangtua siswa. Terlalu
mengandalkan keterlibatan orangtua dapat menyebabkan anak terlalu sering turun
tangan untuk menangani permasalahan yang seharusnya ditangani oleh anak.
Anak juga menjadi kurang dewasa karena akan selalu bergantung pada orangtua
dalam menyelesaikan setiap masalahnya dan juga dapat menghambat kemandirian
dan motivasi anak untuk mematuhi peraturan sekolah.

Seperti beberapa pertimbangan agar tindakan pemberian hukuman


berfungsi efektif pada kajian teori pada buku ilmu Pendidikan yaitu pada dasarnya
hukuman yang diberikan bukan untuk menakut-nakuti anak, tetapi untuk membuat
dia insyaf atas tingkah lakunya yang buruk. Tiap-tiap hukuman harus diberikan
dengan sadar dan sudah diperhitungkan telebih dahulu dengan matang. Pendidik
hendaknya memberikan hukuman bagi anak harus dapat dirasakan sebagai
penderitaan yang sesungguhnya, sampai ia merasa menyesal atas tingkah lakunya
yang buruk. Hukuman yang diberikan harus disesuaikan dengan kepribadian
peserta didik.

Kasus 2: Rendahnya kedisplinan siswa dalam mematuhi perintah guru


Dasar utama pembentukan kepribadiaan seorang anak didapatkan di dalam
keluarga, kemudian lingkungan masyarakat yang akan membentuk kebiasaan pada
diri seorang anak. Sedangkan lingkungan sekolah bertanggung jawab untuk
membentuk suatu karakter yang bertanggung jawab dan suatu kedisiplinan dalam
diri anak. Tujuan adanya peraturan dan tata tertib di sekolah adalah untuk
mencapai keharmonisan dan suatu ketentraman di suatu lingkungan sekolah.
Contohnya seperti peraturan tentang penggunaan seragam sekolah, jam belajar,
jam istirahat, dan lain sebagainya (Maria J Wantah, 2011) Perintah merupakan
salah satu alat penting dalam s membe pendidikan anak. Perintah adalah perkataan
yang bermaksat menyuruh melakukan sesuatu atau aturan dari pihak atas yang
akan dilakukan. Perintah berarti menyuruh seseorang melakukan sesuatu tertentu.

12
Dengan demikian perintah merupakan perkataan dan seseorang kepada orang lain
baik perorangan maupun kepa sejumlah orang (kelompok) yang bermaksud
melakukan sesuatu seperti apa yang diutarakan penuturnya sesuai dengan
keinginan pemberi aturan.

Banyak siswa yang sudah mulai merokok dari usia dini dan banyak yang
tidak mematuhi aturan cara berpakaian yang benar. Hal tersebut mungkin juga
dikarenakan sanksi yang diberikan pada zaman sekarang tidak sekeras yang
diberlakukan di dahulu kala sehingga para siswa seringkali untuk menyepelekan
atau meremehkan hukuman tersebut dan tidak mempunyai kesadaran dan
tanggung jawab yang tinggi pada diri mereka. Kebiasaan seorang siswa juga
sangat berpengaruh terhadap dirinya, mereka sering melakukan hal tanpa
kesadaran diri dan tanggung jawab yang tinggi sehingga merubah kebiasaan
mereka menjadi kebiasaan yang buruk.

Tingkat kedisiplinan sangat rendah dikarenakan ada faktor kurangnya


perhatian dari pihak sekolahan yang seharusnya dilakukan untuk menertibkan
siswa yang berkelakuan kurang disiplin, hal tersebut dapat disebabkan karena
menurunnya kualitas hukuman yang diberikan karena perintah dari pusat dan
pemerintah karena sering disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab untuk melakukan hal yang tidak sepantasnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Kesimpulan BAB I
Alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran
proses pelaksanaan pendidikan. Jadi alat pendidikan itu berupa usaha dan
perbuatan yang secara konkrit dan tegas dilaksanakan, guna menjaga agar proses
pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil, Namun secara umum, alat
pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan

13
pendidikan. Karakteristik alat pendidikan menjadi bagian yang perlu dipahami
oleh pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan.

2. Kesimpulan BAB II
Pada permasalahan yang kami sampaikan dapat disimpulkan bahwa kasus
1 dan kasus 2 saling berkaitan. Karena kurangnya keefektifitas dalam pemberian
hukuman oleh guru dalam mengatasi pelanggaran disiplin siswa akan memberikan
peluang pelanggaran bagi siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah.

3. Kesimpulan BAB III


Subjek pada penelitian kami yaitu guru Bimbingan dan Konseling di SMP
Pertiwi Medan. Teknik pengumpulan datanya yaitu observasi dan wawancara.

4. Kesimpulan BAB IV
Berdasarkan permasalahan yang terdapat di sekolah tersebut dapat disimpulkan
bahwa sekolah melanggar/tidak sesuai dengan teori bentuk-bentuk alat Pendidikan
yaitu hukuman dan perintah. Yang dimana hukuman yang diberikan kepada siswa
tidak edukatif dan mendidik dan masih banyaknya murid yang melanggar perintah
guru.

B. Saran
1. Rekayasa Ide
KASUS 1: Ketidakefektifan pemberian hukuman oleh guru kepada
siswa

- Pada kasus 1 yaitu permasalahan ketidakefektifan pemberian hukuman


oleh guru kepada siswa kami membuat poster bagaimana contoh dari
hukuman yang mendidik. Dengan tema “Urgensi Hukuman Edukasi di
Sekolah” untuk meningkatkan nilai karakter edukasi siswa
KASUS 2: Rendahnya kedisplinan siswa dalam mematuhi perintah
guru

14
- Pada kasus 2 yaitu rendahnya kedisiplinan siswa dalam mematuhi
perintah guru maka kami membuat sosialisasi tentang “penerapan
kedisiplinan bagi siswa/I dalam menaatai aturan sekolah”

2. Projek
- Kasus 1 (Membuat Poster)
Langkah-langkah pembuatan poster kami yaitu:
 kami membuat poster tentang bentuk hukuman
edukatif oleh guru kepada siswa
 Kemudian poster dapat di tempel di mading sekolah
atau juga bisa kita share ke social media.
Kesimpulan hasil Poster:

Dengan begitu poster yang kami buat mungkin dapat


membantu pihak-pihak sekolah dalam memberikan
hukuman terdidik sekaligus dapat mengedukasi siswa.

- Pada kasus 2 (Membuat Sosialisasi)


Membuat Sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran nilai kedisplinan
siswa.

1. Bentuk Kegiatan: Sosialisasi


2. Tujuan Kegiatan: Meningkatkan kesadaran nilai kedisplinan siswa
3. Penanggungjawab: Kelompok 5.
4. Sasaran Kegiatan: Siswa SMP Pertiwi Medan.

15
5. Durasi Pelaksanaan: 50 Menit
Langkah-langkah Pelaksanan sosialisasi yaitu sebagai berikut:

1. Pelaksanan: penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud


dan tujuan sosialisasi
2. Ice breaking: melakukan permainan konsentrasi dan menambah
semangat siswa
3. Penjelasan materi: penulis menyampaikan materi terkait topik
sosialisasi
4. Penayangan video: penulis menayangkan video tentang kedisiplinan
untuk menguji pemahaman siswa mengenai kedisiplinan
5. BMB3: peserta didik mengisi BMB3 terkait video yang ditayangkan.
Sekaligus memberikan reward bagi siswa yang berani memberikan
pendapatnya.
6. Sesi tanya jawab: melakukan diskusi melalui tanya jawab terkait topik
sosialisasi
7. Penutup: penutupan sosialisasi.
Kesimpulan Hasil Sosialisasi:

Hasil dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan untuk meningkatkan


kesadaran nilai kedisiplinan siswa menunjukkan dampak positif terhadap
pemahaman dan perilaku siswa dalam lingkungan pendidikan. Melalui
pendekatan ini, terlihat bahwa tidak hanya konsep hukuman yang
disampaikan, tetapi juga penekanan diberikan pada aspek-aspek penting,
seperti pembangunan karakter, penumbuhan tanggung jawab, dan
penguatan motivasi intrinsik siswa. Dalam proses sosialisasi, siswa terlibat
dalam diskusi, presentasi, dan kegiatan kolaboratif yang merangsang
pemikiran kritis mereka terkait kedisiplinan. Informasi disampaikan secara
interaktif untuk memastikan bahwa peserta sosialisasi benar-benar terlibat
dan memahami nilai-nilai yang ingin ditanamkan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa kegiatan sosialisasi ini berhasil mencapai tujuannya
dalam meningkatkan kesadaran nilai kedisiplinan siswa. Pendekatan ini
bukan hanya memberikan solusi instan berupa hukuman, tetapi juga

16
memberdayakan siswa untuk menjadi individu yang bertanggung jawab
dan memiliki motivasi untuk menjaga kedisiplinan secara berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Akyuni, Q. (2022). Alat Pendidikan Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Anak.

Annisah, S. (2017). Alat Peraga Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah


Pendidikan.

Hidayat, R., & Abdillah. (2019). Ilmu Pendidikan: Konsep, Teori dan
Aplikasinya. Medan: LPPPI.

J, F. Y. (2022). Optimalisasi Penggunaan Penggunaan Alat Pendidikan yang


Mendidik oleh Pendidik Professional. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan.

17
Kosim, M. (2021). Pengantar Ilmu Pendidikan. Depok: Rajawali Pers.

Mahmudi. (2022). Ilmu Pendidikan Mengupas Komponen Pendidikan.


Yogyakarta: Deepublish.

Ma'sum, T. (2021). Alat-Alat Pendidikan dalam Persepektif Islam. STAIDA


Krempyang.

Sesmiarni, Z., & Septia, R. (n.d.). Perencanaan Pembelajaran. Yogyakarta:


Bintang Semesta Media.

Yahya, M. (2020). Ilmu Pendidikan. Jember: IAIN Jember Press.

Yusnadi. (2023). Ilmu Pendidikan. Medan: Halamanmoeka.

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN


“ PENDIDIKAN DAN BELAJAR SEPANJANG HAYAT’’

18
Dosen Pengampu : Dr. NUR’AINI,.MS

DISUSUN OLEH :
DWI PRATIWI SIREGAR : 1223151006
RONA AULIA : 1223351025
SHABILA HUSNA : 1223351019
SILVI ANANDINI HARAHAP : 1223151009

PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat

19
dan karunia- Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan baik dan
selesai pada waktu yang telah ditentukan .
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Pendidikan yaitu Ibu Dr. Nur’aini,. MS dan juga kepada seluruh rekan –
rekan yang telah banyak memberikan masukan untuk penulisan laporan ini.
Kami juga mengakui bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
baik kata, kalimat maupun isi dari setiap pembahasan yang ada . Maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusunan dan
pembaca untuk menambah wawasan nya. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terima kasih.

Medan, 21
September 2023

Kelompok 6

20
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I 1KONSEP TEORI
1.1 Tinjauan Konsep Pendidikan Dan Belajar Sepanjang Hayat (Silvi)
1.2 Pendidikan Dan Belajar Sepanjang Hayat Dalam Memenuhi Kebutuhan
Manusia (Silvi)
1.3 Sistem Pendidikan Dan Belajar Sepanjang Hayat Menuju Sistem Belajar
Masyarakat (Shabila)
1.4 Tahapan Pendidikan Sepanjang Hayat (Dwi)
1.5 Ciri – Ciri Pendidikan Sepanjang Hayat (Dwi)
1.6 Pendidik Dan Pendidikan Sepanjang Hayat (Rona)
1.7 Manfaat Pembelajaran Seumur Hidup (Rona)
BAB 2 RUMUSAN MASALAH
2.1 Kendala Menggunakan Teknologi Di Era 4.0
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Subjek
3.2 Pengumpulan Data
3.3 Sumber Data
3.4 Analisis
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Perkembangan Teknologi Menuntut Munculnya Konsep Pendidikan
Sepanjang Hayat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

21
BAB I

KONSEP TEORI

1.1 TINJAUAN KONSEP PENDIDIKAN DAN BELAJAR


SEPANJANG HAYAT (SILVI)
Pendidikan itu tidak hanya bagi anak, tetapi juga penting bagi orang yang
sudah dewasa (usia tua sampai lanjut usia). Konsep ini menandai awalnya
pendidikan orang dewasa, termasuk orang-orang yang berkebutuhan khusus.
Konsep pendidikan orang dewasa tersebut dipandang secara tersirat telah
memunculkan konsep pendidikan seumur hidup, yaitu pengenaan pendidikan bagi
seseorang itu tidak hanya sampai masa sekolah, tetapi juga harus berlanjut terus
menerus sampai pada masa dewasa. Implikasi pendidikan sepanjang hayat
perspektif Islam dalam kehidupan sehari-hari meliputi pendidikan keluarga,
pendidikan sekolah dan pendidikan di lingkungan masyarakat. Pendidikan di
dalam keluarga merupakan pendidikan yang pertama kali diperoleh seseorang dan
keluarga berperan penting dalam menerapkan pendidikan sejak anak dalam
kandungan.
Konsep pendidikan sepanjang hayat (life long education) juga dikenal
dengan konsep pembelajaran sepanjang hayat (Lifelong Learning). Lifelong
learning juga sering disebut dengan istilah belajar sepanjang hayat. Perkembangan
konsep ini sekitar tahun 1970-an yang menjadi penekanannya adalah
menggunakan istilah lifelong learning pada istilah belajar sepanjang hayat.
Gustavsson 1995, Boshier 1998 dikutip kembali oleh John Field (2001)
menjelaskan bahwa pada tahun 1960-an dan 1970-an, belajar seumur hidup
sebagai konsep adalah humanistik dan bahkan radikal, tetapi sejak itu 1990-an
telah menjadi semakin ekonomis dan konservatif dalam implikasinya. Sedangkan
David N. Aspin, Judith. Chapman (2000) menjelaskan bahwa istilah 'belajar
seumur hidup digunakan dalam berbagai konteks yang luas dan memiliki cakupan
yang luas, sehingga sering tidak jelas. Mungkin karena alasan itu operasionalisasi
dan implementasi belum banyak dilakukan.
Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat, berbagai jenis kegiatan

22
pendidikan yang ditempuh oleh seseorang dipandang sebagai suatu keseluruhan.
Seluruh sektor pendidikan baik informal, nonformal, maupun pendidikan adanya
merupakan suatu sistem yang terpadu. Konsep ini muncul karena
didalam kehidupan masyarakat senyatanya muncul kebutuhan untuk mempelajari
sesuatu baik pengetahuan, ataupun keterampilan dan atau nilai-nilai tertentu.
Suatu masyarakat yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan
masyarakat yang belum maju. Apabila sebahagian besar masyarakat suatu bangsa
masih yang banyak buta huruf, maka upaya pemberantasan buta huruf di kalangan
orang dewasa mendapat prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat.
Tetapi, dinegara industri yang telah maju pesat, masalah
bagaimana mengisi waktu senggang akan memperolehperhatian dalam sistem bela
jar sepanjang hayat ini. Konsep pendidikan sepanjang hayat memandang
pendidikan sebagai satu sistem yang menyeluruh yang di dalamya terkandung
prinsip-prinisp penggorganisasian untuk pengembangan pendidikan. Pendidikan
Sepanjang Hayat atau disingkat PSH memiliki cakupan pengertian yang luas.
Kawasan PSH mencakup pendidikan formal, non-formal dan in-formal. Konsep
ini merujuk kepada proses pendemokrasian pendidikan yang meliputi program
peningkatan pengetahuan dan kemahiran sebagaimana kompetensi yang diperoleh
melaluipembelajaran di sekolah atau secara non formal di pusat latihan
vokasional, dan secara in formal melalui pengalaman dan latihan di tempat kerja.
Melalui PSH kemampuan, kepribadian dan kemandirian manusia akan tumbuh
dan berkembang. Pembelajaran akan mampu membuat manusia tumbuh dan
berkembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan mandiri.
Konsep belajar sepanjang hayat, pembelajaran sepanjang hayat, dan
kemudian menjadi pendidikan sepanjang hayat merupakan konsep yang sama.
Perbedaannya hanya pada konteks dimana kegiatan tersebut berlangsung dan
sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana orang- orang belajar. Hasbullah,
(2008) menuliskan empat konsep kunci Pendidikan Sepanjang Hayat (Life Long
Education) yaitu:
1. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat; (Life Long Education) sebagai suatu
konsep, yang diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian
dan penstrukturan pengalaman- pengalaman pendidikan.

23
2. Konsep belajar sepanjang hayat; berarti pebelajar belajar karena respon
terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan
menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar.
3. Konsep belajar sepanjang hayat; pembelajar seumur hidup dimaksudkan
adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pembelajar
seumur hidup. Melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi
problema dan terdorong tinggi sekali untuk belajar di seluruh tingkat usia dan
menerima tantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi
kesempatan untuk belajar baru.
4. Kurikulum Pendidikan Sepanjang Hayat (Life Long Education); kurikulum
dalam hubungan ini didesain atas dasar prinsip pendidikan sepanjang hayat
(Life Long Education) betul-betul telah menghasilkan pelajar seumur hidup
yang secara berurutan melaksanakan belajar seumur hidup.

1.2 Pendidikan Dan Belajar Sepanjang Hayat Dalam Memenuhi


Kebutuhan Manusia (SILVI)
Dalam era globalisasi dan pasar bebas ini, dimensi-dimensi kemanusiaan
sering terabaikan karena pengaruh kehidupan kebendaan. Dalam proses belajar
ini, jaringan kerja-sama regional, multikultural, dan lintas-kultural, international
perlu dibangun, perbedaan dan konflik suku, agama, ras, dan golongan perlu
diperkecil. Kerukunan antar suku dan etnis perlu dipupuk dan diperkuat. Nilai
agama, kepribadian perlu diaktualisasikan dalam kehidupan sehingga tercipta
culture of peace.
Indonesia, hingga saat ini, belum memiliki payung hukum secara khusus
mengatur belajar sepanjang hayat. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional sekalipun, istilah pendidikan atau belajar
sepanjang hayat baru menjadi bagian kecil saja dari kebijakan makro pendidikan
di Indonesia. “Setiap warga Negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat”.1 Apa yang tersirat dalam Undang- undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di atas, belum cukup
dipandang sebagai dasar kebijakan yang komprehensif tentang penyelenggaraan
belajar sepanjang hayat di Indonesia. Padahal penjabaran konsep dan prinsip

24
belajar sepanjang hayat ke dalam pemahaman yang lebih operasional mutlak
diperlukan. Terutama dalam menyiapkan program-program altrernatif secara
kreatif dan inovatif yang mampu memecahkan persoalan-persoalan di atas tadi,
khususnya program yang memiliki substansi lingkungan, kecakapan hidup dan
lapangan kerja, dan kependudukan. Masyarakat berpengetahuan ditopang oleh
empat pilar, yaitu (1) system pendidikan, yang menjamin masyarakat dapat
memanfaatkan ilmu pengetahuan secara luas; (2) system inovasi, yang mampu
membawa peneliti dan kalangan bisnis menerapkan secara efektif terhadap
informasi dan komunikasi; dan (4) kerangka kelembagaan dan ekonomi,
terjaminnya kemantapan lingkungan makro ekonomi, persaingan, lapangan kerja
buruh dan keamanan sosial. Belajar sepanjang hayat dapat dijabarkan secara
kontinum ke dalam program-program pendidikan di tingkat satuan penidikan pada
jalur formal, nonformal, dan informal. Karena belajar merupakan suatu proses
sepanjang hayat yang mencakup keseluruhan kurung waktu hidup seorang
individu yang mengarah pada upaya untuk menumpang masyarakat belajar
(learning society).
Dalam usaha memperbaiki dan meningkatkan kehidupan dan masyarakat
lingkungannya, mereka perlu merubah pemikiran, perasaan dan perilakunya yang
tidak sesuai dengan kehendak jaman, melakukan adaptasi, membuka diri dan
belajar terus, mengoreksi diri, mengkaji perkembangan lingkungan sekitar dan
mengenal dunia luar. Dalam era baru yang sarat perubahan, belajar mengarahkan
diri, keluarga dan bersama-sama masyarakat merupakan suatu vektor percepatan
adaptasi. Perubahan yag terjadi begitu drastis dalam berbagai bidang melahirkan
new challenges and opportunities to learn (Gross, 1991). Ditegaskan bahwa the
most socially useful learning in the modern world is the learning of the process of
learning; a continuing openness to experience and incorporation into one self of
the process of change (Rogers, 1979).
Bantuan kepada masyarakat yang tertinggal ini didasari asumsi bahwa
masyarakat itu baik dan tidak ada yang salah pada diri masyarakat. Masyarakat
mengalami ketertinggalan karena ada kekurangan yang terdapat pada diri mereka
sendiri. Oleh karena itu mereka harus dibantu atas dasar filosofi PLS yang
diyakini kebenarannya. Bantuan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas

25
sumberdaya masyarakat dan memenuhi kebutuhan peningkatan taraf hidup.
Ada dua penyebab masyarakat menjadi tertindas yaitu (1) karena adanya
faktor (proses) sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang tidak adil
sehingga membuat mereka menjadi terpinggirkan dan tak berdaya, dan (2) adanya
proses hegemoni oleh kekuatan dominan yang mendominasi dunianya atau
lingkungannya (external world orientation). Peristiwa tersebut menjadikan
masyarakat yang tidak memiliki akses dan kekuatan untuk beraktualisasi akan
menjadi tertindas dan tersingkirkan dari proses aktivitas dunia yang terus
bergerak, melaju dan menggelinding seiring dengan perkembangan dunia.
Untuk mengatasi kompleksitas kehidupan tersebut, masyarakat perlu terus
belajar dan learning how to learn, learning how to solve problems, learning to do,
learning how to be, and learning to become. Beberapa konsep tentang belajar
belajar sepanjang hayat seperti: no Limits to Learning, Quantum Learning,
Accelerated Learning, Learning Revolution, Peak Learning, dan Life-long
Learning dapat mendorong masyarakat gemar belajar (Goad, 1984, Gross, 1991;
Rosse et al., 1997; DePorters et al., 1999: Dryden dkk., 1999).

1.3 SISTEM PENDIDIKAN DAN BELAJAR SEPANJANG HAYAT


MENUJU SISTEM BELAJAR MASYARAKAT (SHABILA)
Sistem belajar (masyarakat) merupakan refleksi realitas sosio- kultural.
Individu-individu memiliki keterkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam
dan lingkungan (biotik dan abiotik) dan ikut mewarnai gaya hidup dan cara
beraksi, beraksi dan berinteraksi dalam sistem kehidupan mereka melalui bahasa.
Keragaman budaya dalam sistem sosial budaya dapat memperkaya pengalaman
hidup mereka dan menghasilkan perubahan dan kemajuan. Seseorang dapat
belajar tentang orang lain dan tentang lingkungannya jika ia mengejar kemajuan.
Belajar dalam suatu masyarakat merupakan hal yang sangat penting, untuk
membantu meningkatkan.
Pendidikan sepanjang hayat adalah proses belajar sejak lahir hingga akhir
hidup, termasuk pembelajaran dari pengalaman sehari-hari dan perkembangan
ilmu pengetahuan. Ini melibatkan semua tahap pendidikan, bukan hanya untuk
orang dewasa, dan melibatkan berbagai agen pendidikan seperti sekolah dan

26
organisasi. Dua konsep yang secara langsung terkait dengan belajar sepanjang
hayat adalah konsep masyarakat informasi dan masyarakat berpengetahuan.
Kedua konsep ini keberadaannya sangat penting sebagai instrument untuk
memahami belajar sepanjang hayat dan masyarakat belajar. UNESCO secara jelas
membedakan antara masyarakat informasi dengan masyarakat berpengetahuan.
Menurut UNESCO, teknologi komunikasi dan informasi baru telah menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi munculnya masyarakat berpengetahuan. Kemunculan
masyarakat informasi global dapat membawa ke arah pencapaian tujuan yang
lebih tinggi dan lebih diinginkan, yakni pembangunan pada skala global.
Dengan kata lain, masyarakat berpengetahuan merupakan sumber dari
pembangunan untuk semua. .Pendidikan sepanjang hayat dalam konteks siswa
mempunyai dua makna, yakni pertama proses pendidikan yang berfokus pada
motivasi anggota siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar secara terus
menerus dan berkelanjutan. Kedua, Pendidikan sepanjang hayat merupakan
landasan yang kuat bagi program pendidikan pada siswa yang mengarah pada
upaya untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar. Pendidikan sepanjang
hayat merupakan prinsip yang menjadi dasar seluruh organisasi sistem pendidikan
yang ada. Artinya pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas kelembagaan
dan program dalam sistem pendidikan.

1.4 TAHAPAN PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT (DWI)


Pendidikan sepanjang hayat adalah pembelajaran yang berlangsung dari
integrasi pendidikan formal, non formal, dan informal. Individu diminta untuk
meningkatkan kemampuan mereka yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pribadi dan profesional.Tahapan belajar sepanjang hayat telah dikemukakan
sebagai beriku:
a) Kelompok umur 0-5 Tahun
Dalam kelompok usia ini, sejumlah besar pembelajaran terjadi,
memberikan landasan untuk pembelajaran, kebiasaan, dan sumber daya di masa
depan. Dalam kelompok usia ini, pembelajaran informal sebagian besar terjadi.
Anak belajar dari lingkungannya, orang tua, kerabat dan anggota masyarakat.
b) Kelompok usia 6 sampai 24

27
Pada usia 24 tahun, individu biasanya menyelesaikan pendidikan nya dan
sedang mencari atau terlibat dalam kesempatan kerja. Dalam perjalanan kerja,
mereka dituntut untuk membangkitkan kesadaran dalam hal berbagai
keterampilan, seperti komunikasi, manajemen waktu, pengambilan keputusan,
resolusi konflik dan sebagainya Peningkatan keterampilan ini memberikan
kontribusi yang efektif dalam memfasilitasi pencapaian tujuan pribadi dan
profesional.
c) Kelompok Usia 25 hingga 60 tahun
Individu yang termasuk dalam kelompok usia 25 hingga 60 tahun dapat
belajar secara informal selama masa kerja mereka. Aspek utama yang
memberikan kontribusi signifikan dalam menambah pembelajaran mereka
meliputi, penggunaan teknologi, membaca buku, artikel, surat kabar, laporan dan
sebagainya, berkomunikasi dengan orang lain, melakukan berbagai tugas dan
kegiatan dan terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah.
d) Kelompok Usia 60 Tahun ke Atas
Penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang termasuk dalam
kelompok usia ini mengembangkan minat pada bidang tertentu dan membaca
buku dan bahan bacaan yang berkaitan dengan bidang tersebut. Biasanya, wanita
lanjut usia dapat berpartisipasi dalam kegiatan kerja sosial, dan memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan mereka. Jika mereka berasal dan profesi medis,
mereka dapat memberikan bantuan medis secara Cuma-Cuma kepada individu,
yang termasuk dalam kelompok masyarakat yang terpinggirkan, terpinggirkan,
dan lemah secara ekonomi.
Tahapan pendidikan seumur hidup meliputi dua bagian, yaitu: Proses
pembelajaran internal dan eksternal (dari dalam) Terdapat 4 tahapan proses
pembelajaran yang ada pada setiap manusia:
1. Motivasi Melanjutkan pendidikan dalam konteks peserta didik proses
pendidikan yang difokuskan untuk memotivasi anggota peserta didik
untuk memperoleh pengalaman belajar yang berkesinambungan dan
berjangka panjang.
2. Memperhatikan Pelajaran,Peran pendidik sangat penting dalam menarik
perhatian peserta didik terhadap materi pendidikan yang dipelajari.

28
3. Menyerap dan mengingat, Jika siswa fokus pada isi pelajaran, maka
penyerapan dan mengingat pelajaran akan lebih mudah. Faktor yang
mempengaruhi antara lain pengulangan, makna pelajaran itu sendiri,
struktur, dan intervensi.
4. Generalisasi,Pembelajaran yang diketahui dan dipahami siswa harus dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Menerapkan apa yang telah
diajarkan dan memberikan umpan balik Umpan balik dari siswa dapat
diperoleh dengan melakukan tes. Ujian dapat berbentuk lisan maupun
tertulis, dimana diberikan latihan atau tes yang dapat menggambarkan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan menjadi bahan
penilaian diri untuk pengembangannya agar dapat berkembang ke arah
yang lebih baik.
Pada bagian ekternal faktor luar yang mempengaruhi proses belajar bisa
dari sekolah,lingkungan keluarga dan masyarakat.
Pendidikan Sepanjang Hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus
menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir
hayat, sejalan dengan fase-fase (tahapan-tahapan) perkembangan pada manusia.
Pendidikan adalah proses ynag mengandung spirit untuk membawa peserta didik
menuju pada sebuah harapan. Hal ini bisa dipahami karena manusia memiliki
keinginan-keinginan untuk menjadi baik dan maju dalam berbagai aspek
kehidupan. Sehingga pada tataran praktis pendidikan betul-betul dibutuhkan
dengan kenyataan bahwa pendidikan adalah proses yang paling efektif untuk
terpenuhinya kebutuhan tersebut.

1.5 CIRI – CIRI PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT (DWI)


Ciri-ciri belajar sepanjang hayat telah dikemukakan sebagaiberikut (Kashinath,
2013).
1) Pembelajaran Informal
Pembelajaran informal mencakup jenis pendidikan dan pelatihan non
formal dan informal Pembelajaran formal mencakup sistem sekolah yang ter
struktur secara hierarkis yang berfungsi dari sekolah dasar hingga universitas dan
program sekolah terorganisir yang dibuat dalam bisnis untuk pembelajaran teknis

29
dan profesional Pendidikan formal disebut sebagai pendidikan sekolah.
Sedangkan pembelajaran informal menggambarkan proses seumur hidup.
2) Pembelajaran dengan Motivasi Diri
Belajar motivasi diri dipengaruhi sebagian besar oleh karakteristik pribadi
peserta didik. Mereka perlu merangsang pola pikir mereka untuk mengembangkan
motivasi belajar.Motivasi belajar dikembangkan baik secara formal maupun
sepanjang hidup individu. Individu mengembangkan kepercayaan diri untuk
belajar, termasuk rasa partisipasi dalam sistem pendidikan dan pelatihan.
3) Kemauan dan Motivasi Belajar
Berbagai hambatan motivasi perlu diidentifikasi dan diatasi untuk
mendorong individu berpartisipasi dalam pemerolehan pendidikan.Ketika mereka
akan mengembangkan kemauan dan motivasi, mereka akan dapat memperoleh
pemahaman yang efisien tentang aspek-aspek tersebut dan bagaimana
memanfaatkannya secara efektif untuk memperkaya kehidupan mereka.
4) Pembelajaran Mandiri
Konsep pembelajaran mandiri terkait dengan karakteristik pembelajaran
motivasi diri. Sebagai pengakuan atas biaya yang terlibat dalam mensubsidi
keterlibatan seumur hidup dalam pendidikan. Kebijakan belajar sepanjang hayat
menekankan tanggung jawab individu untuk membiayai pendidikan dan pelatihan
lanjutan mereka dengan dukungan minimal dari pemerintah
5) Partisipasi Universal
Partisipasi universal diperlukan untuk memenuhi tuntutan ekonomi abad
ke-21. Konsep partisipasi universal mencakup pembelajaran formal dan informal
untuk semua tujuan, yaitu sosial, ekonomi, budaya, politik, agama dan pribadi.
Semua area ini dianggap sebagai bagian integral dari kehidupan individu
6) Pembelajaran Tindakan
Dalam pembelajaran sepanjang hayat, pembelajaran tindakan diberikan
pengakuan. Individu belajar dengan melakukan. Pendidik adalah pemandu menuju
sumber ilmu. Dalam pembelajaran tindakan, individu menghasilkan informasi
dalam hal pelaksanaan tugas dan aktivitas praktis.
Dilihat dari sejarah dan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan,
pendidikan nonformal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Pertama bertujuan

30
untuk mendapatkan keterampilan yang berguna. Pendidikan nonformal
menekankan fungsi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan hidup peserta didik.
Kedua, berpusat pada pembelajar, dalam pendidikan Nonformal dan belajar
mandiri, peserta didik adalah pengambilan inisiatif dan mengkontrol kegiatan
belajarnya. Ketiga, Waktu penyelenggaraannya fleksibel, terstruktur dan
berkesinambungan. Keempat, Menggunakan kurikulum kafetaria, Kurikulumnya
fleksibel, dapat didiskusikan secara terbuka, dan sebagian besar ditentukan oleh
siswa/komunitas belajar. Kelima, Menggunakan metode pembelajaran
partisipatif, menekankan pembelajaran mandiri. Hubungan antara pendidik dan
murid bersifat datar. Pendidik adalah fasilitator, bukan patron. Hubungan antara
kedua pihak bersifat ramah dan bersahabat, dengan siswa memandang instruktur
sebagai sumber daya dan bukan sebagai pemandu. Gunakan sumber lokal. Karena
sumber daya untuk pendidikan sangat terbatas, maka dilakukan upaya untuk
memanfaatkan sumber daya lokal semaksimal mungkin.
Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah yang mencakup pendidikan informal,
non formal dan berfungsi menjadi mitra pendidikan formal merupakan
perwujudan Pendidikan Sepanjang Hayat. Tulisan ini menggunakan studi literatur
sebagai pendekatan penelitiannya.3Mengelaborasi secara sistematis tentang
Pendidikan luar sekolah, pendidikan sepanjang hayat, pendidikan formal,
nonformal dan informal yang bersumber dari jurnal, buku dan penelitian guna
mengetahui tentang Pendidikan Luar Sekolah dalam kerangka pendidikan
sepanjang hayat. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional Indonesia,
konsep belajar sepanjang hayat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan dan
program. Secara konkrit konsep tersebut diwujudkan dalam bentuk pendidikan
nonformal dan informal yang merupakan upaya bersama dari seluruh komponen
pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara terencana dan sistematis agar
peserta didik dapat mengembangkan kekuatan spiritual keagamaan.

1.6 PENDIDIK DAN PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT (RONA)


Dalam bidang pembelajaran sepanjang hayat untuk melaksanakan
tanggung jawab pekerjaannya secara terorganisir dengan baik. Berikut pendidik
dan pendidikan sepanjang hayat

31
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan aspek yang penting bagi guru untuk
meningkatkan pengetahuan terutama dalam hal mata pelajaran dan konsep
akademik yang akan mereka sampaikan kepada siswa. Guru perlu memberikan
kepada siswa tentang moralitas, etika, standar, dan prinsip sehingga mereka dapat
berkembang menjadi manusia yang baik dan warga negara yang produktif.
b. Keterampilan
Keterampilan sangat diperlukan bagi guru untuk meningkatkan
keterampilan individu, terutama mereka harus melakukan perbaikan dalam sistem
pendidikan, mencapai tujuan dan sasaran akademik, dan kepuasan kerja.
Keterampilan yang perlu difokuskan adalah keterampilan interpersonal, integritas
disiplin, integritas teknologi dan manajemen kelas organisasi.
c. Perilaku
Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu,
organisme, sistem, atau entitas buatan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri
atau lingkungannya, yang mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta
lingkungan fisik. Perilaku sangat penting tidak hanya untuk guru tetapi semua
anggota lembaga pendidikan untuk menggambarkan sifat-sifat perilaku yang tepat
dalam menjalankan tugas dan pekerjaan mereka. Perilaku guru harus
menyenangkan dan ramah tidak hanya ketika mereka belajar dengan atasan atau
rekan kerja, tetapi jugadengan siswa.

1.7 MANFAAT PEMBELAJARAN SEUMUR HIDUP (RONA)


Pendidikan seumur hidup adalah proses pembelajaran yang terus-
menerus sepanjang hidup seseorang, dari masa kanak-kanak hinggadewasa. Hal
ini memungkinkan individu untuk terus belajar danmengembangkan
keterampilan serta pengetahuannya, sehingga dapat terus beradaptasi dengan
perubahan zaman. Manfaat belajar seumur hidup sebagai berikut
1. Pengembangan Self-Efficacy
Pengembangan self- efficacy didefinisikan sebagai keyakinan individu
mengenai kemampuannya, yang akan menentukan individu merasakan, berpikir,
memotivasi diri dan berperilaku. Individu perlu menghasilkan dan menambah

32
pemahaman dalam berbagai aspek mengembangkan pemikiran positif dan
menerapkan sifat-sifat yang sesuai.
2. Toleransi
Manfaat utama dari pembelajaran sepanjang hayat adalah membantu
dalam meningkatkan kapasitas toleransi individu. Toleransi adalah sebuah
perilaku manusia untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Baik
itu antar individu maupun antar kelompok. Adanya sikap ini dalam diri seseorang
bisa memberikan rasa damai, aman, tentram, nyaman.Toleransi sebagai strategi
utama, yang perlu diterapkan individu jika terjadi keadaan yang tidak
menyenangkan.
3. Pembentukan Hubungan Baik dan Hubungan dengan Orang lain
Sangat penting bagi individu dalam membentuk hubungan baik dan
hubungan dengan orang lain di dalam maupun diluar rumah guna memperkaya
kehidupan seseorang dan mencapai tujuan pribadi dan profesional, individu perlu
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lai.
4. Membuat Jaringan Sosial
Jaringan sosial adalah struktur sosial, berdasarkan individu dan kelompok
(manninen& Merilainen, nd). Ini adalah jaringan teman, kolega, dan kontak
pribadi lainnya, termasuk interaksi sosial dengan individu lain dalam situasi
belajar.
5. Manajemen Tanggung Jawab Rumah Tangga
Manajemen tanggung jawab rumah tangga dianggap sebagai bagian
integral dari kehidupan individu. Aspek utama yang perlu dalam pengelolaan
tanggung jawab rumah tangga adalah membersihkan, mencuci, menyiapkan
makanan, pekerjaan perbaikan, pekerjaan listrik, pengecatan, pemipaan,
pertamanan dan sebagainya.
6. Penanaman Moralitas
Penanaman moralitas dan etika dianggap sangat penting dalam mencapai
tujuan pribadi dan profesional dan menghasilkan peningkatan kualitas hidup
secara keseluruhan. Melalui moralitas dan etika, individu menghasilkan informasi
tentang aspek-aspek yang dibutuhkannya untuk menerapkan sifat-sifat
kejujuran,kebenaran, kesopanan dan kejujuran, ketika berhubungan dengan

33
individu lain serta dalam pelaksanaan berbagai tugas da aktivitas.
7. Mempromosikan Kesejahteraan Mental
Individu perlu melakukan operasi, tugas dan aktivitas yang diperlukan
untuk mempromosikan kesejahteraan mental. Tugas dan kegiatan yang
mempromosikan kescjahteraan mental individu termasuk partisipasi mereka
dalam kegiatan sosial,ekonomi,budaya,politik dan agama.
8. Persyaratan Perawatan Kesehatan
Sangat penting bagi individu, termasuk semua kelompok umur dan latar
belakang untuk menjaga kesehatan mereka.Untuk menjaga kesehatan mereka,
individu perlu mempertimbangkan berbagai faktor yaitu diet dan nutrisi,terlibat
dalam aktivitas fisik,menjalin hubungan dan hubungan yang ramah dan
menyenangkan dengan orang lain, membangun pemikiran positif dan
berkonsultasi dengan dokter jika ada masalah kesehatan atau penyakit.
9. Manfaat terkait pekerjaan
Manfaat yang terkait dengan pekerjaan, penting bagi individu untuk
memastikan bahwa mereka melakukantugas pekerjaan mereka dengan cara yang
tepat dan sesuai. Manfaat ini membantu individu untuk mengembangkan
semangat dan motivasi terhadap pelaksanaan tugas pekerjaan mereka.
10. Pendidikan dan pelatihan
Dari tahap anak usia dini, individu dapat memperoleh pendidikan sampai
mereka berusia 35 sampai 40 tahun. Pendidikan dan pelatihan memegang peranan
penting dalam dunia kerja untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pengertian
pendidikan dan pelatihan dapat disimpulkan sebagai sebuah rangkaian kegiatan
yang mengutamakan pengetahuan, keterampilan dan peningkatan sikap seseorang
karyawan/anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai
tujuan organisasi yang efektif dan efisien.

34
BAB 2
RUMUSAN MASALAH

2.1 Kendala Menggunakan Teknologi Di Era 4.0


Berdasarkan hasil dari observasi dan juga wawancara yang dilakukan
dengan guru wali kelas Sekolah Dasar 104244 Jatisari Lubuk Pakam, kami
menemukan permasalahan mengenai penggunaan teknologi pada proses
pembelajaran.
Dimana kasih banyak guru yang belum mengerti bagaimana menerapkan
atau memanfaatkan penggunaan teknologi di dalam proses pembelajaran. Selain
itu kendala dalam menggunakan teknologi ini diakibatkan oleh kurangnya waktu,
kurangnya pelatihan TIK, kurangnya kesempatan mengembang diri dan lain
sebagainya. Tantangan yang paling umum lainya oleh para guru, misalnya,
kurangnya waktu mereka miliki. Mereka tidak punya cukup waktu untuk
merencanakan pelajaran teknologi.
Dari kasus diatas mengenai kurangnya pemahaman penggunaan teknologi
pada proses pembelajaran dikaitkan pada materi pendidik dan pendidikan
sepanjang hayat. Karena pada materi pendidik dan pendidikan sepanjang hayat
terdapat pengetahuan dan keterampilan, dimana pendidik harus memiliki
pengetahuan tentang dunia teknologi. Seiring berkembangnya teknologi dijaman
sekarang teknologi harus dimanfaatkan baik dilingkungan sekolah, maupun dalam
kehidupan sehari-hari.

35
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Subjek
Subjek dari penelitian ini adalah guru Sd 104244 JatiSari Lubuk Pakam
yang menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran di kelas.

3.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan terjun langsung kelapangan. Kami
melakukan observasi atau melihat langsung penggunaan teknologi pada
pembelajaran di kelas. Serta kami melakukan wawancara pada salah satu guru
wali kelas.

3.3 Sumber Data


Data yang kami dapatkan bersumber dari wawancara dengan seorang guru
wali kelas 5 A Sekolah Dasar 104244 JatiSari Lubuk Pakam.

3.4 Analisis
Kendala pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran di kelas terjadi
ketika ada guru yang masih tidak bersedia untuk mempelajari kemajuan teknologi.
Kemudian waktu yang dimiliki guru juga terbatas. Kendala lainnya dalam
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah adalah

36
sarana dan prasarana pendukung yang terbatas. Sarana dan prasarana yang
dimaksud adalah komputer, laptop, dan infocus. Kendala berikutnya yang cukup
tinggi mempengaruhi guru memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran adalah
ketersediaan jaringan internet dan sinyal. Selanjutnya kendala berikutnya adalah
ketersediaan listrik. Pengetahuan teknis guru tentang teknologi informasi dan
komunikasi yang terbatas menjadi kendala berikutnya dalam pemanfaatan
teknologi untuk pembelajaran di kelas. Kemudian, ketakutan dan pertimbangan
dampak negatif dari penggunaan alat berupa handphone (HP) dan laptop di
sekolah menjadi kendala guru memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran di
kelas.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 PENDIDIK DAN PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT


KETERAMPILAN

Kaitan antara materi dengan permsalahan yang terjadi adalah, tentang


keterampilan yang dimiliki oleh guru di bidang teknologi yang tergolong rendah.
Dimana sudah seharusnya guru dapat meningkatkan keterampilan mereka
terutama dalam bidang teknologi, sehingga dalam mengaplikasikan pendidikan
sepanjang hayat ini dapat terjadi secara sukses.
Keterampilan sangat diperlukan bagi guru untuk meningkatkan
keterampilan individu, terutama mereka harus melakukan perbaikan dalam sistem
pendidikan, mencapai tujuan dan sasaran akademik, dan kepuasan kerja.
Keterampilan yang perlu difokuskan adalah keterampilan interpersonal, integritas
disiplin, integritas teknologi dan manajemen kelas organisasi.
Teknologi merupakan elemen penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Peranan teknologi pada aktivitas manusia pada saat ini memang begitu
besar. Teknologi telah menjadi fasilitas utama bagi kegiatan berbagai sektor
kehidupan dimana memberikan andil besar terhadap perubahan-perubahan yang

37
mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan,
transportasi, kesehatan dan penelitian.
Pendekatan Education 4.0 memfokuskan pada bagaimana pendidikan bisa
terintegrasi dengan teknologi. Apabila dilihat dari proses pembelajaran, akan
dikenal metode baru pembelajaran, misalnya dengan online learning
(pembelajaran daring) atau hybrid learning (pembelajaran campuran) yang
merupakan gabungan antara kelas tatap muka dan pembelajaran daring.
Dalam menghadapi penyesuaian terhadap perubahan, berbagai pihak di
seluruh lapisan pendidikan harus mulai berani keluar dari zona nyaman untuk
mempelajari berbagai literasi baru, termasuk membangun ekosistem lifelong
learning di dalam institusinya. Meski demikian, sampai sekarang baik
keterbatasan literasi maupun ketersediaan sarana prasarana khususnya media
pembelajaran menggunakan teknologi masih sering menjadi permasalahan
tersendiri dalam proses transformasi digital di dalam institusi pendidikan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

A. Kesimpulan Bab I
Pada bab ini kami dapat menyimpulkan bahwa pendidikan sepanjang
hayat merupakan pendidikan yang tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa,
tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Dasar pemikiran mengenai pendidikan
sepanjang hayat antara lain, tinjauan logis, ekonomiss, sosiologis, politis,
teknologis,psikologis, dan pedagogis
B. Kesimpulan Bab II
Kesimpulan pada bab ini yaitu tentang kurangnya penggunaan teknologi pada
proses pembelajaran. Dimana masih banyak guru yang belum mengerti bagaimana

38
cara menerapkan atau memanfaatkan penggunaan teknologi di dalam proses
pembelajaran.
C. Kesimpulan Bab III
Kesimpulannya yaitu kami mendapat data dengan terjun langsung
kelapangan dengan melakukan dan melihat langsung penggunaan teknologi pada
pembelajaran di kelas, subjek yang kami gunakan disini adalah guru sd 104244
jati sari lubuk pakam. Dimana kendala pada sekolah ini adalah kurangnya
pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran dikelas belum terlaksana dan
ada guru yang belum bisa bersedia untuk mempelajari kemajuan teknologi.
D. Kesimpulan Bab IV
Pendidikan sepanjang hayat membantu setiap individu lebih cepat
tanggap dan bergerak sesuai dengan kebutuhan di era Education 4.0. Jika setiap
anggota organisasi atau institusi pendidikan tidak bisa melihat banyak manfaat
yang bisa dimiliki dengan pendidikan berbasis teknologi ini, hal tersebut akan
menjadi hambatan internal dalam proses integrasi digital.
E. Kesimpulan Bab V
Berdasarkan kegiatan pelatihan pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa teknologi
menjadi aspek yang memiliki peran penting dalam mengembangkan pendidikan
dan, sehingga dibtuhkan sebuah kegiatan yang dapat memfasilitasi. Hasil yang
didapatkan dari kegiatan pelatihan ini antara lain adalah (1) pelatihan ini menjadi
alternatif solusi bagi guru unruk mendapatkan pengetahuan tambahan tentang
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. (2) Pelatihan ini menjadi saran
belajar guru untuk mampu membuat bahan pembelajaran menggunakan platform
teknologi. (3) Guru-guru melalui pelatihan ini mampu mengembangkan bahan
ajar dan bahan evaluasi menggunakan platfrom teknologi sesuai dengan
kebutuhan mengajar nya.

4.2 SARAN

A. Rekayasa Ide
Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala teknologi
yang terjadi pada guru adalah sebagai berikut:

39
1. Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
guru-guru dalam mengembangkan bahan pembelajaran yang interaktif dengan
memanfaatkan teknologi. Pelatihan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mengembangan bahan
pembelajaran bagi guru-guru di SD 104244 sebagai salah satu bentuk
implementasi dari Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diharapkan
menjadi solusi dari permasalahan yang dialami oleh guru SD 104244 Jati Sari
Lubuk Pakam dan menjadi kegiatan yang mampu memberikan manfaat yang baik
dan peningkatan keterampilan guru dalam memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran, serta menjadi salah satu kegiatan yang membantu pemerintah
memaksimalkan penerapan teknologi dalam bidang pendidikan.
2. Akses Terhadap Teknologi
Guru dan siswa harus memiliki akses terhadap teknologi digital dan
internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan. Ini berarti sekolah harus
memiliki sarana prasarana yang memadai yang berkaitan dengan teknologi
informasi dan komunikasi, seperti tersedianya komputer/laptop, jaringan internet,
laboratorium komputer, peralatan multimedia seperti CD, DVD, dan infocus.
3. Materi Yang Berkualitas
Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural
bagi guru dan siswa. Materi-materi ini dapat berupa materi pembelajaran interaktif
yang berbantuan komputer/laptop, seperti CD, DVD dan infocus dalam
pembelajaran interaktif.
4. Pengetahuan Guru
Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan
alat-alat dan sumber-sumber digital dalam kegiatan belajar mengajar agar tercapai
Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
5. Anggaran Dana
Harus tersedianya anggaran atau dana yang cukup untuk untuk
mengadakan, mengembangkan dan merawat sarana prasarana Teknologi
Informasi dan Komunikasi tersebut.
B. Projek (Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran)

40
1. Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
guru-guru dalam mengembangkan bahan pembelajaran yang interaktif dengan
memanfaatkan teknologi.pelatihan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mengembangan bahan
pembelajaran bagi guru-guru di SD 104244 sebagai salah satu bentuk
implementasi dari Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diharapkan
menjadi solusi dari permasalahan yang dialami oleh guru SD 104244 Jati Sari
Lubukpakam dan menjadi kegiatan yang mampu memberikan mannfaat yang
baik dan peningkatan keterampilan guru dalam memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran, serta menjadi salah satu kegiatan yang membantu pemerintah
memaksimalkan penerapan teknologi dalam bidang pendidikan.Adapun materi
yang dibawakan oleh tim pengabdi antara lain pengantar perkembanga teknologi
dalam dunia pendidikan, jenis-jenis platform yang bisa digunakan dalam
mengembangkan bahan pembelajaran seperti Canva, Kahoot!, WordWall,
Quizziz, dan Power Point, pemilihan platform ini berdasarkan fitur dan fungsinya
yang mumpuni, mudah ditemukan dan diakses, dan memiliki banyak fitur menarik
dan template gratis yang dapat dipakai
2. Langkah-Langkah Pelatihan
Adapun tahapan-Tahapan-tahapan yang dilakukan sebagain rangkaian dari
kegiatan pelatihan ini diawali dengan:
(1) Wawancara dengan kepala Sekolah dan beberapa guru SD 104244 ,
kegiatan wawancara ini dilaksanakan di kantor kepala sekolah dengan
tujuan untuk menemukan permasalahan yang dialami oleh guru-guru,
(2) Sosialisasi rencana pelatihan pemanfaatan teknologi yang akan
dilaksanakan serta diskusi dan konsultasi terkait jadwal pelaksanaan
pelatihan. (3) pihak pengabdi melaksanakan kegiatan pelatihan bagi guru-
guru SD terkait pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, pelatihan
diawali dengan pengantar teknologi dan penerapannya dalam
pembelajaran, pelatihan platform teknologi dalam pembelajaran, kemudian
pada sesi selanjutnya masing-masing guru diberikan tugas untuk mencoba
membuat bahan pembelajaran dan didampingi oleh pihak pengabdi jika

41
sewaktu-waktu guru mengalami kesulitan dalam pembuatan bahan
pembelajaran, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi presentasi hasil
pembuatan bahan pembelajaran oleh guru.
(3) Tahap akhir dari kegiatan pelatihan adalah membagikan angket untuk
mengetahui respon guru-guru terhadap pelatihan yang dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar A., Noviani N. 2019. Tantangan Dan Solusi Dalam Perkembangan


Teknologi Pendidikan

42
Di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Pgri Palembang. Hal. 18-25
Dr. Aman Simaremare, S.Psi., MS. & Mirza Irawan, S.Pd., M.Pd., Kons. . 2023 .
Ilmu Pendidikan . Medan .
Dr. Durotul Yatimah, M.Pd Dr. Karnadi. 2014. Pendidikan Non Formal dan
Informal Dalam Bingkai Pendidikan Sepanjang Hayat. Bandung. Alfabeta
CV
Fathahillah,Dkk."Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran".Jurnal
Pengabdian Masyarakat 1,2 (2023): 143-150.
Hairani,Esi."Pembelajaran Sepanjang Hayat Menuju Masyarakat
Berpengetahuan". Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, 2,1
(2018): 335- 377
Husaen Sudrajat , Risa Herlina Hariati . (2021) Hakikat Pendidikan Sepanjang
Hayat Untuk Ditanamkan Pada Siswa Sekolah Dasar . Vol.06-No.02-Desember-
2021 .
Abd. Hamid Isa, Yakob Napu . (2020) . Pendidikan Sepanjang Hayat . Oleh Ideas
Publishing . Kota Gorontalo .
Rendi. 2019. PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DAN PENDEKATAN
ANDROGOGI. Vol. 4, No. 1. Hal 108-121
Riza ,Syahrul." KONSEP PENDIDIKAN ISLAM SEPANJANG HAYAT" Jurnal
ilmiah pendidikan anak, Vol. 8, No. 01, Januari (2022): 13- 32.
ryahiyyah F., Inayatillah K., Saifullah F., Sista T. F. 2018. The Implementation of
Lifelong Education in Non-formal Education. Jurnal Pendidikan Islam.
Vol. 2. No. 1. Hal. 17-39
Sariani, Novita,dkk. Pendidikan Sepanjang Hayat. Padang : PT Global eksekutif
teknologi, 2023.
Thoif, Mokh. Tinjauan Yuridis Pendidik Nonformal Dalam sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia. Surabaya : Scopindo Media Pustaka,2021.
Wedi A., Yunus M. 2019. Konsep Dan Penerapan Pendidikan Sepanjang Hayat
Dalam Keluarga. Jurnal Inovasi Teknologi Pembelajaran. Vol. 5, No. 1.
Hal. 31-37
Yuhety, Harina, dkk. " Indikator Mutu Program Pendidikan Sepanjang Hayat"

43
Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 3, No.2 ( 2008) : 159-170
Nur Kholisah1, dkk “Meningkatkan Sikap Toleransi Antar Sesama Masyarakat di
Indonesia” Jurnal Pendidikan Tambusai-Vol 5 No 3 (2021): 9021-9025
Shofiah Fitriani. “ Keberagaman Dan Toleransi Umat Beragama” Jurnal Studi
Keislaman. Vol, 20 No. 2 (2020): Hal. 179-192.
Hj. Marfu’ah “Pendidikan Sepanjang Hayat dan Berbagai Implikasiny” Jurnal
Pendidikan dan Kajian Aswaja Volume, 7 No. 2 (2021):87-100
Muhammad Yunus, Agus Wedi. “Konsep Dan Penerapan Pendidikan Sepanjang
Hayat Dalam Keluarga”. JINOTEP (Jurnal Inovasi Teknologi
Pembelajaran). 5 (1) Oktober (2018): 31-37.
Durotul Yatimah, dan Karnadi (2014) “Pendidikan Non Formal dan Informal
Dalam Bingkai Pendidikan Sepanjang Hayat” . Bandung: Penerbit
Alfabeta.

44
MAKALAH
TRI SENTRA PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Nuraini, M.S

DISUSUN OLEH :
Kelompok 7

Elovani Martahelena Lubis (1221151012)

Ester Indah Sari Sinaga (1223151005)

Priskilla Crista Pani Br Purba (1223351026)

Shafiqa Nayla Azzahra (1221151014)

PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN


KONSELING FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI
MEDAN
2023

45
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok
yang berjudul “Tri Sentra Pendidikan”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu
Pendidikan, selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Dosen yang telah


memberikan tugas makalah ini yaitu Ibu Dr. Nuraini, M.S selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Ilmu Pendidikan dan kepada seluruh pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari semua itu,kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca,terimakasih.

Medan, September 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I KAJIAN TEORI..........................................................................................1
A. Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan (Ester Indah Sari Sinaga)...............1
B. Fungsi Lingkungan pendidikan ( Shafiqa Nayla Azzahra )..........................2
C. Peranan Keluarga dan Masyarakat Dalam Pendidikan(Priskilla Crista Pani
Br Purba).......................................................................................................3
D. Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat
(Elovani Marthahela Lubis)..........................................................................7
E. Pergaulan Dalam Keluarga Sekolah dan Masyarakat (Shafiqa Nayla
Azzahra).......................................................................................................11

BAB II RUMUSAN MASALAH...........................................................................13


BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................14
A. Subjek Penelitian..........................................................................................14
B. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................14
C. Sumber Data.................................................................................................14
D. Analisis.........................................................................................................14

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................16


BAB V PENUTUP.................................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................20
B. Saran.............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................22

ii
BAB I
KAJIAN TEORI
A. Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan (Ester Indah Sari Sinaga)
Lembaga pendidikan adalah suatu tempat institusi pendidikan yang menawarkan
kegiatan dalam proses pendidikan baik itu pendidikan formal ataupun non formal dari
mulai tingkat pra sekolah hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran lembaga
pendidikan secara umum juga terbagi ke dalam dua kelompok yaitu:
(1) sebagai tempat mendidik, mengajar serta memperbaiki tingkah laku anak didik, dan
(2) sebagai sarana belajar mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat
yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Guna memperjelas fungsi dan peran
dari masing-masing sentra dapat dilihat sebagaimana uraian berikut:
1. Lembaga Pendidikan Keluarga
a. Peranan pendidikan dalam keluarga, yaitu :

1) Memberikan pengalaman pada anak


2) Memberikan jaminan perkembangan emosional anak
3) Menanamkan dasar pendidikan moral
4) Memberikan dasar pendidikan sosial
5) Peletakan dasar-dasar agama.
6) Kedudukan orang tua dalam keluarga juga memiliki tanggung jawab terhadap
pendidikan anak.
b. Tanggung Jawab Keluarga Terhadap Pendidikan Anak
1) Memiliki tanggung jawab atas dasar hubungan batiniah yang kuat dalam
mewujudkan cinta kasih antara orang tua dan anak.
2) Memiliki tanggung jawab moral dalam memotivasi
3) Tanggung jawab sosial pada pengembangan kepribadian anak
4) Memelihara dan membesarkan anak sesuai kebutuhan dan minat yang dimiliki
anak.
5) Memberi pendidikan ilmu pengetahuan dan keterampilan
2. Lembaga Pendidikan Sekolah

Pendidikan sekolah yang dimaksud adalah pendidikan yang diperoleh sesorang di

1
sekolah atau lembaga pendidikan sekolah lainnya secara teratur, sistematis, bertingkat
dan mengikuti syarat yang jelas dan ketat.
3. Lembaga Pendidikan Masyarakat

Lembaga pendidikan yang dalam istilah UU Nomor 20 tahun 2003 disebut dengan
jalur pendidikan nonformal ini, bersifat fungsional dan praktis bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan ddan keterampilan kerja peserta didik yang berguna bagi
usaha perbaikan taraf hidupnya.
B. Fungsi Lingkungan Pendidikan (Shafiqa Nayla Azzahra)
Fungsi Pertama lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu di luar diri anak
yang mempengaruhi perkembangannya. Dengan kata lain, lingkungan pendidikan
merupakan latar belakang berlangsungnya pendidikan.
Fungsi kedua lingkungan pendidikan adalah mengajarkan tingkah laku umum dan
untuk menyeleksi serta mempersiapkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat.
Karena masyarakat akan berfungsi dengan baik jika setiap individu belajar berbagai hal,
baik pola tingkah laku umum maupun peranan yang berbeda-beda.
1. Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah tempat seseorang memperoleh pendidikan secara
langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan ada yang
bersifat sosial dan materiel.

1) Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokkan primer yang terdiri dari sejumlah keluarga
kecil karena hubungan sedarah. Keluarga bisa berbentuk kelurga inti (nucleus family:
ayah,ibu, dan anak.)

2) Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan
berdasarkan asas- asas tanggung jawab berikut ini :

a. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (undang-undang
pendidikan).

2
b. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
c. Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab profesional pengelola dan
pelaksana pendidikan (para guru dan pendidik) yang menerima ketetapan ini
berdasarkan ketentuan- ketentuan jabatannya.
3) Lingkungan Masyarakat
Pendidikan sosial atau masyarakat adalah pendidikan tersier yang merupakan
pendidikan terakhir, tetapi bersifat permanen dengan pendidikannya masyarakat itu
sendiri secara social, kebudayaan adat-istiadat dan kondisi masyarakat setempat
sebagai lingkungan materil. Pendidikan terutama dalam pergaulan masyarakat
banyak sekali, seperti :
a. Masjid, surau atau langgar, musholla.
b. Madrasah, pondok pesantren.
c. Pengajian atau majelis taklim.
d. Kursus-kursus, dan
e. Badan-badan pembinaan rohani (biro pernikahan, biro konsultasi, keagamaan
dan lain- lainnya.
C. Peranan Keluarga dan Masyarakat Dalam Pendidikan (Priskilla Crista Pani Br
Purba)
1) Peran Keluarga
Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih,
hubungan antara pribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta pengakuan
akan kewibawaan. Sumbangan keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai berikut :
1. Cara orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara
makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa sungguh-sungguh membekas dalam
diri anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi.
2. Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak, Sebagian tanggung
jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain, yaitu melalui sekolah.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang
tua terhadap anak antara lain :
1. Memelihara dan membesarkannya

3
2. Melindungi dan menjamin kesehatannya
3. Mendidiknya dengan berbagai iImu pengetahuan
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat
Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari
anggota keluarga yang lain.
a. Kerja Sama Antara Keluarga Dengan Sekolah
Di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa: Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar
sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama,
nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.
Pada dasarnya cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin kerja sama
antara keluarga dengan sekolah. Berikut ini beberapa contohnya
1) Adanya Kunjungan ke Rumah Anak Didik

Pelaksanaan kunjungan ke rumah anak didik ini berdampak sangat positif, di


antaranya:

a. Kunjungan melahirkan perasaan pada anak didik bahwa sekolahnya selalu


memperhatikan dan mengawasinya

b. Kunjungan tersebut memberi kesempatan kepada si pendidik melihat sendiri dan


mengobservasi langsung cara anak didik belajar, latar belakang hidupnya dan
tentang masalah-masalah yang dihadapinya dalam keluarga.

c. Pendidik berkesempatan untuk memberikan penerangan kepada orang tua anak


didik tentang pendidikan yang baik pada cara menghadapi masalah masalah yang
sedang dialami anaknya (kalau anaknya bermasalah), dan sebaginya

d. Hubungan antara orang tua dengan sekolah akan bertambah erat

e. Kunjungan dapat memberikan motivasi kepada orang tua anak didik untuk lebih
terbuka dan dapat bekerja sama dalam upaya memajukan pendidikan anaknya.

f. Pendidik mempunyai kesempatan untuk mengadakan interview mengenai


berbagai macam keadaan atau kejadian tentang sesuatu yang ingin ia ketahui

4
g. Terjadinya komunikasi dan saling memberikan informasi tentang keadaan anak
serta saling memberi petunjuk antara guru dengan orang tua.
2) Diundangnya Orang Tua Ke Sekolah

Kalau ada berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah yang sekali artinya
memungkinkan bila orang untuk tua dihadiri diundang oleh orang untuk tua datang
maka akan positif kesekolah.
3) Case Conference

Case Conference merupakan rapat atau konferensi tentang kasus Biasanya


digunakan dalam bimbingan konseling. Peserta konferenşi ialah orang yang betul-
betul mau ikut membicarakan masalah anak didik secara terbuka dan sukarela.
4) Badan Pembantu Sekolah

Badan pembantu sekolah ialah organisasi orang tua murid atau wali murid dan
guru. Organisasi dimaksud merupakan kerja sama yang paling terorganisasi dimaksud
merupakan kerja sama yang paling terorganisasi antara sekolah atau guru dengan
orang tua murid.
5) Mengadakan Surat Menyurat Antara Sekolah dan Guru

Surat-menyurat ini diperlukan terutama pada waktu-waktu yang sangat diperlukan


bagi perbaikan pendidikan anak didik, seperti surat peringatan dari guru kepada orang
tua jika anaknya perlu lebih giat, sering membolos, sering berbuat keributan, dan
sebagainya.
6) Adanya Daftar Nilai Rapot

Sekolah dapat memberi surat peringatan atau meminta bantuan kepada orang tua
apabila hasil raport anaknya kurang baik agar dapat lebih giat mengebangkan bakatnya
atau minimal mampu mempertahankan apa yang sudah dapat diraihnya.
b. Hubungan Masyarakat Dengan Sekolah

Sanafiah faisal mengemukakan bahwa hubungan antara sekolah (pendidikan) dengan


masyarakat paling tidak, bisa di lihat dari dua segi berikut :
1) Sekolah sebagai partner masyarakat didalam melaksanakan fungsi pendidikan.
Dalam konteks berarti keduanya, yaitu sekolah dan masyarakat dilihat sebagai

5
pusat-pusat pendidikan yang berpotensial dan mempunyai hubungan yang
fungsional.

a. Fungsi pendidikan disekolah sedikit banyak dipengaruhi pula oleh corak


pengalaman seseorang dilingkungan masyarakat.

b. Fungsi pendidikan disekolah akan dipengaruhi sedikit banyaknya serta


fungsional tidaknya pendayagunaan sumber-sumber belajar di masyarakat.

2) Sekolah sebagai prosedur yang melayan pesan- pesan pendidikan dari masyarakat
lingkungannya.

a. Sebagai lembaga layanan terhadap kebutuhan pendidikan masyarakatnya,


sekolah sudah tentu membawa konsekuensi-konsekuensi konseptual dari
teknis sehingga berkesesuaian antara fungsi pendidikan yang dimainkan oleh
sekolah dengan apa-apa yang dibutuhkan masyarakatnya.

b. Akurasi sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh Iembaga atau
organisasi persekolahan, akan ditentukan pula oleh kejelasan formulasi
kontrak antara sekolah (selaku pelayan) dengan masyarakat selaku pemesan.

c. Penunaian fungsi sekolah sebagai pihak yang dikontrak untuk melayani


pesanan-pesanan pendidikan oleh masyarakatnya, sedikit banyak akan
dipengaruhi oleh ikatan-ikatan objektif antara keduanya.
2. Peran Masyarakat

Sebagaimana yang dikemukakan sebelumnya, bahwa masyarakat yang merupakan lembaga


ketiga sebagai lembaga pendidikan, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan itu sendiri besar
sekali perannya. Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat jangan diharapkan pendidikan
dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan. Beberapa peran masyarakat pada
pendidikan (sekolah) yaitu :

1) Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiaya sekolah.

2) Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan
mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.

3) Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung

6
museum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang, dan
sebagainya

4) Masyarakatlah yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah.

5) Masyarakatlah sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar.

6) Masyarakat memberi bahan pelajaran yang banyak sekali, antara lain seperti aspek
alami industri, perumahan, transportasi, perkebunan, pertambangan dan sebagainya.
D. Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah, Keluarga dan Masyarakat (Elovani
Martahelena Lubis)
Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan nilai-nilai kehidupan manusia.
Di dalam pengembangan nilai ini, tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai ole
manusia di dalam hidupnya. Bentuk kemitraan yang ditanamkan melalui tri sentra pendidikan
dalam pendidikan keluarga dengan sasaran kemitraan terdiri atas:

a. Kepala satuan PAUD

b. Komite Satuan PAUD

c. Organisasi mitra yang berkaitan dengan pelaksanaan program pendidikan keluarga


d. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai pembina teknis satuan pendidikan
Kemitraan dibangun atas dasar kebutuhan anak sehingga orang tua/wali dan masyarakat
diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam aktivitas yang berkaitan dengan sekolah. Prinsip
kemitraan tri sentra pendidikan:
a. Kesamaan hak, kesejajaran, dan saling menghargai
b. Semangat gotong royong dan kebersamaan
c. Saling melengkapi dan memperkuat
d. Saling asah, saling asih, dan saling asuh
Bentuk Kemitraan:
a. Penguatan komunikasi dua arah
b. Pendidikan orang tua (Parenting Education)
c. Regiatan sukarela
d. Belajar dirumah
e. Kolaborasi dengan Masyarakat

7
1. Peran Pelaku Kemitraan Tri Sentra Pendidikan
a. Peran Satuan PAUD
1. Melakukan analisis kebutuhan
2. Menyusun program tahunan pendidikan keluarga
3. Melakukan pertemuan dengan orang tua/wali peserta didik
4. Melaksanakan program pendidikan keluarga
5. Melakukan supervisi dan evaluasi
Unsur yang memiliki peran utama dalam program pendidikan keluarga di satuan
PAUD adalah :
1. Kepala Satuan PAUD
2. Guru Kelas
3. Komite Satuan
b. Peran Orang Tua/Wali
1. Menciptakan lingkungan belajar di rumah yang menyenangkan dan
mendorong perkembangan budava prestasi anak.
2. Menjalin interaksi dan komunikasi yang hangat dan penuh kasih sayang
dengan anak.
Memberi motivasi dan menanamkan rasa percaya diri pada anak.
3. Menjalin hubungan dan komunikasi yang aktif dengan pihak satuan PAUD
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan
ekstrakurikuler yang dilakukan anak di satuan PAUD.
5. Memiliki inisiatif untuk menggerakan orang tua/wali lain agar terlibat
dalam pengambilan keputusan di satuan PAUD dan masyarakat.
c. Peran Mayarakat
1. Mancerdaskan Kehidupan Masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri bahwa tingkat kecerdasan masyarakat sedikit banyak
dapat dikembangakan melalui berbagai program pendidikan disekolah. Berkenaan
dengan kenyataan ini, secara historis tentang persekolahan setalu menjadi isi dan arah
dari program pendidikan sekolah- sekolah. Membaca, menulis, dan berhitng seta
pengetahuan umum. Upaya penambahan dan pengembangan lebih jelas hanya dapat
dilakukan secara sistematis melalui program pendidikan di jalur pendidikan sokolah.

8
2. Membawa Bibit Pembaharuan Bagi Perkembangan Masyarakat
Masyarakat Sampai sat ini, sistem pendidikan yang berjalan umumnya masih
berperan sekedar sebagai sarana mengalihkan pengetahuan yang dianggap benar
dan berlaku. Hal demikian memang banyak dikecam, mengingat bahwa bukan
saja karena pengetahuan yang dianggap benar tersebut akan menjadi usang
dengan ditemukannya pengetahuan yang lebih baru, tetapi lebih karena hasil
pendidikan sangat diharapkan dapat dipakai sebagai modal penting melakukan
dan menanggapi setiap modernisasi dan tantangan perkembangan zaman secara
kreatif, manditi dan bertanggung jawab.
3. Menciptakan warga masyarakat yang siap dan terkendali bagi kepentingan
kerja dilingkungan masyarakat

Anak yang didik dilembagapersokolahan, pada akhimya akan kembali dan


menadi warga masyarakat. Berkenaan dengan ini mereka memerlukan pekerjaan
untuk menompang kehidupannya. Untuk terjun kedunia kerja, seseorang dituntut
kesiapan tertentu yang diperlukan oleh lapangan keria bersangkutan. Kesiapan
tersebut meliputi pengetahuan, skill dam sikap.

4. Memunculkan sikap-sikap positif dan konstruktif bagi masyarakat, sehingga


tercipta integrasi sosial yang harmonis ditengah-tengah Masyarakat

Sejak sekoalah dasar sampai perguruan tinggi sikap-sikap positif dan


konstruktif yang diperlukan didalam hidup bernegara atau bermasyarakat
senantiasa menjadi perhatian. Hal ini berkaitan dengan falsafah hidup dari
sesuatu bangsa atau masyarakat, yang sudah tentu membedakan keharmonisan
dan keutuhan (integrasi) sosial dari kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Pengaruh Masyarakat Terhadap Sekolah


Keteraturan dari beberapa pengaruh tersebut adalah sebagai berikut :
a. Terhadap Orientasi dan Tujuan Pendidikan

Munculnya orientasi dan tujuan baru yang berkembang di dalam


masyarakat, baik dilihat dari kacamat makro maupun mikro, sedikit banyak
pasti akan diperhatikan oleh lembaga pendidikan sekolah.

9
b. Terhadap Proses Pendidikan Sekolah

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah melibatkan berbagai komponen,


baik yang manusiawi maupun non manusiawi, dan dalam hal ini adanya
partisipasi masyarakat jelas berpengaruh terhadap penyelenggaraan pendidikan
yang dimaksud.

E. Pergaulan Dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat (Shafiqa Nayla Azzahra)


1. Pergaulan Dalam Keluarga

Untuk membawa anak kepada kedewasaan, orang tua harus memberi teladan yang
baik karena anak suka mengimitasi kepada orang yang lebih tua atau orangtuanya.
Dengan teladan yang baik, anak tidak merasa dipaksa. Dalam memberikan sugesti
kepada anak tidak dengan cara otoriter, melainkan dengan sistem pergaulan sehingga
dengan senang anak melaksanakannya.

2. Pergaulan Dalam Sekolah

Hubungan murid dengan murid ini adakalanya sederajat dan adakalanya lebih rendah atau
lebih tinggi kedewasaannya. Pergaulan yang berpengaruh positif inilah yang mengandung
adanya gejala-gejala pendidikan, dan tentu saja terus dikontrol dan diarahkan. Aktivitas di
sekolah yang mengandung gejala pendidikan antara lain ialah organisasi intrapelajar, pelajaran
berolahraga, kerja bakti, baris-berbaris, kepramukaan, keterampilan, dan sebagainya.

3. Pergaulan Dalam Masyarakat

Pergaulan sehari-hari antara amak dengan anak lainnya dalam masyarakat juga ada
yang setaraf dan ada yang lebih dewasa dibidang tertentu. Teguran anak yang lebih dewasa,
terhadap anak yang nakal, yang jorok, yang melakukan perbuatan-perbuatan berbahaya, dan
sebagainya. Sesama kawan berkumpul untuk bercerita bermain dengan disiplin, tukar menukar
pengalaman, dan sebagainya tidak terlepas dari kandungan gejala pendidikan.

4. Kewibawaan Dalam Pergaulan

Kewibawaan merupakan syarat bagi pendidik dan digunakan untuk membawa anak didik

10
kedewasaan Oleh karena itu, kewibawaan termasuk dalam alat pendidikan. Salah seorang tokoh
pendidik, Langeveld menyatakan bahwa pendidikan yang sungguh-sungguh baru dapat
diberikan setelah anak itu mengenal kewibawaan, kira-kira anak berumur tiga tahun.

11
BAB II
RUMUSAN MASALAH
A. Masalah Yang Diidentifikasi
Dari wawancara yang kami lakukan dengan guru BK SMAN 11 Medan, kami
mendapati tiga buah masalah yang berkaitan dengan Tri Sentra Pendidikan. Masalah-
masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terdapat siswa yang sering datang terlambat

Dari hasil wawancara mengatakan bahwa banyak siswa yang berdatangan lebih dari
waktu yang sudah di tentukan oleh sekolah tersebut. Datang terlambat menurunkan
tingkat kedisiplinan seseorang. Dengan datang terlambat, seseorang cenderung tidak
disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah dibuat sebelumnya. Hal tersebut tidak
hanya menurunkan kedisiplinan, melainkan juga menurunkan rasa tanggung jawab
baik terhadap diri sendiri dan juga orang lain. Dalam hal ini dapat dilihat kurangnya
tanggung jawab orang tua untuk sosial anak dalam pengembangan kepribadian yang
bertanggung jawab.
2. Terdapat Siswa yang Tidak Hadir Sekolah Tanpa KeterangaN

Menurut pernyataan guru BK sekolah tersebut, masih ada beberapa siswa yang tidak
hadir sekolah pada hari tertentu tanpa surat ijin atau pun keterangan. Oleh karena itu,
dalam upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam kehadirannya di
sekolah, maka guru atau konselor seyogyanya dapat memahami latar belakang dan
faktor-faktor penyebab ketidakhadirannya, untuk menemukan inti masalah yang
sebenarnya.
3. Ditemukan Siswa yang Merokok Di Dalam Toilet Sekolah

Menurut pernyataan guru BK disekolah tersebut, ketika narasumber sedang


melakukan observasi, menemukan siswa yang sedang merokok di toilet sekolah
secara diam-diam, dan hal tersebut tidak dilakukan lebih dari satu siswa. Faktor-
faktor yang menyebabkan merokok pada remaja antara lain karena adanya pengaruh
iklan rokok, kontrol orangtua yang kurang baik, kontrol diri yang rendah, pengaruh
pergaulan teman sebaya.

12
13
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini subjek penelitian adalah siswa di sekolah SMA Negeri 11
Medan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 september 2023.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu wawancara, wawancara adalah
suatu proses tanya jawab antara penanya dan respondennya. Tujuannya, yaitu
memperoleh informasi atau data tentang suatu topik tertentu secara lengkap.
C. Sumber Data
Data diambil melalui guru bimbingan konseling pada SMA Negeri 11 Medan
yaitu ibu Kemalawati S.Psi.
D. Analisis
Teknik analisis data yang digunakan yaitu metode kualitatif jenis wawancara.
Hasil dari wawancara yaitu :
Pertama, dari hasil wawancara guru bimbingan konseling di SMAN 11 Medan
terdapat siswa yang sering terlambat, siswa yang absen tanpa keterangan, siswa yang
tidak memakai simbol/atribut sekolah, dan kasus siswa merokok. Narasumber juga
memaparkan bahwa kasus yang sering terjadi berulang adalah kasus siswa merokok.
Guru BK mengatakan jika siswa yang ketahuan merokok maka akan dipanggil saksi,
kemudian membuat surat perjanjian. Jika setelah itu siswa tersebut diketahui melakukan
hal serupa, maka siswa tersebut akan dikeluarkan dari sekolah.
Kedua, penanganan masalah yang dikemukakan guru bimbingan konseling adalah
dengan memberikan hukuman. Siswa yang melanggar peraturan sekolah akan diberikan
hukuman seperti hormat bendera, lari keliling lapangan, membersihkan kamar mandi,
serta membuat surat perjanjian agar hal tersebut tidak terulang kembali.
Ketiga, guru bimbingan konseling di sekolah SMAN 11 Medan hanya melakukan
wawancara pada siswa yang bermasalah saja, lalu memberikan hukuman. Sementara itu,
kendala yang dihadapi oleh guru bimbingan konseling adalah ketidakjujuran siswa dalam
memberikan pernyataan selama proses wawancara berlangsung.

14
Keempat, guru bimbingan konseling bekerjasama dengan kepala sekolah, wali
kelas dan guru mata pelajaran dalam menangani siswa yang ada di SMAN 11 Medan.

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan pengenalan masalah, sebagai awal mula dimana mulai menyadari bahwa ada
kebutuhan yang harus dipenuhi. Masalah mengenai kebutuhan yang ingin dipenuhi dapat timbul
dari stimulus internal maupun eksternal. Dari wawancara yang kami lakukan dengan guru BK
SMAN 11 Medan, kami mendapati tiga buah masalah yang berkaitan dengan Tri Sentra
Pendidikan. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Terdapat siswa yang sering datang terlambat
Dari hasil wawancara mengatakan bahwa banyak siswa yang berdatangan lebih dari waktu
yang sudah di tentukan oleh sekolah tersebut. Siswa yang selalu datang terlambat ke sekolah
termasuk bentuk pelanggaran tata tertib atau aturan di sekolah. Datang terlambat menurunkan
tingkat kedisiplinan seseorang. Dengan datang terlambat, seseorang cenderung tidak disiplin
terhadap waktu dan jadwal yang telah dibuat sebelumnya. Hal tersebut tidak hanya menurunkan
kedisiplinan, melainkan juga menurunkan rasa tanggung jawab baik terhadap diri sendiri dan
juga orang lain. Dalam hal ini dapat dilihat kurangnya tanggung jawab orang tua untuk sosial
anak dalam pengembangan kepribadian yang bertanggung jawab.
Kaitan Teori: Pengaruh Timbal Balik antara Sekolah, Keluarga dan Masyarakat
Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan nilai-nilai kehidupan manusia. Di dalam
pengembangan nilai ini, tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai oleh manusia didalam
hidupnya. Dalam hal pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada
luas tidaknya produk serta kualitas output pendidikan (sekolah) itu sendiri. Semakin besar
output sekolah tersebut dengan disertai kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak
sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas, maka tentu saja pengaruhnya sangat
positif bagi masyarakat.
Sementara keluarga juga memiliki kedudukan yang tidak kalah penting bila dibanding kedua
lembaga yang lain (sekolah dan masyarakat). Output pendidikan sekolah tidak dapat dipisahkan
dari peran keluarga dan masyarakat, karena keberhasilan pendidikan disekolah tidak terlepas
dari peran keluarga dan masyarakat. upaya kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat yang berlandaskan pada azas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya,
saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan
yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peseta didik. Ekosistem pendidikan

16
merupakan tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh dari semua unsur pendidikan sehingga
menghasilkan lingkungan belajar yang kondusif bag tumbuh kembang anak secara optimal.
Budaya prestasi merupakan latanan nilai, Kebiasaan, kesepakatan yang direfleksikan dalam
tingkah laku sehari-hari warga sekolah yang terkait dengan pencapaian prestasi sekolah sebagai
institusi maupun prestasi individu pesorta didik sesuat bakat, minat, dan potensi, maupun
karakter masing-masing dalam kedisiplinan.
2. Terdapat Siswa yang Tidak Hadir Sekolah Tanpa Keterangan
Menurut pernyataan guru BK sekolah tersebut, masih ada beberapa siswa yang tidak hadir
sekolah pada hari tertentu tanpa surat ijin atau pun keterangan. Oleh karena itu, dalam upaya
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam kehadirannya di sekolah, maka guru atau
konselor seyogyanya dapat memahami latar belakang dan faktor-faktor penyebab
ketidakhadirannya, untuk menemukan inti masalah yang sebenarnya. Dalam hal ini dapat dilihat
kurangnya tanggung jawab orang tua untuk sosial anak dalam pengembangan kepribadian yang
bertanggung jawab.
Kaitan Teori: Pengaruh Timbal Balik antara Sekolah, Keluarga dan Masyarakat
Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan nilai-nilai kehidupan manusia. Di dalam
pengembangan nilai ini, tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai oleh manusia didalam
hidupnya. Dalam hal pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada
luas tidaknya produk serta kualitas output pendidikan (sekolah) itu sendiri. Semakin besar
output sekolah tersebut dengan disertai kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak
sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas, maka tentu saja pengaruhnya sangat
positif bagi masyarakat.
Sementara keluarga juga memiliki kedudukan yang tidak kalah penting bila dibanding kedua
lembaga yang lain (sekolah dan masyarakat). Output pendidikan sekolah tidak dapat dipisahkan
dari peran keluarga dan masyarakat, karena keberhasilan pendidikan disekolah tidak terlepas
dari peran keluarga dan masyarakat. upaya kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat yang berlandaskan pada azas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya,
saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan
yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peseta didik. Ekosistem pendidikan
merupakan tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh dari semua unsur pendidikan sehingga
menghasilkan lingkungan belajar yang kondusif bag tumbuh kembang anak secara optimal.

17
Budaya prestasi merupakan latanan nilai, Kebiasaan, kesepakatan yang direfleksikan dalam
tingkah laku sehari-hari warga sekolah yang terkait dengan pencapaian prestasi sekolah sebagai
institusi maupun prestasi individu pesorta didik sesuat bakat, minat, dan potensi, maupun
karakter masing-masing dalam kedisiplinan.
3. Ditemukan Siswa yang Merokok Di Dalam Toilet Sekolah
Menurut pernyataan guru BK disekolah tersebut, ketika narasumber sedang melakukan
observasi, menemukan siswa yang sedang merokok di toilet sekolah secara diam-diam, dan hal
tersebut tidak dilakukan lebih dari satu siswa. Faktor-faktor yang menyebabkan merokok pada
remaja antara lain karena adanya pengaruh iklan rokok, kontrol orangtua yang kurang baik,
kontrol diri yang rendah, pengaruh pergaulan teman sebaya.
Kaitan Teori: Pergaulan dalam Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat
1. Pergaulan Dalam Keluarga

Untuk membawa anak kepada kedewasaan, orang tua harus memberi teladan yang baik
karena anak suka mengimitasi kepada orang yang lebih tua atau orangtuanya. Dengan teladan
yang baik, anak tidak merasa dipaksa. Dalam memberikan sugesti kepada anak tidak dengan
cara otoriter, melainkan dengan sistem pergaulan sehingga dengan senang anak
melaksanakannya. Biasanya anak paling suka untuk identik dengan orang tuanya, seperti anak
laki-laki terhadap ayahnya sementara anak perempuan dengan ibunya. Antara anak dengan
orang tua ada rasa simpati dan kekaguman.

Secara tidak langsung setiap anak berguru kepada saudara- saudaranya sehingga anak
menjadi tahu bahwa dia merasa wajib memberi sebagaimana dia merasa perlu pemberian, baik
materi maupun non materi Antar anak dalam keluarga belajar tukar- menukar pengalaman
sehingga semakin banyaklah hal-hal yang diketahui tentang baik dan buruk, hak dan kewajiban,
tentang saling menyayangi, dan sebagainya dengan adanya hubungan satu sama lain. Pergaulan
antara orang tua dan anak-anaknya dalam usaha mendewasakan menunjukan bahwa pergaulan
dalam keluarga mengandung gejalagejala pendidikan. Agar anak dapat mencontoh hal-hal yang
baik dalam kedewasaan orangtua, dan menghindari yang buruk.

2. Pergaulan Dalam Sekolah

Guru-guru sebagai pendidik dengan wibawanya dalam pergaulan membawa murid sebagai
anak didik ke arah kedewasaan. Sesama murid saling berkawan, berolahraga, bersama dengan

18
ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak, saling bercerita, saling
mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung perasaan teman sepergaulannya.

Hubungan murid dengan murid ini adakalanya sederajat dan adakalanya lebih rendah atau
lebih tinggi kedewasaannya. Pergaulan yang berpengaruh positif inilah yang mengandung
adanya gejala-gejala pendidikan, dan tentu saja terus dikontrol dan diarahkan. Aktivitas di
sekolah yang mengandung gejala pendidikan antara lain ialah organisasi intrapelajar, pelajaran
berolahraga, kerja bakti, baris-berbaris, kepramukaan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu
mengharuskan murid berdisiplin dan meningkatkan profesionalnya. Agar murid memiliki
lingkungan yang positif dan produktif sehingga tidak ada kasus/masalah ini tidak terjadi.

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kesimpulan BAB I

Keluarga memiliki peran penting dalam pendidikan anak, termasuk dalam mengajarkan nilai-
nilai, perilaku, dan keterampilan dasar. Orang tua bertanggung jawab dalam memelihara,
melindungi, mendidik, dan membimbing anak-anak mereka agar menjadi individu yang
baik.pendidikan memiliki pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Sekolah berperan penting dalam menghasilkan sumber daya manusia berkualitas, tetapi juga
membutuhkan dukungan keluarga dan masyarakat.pergaulan dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan dan perkembangan individu.

2. Kesimpulan BAB II

Kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting untuk membentuk
karakter siswa dan mendorong perilaku positif. Dalam hal ini, perlu upaya bersama untuk
mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi agar menciptakan lingkungan pendidikan
yang lebih baik.

3. Kesimpulan BAB III

Bahwa penelitian dilakukan di SMA Negeri 11 Medan dengan subjek penelitian


berupa siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan
guru bimbingan konseling sebagai narasumber utama. Hasil wawancara
mengungkapkan adanya beberapa masalah yang sering terjadi di sekolah, seperti siswa
yang sering terlambat, siswa yang absen tanpa keterangan, siswa yang tidak memakai
atribut sekolah, dan kasus siswa merokok. Penanganan masalah dilakukan melalui
pemberian hukuman kepada siswa yang melanggar peraturan sekolah, dengan hukuman-
hukuman tertentu seperti hormat bendera dan surat perjanjian.

4. Kesimpulan BAB IV

Masalah-masalah ini mencakup aspek kedisiplinan, kehadiran siswa, dan perilaku


berbahaya di lingkungan sekolah. Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya kerjasama

20
antara sekolah, guru, konselor, orang tua, dan siswa dalam upaya mendukung
perkembangan siswa secara keseluruhan.

B. Saran

1. Rekayasa Ide

Solusi yang dapat kami berikan ialah pihak sekolah dapat melakukan sosialisasi
kepada murid, untuk mengurangi kesalahan- kesalahan yang sudah di lakukan seperti
sebelum nya. Sosialisasi ini juga dapat menjadi sarana untuk murid dapat lebih
mengenal apa itu BK.

2. Projek
Mengadakan Sosialisasi
Langkah-langkah mengadakan webinar yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan Topik : “ Meningkatkan Kedisplinan Melalui Aspek Keluarga,
Pertemanan, dan Lingkungan”
2. Memilih perangkat penunjang : Menggunakan Zoom, koneksi internet, handphone.
3. Merancang Materi yang akan disampaikan : Presentasi, Power Point, dan tanya
jawab.
4. Menentukan waktu pelaksanaan
5. Mempromosikan sosialisasi
6. Mempersiapkan rencana cadangan

Hasil yang bisa di dapatkan yaitu :

Adapun hasil yang bisa kami paparkan ialah, dapat meminimalisir masalah-masalah
yang ada pada sekolah tersebut. Dapat lebih mengenali peraturan peraturan sekolah yang
mungkin murid murid tersebut belum terlalu tau akan peraturan

21
22
DAFTAR PUSTAKA
Ahdar. 2021. Ilmu Pendidikan. Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press.
Amirudin, dkk. 2021. Pengantar Pendidikan. Purwokerto Selatan : CV. Pena Persada.
Dyah Kusuma Wardani, S. P., & Fitri, D. M. (2021). Edukasi Tentang Pergaulan Remaja Yang
Sehat di Lingkungan Sekolah dan Keluarga SMK Muhammadiyah 4 Cileungsi.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 61-70.
Ginanjar, M. H. (2013). Urgensi Lingkungan Pendidikan Sebagai Mediasi Pembentukan
Karakter Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Islam, 376-396.
Hastuti, L. (2020). Tri Pusat Pendidikan (Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat) Dalam
Membentuk Akhlak Melalui Pembinaan Agama. Jurnal Pendidikan Kreativitas
Anak, 83-95.
Hubbil Khair. (2021). Peran Lembaga Pendidikan dalam Masyarakat di Era Modern. Jurnal
Ilmiah Keagamaan, Pendidikan dan Kemasyarakatan. Volume 12, Nomor 2
Marlina Gazali. (2013). Optimalisasi Peran Lembaga Pendidikan untuk Mencerdaskan Bangsa.
Jurnal Al-Ta’dib. Vol. 6 No. 1
Ma’sum, T., Zunnai, B., & Umami, N. U. (2023). Faktor Pendidikan dan Hubungan Timbal
Balik Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. CERMIN: Jurnal Manajemen
dan Pendidikan Berbasis Islam Nusantara, 2(2), 47-51.
Miftah, M., & Syamsurijal. (2023). Strategi Pemanfaatan Lingkungan Pendidikan Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 72-83.
Moch. Yaziidul Khoiiri, dk (2023). Peranan Keluarga Dan Masyarakat Dalam Pendidikan.
Cermin jurnal, 27-33

Ramdhani, M. A. (2014). Lingkungan pendidikan dalam implementasi pendidikan karakter.


Jurnal pendidikan universitas garut, 8(1), 28-37.

Rochanah, dkk(2016). ” Peranan Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat Dalam Menunjang


Pembelajaran Yang Efektif. Rumah jurnal, 188-204

Sofyan Tsauri. (2015). Pendidikan Karakter: Peluang dalam Membangun Karakter Bangsa.
Jember: IAIN Jember Press

Subianto, J. (2013). Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pembentukan karakter

23
berkualitas. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 8(2).

Sukiman, 2017.Petunjuk Teknis Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Sekolah Menengah


Pertama (SMP). Jakarta
Tsauri, Sofyan. 2015. Pendidikan Karakter Peluang Dalam Membangun Karakter Bangsa.
Mangli Jember: IAIN Jember Press.

Yusnadi, dkk. 2023. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Halamanmoeka.

24

Anda mungkin juga menyukai