Disusun oleh
KELOMPOK 1 :
Oleh karena itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan Makalah ini sampai selesai.
Serta ucapan terimakasih penulis sampaikan juga kepada Ibu Dosen yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis. Dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun sistematika penulisan. Seperti kata
pepatah tidak ada gading yang tak retak oleh karna itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
KAJIAN TEORI.......................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................5
RUMUSAN MASALAH.........................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................6
METODOLOGI.......................................................................................................6
A. Subjek Penelitian.......................................................................................6
C. Sumber Data..............................................................................................6
D. Analisis......................................................................................................6
BAB IV....................................................................................................................8
BAB V....................................................................................................................10
PENUTUP..............................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................10
B. Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................13
ii
BAB I KAJIAN
TEORI
2
B. Tujuan Pendidikan ( Nazwa Salsabila Marpaung )
Tujuan pendidikan ada yang sifatnya ideal dan ada pula yang sifatnya
nyata. Tujuan yang sifatnya ideal biasanya dirumuskan dalam bentuk tujuan
pendidikan yang sifatnya umum, sedangkan tujuan yang sifatnya nyata
dirumuskan dalam bentuk tujuan khusus. Dalam sistem pendidikan nasional,
tujuan umum pendidikan dija- barkan dari falsafah bangsa, yakni Pancasila.
Makna tujuan pendidikan nasional itu adalah membentuk manusia Indonesia yang
bisa mandiri dalam konteks kehidupan pribadinya, kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta berkehidupan sebagai makhluk yang beragama
(Ketuhanan Yang Maha Esa). Untuk mencapai tujuan umum, ada beberapa tujuan
yang mengantarkannya ke tujuan umum tersebut, disebut dengan tujuan antara,
yaitu pemberhentian sementara untuk mencapai tujuan umum. Pencapaian tujuan
umum ini selalu dilaksanakan dalam bentuk-bentuk pengkhususan karena
mengingat keadaan- keadaan yang terdapat pada peserta didik, lingkungan, serta
diri pendidik sendiri. Ada empat jenjang tujuan pendidikan, yaitu:
3
pengetahuan kepada orang lain, dan berprilaku yang dihasilkan dari belajar ataupun
berdasarkan pengetahuan merupakan Sumber fenomena kebudayaan.
Menurut Muhammad yahya, fungsi pokok pendidikan adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban yang bermakna dalam
kehidupan. Artinya, pendidikan bertujuan untuk membantu individu yang sesuai
dengan norma dan aturan yang mendasar di dalam masyarakat, untuk membentuk
individu yang kompeten, beriman, taat kepada Tuhan, serta memiliki pengetahuan
yang luas dan kepedulian terhadap nasionalisme. Ada juga fungsi pendidikan
terhadap manusia perspektif filsafat,, yaitu sebagai alat pengembangan kepribadian,
memanusiakan manusia, mengembangkan berbagai potensi kemanusiaan,
mengembangkan berbagai keterampilan hidup, mempersipakan dan memenuhi
kebutuhan hidup manusia.
4
tujuan, masukan, proses transformasi, keluaran, batas dan lingkungan,
mekanisme pengendalian serta umpan balik.
2. Ciri Ciri Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
a. Saling berhubungan diantara komponen-komponen objek, sifat dan
kejadian.
b. Holisme (keseluruhan).
c. Mengusahakan tujuan
d. Input, transformasi, dan output.
e. Entropi negatif
f. Proses informasi
g. Regulasi
h. Diferensiasi
3. Komponen-komponen Pendidikan sebagai Suatu Sistem
a. Tujuan pendidikan
b. Peserta Didik
c. Pendidik ( Guru ) / Tenaga Pendidik
d. Kurikulum / Materi Pembelajaran
e. Metode Pembelajaran
f. Media Pembelajaran
g. Sarana dan Prasarana Pendidikan
5
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan konsep buku yang sebagaimana dikemukakan di atas, maka
rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian adalah bagaimanakah
kurangnya penguasaan kelas bagi guru dalam proses belajar dan mengajar di
SMK- SMA Swasta Teladan Medan ?
Pada umumnya, yang disebut guru ideal adalah guru yang mampu
menguasai materi; mampu menguasai kelas; mempunyai wawasan yang luas;
kreatif; inovatif; dan memiliki karakter-karakter positif lainnya. Guru ideal adalah
guru yang ketika tidak datang ke sekolah akan membuat peserta didik sedih, ketika
belum datang dinanti-nanti oleh peserta didik, dan ketika mengajar membuat
peserta didik bahagia.
Setiap siswa tidak akan terhindar dengan yang namanya masalah, entah itu
masalah pribadi maupun masalah yang berhubungan dengan sekolah. Akan tetapi,
ada sebagian siswa mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dan ada juga yang
sampai berurusan dengan BK (Bimbingan Konseling). Seperti halnya bolos
sekolah, pacaran di sekolah, mencuri, atau melanggar peraturan-peraturan yang
lain. Yang menjadi masalah dalam penelitian ini, bagaimana cara wali kelas atau
guru mata Pelajaran yang sebagai tangan pertama dapat mengobservasi dan
mengamati siswa yang berada di kelas. Akan tetapi ada seorang guru di SMK-
SMA Swasta Teladan Medan yang kurang penguasaan kelas atau pengelolaan
kelasnya dalam artian, apapun masalah siswa biarlah pihak BK yang menangani,
jadi apa saja masalah dari siswa guru mata Pelajaran atau wali kelas tidak mau
ambil alih.
6
BAB III
METODOLOGI
A. Subjek Penelitian
C. Sumber Data
Sumber data yang didapat yaitu melalui guru Bimbingan dan Konseling
pada SMA/SMK Swasta Teladan Medan yaitu Ibu Linda
D. Analisis
Teknik analisis data yang digunakan yaitu metode kualitatif jenis
wawancara. Hasil dari wawancara yaitu :
Kedua, dari hasil wawancara juga didapatkan bahwasanya guru ini kurang
dalam penguasaan kelas, sehingga tidak bisa membuat kelas kondusif, aktif dan
lain sebagainya.
7
Berdasarkan hasil dari penelitian kami, Analisis (persentase %) guru yang
mengalami permasalahan kurang penguasaan atau pengelolaan kelas adalah
sebanyak 10 dari 100%. Hasil analisis data yang kami temukan yaitu baik, karena
hanya ada seorang guru saja yang mengalami permasalahan tersebut.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kajian mengenai pendidikan sebagai sistem memberikan landasan
konseptual yang relevan untuk memahami masalah yang dijumpai dalam rumusan
masalah ini. Dalam konteks ini, pendidikan diidentifikasi sebagai sebuah sistem
yang terdiri dari berbagai komponen, seperti tujuan pendidikan, peserta didik,
guru, kurikulum, metode pembelajaran, dan lain sebagainya. Sistem pendidikan ini
berfungsi sebagai kesatuan yang kompleks yang bertujuan mencapai tujuan
pendidikan tertentu melalui proses transformasi informasi, pengetahuan, dan
keterampilan dari guru kepada peserta didik.
Namun, ketika kita merujuk pada masalah yang diangkat dalam rumusan
masalah, yaitu kurangnya penguasaan kelas bagi seorang guru di SMK-SMA
Swasta Teladan Medan, kita dapat melihat bagaimana konsep sistem menjadi
relevan. Dalam konteks ini, guru yang kurang mampu mengelola kelasnya dengan
baik dapat dianggap sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan yang
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ini dapat mempengaruhi proses
transformasi informasi dan interaksi antara guru dan peserta didik. Sebagai
akibatnya, tujuan pendidikan yang seharusnya tercapai mungkin terhambat, dan
siswa dapat mengalami masalah yang tidak terselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu, pemahaman tentang sistem pendidikan dan bagaimana komponen-
komponennya saling berhubungan menjadi penting dalam mengatasi masalah ini,
dengan fokus pada perbaikan penguasaan kelas oleh guru dan pemahaman
terhadap siswa serta masalah yang mereka hadapi. Dalam kaitannya dengan
konsep sistem, permasalahan yang dihadapi guru tersebut mencerminkan
ketidakseimbangan dalam hubungan antara komponen-komponen pendidikan.
Kurangnya penguasaan kelas oleh guru dapat mengganggu proses informasi dan
regulasi dalam kelas, yang seharusnya menjadi bagian integral dari sistem
pendidikan. Seorang guru yang tidak mampu mengelola kelas dengan baik
mungkin kesulitan dalam menjalankan mekanisme pengendalian dan memberikan
umpan balik yang efektif kepada peserta
9
didik. Hal ini dapat mengarah pada entropi negatif, yaitu ketidakstabilan dalam
lingkungan kelas yang seharusnya kondusif untuk belajar.
Ketika guru dapat memahami konsep sistem pendidikan dan perannya dalam
menjaga keseimbangan komponen-komponen tersebut, seperti mengelola kelas
dengan baik, memberikan perhatian kepada masalah siswa, dan berinteraksi secara
positif dengan mereka, maka proses belajar mengajar dapat berjalan lebih lancar.
Guru yang mampu menguasai kelasnya bukan hanya dapat mengajar materi
dengan baik, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan
dan perkembangan siswa secara keseluruhan. Dengan kata lain, pemahaman
tentang sistem pendidikan tidak hanya berkaitan dengan bagaimana hal-hal bekerja
bersama, tetapi juga bagaimana memastikan bahwa setiap komponen dalam sistem
ini berkontribusi positif untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
10
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan Bab I
Kesimpulan Bab II
Kesimpulan Bab IV
Dalam konteks ini, pendidikan diartikan sebagai suatu sistem yang terdiri
dari beberapa bagian berbeda seperti tujuan pendidikan, siswa, guru, kurikulum,
metode pengajaran, dan lain-lain. Sistem pendidikan ini berfungsi sebagai suatu
kesatuan kompleks yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
11
dengan cara mentransfer pengetahuan, informasi dan keterampilan dari guru
kepada siswa. Namun jika mengacu pada permasalahan yang ditemukan yaitu
kurangnya pengelolaan kelas pada guru di sebuah SMK - SMA swasta Teladan di
Medan. Dalam konteks ini, guru yang tidak dapat mengelola kelasnya dengan baik
dapat dilihat sebagai bagian dari sistem pendidikan yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
B. Saran
12
harus dilakukan oleh tenaga pendidik yang ahli di bidangnya dan harus
dilakukan secara terstruktur dan terencana
5. Evaluasi: Setelah program pelatihan selesai dilaksanakan, langkah terakhir
adalah melakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana program pelatihan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas. Evaluasi juga dapat digunakan sebagai bahan untuk
menyusun program pelatihan yang lebih baik di masa yang akan datang
Kesimpulan Hasil
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2021. Ilmu Pendidikan. Pare Pare. IAIN Pare Pare Nusantara Press Wijaya,
A. R. (2009). Pengantar Pengantar Pendidikan. Bandung: Ideas Publishing.
Candra. Amiruddin. 2019. Ilmu Pendidikan. Sumatera Utara : LPPI Medan Yahya,
M. M., & M. S. (2022). Fungsi Pendidikan Terhadap Manusia Perspektif Filsafat. Jurnal Yaqzan.
Muhammad. 2020. Ilmu Pendidikan. Jember : IAIN Jember Press
Sujana, I. C. (2019). Fungsi Dan Tujuan Pendidikan. Jurnal pendidikan Dasar.
Yusnadi, dkk. 2023. Ilmu Pendidikan. Sumatera Utara : Halaman Moeka
LANDASAN-LANDASAN PENDIDIKAN :
LINGKUNGAN BELAJAR YANG KURANG KONDUSIF
DOSEN PENGAMPU:
PROF. DR. NURAINI, M.S.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan tugas laporan dengan baik dan selesai pada waktu
yang ditentukan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Pendidikan yang telah membimbing dalam pengerjaan tugas laporan ini, dan juga kepada
rekan-rekan yang telah banyak memberikan masukan untuk laporan ini.
Kami mengetahui bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari tata
bahasa, atau pun isi pembahasan, maka, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun kepada kelompok agar dapat diperbaiki dan membantu kelompok untuk lebih baik
lagi kedepannya.
Kami berharap laporan ini dapat dipahami dengan baik dan mampu menambah
pengetahuan pembaca. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I
KONSEP TEORI.............................................................................................................................1
A. Landasan Religius................................................................................................................1
B. Landasan Filosofis...............................................................................................................2
C. Landasan Psikologis.............................................................................................................3
D. Landasan Sosiologis.............................................................................................................3
F. Landasan Hukum.................................................................................................................4
BAB II
RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................6
BAB III
METODE PENELITIAN.................................................................................................................7
A. Subjek..................................................................................................................................7
C. Sumber Data.........................................................................................................................7
BAB IV
PEMBAHASAN..............................................................................................................................8
BAB V
I. KESIMPULAN....................................................................................................................9
II. SARAN..............................................................................................................................10
A. Rekayasa Ide......................................................................................................................10
B. Projek.................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12
BAB I
KONSEP TEORI
RUMUSAN MASALAH
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
28 orang murid kelas XI di SMK Setia Budi Binjai.
B. Pengumpulan Data
Pada penelitian ini kami menggunakan teknik asesmen non tes dengan
metode wawancara kepada salah satu guru dan penyebaran angket yang berisi
delapan pertanyaan untuk para siswa.
C. Sumber Data
Data yang di peroleh langsung di dapatkan melalui wawancara kepada guru
tersebut dan memberikan angket untuk para murid di SMK Setia Budi Binjai.
D. Analisis
Dari angket yang telah kami sebarkan diperoleh data bahwa: semua murid
kelas XI yang berjumlah 28 orang merasa bosan atau tidak paham pada
pembelajaran yang disebabkan cara mengajar guru sebesar 100% , tidak nyaman
dalam mengungkapkan pendapat dikelas 71,4%, tidak aktif dalam proses
pembelajaran 75%, guru yang tidak peduli dengan situasi kelas 57,14%, merasa
dibedakan pada saat proses pembelajaran 57,14%, guru yang tidak memperdulikan
pendapat atau pandangan yang deberikan siswa 64,2%, guru yang tidak disiplin
saat proses pembelajaran hanya mendapatkan persentase sebesar 14,2%, dan yang
terkahir kami menemukan permasalahan tentang sesama teman yang tidak saling
menghargai sebesar 67,8%.
BAB IV
PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan di SMK Setia Budi Binjai, menunjukkan bahwa
lingkungan belajar mereka tidak selalu kondusif atau sehat, masih banyak guru yang belum
memiliki tingkat kepedulian tinggi dan memahami pentingnya lingkungan belajar bagi
siswa. Sehingga, permasalahan tersebut dapat dikaitkan erat dengan beberapa landasan
pendidikan.
1. Siswa yang kurang nyaman menyampaikan pendapat pada saat sesi
diskusi di kelas
berlangsung
Permasalahan ini dapat dikaitkan dengan landasan psikologis siswa, karena
kepercayaan diri dan kenyamanan dapat mempengaruhi emosional siswa dan
pandangannya terhadap dirinya sendiri dan hal-hal tersebut sangat penting bagi
aspek psikologis seseorang. Hal tersebut juga dapat berhubungan dengan landasan
sosiologis, karena interaksi sosial di dalam kelas, seperti perasaan takut tidak
diterima oleh lingkungan di kelas.
2. Guru yang kurang peduli
Permasalahan ini dapat dikaitkan dengan landasan sosiologis, karena
berhubungan dengan hubungan sosial dalam lingkungan sekolah. Guru yang kurang
peduli memiliki kemungkinan kecil untuk membangun hubungan yang positif
dengan siswa.
3. Mayoritas siswa yang kurang menghargai satu sama lain
Masalah ini dapat dikaitkan dengan landasan sosiologis karena melibatkan
interaksi sosial dan norma-norma dalam kelompok sosial. Kurang menghargai
dapat mempengaruhi dinamika kelompok di dalam kelas. Hal ini juga dapat
dikaitkan dengan landasan religius karena nilai-nilai seperti empati dan toleransi
sosial sering terkait dengan prinsip-prinsip agama atau filosofi tertentu.
4. Guru yang membeda-bedakan siswa
Diskriminasi dalam pendidikan adalah masalah hukum di banyak yurisdiksi
karena melanggar hak asasi manusia pada siswa tersebut.
BAB V
I. KESIMPULAN
A. Kesimpulan Bab I
Subjek pada penelitian ini adalah 28 murid di SMK Setia Budi, dengan
penggunaan metode penelitian wawancara dan angket, dan dari angket tersebut
ditemukan banyak permasalahan tentang belum terlaksananya lingkungan belajar
yang sehat.
D. Kesimpulan Hasil Pembahasan
II. SARAN
A. Rekayasa Ide
Ada beberapa solusi yang sekiranya dapat membantu mencapai lingkungan
belajaryang sehat dan kondusif, yaitu
1. Memberikan kebebasan berinteraksi
Strategi guru dalam membangun interaksi antar siswa selalu
mengedepankan kerja berpasangan dan kolaborasi. Dalam kerja
berpasangan dan kolaborasi, aspek nilai sosial dan kebebasan dalam
mengungkapkan pendapat terbangun. Hal inilah yang menjadi ciri utama
lingkungan kelas yang kondusif. Dengan adanya penanaman nilai
kebebasan, siswa terlatih berpikir kritis sesuai dengan bakat yang dimiliki.
2. Menerapkan berbagai norma atau aturan tertentu agar peserta didik tidak
melakukan tindakan menyimpang yang mengganggu proses belajar
mengajar di kelas. Hal tersebut merupakan satu teknik dan tindakan
preventif dalam merancang lingkungan belajar.
3. Guru membuat program diskusi
Guru dapat membuat suatu program yang dapat memicu interaksi siswa dan
mendorong siswa untuk berpendapat secara terbuka tanpa merasa takut
dihakimi, dan program tersebut juga bisa membantu guru dalam
mengkomunikasikan ide-ide atau aturan-aturan yang ingin diterapkan
B. Projek
Solusi-solusi yang diajukan dapat digabungkan menjadi satu program kegiatan,
yaitu:
KEGIATAN GERAKAN KELAS POSITIF
Adalah program sederhana dengan mengajak para siswa untuk berinteraksi
dan berdiskusi mengenai lingkungan belajar, untuk mencapai lingkungan yang
sehat, kreatif, efektik, kondusif dan positif.
Langkah-langkah Program
1. Perencanaan Awal
● Salam dan Sapa
● Guru memperkenalkan program “Gerakan Kelas Positif” kepada
siswa
● Menanyakan kesediaan siswa untuk mengikuti kegiatan ini secara
berkala
2. Diskusi Bersama
● Guru menanyakan harapan dan ide peserta didik mengenai
lingkungan belajar seperti apa yang diinginkan.
● Guru memberikan media untuk menuliskan harapan dan ide siswa
● Siswa berbagi pendapat mengenai keinginan satu sama lain yang
dapat diterapkan di lingkungan kelas
3. Kesepakatan
● Guru dan Siswa memilih pendapat atau nilai-nilai yang harus
diterapkan di dalam lingkungan kelas
● Nilai-nilai yang sudah disepakati dipajang di depan kelas untuk
menjadi pengingat dalam melakukan aturan yang sudah disetujui
4. Evaluasi Berkala
● Guru dan Siswa secara berkala mengadakan evaluasi untuk menilai
sejauh mana harapan dan ide tersebut diterapkan
● Siswa memberikan masukan tentang apa yang sudah berjalan
dengan baik dan apa yang masih perlu diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nurhuda, M.Pd. (2022). Landasan Pendidikan. Kota Malang: Ahli Media Press.
Harjali. (2016). Strategi Guru dalam Membangun Lingkungan Belajar yang Kondusif:
Studi Fenomenologi pada Kelas-kelas Sekolah Menengah Pertama di Ponorogo.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.
Prof. Dr. Yusnadi, MS. Dkk. (2023). Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Medan.
Rahmat Hidayat, dkk. (2019). Ilmu Pendidikan Konsep Teori & Aplikasinya. Medan: LPPI.
Romlah, Siti. (2017). Pengaruh Faktor Lingkungan Belajar di Sekolah Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X MAS Darul Ulum Kubu
Raya. FKIP Universitas Tanjungpura.
Wijaya, Candra dan Amiruddin. (2019) Ilmu Pendidikan Konsep dan Teori Aplikasinya.
Medan. Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).
Yasintha Pemba, Darmawang, Nur Risnawati Kusuma. (2022). Peran Lingkungan Belajar
Terhadap Konsentrasi Belajar Peserta Didik di SMK Katolik Muktyaca. Jurnal
Pendidikan dan Profesi Keguruan.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
BK REGULER B
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul “Aliran-Aliran Pendidikan” tersusun hingga selesai. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nur'aini, MS selaku dosen pengampu mata
kuliah Ilmu Pendidikan di Univesitas Negeri Medan yang telah membimbing kami. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Terlepas dari semua itu, kami menyadari seutuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa melakukan perbaikan makalah ini
sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................xiv
DAFTAR ISI........................................................................................................................xv
BAB I KONSEP TEORI......................................................................................................16
A. Aliran Nativisme (Dina Simbolon)............................................................................16
B. Aliran Naturalisme (Dina Simbolon)........................................................................16
C. Aliran Empirisme (Etisa Rasinta Br Sembiring).......................................................17
D. Aliran Konvergensi (Etisa Rasinta Br Sembiring)....................................................17
E. Aliran Behaviorisme (Tasya Ardiva)........................................................................18
F. Aliran Progresivisme (Tasya Ardiva)........................................................................18
G. Aliran Konstruktivisme (Dwikhana Lourdes Sitanggang)........................................18
H. Aliran Perenialisme (Dwikhana Lourdes Sitanggang)..............................................18
BAB II PERMASALAHAN.................................................................................................20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................21
A. Subjek Penelitian.......................................................................................................21
B. Pengumpulan Data.....................................................................................................21
C. Sumber Data..............................................................................................................21
D. Analisis Data.............................................................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................................23
BAB V PENUTUP...............................................................................................................24
A. Kesimpulan................................................................................................................24
1. Kesimpulan Bab I Konsep Teori............................................................................24
2. Kesimpulan Bab II Rumusan Masalah..................................................................24
3. Kesimpulan Bab III Metodologi Penelitian...........................................................24
4. Kesimpulan Bab IV Pembahasan...........................................................................24
B. Saran..........................................................................................................................24
1. Rekayasa Ide..........................................................................................................24
2. Projek.....................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................29
BAB I
KONSEP TEORI
A. Aliran Nativisme (Dina Simbolon)
Nativisme berasal dari kata native artinya asli atau asal. Nativisme (aliran
pembawaan) ini dipelopori oleh Schopenhauer seorang filsuf Jerman yang hidup pada
tahun 1788-1880. Aliran ini berkeyakinan bahwa anak yang baru lahir membawa
bakat, kesanggupan dan sifat-sifat tertentu (Ahmadi dan Uhbiyati, 291:1991).
Sifat-sifat dan dasar tertentu yang bersifat keturunan (herediter) inilah yang
menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak sepenuhnya. Teori ini
mengajarkan bahawa anak lahir sudah memiliki pembawaan baik dan buruk.
Perkembangan anak hanya ditentukan oleh pembawaannya sendiri-sendiri.
Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi apalagi membentuk kepribadian anak.
Tokoh utama aliran ini adalah John Locke seorang filsuf darj Inggris. Teori
aliran ini mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti
kertas putih yang kosong dan yang belum ditulisi, atau lebih dikenal dengan istilah
"Tabularsa" (a blank sheet of paper) John Locke (dalam Joseph. 2006:76) tak ada
sesuatu dalam jiwa yang sebelumnya tak ada dalam indera.
Aliran ini dikenal juga dengan aliran optimisme. Sejalan juga bahwa aliran
empirisme ini dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya sedangkan kemampuan dasar yang
dibawa sejak lahir dianggap tidak menentukan.
D. Aliran Konvergensi (Etisa Rasinta Br Sembiring)
Konvergensi artinya pertemuan. Pelopor aliran ini adalah William Stern
seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman. Teori ini mengatakan bahwa seseorang
terlahir dengan pembawaan baik dan juga pembawaan buruk. Oleh karena itu
teorinya dikenal dengan sebutan konvergensi (memusat ke satu titik). Teori ini
mempunyai dasar yang kuat daripada teori-teori yang lain. Karena dalam
kenyataannya kedua faktor itu memng tidak bisa diabaikan.
Menurut teori konvergensi ada tiga prinsip dasar dalam pendidikan, yaitu: (1)
pendidikan mungkin untuk dilaksanakan, (2) pendidikan diartikan sebagai
pertolongan yang diberikan lingkungan kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang kurang baik, dan (3)
yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan. (Abdul Kadir,
2012:127)
E. Aliran Behaviorisme (Tasya Ardiva)
Behaviorisme merupakan aliran ilmu psikologi yang berfokus pada perilaku
dengan asumsi adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan perilaku
(behavior) Artinya manusia berperilaku karena pengaruh dari lingkungan fisik bukan
dikarenakan insting seperti yang dikaji dalam aliran psikoanalisis (Alwisol, 2009)
F. Aliran Progresivisme (Tasya Ardiva)
Tokoh aliran ini adalah Jhon Dewey aliran ini berpendapat bahwa manusia
mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta
mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun masalah- masalah yang dapat
mengancam dirinya. Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan disekolah berpusat pada anak sebagai reaksi terhadap
pelaksanaan yang masih berpusat pada guru atau bahan ajaran.
G. Aliran Konstruktivisme (Dwikhana Lourdes Sitanggang)
Aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, seorang epistemiolog Italia. Ia
dipandang sebagai cikal bakal lahirnya konstruktivisme. Ia mengatakan bahwa Tuhan
adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan (Abdul Kadir,
2012:129). Aliran ini kemudian dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori
perkembangan kognitif. Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan
interksi kontinu antara individu satu dengan lingkungannya. Belajar menurut aliran
konstruktivisme adalah suatu proses yang mengkondisikan siswa untuk melakukan
proses aktif membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru
berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola
sedemikian rupa sehingga mampu mendorong siswa untuk mengorganisasi
pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna.
H. Aliran Perenialisme (Dwikhana Lourdes Sitanggang)
Aliran perenialisme ini dipengaruhi oleh berbagai macam para tokoh, di
antaranya ialah plato, Aristoteles dan Thomas Aquinas. Asas yang dianut pada
aliran perenialisme ini mengacu pada dua arah kiblat, yaitu perenialisme yang
theologis bernaung dibawah supremasi gereja katolik, yang berorientasi pada
ajaran dan tafsir Thomas Aquinas dan perenialisme sekuler yang berpegang teguh
pada ide dan cita-cita plato dan Aristoteles. Perenialisme sebagai salah satu aliran
filsafat pendidikan yang mendasari dirinya pada keyakinan bahwa pengetahuan
sejatinya yang didapat melalui ruang dan waktu mestilah membentuk dasar
pendidikan seseorang. Oleh sebab itu tugas pendidikan itu mengajar, termasuk
mengajar pengetahuan yang mana pengetahuan termasuk kebenaran. Menurut
pandangan perenialis, pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat
perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
BAB II
PERMASALAHAN
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek adalah Ibu Wilda Riskia, S.Pd
seorang guru di SD Negeri Lorong Amaliun, Kecamatan Tanjung Beringin, Kab.
Sergai. Ibu wilda adalah wali kelas 5 SD Negeri Lorong Amaliun dan berumur 24
tahun.
B. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Meleong, 2010:
186). Dalam wawancara sudah disiapkan beberapa pertanyaan-pertanyaan.
Wawancara dilakukan langsung oleh peneliti kepada Ibu Wilda Riskia, S.Pd.
C. Sumber data
a) Data primer
Dalam pengumpulan sumber data, peneliti melakukan pengumpulan sumber data
dalam wujud data primer. Data Primer ialah jenis dan sumber data penelitian yang
di peroleh secara langsung dari sumber pertama (Ibu Wilda Riskia, S.Pd.) untuk
mendapatkan data atau informasi yang di butuhkan.
b) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58). Data
ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh yaitu dari
bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya.
D. Analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Analisis Data Interaktif Miles dan Hubermen. Ada 3 proses dan alur teknik ini yaitu:
Reduction, Pada tahapan ini data akan disederhanakan agar sesuai dengan kebutuhan.
Display data, tahapan selanjutnya adalah menyajikan data dalam bentuk yang lebih
rapi dan sistematis, sehingga informasi akan lebih mudah untuk didapatkan.
Conclusion drawing, penarikan kesimpulan berdasarkan data yang sudah disusun
dalam bentuk yang lebih rapi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Lingkungan sangat berpengaruh terdahap baik dan buruknya perkembangan anak
di sekolahnya misalnya apabila ada seorang siswa yang memiliki orang tua tidak tamat
SD maka itu akan sangat berpengaruh kepada tumbuh kembang anak di sekolah karena
bagaimana bisa orang tua mengajari anak dirumah sedangkan ia tidak tamat SD. Masih
banyak ditemukan masalah buruknya perkembangan siswa di sekolah, hal ini di picu oleh
lingkungan sosial yang tidak mendukung perkembangan anak dengan optimal. Banyak
ditemukan pergaulan anak di lingkungan sosial tidak baik sehingga berdampak juga
terhadap perkembangan tujuan belajar siswa.
Permasalahan yang kami angkat ini berbanding terbalik dengan teori yang di
kemukakan oleh teori behavioristik yang dimana Behaviorisme merupakan aliran ilmu
psikologi yang berfokus pada perilaku dengan asumsi adanya hubungan antara stimulus
(rangsangan) dengan perilaku (behavior) Artinya manusia berperilaku karena pengaruh
dari lingkungan fisik bukan dikarenakan insting seperti yang dikaji dalam aliran
psikoanalisis (Alwisol, 2009). Maka dari itu yang diangkat dari permasalahan siswa
seorang siswa yang memiliki orang tua tidak tamat sd maka itu akan sangat berpengaruh
kepada tumbuh kembang anak di sekolah karena bagaimana bisa orang tua mengajari
anak dirumah sedangkan ia tidak tamat SD. Masih banyak lagi ditemukan masalah
buruknya perkembangan siswa di sekolah, hal ini di picu oleh lingkungan sosial yang
tidak mendukung perkembangan anak dengan optimal terutama lingkungan keluarga
Hal ini juga dapat dikemukakan oleh teori behavioristik yang dimana
Behaviorisme merupakan aliran ilmu psikologi yang berfokus pada perilaku dengan
asumsi adanya hubungan antara stimulus (rangsangan) dengan perilaku (behavior)
Artinya manusia berperilaku karena pengaruh dari lingkungan fisik bukan dikarenakan
insting seperti yang dikaji dalam aliran psikoanalisis (Alwisol, 2009).
Pada dasarnya orang tua adalah lingkungan pertama bagi anak dalam proses
perkembangan dan pendidikan. Keluarga ialah pendidikan pertama yang berfungsi
membangun kreatifitas pada anak, jika sejak kecil anak kurang mendapatkan pendidikan
atau perhatian dari keluarga, maka akan muncul berbagai dampak negatif bagi anak
seperti halnya kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan lainnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Bab I Konsep Teori
Pemikiran tentang pendidikan sejak dulu, kini dan masa yang akan datang
terus berkembang. Hasil-hasil dari pemikiran itu disebut aliran atau Gerakan baru
dalam pendidikan. Aliran/gerakan tersebut mempengaruhi pendidikan di seluruh
dunia, termasuk pendidikan di Indonesia Dari aliran-aliran pendidikan tersebut
kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satu adalah yang paling baik. Sebab
penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, situasi dan kondisinya
pada saat itu, karena setiap aliran memiliki dasar-dasar pemikiran sendiri.
2. Kesimpulan Bab II Rumusan Masalah
Keluarga ialah pendidikan pertama yang berfungsi membangun kreatifitas
pada anak, jika sejak kecil anak kurang mendapatkan pendidikan atau perhatian
dari keluarga, maka anak akan kesulitan beradaptasi dengan lingkungan sosial,
juga kesulitan dalam perkembangan belajarnya, dan lain sebagainya
B. Saran
1. Rekayasa Ide
a) Solusi untuk siswa
Dari penelitian yang kami temui, kami dapat menggembangkan solusi dari
permasalahan yang dialami oleh Siswa yaitu konseling individual
behavioristik dengan teknik self-management, dan dilakukan untuk kalangan
yang mengalami masalah buruknya perkembangan belajar yang disebabkan
oleh lingkungan sosial yang kurang baik.
b) Solusi untuk orang tua
Sedangkan untuk orang tua yang tidak mendapat pendidikan cukup,
mengakibatkan kurangnya perhatian untuk pendidikan anak, dapat dilakukan
layanan informasi dengan mengadakan sosialisasi untuk seluruh masyarakat
yang kurang paham pentingnya pendidikan atau siapa saja orang tua siswa
yang tidak tamat SD dan tidak menggap pendidikan itu penting.
2. Projek
Dari analisis rekayasa ide yang sudah kami paparkan maka dapat kami
berikan prosedur yang akan kami lakukan untuk mengatasi permasalahan dari
konseling individual behavior Teknik self-management dan layanan informasi.
1. Layanan konseling individual behavior teknik self-management
a) Konseli mengidentifikasi dan mencatat sasaran perilaku dan mengontrol
penyebab serta akibatnya.
b) Konseli mengidentifikasi perilaku yang diharapkan arah perubahannya.
c) Konseli menjelaskan kemungkinan strategi pengelolaan diri (self-
management).
d) Konseli memilih satu atau lebih strategi self-management.
e) Konseli menyatakan secara verbal persetujuan untuk menggunakan
strategi self-management.
f) Konselor memberikan instruksi dan model strategi yang dipilih.
g) Konseli mengulang pemahaman strategi yang dipilih.
h) Konseli menggunakan strategi yang dipilih.
i) Konseli mencatat penggunaan strategi serta tingkat perilaku sasaran.
j) Data konseli diperiksa oleh konselor bersama konseli dan konseli
melanjutkan atau membuat revisi program.
k) Membuat catatan dan penyajian data pada diri sendiri dan penguat demi
kemajuan. Setelah diberikannya layanan self-management kepada siswa
maka didapatkan hasil bahwa
Membantu dalam menguranggi perilaku buruk disekolah
Menyadarkan siswa menggenai pentingnya sikap positif dan
displin dengan peraturan sekolah.
Membantu dalam menyelesaikan permasalahan belajar siswa
Membantu dalam mencapai perkembangan belajar yang sesuai.
Skor Nilai:
KELOMPOK 4:
(122341018)
MEDAN
1
2023
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................................3
BAB I KAJIAN TEORI...........................................................................................................4
A. Hakikat Sistem...............................................................Error! Bookmark not defined.
B. Ciri-ciri Pendidikan Sebagai Sistem...............................................................................7
C. Komponen-komponen Pendidikan Sebagai Sistem........................................................8
D. Tantangan Dalam Sistem Pendidikan............................................................................12
BAB II PERMASALAHAN...................................................................................................14
A. Hasil Temuan Masalah..................................................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................................15
A. Waktu Penelitian...........................................................................................................15
B. Subjek Peneltiian...........................................................................................................15
C. Teknik Pengumpulan Data............................................................................................15
D. Sumber Data..................................................................................................................15
E. Teknik Analisa Data......................................................................................................15
BAB IV PEMBAHASAN KASUS.........................................................................................16
A. Hubungan Masalah dengan Konsep Teori BAB I........................................................16
BAB V PENUTUP..................................................................................................................17
A. Kesimpulan....................................................................................................................17
1. BAB I (Kajian Teori).................................................................................................17
2. BAB II (Permasalahan)..............................................................................................17
3. BAB III (Metode Penelitian).....................................................................................17
4. BAB IV (Pembahasan Kasus)....................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................................17
1. Rekayasa Ide..............................................................................................................17
2. Project........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
3
KATA PENGANTAR
Salam sejahtera bagi kita semua, puji dan syukur atas kehadirat Tuhan YME yang
telah memberikan kita rahmat, nikmat, dan akal yang sehat sehingga penyusun telah
menyelesaikan tugas pada mata kuliah “Ilmu Pendidikan” ini dan tak lupa pula penyusun
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.
Terselesaikan makalah ini sebagai salah satu tugas mata kuliah, maka penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
penyusun harapkan kepada Ibu dosen dan teman-teman sekalian agar kedepannya dapat
tercipta tugas makalah yang lebih baik dan menambah wawasan kita.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya para
pembaca makalah ini, sekian dan terima kasih.
Kelompok 4
4
BAB I
KAJIAN TEORI
1) Hakikat Sistem
Menurut asal usul katanya sistem berasal dari bahasa Latin yaitu systema dan bahasa
Yunani sustema artinya suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Dalam
pengertian system tersebut menunjukkan adanya seperangkat komponen- komponen atau
elemen-elemen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mencapai tujuan.
Untuk memahami istilah system lebih lanjut dikemukakan pengertian sistem
sebagaimana dikemukakan oleh para ahli. Ludwig (1997) mendefinisikan sistem adalah
seperangkat unsur saling berhubungan dan saling memengaruhi dalam satu lingkungan
menyatakan sistem merupakan tertentu. Rapoport (1997) menyatakan sekumpulan elemen
yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan. Ackof (1997) melihat pengertian
sistem dari dua sisi yaitu dari sisi konseptual dan obyek fisik. Pengertian sistem secara
konseptual menunjukkan suatu kerangka berpikir yang terdiri dan sejumlah komponen yang
saling berhubungan dan saling memengaruhi, kemudian system dilihat dari objek fisik
mempunyai bagian-bagian yang saling berhubungan satu dengan lain sehingga memberi
makna tertentu.Davis (1995) menegaskan bahwa sistem merupakan bagian- bagian yang
beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai beberapa tujuan. Demikian juga McLeod
(2001) menyatakan sistem yaitu sekelompok elemen yang terintegrasi untuk mencapai suatu
tujuan. Budi Sutedjo (2002) juga menjelaskan bahwa sistem adalah kumpulan elemen yang
saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan dalam usaha mencapai
suatu tujuan.
- Elemen Sistem
1) Tujuan (goals).
Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai oleh sebuah sistem Tujuan merupakan
arah yang hendak dicapai melalui kerjasama seluruh komponen system serta menjadi
motivasi yang kuat untuk mencapai arah tersebut. Adanya tujuan yang jelas membuat sistem
menjadi terarah dan terkendali, maka seluruh komponen system dapat berfungsi sesuai
dengan arah yang telah ditetapkan. Suatu pekerjaan yang didasarkan atas suatu tujuan yang
jelas akan mengakibatkan pekerjaan yang dilakukan menjadi bermakna. Oleh karena itu
membangun sebuah sistem, yang utama dan pertama harus di awali dengan perencanaan
dan penetapan
5
tujuan yang jelas. Atas dasar tujuan yang direncanakan inilah semua komponen penting
difungsikan.
2) Masukan (input)
Masukan adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi
bahan untuk diproses baik berupa hal- hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud.
Masukan berwujud adalah bahan mentah, sedangkan yang tidak berwujud adalah informasi.
4) Keluaran (output)
Keluaran merupakan hasil atau produk dari proses transformasi sistem sehingga
menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai. Keluaran ini merupakan wujud baru dari
hasil pemrosesan masukan dalam system.
Kartaprawin (1987) menyatakan pada suatu saat batas-batas sistem itu tetap (contract)
dan di saat lain berkembang (expanding) dan bahkan kadang-kadang dapat juga merambah
bidang sistem lain (encroaching). Daerah batas dalam system ini berfungsi unt menghindari
terjadinya tumpah tindih (overlap) antara dua sistem atau lebih. Suatu sistem akan
berinteraksi berhadapan dengan sistem lain atau lingkungan sistem yang berada di luar
sistem. Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem itu dan juga merupakan
sistem sendiri, maka perlu ada ketegasan batasan tentang sistem tertentu. Batasan dan
lingkungan suatu sistem secara otomatis akan menghasilkan berbagai macam sistem mulai
dari suprasistem atau megasistem, system, sub system, sub-sub system, dan seterusnya.
6
kegagalan artinya tidak sesuai dengan harapan, maka dapat ditelusuri seluruh sub sistem atau
komponen- komponen itu mana yang sudah berfungsi dengan baik dan mana yang belum,
sehingga dapat dijadikan masukan untuk rancangan perbaikan pada masa yang akan datang.
C. Klasifikasi Sistem
1) Sistem abstrak (abstract system), adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide
yang tidak tampak secara fisik.
2) Sistem fisik (physical system), adalah sistem yang ada dan nampak atau dapat dilihat
secara fisik.
3) Sistem tertentu (deterministic system), adalah sistem yang beroperasi dengan tingkah
laku yang dapat diprediksi, interaksi antar bagian dapat dideteksi dengan pasti
sehingga keluarannya dapat diramalkan sebelumnya.
4) Sistem tak tentu (probabilistic system), adalah suatu sistem yang kondisi masa
depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.
5) Sistem tertutup (close system), adalah sistem yang tidak bertukar materi, informasi,
atau energi dengan lingkungan. Sistem ini tidak berinteraksi dan tidak dipengaruhi
oleh lingkungan. Suatu sistem dikatakan tertutup jika ia tidak menerima masukan dari
luar dan juga tidak mengeluarkan hasil (output). Menurut Mudyahardjo (2012) sistem
tertutup adalah sistem yang struktur bagian-bagiannya tidak mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungannya, sekurang- kurangnya dalam jangka waktu pendek.
Struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis.
6) Sistem terbuka (open system), adalah sistem yang dapat berhubungan atau
berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan luar. Menurut Tatang (2014) sistem
dikatakan terbuka jika ia menerima masukan (input) dari luar, memproses, dan
menghasilkan luaran (output) kepada lingkungan. Mudyahardjo (2012) juga
menyatakan bahwa sistem terbuka adalah sistem yang struktur bagian-bagiannya
terus menyesuaikan diri
7
dengan masukan dari lingkungan yang terus- menerus berubah-ubah, dalam usaha
dapat mencapai kapasitas optimalnya.
Ahmadi (2014) mengemukakan ciri-ciri pendidikan sebagai suatu sistem terbuka sebagai
berikut:
a) Mengimpor energi, materi, dan informasi dari luar. Pendidikan akan mendatangkan
pengajar, uang, alat-alat belajar, para peserta didik, dan sebagainya dari luar lembaga
pendidikan.
b) Memiliki pemroses. Pendidikan memproses peserta didik dalam proses
belajarmengajar.
c) Menghasilkan output atau mengekspor materi, energi, dan informasi Pendidikan di
samping menghasilkan lulusan, juga berpengaruh positif terhadap pembangunan
masyarakat.
d) Merupakan kejadian yang berantai. Memproses input pendidikan (peserta didik)
merupakan bagian yang berulang-ulang dan berkaitan.
e) Memiliki negatif entropi, yaitu suatu usaha untuk menahan kepunahan dengan cara
membuat impor lebih besar daripada ekspor. Dalam pendidikan, hal ini dilakukan
dengan cara mengantisipasi perubahan lingkungan dan memperbaiki kerusakan.
f) Mempunyai alur informasi sebagai umpan balik untuk memperbaiki diri. Segala
informasi berkaitan dengan pendidikan dimanfaatkan oleh manajer untuk mengambil
keputusan dalam mempertahankan dan memperbaiki pendidikan
g) Ada kestabilan yang dinamis. Pendidikan selalu dinamis mencari yang baru,
memperbaiki diri, memajukan diri, agar tidak ketinggalan zaman, berusaha
menyongsong zaman yang akan datang. Tetapi, demikian itu dilakukan dalam
batasbatas menggoyahkan lembaga tidak sampai Pendidikan.
h) Memiliki diferensiasi, yaitu spesialisasi-spesialisasi. Organisasi pendidikan ada
bagian pengajaran, keuangan, kepegawaian, sarana prasarana, kesiswaan atau
kemahasiswaan, dan Dalam ketatausahaan. Masing-masing bagian ini masih dapat
dipecah lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
8
i) Ada prinsip equifinalty, yaitu banyak jalan untuk mencapai tujuan yang sama. Para
pendidik boleh berkreasi menciptakan cara-cara baru yang lebih baik dalam usaha
memajukan pendidikan.
Pendidikan dalam arti luas dipandang sebagai sutu sistem yang memiliki sejumlah
elemen atau unsur atau komponen komponen Pendidikan . Semua komponen komponen
Pendidikan mempunyai keterkaitan satu dengan yang lain. Jika salah satu subsistem tidak
berjalan dengan baik, akan menganggu bekerjanya sistem, bahkan bisa menganggu
bekerjanya subsistem yang lain. Seluruh subsistem pendididkan diperlukan untuk mencapai
tujuan sistem ( Pendidikan ). Sebagaimana dikemukakan dalam bagian Pendidikan sebagai
sistem, bahwa suatu sistem memiliki komponen komponen ( subsistem ). Subsistem
merupakan kompnen atau bagian dari sistem yang lebih besar . subsistem ini berbentuk
fisik ataupun abstrak
.Berdasarkan pengertian subsistem itu sendiri, subsistem merupakan suatu sistem yang
berintegrasi di dalam sistem yang lain yang lebih besar.
1) Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah sasaran yang akan dicapai melalui proses pendidikan. Sebagai
suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting di antara
komponen- komponen pendidikan lainnya, karena seluruh komponen dari keseluruhan
kegiatan pendidikan dilakukan pencapaian tujuan tersebut. semata-mata terarah.
2. Peserta Didik
Peserta didik atau yang disebut juga dengan anak didik, siswa, atau murid merupakan subjek
didik atau subjek yang menjadi fokus dalam proses pendidikan. Berikut beberapa pengertian
tentang peserta didik:
9
a. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
tertentu (Undang-undang RINO. 20 Tahun 2003).
b. Peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui
keberadaannya, ingin mengembangkan diri (mendidik diri) secara terus menerus
guna memecahkan masalah-masalah hidup yang dijumpai sepanjang hidupnya
(Tirtarahardja dan Sulo, 2008).
c. Peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang
diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional (Hamalik dalam Hermino 2013 )
Peserta didik sebagai subsistem pendidikan merupakan masukan pokok dalam proses
transformasi pendidikan, mereka memiliki hak untuk memperoleh layanan pendidikan
(pembelajaran) dari pemerintah atau masyarakat luas sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya melalui lembaga sekolah. Mereka berperan sebagai individu yang belajar
menerima pengajaran dan didikan dari pendidik atau guru guna mewujudkan tujuan
pendidikan. Mereka memiliki kerakteristik yang berbeda-beda satu dengan lain misalnya
dalam hal fisik, kemampuan berpikir, inteligensi, emosi, bakat, minat, kebutuhan, motivasi,
kemampuan sosial, kreativitas, dan sebagainya.
Pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan pendidikan bagi peserta didik di sekolah, sedangkan pihak yang bertanggung
jawab terhadap pendidikan anak dalam keluarga atau dalam masyarakat adalah orangtua atau
orang dewasa lainnya. Orang tua disebut sebagai pendidik utama dan pertama bagi
pendidikan anak dalam keluarga, yang tidak kalah pentingnya dalam pembentukan
kepribadian anak dalam keluarga. Di samping hal itu, masyarakat baik secara individual,
kolektif, maupun lembaga juga memiliki peranan penting dalam proses pendidikan terutama
dalam pembentukan kepribadian anak. Akan tetapi untuk pembentukan kepribadian anak
secara utuh dibutuhkan kerja sama antara pendidik sekolah, orang tua, dan masyarakat.
Welton dan Mallan (1981) menekankan bahwa seorang pendidik atau guru perlu memahami
nilai dan pengajaran selama berinteraksi dengan peserta didiknya. Nilai berkaitan dengan
10
pengembangan kepribadian peserta didik untuk menjadi baik, sedangkan pengajaran
berkenaan dengan penyampaian atau proses interaksi antara pendidik dengan penyampaian
yang diajarkan dapat diterima oleh peserta didik dengan baik. Terkait dengan tugas pendidik
atau guru dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dibutuhkan
pendidik atau guru yang profesional, sebagaimana telah digariskan dalam Undang-undang RI
No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa "guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah"
Unsur penting lainnya dalam pendidikan sebagai suatu sistem adalah kurikulum.
Dalam Undang-undang RI. No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional maupun
dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan digariskan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pendapat para ahli mengatakan
kurikulum merupakan seperangkat pengalaman yang mempunyai ant dan terarah untuk
mencapai tujuan tertentu di bawah pengawasan sekolah (Ahmad, 1989)Kurikulum juga
diartikan sebagai materi pendidikan dalam sebuah sistem pendidikan (Hermino, 2013)Materi
pendidikan adalah semua bahan pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Tatang 2012). Selanjutnya Hamalik (2010)
mengemukakan kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga
pendidikan bagi siswaMelalui program pendidikan tersebut, pesert didik melalukan berbagai
aktivitas belajar sehingga mendoron perkembangan dan pertumbuhannya sesuai tujuan
pendidikan yan telah ditetapkan.
5) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam Pendidikan
(pembelajaran)Keberhasilan proses pendidikan dalam mengantarkan peserta didik mencapai
tujuan pendidikan tidak terlepas dari peranan metode yang digunakanDengan metode yang
tepat, pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan sebaliknya jika penggunaan metode
tidak tepat bisa berpengaruh negatif pada pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, istilah
metode secara sederhana berarti cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran
agar tercapai tujuan pendidikanNana Sudjana menyatakan metode pembelajaran adalah cara
yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya
pengajaran. Kemudian Sri Anitah, dkk. (2007) menjelaskan metode mengajar adalah cara
yang dilakukan guru dalam membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dan proses belajar
yang efektif dalam pembelajaran. Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Syah
(1997) metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
kependidikan, khususnya dalam penyajian materi pelajaran kepada siswa
11
6) Media Pembelajaran
Salah satu komponen penting lainnya dalam pendidikan sebagai suatu sistem adalah
media pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi untuk memperlancar proses
pembelajaran dan belajar siswa di dalam kelas. Secara harfiah kata media berasal dari bahasa
Latin yaitu medium yang berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dijadikan sebagai alat perantara atau
pengantar pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan agar pesan yang disampaikan
mudah dipahami oleh penerima pesan Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi
rangsangan bagi siswa untuk belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting
dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar berlangsung secara efisien dan efektif.
Manfaat lain dari media pembelajaran ini adalah pengajaran menjadi lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. halan pengajaran menjadi lebih
dipahami oleh siswa, dan kegiatan pembelajaran menjadi lebih bervariasi.
Ada beberapa jenis media pembelajaran yang dapat dipertimbangkan oleh guru untuk
digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: media visual, media audio, dan media adio.
visualMedia visual adalah media yang berisi pesan yang dapat dilihat; media audio adalah
media yang berisi pesan yang dapat didengar, sedangkan media audio visual adalah media
yang berisi pesan yang dapat dilihat sekaligus didengar.
8) Evaluasi Pendidikan
12
9). Lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah salah satu komponen pendidikan sebagai suatu sistem.
Lingkungan pendidikan adalah lingkungan yang melingkupi terjadinya proses pendidikan
(Kadir, dkk. 2014)Lingkungan pendidikan meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Proses pendidikan selalu dipengaruhi oleh lingkur yang ada di sekitarnya, baik
lingkungan itu menunjang mau menghambat proses pencapaian tujuan pendidikan.
13
1. Guru Belum Siap Menggunakan Teknologi
Banyak siswa dan guru berpenghasilan rendah tidak memiliki perangkat digital atau
keterampilan yang diperlukan untuk pembelajaran berbasis digital atau online ini. Menurut
data dari UNICEF, pada tahun 2020, sebanyak 67% guru melaporkan kesulitan dalam
mengoperasikan perangkat dan menggunakan online platform dalam proses pembelajaran.
Dengan keterampilan digital yang terbatas, guru tidak dapat memantau pembelajaran
siswa atau berkomunikasi secara efektif. Seperti kesulitan dalam memantau anak saat belajar
dari rumah juga mengakibatkan turunnya hasil belajar, dan siswa putus sekolah. Di tahun
2020, banyak siswa dan orang tua yang mengaku tidak mendapat “feedback” dari guru terkait
tugas atau ujian yang diberikan.
4. Ancaman Cybercrime
Kesadaran dan pengetahuan tentang literasi digital beserta keamanan digital masih
cukup rendah, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap kejahatan dunia maya atau
cybercrime. Cybercrime sendiri merupakan suatu tindakan kejahatan yang dilakukan dengan
memanfaatkan teknologi internet. Contohnya seperti ujaran kebencian, penyebaran hoax,
cyber bullying, cyber harrashment, dan lain sebagainya yang berdampak negatif terhadap
perkembangan moral siswa dan merosotnya pendidikan karakter di Indonesia.
Oleh sebab itu, diperlukan adanya peran tenaga pendidik atau guru untuk membentuk
karakter siswanya dengan baik. Salah satu solusi yang paling efektif dalam menangani
cybercrime di Indonesia yakni dengan literasi digital
14
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Dari hasil observasi yang tim kelompok lakukan di sekolah Pondok Pesantren Dar
Al Ma’arif, Hasil temuan masalah dalam sistem pendidikan termasuk kualitas pendidikan
rendah, kurangnya fasilitas dan sumber daya manusia, evaluasi yang tidak efektif,
kurikulum yang kurang relevan, pendekatan pengajaran tradisional, kesenjangan
teknologi, dan ancaman cybercrime. Untuk memperbaiki sistem pendidikan, perlu
dilakukan perubahan dalam kurikulum, pelatihan guru, peningkatan fasilitas, dan
pengembangan literasi digital, serta melibatkan semua pemangku kepentingan dalam
proses perubahan.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu Penelitian
Lokasi: Pondok Pesantren Dar Al Ma’arif
Hari dan tanggal: Jumat, 15 September 2023
Pukul: Dimulai dari 10.00 sd. 11:30
B. Subjek Peneltiian
Guru / Tenaga Pendidik
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara
yang mana kami sudah mempersiap kan daftar pertanyaan yang mana pertanyaan
tersebut kami tanyakan kepada pengajar atau pendidik yang ada di sekolah
tersebut.
D. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data primer, yaitu diperoleh langsung oleh peneliti.
Penelitian ini menggunakan metode wawancara, maka sumber
datanya adalah guru pada sekolah tersebut
E. Teknik Analisa Data
Analisis Konten (Content Analysis):
Metode ini melibatkan penyelidikan teks wawancara secara rinci.
- Setiap pernyataan atau komentar diidentifikasi dan dikategorikan berdasarkan
isinya.
- Ini membantu dalam mengidentifikasi pola dan tren dalam data, seperti jenis
masalah yang sering muncul, penyebabnya, atau saran yang diajukan.
16
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan tim kelompok pada sekolah Pondok
Pesantren Dar Al Ma’arif dan memperoleh permasalahan pada Bab II. Jika dikaitkan pada
teori di Bab I Permasalahan ini berhubungan dengan hakikat sistem yaitu adalah
seperangkat unsur saling berhubungan dan saling memengaruhi dalam satu lingkungan
menyatakan sistem merupakan tertentu. Rapoport (1997) menyatakan sekumpulan elemen
yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan. Ackof (1997) melihat pengertian
sistem dari dua sisi yaitu dari sisi konseptual dan obyek fisik. Pengertian sistem secara
konseptual menunjukkan suatu kerangka berpikir yang terdiri dan sejumlah komponen
yang saling berhubungan dan saling memengaruhi, kemudian system dilihat dari objek
fisik mempunyai bagian-bagian yang saling berhubungan satu dengan lain sehingga
memberi makna tertentu.
Dari hasil wawancara yang kami dapat kami menumukan bahwa sistem
pendidikan di sekolah tersebut masih banyak kekurangan nya yang mana ini harus segera
di benahi dengan cepat salah satunya adalah pemanfaatan teknologi yang mana di jaman
sekarang semua orang harus dapat memanfaatkan teknologi dengan baik untuk
meningkatkan hasil pembelajaran di sekolah tersebut dan dapat memperbarui sistem ke
jaman yang sekarang.
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. BAB I (Kajian Teori)
Ada beberapa Tentang Sistem Pendidikan yang sudah dibahas tim kelompok pada
Bab I yaitu Hakikat Sistem, Ciri-ciri Pendidikan Sebagai suatu sistem, Komponen
pendidikan sebagai suatu sistem,dan tantangan dalam sistem pendidikan.
2. BAB II (Permasalahan)
Permasalahan yang terjadi di peserta didik di sekolah tersebut yaitu masih banyak
sistem yang harus di benahi atau di tingkatkan untuk menaikan kualitas belajar yang
lebih baik lagi
B. Saran
1. Rekayasa Ide
Solusi dari permasalahan tersebut yaitu dibutuhkan nya literasi pemahaman tentang
teknologi atau digitalisasi tentang
- Meningkatkan Infrastruktur Digital: Pemerintah dan sponsor swasta dapat
memberikan dana tambahan untuk meningkatkan infrastruktur digital di sekolah.
Ini bisa mencakup peningkatan konektivitas internet, pembelian perangkat keras
dan perangkat lunak baru, atau peningkatan sumber daya manusia melalui
pelatihan dan pengembangan profesional.
18
bersama dengan materi yang memahami tempat di mana perangkat lunak akan
"bekerja".
Penyediaan sarana dan media pembelajran yang baik, mendukung pertumbuhan siswa
dari segi kepintaran kognitif dan juga emosional.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, R. V. B., Arindani, D., Lubis, C. M. W., & Shella, A. P. (2022). LITERASI
DIGITAL SEBAGAI WUJUD PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI ERA
GLOBALISASI. JURNAL PASOPATI ‘Pengabdian Masyarakat dan Inovasi
Pengembangan Teknologi’.
Gabriella. (2020.). Urgensi kompetensi literasi digital dalam pembelajaran pada masa …
UNY.
20
MAKALAH ILMU PENDIDIKAN
“ALAT-ALAT PENDIDIKAN”
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan Rahmat dan
KaruniaNya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok berupa makalah dengan judul
“Alat-alat Pendidikan” untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu Pendidikan” yang dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana,yang tepat pada waktunya,walaupun dalam proses
penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi ,dan masih terdapat
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa,ataupun penulisannya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yth:
Ibu Prof. Dr. Nuraini M.S, selaku dosen pengampuh mata kuliah Ilmu Pendidikan, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada kami serta kepada semua pihak yang turuut
membantu kelancaran dalam penyusunan makalah ini yang tidak dapat kami sebutkan satu per
satu.
Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan tambahan pemikiran dan
membantu menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan
terkhusus kamisecara pribadi sebagai penulis,serta mengharapkan masukan-masukan,saran dan
kritik yang bersifat membantu bagi kesempurnaan makalah ini,sehingga kam dapat memperbaiki
bentuk maupun isi makalah ini kedepannya.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
KAJIAN TEORI..............................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................6
RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................7
METODE PENELITIAN................................................................................................................7
A. Subjek...................................................................................................................................7
C. Sumber Data.........................................................................................................................7
D. Analisis.................................................................................................................................7
BAB IV............................................................................................................................................8
PEMBAHASAN..............................................................................................................................8
BAB V...........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.........................................................................................................................10
B. Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14
ii
iii
BAB I
KAJIAN TEORI
1. Tujuan apakah yang akan dicapai dengan alat itu, apakah untuk
mengembangkan dan memelihara pelaku siterdidik yang positif
ataukah untuk memberhentikan perilaku yang tidak dikehendaki
oleh pendidik
2. Apa bentuk alat yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Siapa (pendidik) yang menggunakan alat itu, apakah guru
disekolah/dikelas, kepala sekolah, konselor sekolah, orangtua, atau
orang dewasa lainnya yang berhadapan dengan (anak terdidik).
4. Anak (si terdidik) yang menggunakan alat itu, yang dapat dilihat
dari tingkat usia (anak balita, anak taman kanak-kanak, anak
sekolah dasar, anak 6 menengah, atau anak remaja), dilihat dari
jenis kelamin (laki-laki atau perempuan), atau dilihat dari kondisi
anak, dan sebagainya.
5. Bagaimana menggunakan alat itu, apakah pendidik melakukan
dengan konsisten, adil, dan berkesinambungan.
2. Pengawasan
Pengawasan merupakan kegiatan melakukan pengamatan yang
telaten terhadap perkembangan anak didik untuk memastikan apakah
aturan-aturan dan larangan-larangan dapat berjalan dan ditaati dengan baik
atau tidak. Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak-anak,
tanpa pengawasan berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya.
3. Perintah
Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan
sesuatu atau aturan dari pihak atas yang harus dilakukan. Perkataan dalam
situasi Pendidikan berarti perkataan dari seorang pendidik kepada anak
5
didik dengan maksud agar anak melakukan sesuatu yang baik dalam
perilakunya sesuai dengan keinginan pendidik. Tiap-tiap perintah dan
peraturan dalam pendidikan mengandung norma kesusilaan, dan
mengandung tujuan kearah perbuatan Susila.
4. Larangan
Larangan adalah perintah (aturan) yang melanggar suatu perbuatan.
Larangan merupakan kalimat perintah yang digunakan untuk melanggar
seseorang agar orang tersebut tidak melakukan seperti apa yang dilarang si
penutur kalimat tersebut. Larangan itu biasanya kita keluarkan jika anak
melakukan sesuatu yang tidak baik yang merugikan atau yang dapat
membahayakan dirinya.
5. Penguatan (Reiforcefement)
Penguatan merupakan respon yang diberikan oleh seorang
pendidik terhadap perilaku atau perbuatan anak yang dianggap positif, dan
menyebabkan kemungkinan berulangnya Kembali atau meningkatnya
perilaku tersebut.
6
orang tua) timbul sebagai wujud dari kewibawaan yang tinggi dari anak
didik.
9. Keteladanan
Keteladan dalam pendidikan merupakan alat pendidikan yang tidak
kalah pentingnya dengan alat pendidikan lainnya seperti diuraikan di atas.
Pendidik di sekolah adalah guru yaitu sosok orang yang digugu dan yang
ditiru. Keteladanan perlu juga dalam mendidik anak dengan begitu anak
dapat meniru dan meneladani seseorang dalam berbuat.
Abu Ahmadi (2001, hal 140) mengatakan bahwa alat pendidikan adalah
“hal yang tidak saja memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya
kegiatan mendidik, tetapi alat pendidikan itu telah meujudkan di perbuatan atau
situasi, dengan perbuatan dan situasi mana, dicita-citakan dengan tegas untuk
mencapai tujuan pendidikan”. Dari definisi tersebut, dipahami bahwa alat
pendidikan dimaknai secara luas berupa segala aktifitas yang dilakukan atau
situasi yang diciptakan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
7
2. Alat Pendidikan NonMaterial
Alat Pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat
pendidikan yang berupa keadaan atau kondisi, tindakan dan perbuatan
yang diadakan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam
kegiatan pendidikan. (Modyo Ekosusilo, 1985).
Ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih alat pendidikan,
yaitu :
Menurut A. Soedomo Hadi (2005: 81) alat pendidikan adalah hal yang
tidak saja membuat kondisi-kondisi memungkinkan terlaksananya pekerjaan
mendidik, tetapi alat mendidik itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau
situasi yang di cita-citakan dengan tegas untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Levie & Lentz yang dalam oleh Azhar Arsyad (2009: 16), fungsi alat
pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Atensi.
8
Yaitu menarik dan mengarahkan peserta didik untuk berkonsentrasi kepada
pelajaran yang disampaikan lewat alat tersebut.
1. Fungsi Afektif.
Yaitu tingkat kenikmatan peserta didik dalam belajar memahami teks atau
gambar.
2. Fungsi Kognitif.
Memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam teks atau gambar.
3. Fungsi Kompensatoris.
Mengakomodasi siswa yang lemah atau lambat memahami dan
menerimaisi pelajaran yang disajikan dengan teks saja atau secara verbal.
BAB II
RUMUSAN MASALAH
Pada sekolah yang kami teliti Guru tidak bisa melakukan tindakan-
tindakan yang melibatkan hukum yang melanggar HAM. Karena adanya undang-
undang hukum HAM yang berlaku, sekolah menjadi tidak bisa melakukan
hukuman seperti dulu yaitu memukul, mencubit, dan lain-lain. Jadi sekolah hanya
menerapkan catatan ataupun anekdot sebagai alat Pendidikan yang berlaku di
sekolah. Yang dimana berisi poin-poin kenakalan siswa dan apabila dalam catatan
anekdot 3 kali berturut-turut melanggar peraturan maka orangtua siswa akan
dipanggil ke sekolah.
2.2 Kasus II: Rendahnya kedisplinan siswa dalam mematuhi perintah guru
9
permasalahan, diantaranya adalah kurangnya kepatuhan siswa terhadap hal-hal
baik yang disampaikan oleh guru.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek
Guru Bimbingan dan Konseling dan Siswa pada sekolah SMP Swasta
Pertiwi
C. Sumber Data
Data ini bersumber dari informan yaitu guru Bimbingan dan Konseling di
SMP Pertiwi. Penulis juga mencantumkan dari jurnal ataupun buku.
D. Analisis
10
Teknik analisis dari hasil penelitian tentang masalah yang terjadi mengenai
alat-alat pendidikan 4 model analisis data yaitu, pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil wawancara dengan guru
bimbingan dengan konseling di temukan bahwa hukuman yang diberikan hanya
mengisi anekdot yang dimana apabila sudah 3 kali terdapat catatan anekdot maka
orangtua siswa akan dipanggil ke sekolah. Pada hasil wawancara juga ditemukan
bahwa masih banyak siswa yang tidak mematuhi perintah guru dan melanggar
peraturan.
BAB IV
PEMBAHASAN
11
Setiap pelanggaran yang dilakukan sekolah memberikan hukuman hanya
melalui pengisian catatan anekdot yang dimana apabila siswa melanggar 3 kali
peraturan, sekolah akan melakukan panggilan orangtua siswa. Terlalu
mengandalkan keterlibatan orangtua dapat menyebabkan anak terlalu sering turun
tangan untuk menangani permasalahan yang seharusnya ditangani oleh anak.
Anak juga menjadi kurang dewasa karena akan selalu bergantung pada orangtua
dalam menyelesaikan setiap masalahnya dan juga dapat menghambat kemandirian
dan motivasi anak untuk mematuhi peraturan sekolah.
12
Dengan demikian perintah merupakan perkataan dan seseorang kepada orang lain
baik perorangan maupun kepa sejumlah orang (kelompok) yang bermaksud
melakukan sesuatu seperti apa yang diutarakan penuturnya sesuai dengan
keinginan pemberi aturan.
Banyak siswa yang sudah mulai merokok dari usia dini dan banyak yang
tidak mematuhi aturan cara berpakaian yang benar. Hal tersebut mungkin juga
dikarenakan sanksi yang diberikan pada zaman sekarang tidak sekeras yang
diberlakukan di dahulu kala sehingga para siswa seringkali untuk menyepelekan
atau meremehkan hukuman tersebut dan tidak mempunyai kesadaran dan
tanggung jawab yang tinggi pada diri mereka. Kebiasaan seorang siswa juga
sangat berpengaruh terhadap dirinya, mereka sering melakukan hal tanpa
kesadaran diri dan tanggung jawab yang tinggi sehingga merubah kebiasaan
mereka menjadi kebiasaan yang buruk.
BAB V
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan BAB I
Alat pendidikan adalah langkah-langkah yang diambil demi kelancaran
proses pelaksanaan pendidikan. Jadi alat pendidikan itu berupa usaha dan
perbuatan yang secara konkrit dan tegas dilaksanakan, guna menjaga agar proses
pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil, Namun secara umum, alat
pendidikan adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mencapai tujuan
13
pendidikan. Karakteristik alat pendidikan menjadi bagian yang perlu dipahami
oleh pendidik dalam melaksanakan proses pendidikan.
2. Kesimpulan BAB II
Pada permasalahan yang kami sampaikan dapat disimpulkan bahwa kasus
1 dan kasus 2 saling berkaitan. Karena kurangnya keefektifitas dalam pemberian
hukuman oleh guru dalam mengatasi pelanggaran disiplin siswa akan memberikan
peluang pelanggaran bagi siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah.
4. Kesimpulan BAB IV
Berdasarkan permasalahan yang terdapat di sekolah tersebut dapat disimpulkan
bahwa sekolah melanggar/tidak sesuai dengan teori bentuk-bentuk alat Pendidikan
yaitu hukuman dan perintah. Yang dimana hukuman yang diberikan kepada siswa
tidak edukatif dan mendidik dan masih banyaknya murid yang melanggar perintah
guru.
B. Saran
1. Rekayasa Ide
KASUS 1: Ketidakefektifan pemberian hukuman oleh guru kepada
siswa
14
- Pada kasus 2 yaitu rendahnya kedisiplinan siswa dalam mematuhi
perintah guru maka kami membuat sosialisasi tentang “penerapan
kedisiplinan bagi siswa/I dalam menaatai aturan sekolah”
2. Projek
- Kasus 1 (Membuat Poster)
Langkah-langkah pembuatan poster kami yaitu:
kami membuat poster tentang bentuk hukuman
edukatif oleh guru kepada siswa
Kemudian poster dapat di tempel di mading sekolah
atau juga bisa kita share ke social media.
Kesimpulan hasil Poster:
15
5. Durasi Pelaksanaan: 50 Menit
Langkah-langkah Pelaksanan sosialisasi yaitu sebagai berikut:
16
memberdayakan siswa untuk menjadi individu yang bertanggung jawab
dan memiliki motivasi untuk menjaga kedisiplinan secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Akyuni, Q. (2022). Alat Pendidikan Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Anak.
Hidayat, R., & Abdillah. (2019). Ilmu Pendidikan: Konsep, Teori dan
Aplikasinya. Medan: LPPPI.
17
Kosim, M. (2021). Pengantar Ilmu Pendidikan. Depok: Rajawali Pers.
18
Dosen Pengampu : Dr. NUR’AINI,.MS
DISUSUN OLEH :
DWI PRATIWI SIREGAR : 1223151006
RONA AULIA : 1223351025
SHABILA HUSNA : 1223351019
SILVI ANANDINI HARAHAP : 1223151009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
19
dan karunia- Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan baik dan
selesai pada waktu yang telah ditentukan .
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Pendidikan yaitu Ibu Dr. Nur’aini,. MS dan juga kepada seluruh rekan –
rekan yang telah banyak memberikan masukan untuk penulisan laporan ini.
Kami juga mengakui bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
baik kata, kalimat maupun isi dari setiap pembahasan yang ada . Maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusunan dan
pembaca untuk menambah wawasan nya. Atas perhatiannya penulis ucapkan
terima kasih.
Medan, 21
September 2023
Kelompok 6
20
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I 1KONSEP TEORI
1.1 Tinjauan Konsep Pendidikan Dan Belajar Sepanjang Hayat (Silvi)
1.2 Pendidikan Dan Belajar Sepanjang Hayat Dalam Memenuhi Kebutuhan
Manusia (Silvi)
1.3 Sistem Pendidikan Dan Belajar Sepanjang Hayat Menuju Sistem Belajar
Masyarakat (Shabila)
1.4 Tahapan Pendidikan Sepanjang Hayat (Dwi)
1.5 Ciri – Ciri Pendidikan Sepanjang Hayat (Dwi)
1.6 Pendidik Dan Pendidikan Sepanjang Hayat (Rona)
1.7 Manfaat Pembelajaran Seumur Hidup (Rona)
BAB 2 RUMUSAN MASALAH
2.1 Kendala Menggunakan Teknologi Di Era 4.0
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Subjek
3.2 Pengumpulan Data
3.3 Sumber Data
3.4 Analisis
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Perkembangan Teknologi Menuntut Munculnya Konsep Pendidikan
Sepanjang Hayat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
21
BAB I
KONSEP TEORI
22
pendidikan yang ditempuh oleh seseorang dipandang sebagai suatu keseluruhan.
Seluruh sektor pendidikan baik informal, nonformal, maupun pendidikan adanya
merupakan suatu sistem yang terpadu. Konsep ini muncul karena
didalam kehidupan masyarakat senyatanya muncul kebutuhan untuk mempelajari
sesuatu baik pengetahuan, ataupun keterampilan dan atau nilai-nilai tertentu.
Suatu masyarakat yang telah maju akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan
masyarakat yang belum maju. Apabila sebahagian besar masyarakat suatu bangsa
masih yang banyak buta huruf, maka upaya pemberantasan buta huruf di kalangan
orang dewasa mendapat prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat.
Tetapi, dinegara industri yang telah maju pesat, masalah
bagaimana mengisi waktu senggang akan memperolehperhatian dalam sistem bela
jar sepanjang hayat ini. Konsep pendidikan sepanjang hayat memandang
pendidikan sebagai satu sistem yang menyeluruh yang di dalamya terkandung
prinsip-prinisp penggorganisasian untuk pengembangan pendidikan. Pendidikan
Sepanjang Hayat atau disingkat PSH memiliki cakupan pengertian yang luas.
Kawasan PSH mencakup pendidikan formal, non-formal dan in-formal. Konsep
ini merujuk kepada proses pendemokrasian pendidikan yang meliputi program
peningkatan pengetahuan dan kemahiran sebagaimana kompetensi yang diperoleh
melaluipembelajaran di sekolah atau secara non formal di pusat latihan
vokasional, dan secara in formal melalui pengalaman dan latihan di tempat kerja.
Melalui PSH kemampuan, kepribadian dan kemandirian manusia akan tumbuh
dan berkembang. Pembelajaran akan mampu membuat manusia tumbuh dan
berkembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan mandiri.
Konsep belajar sepanjang hayat, pembelajaran sepanjang hayat, dan
kemudian menjadi pendidikan sepanjang hayat merupakan konsep yang sama.
Perbedaannya hanya pada konteks dimana kegiatan tersebut berlangsung dan
sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana orang- orang belajar. Hasbullah,
(2008) menuliskan empat konsep kunci Pendidikan Sepanjang Hayat (Life Long
Education) yaitu:
1. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat; (Life Long Education) sebagai suatu
konsep, yang diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian
dan penstrukturan pengalaman- pengalaman pendidikan.
23
2. Konsep belajar sepanjang hayat; berarti pebelajar belajar karena respon
terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendidikan
menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar.
3. Konsep belajar sepanjang hayat; pembelajar seumur hidup dimaksudkan
adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pembelajar
seumur hidup. Melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi
problema dan terdorong tinggi sekali untuk belajar di seluruh tingkat usia dan
menerima tantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi
kesempatan untuk belajar baru.
4. Kurikulum Pendidikan Sepanjang Hayat (Life Long Education); kurikulum
dalam hubungan ini didesain atas dasar prinsip pendidikan sepanjang hayat
(Life Long Education) betul-betul telah menghasilkan pelajar seumur hidup
yang secara berurutan melaksanakan belajar seumur hidup.
24
belajar sepanjang hayat ke dalam pemahaman yang lebih operasional mutlak
diperlukan. Terutama dalam menyiapkan program-program altrernatif secara
kreatif dan inovatif yang mampu memecahkan persoalan-persoalan di atas tadi,
khususnya program yang memiliki substansi lingkungan, kecakapan hidup dan
lapangan kerja, dan kependudukan. Masyarakat berpengetahuan ditopang oleh
empat pilar, yaitu (1) system pendidikan, yang menjamin masyarakat dapat
memanfaatkan ilmu pengetahuan secara luas; (2) system inovasi, yang mampu
membawa peneliti dan kalangan bisnis menerapkan secara efektif terhadap
informasi dan komunikasi; dan (4) kerangka kelembagaan dan ekonomi,
terjaminnya kemantapan lingkungan makro ekonomi, persaingan, lapangan kerja
buruh dan keamanan sosial. Belajar sepanjang hayat dapat dijabarkan secara
kontinum ke dalam program-program pendidikan di tingkat satuan penidikan pada
jalur formal, nonformal, dan informal. Karena belajar merupakan suatu proses
sepanjang hayat yang mencakup keseluruhan kurung waktu hidup seorang
individu yang mengarah pada upaya untuk menumpang masyarakat belajar
(learning society).
Dalam usaha memperbaiki dan meningkatkan kehidupan dan masyarakat
lingkungannya, mereka perlu merubah pemikiran, perasaan dan perilakunya yang
tidak sesuai dengan kehendak jaman, melakukan adaptasi, membuka diri dan
belajar terus, mengoreksi diri, mengkaji perkembangan lingkungan sekitar dan
mengenal dunia luar. Dalam era baru yang sarat perubahan, belajar mengarahkan
diri, keluarga dan bersama-sama masyarakat merupakan suatu vektor percepatan
adaptasi. Perubahan yag terjadi begitu drastis dalam berbagai bidang melahirkan
new challenges and opportunities to learn (Gross, 1991). Ditegaskan bahwa the
most socially useful learning in the modern world is the learning of the process of
learning; a continuing openness to experience and incorporation into one self of
the process of change (Rogers, 1979).
Bantuan kepada masyarakat yang tertinggal ini didasari asumsi bahwa
masyarakat itu baik dan tidak ada yang salah pada diri masyarakat. Masyarakat
mengalami ketertinggalan karena ada kekurangan yang terdapat pada diri mereka
sendiri. Oleh karena itu mereka harus dibantu atas dasar filosofi PLS yang
diyakini kebenarannya. Bantuan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas
25
sumberdaya masyarakat dan memenuhi kebutuhan peningkatan taraf hidup.
Ada dua penyebab masyarakat menjadi tertindas yaitu (1) karena adanya
faktor (proses) sosial, ekonomi, budaya, dan politik yang tidak adil
sehingga membuat mereka menjadi terpinggirkan dan tak berdaya, dan (2) adanya
proses hegemoni oleh kekuatan dominan yang mendominasi dunianya atau
lingkungannya (external world orientation). Peristiwa tersebut menjadikan
masyarakat yang tidak memiliki akses dan kekuatan untuk beraktualisasi akan
menjadi tertindas dan tersingkirkan dari proses aktivitas dunia yang terus
bergerak, melaju dan menggelinding seiring dengan perkembangan dunia.
Untuk mengatasi kompleksitas kehidupan tersebut, masyarakat perlu terus
belajar dan learning how to learn, learning how to solve problems, learning to do,
learning how to be, and learning to become. Beberapa konsep tentang belajar
belajar sepanjang hayat seperti: no Limits to Learning, Quantum Learning,
Accelerated Learning, Learning Revolution, Peak Learning, dan Life-long
Learning dapat mendorong masyarakat gemar belajar (Goad, 1984, Gross, 1991;
Rosse et al., 1997; DePorters et al., 1999: Dryden dkk., 1999).
26
organisasi. Dua konsep yang secara langsung terkait dengan belajar sepanjang
hayat adalah konsep masyarakat informasi dan masyarakat berpengetahuan.
Kedua konsep ini keberadaannya sangat penting sebagai instrument untuk
memahami belajar sepanjang hayat dan masyarakat belajar. UNESCO secara jelas
membedakan antara masyarakat informasi dengan masyarakat berpengetahuan.
Menurut UNESCO, teknologi komunikasi dan informasi baru telah menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi munculnya masyarakat berpengetahuan. Kemunculan
masyarakat informasi global dapat membawa ke arah pencapaian tujuan yang
lebih tinggi dan lebih diinginkan, yakni pembangunan pada skala global.
Dengan kata lain, masyarakat berpengetahuan merupakan sumber dari
pembangunan untuk semua. .Pendidikan sepanjang hayat dalam konteks siswa
mempunyai dua makna, yakni pertama proses pendidikan yang berfokus pada
motivasi anggota siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar secara terus
menerus dan berkelanjutan. Kedua, Pendidikan sepanjang hayat merupakan
landasan yang kuat bagi program pendidikan pada siswa yang mengarah pada
upaya untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar. Pendidikan sepanjang
hayat merupakan prinsip yang menjadi dasar seluruh organisasi sistem pendidikan
yang ada. Artinya pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas kelembagaan
dan program dalam sistem pendidikan.
27
Pada usia 24 tahun, individu biasanya menyelesaikan pendidikan nya dan
sedang mencari atau terlibat dalam kesempatan kerja. Dalam perjalanan kerja,
mereka dituntut untuk membangkitkan kesadaran dalam hal berbagai
keterampilan, seperti komunikasi, manajemen waktu, pengambilan keputusan,
resolusi konflik dan sebagainya Peningkatan keterampilan ini memberikan
kontribusi yang efektif dalam memfasilitasi pencapaian tujuan pribadi dan
profesional.
c) Kelompok Usia 25 hingga 60 tahun
Individu yang termasuk dalam kelompok usia 25 hingga 60 tahun dapat
belajar secara informal selama masa kerja mereka. Aspek utama yang
memberikan kontribusi signifikan dalam menambah pembelajaran mereka
meliputi, penggunaan teknologi, membaca buku, artikel, surat kabar, laporan dan
sebagainya, berkomunikasi dengan orang lain, melakukan berbagai tugas dan
kegiatan dan terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah.
d) Kelompok Usia 60 Tahun ke Atas
Penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang termasuk dalam
kelompok usia ini mengembangkan minat pada bidang tertentu dan membaca
buku dan bahan bacaan yang berkaitan dengan bidang tersebut. Biasanya, wanita
lanjut usia dapat berpartisipasi dalam kegiatan kerja sosial, dan memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan mereka. Jika mereka berasal dan profesi medis,
mereka dapat memberikan bantuan medis secara Cuma-Cuma kepada individu,
yang termasuk dalam kelompok masyarakat yang terpinggirkan, terpinggirkan,
dan lemah secara ekonomi.
Tahapan pendidikan seumur hidup meliputi dua bagian, yaitu: Proses
pembelajaran internal dan eksternal (dari dalam) Terdapat 4 tahapan proses
pembelajaran yang ada pada setiap manusia:
1. Motivasi Melanjutkan pendidikan dalam konteks peserta didik proses
pendidikan yang difokuskan untuk memotivasi anggota peserta didik
untuk memperoleh pengalaman belajar yang berkesinambungan dan
berjangka panjang.
2. Memperhatikan Pelajaran,Peran pendidik sangat penting dalam menarik
perhatian peserta didik terhadap materi pendidikan yang dipelajari.
28
3. Menyerap dan mengingat, Jika siswa fokus pada isi pelajaran, maka
penyerapan dan mengingat pelajaran akan lebih mudah. Faktor yang
mempengaruhi antara lain pengulangan, makna pelajaran itu sendiri,
struktur, dan intervensi.
4. Generalisasi,Pembelajaran yang diketahui dan dipahami siswa harus dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.Menerapkan apa yang telah
diajarkan dan memberikan umpan balik Umpan balik dari siswa dapat
diperoleh dengan melakukan tes. Ujian dapat berbentuk lisan maupun
tertulis, dimana diberikan latihan atau tes yang dapat menggambarkan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan menjadi bahan
penilaian diri untuk pengembangannya agar dapat berkembang ke arah
yang lebih baik.
Pada bagian ekternal faktor luar yang mempengaruhi proses belajar bisa
dari sekolah,lingkungan keluarga dan masyarakat.
Pendidikan Sepanjang Hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus
menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir
hayat, sejalan dengan fase-fase (tahapan-tahapan) perkembangan pada manusia.
Pendidikan adalah proses ynag mengandung spirit untuk membawa peserta didik
menuju pada sebuah harapan. Hal ini bisa dipahami karena manusia memiliki
keinginan-keinginan untuk menjadi baik dan maju dalam berbagai aspek
kehidupan. Sehingga pada tataran praktis pendidikan betul-betul dibutuhkan
dengan kenyataan bahwa pendidikan adalah proses yang paling efektif untuk
terpenuhinya kebutuhan tersebut.
29
dan profesional Pendidikan formal disebut sebagai pendidikan sekolah.
Sedangkan pembelajaran informal menggambarkan proses seumur hidup.
2) Pembelajaran dengan Motivasi Diri
Belajar motivasi diri dipengaruhi sebagian besar oleh karakteristik pribadi
peserta didik. Mereka perlu merangsang pola pikir mereka untuk mengembangkan
motivasi belajar.Motivasi belajar dikembangkan baik secara formal maupun
sepanjang hidup individu. Individu mengembangkan kepercayaan diri untuk
belajar, termasuk rasa partisipasi dalam sistem pendidikan dan pelatihan.
3) Kemauan dan Motivasi Belajar
Berbagai hambatan motivasi perlu diidentifikasi dan diatasi untuk
mendorong individu berpartisipasi dalam pemerolehan pendidikan.Ketika mereka
akan mengembangkan kemauan dan motivasi, mereka akan dapat memperoleh
pemahaman yang efisien tentang aspek-aspek tersebut dan bagaimana
memanfaatkannya secara efektif untuk memperkaya kehidupan mereka.
4) Pembelajaran Mandiri
Konsep pembelajaran mandiri terkait dengan karakteristik pembelajaran
motivasi diri. Sebagai pengakuan atas biaya yang terlibat dalam mensubsidi
keterlibatan seumur hidup dalam pendidikan. Kebijakan belajar sepanjang hayat
menekankan tanggung jawab individu untuk membiayai pendidikan dan pelatihan
lanjutan mereka dengan dukungan minimal dari pemerintah
5) Partisipasi Universal
Partisipasi universal diperlukan untuk memenuhi tuntutan ekonomi abad
ke-21. Konsep partisipasi universal mencakup pembelajaran formal dan informal
untuk semua tujuan, yaitu sosial, ekonomi, budaya, politik, agama dan pribadi.
Semua area ini dianggap sebagai bagian integral dari kehidupan individu
6) Pembelajaran Tindakan
Dalam pembelajaran sepanjang hayat, pembelajaran tindakan diberikan
pengakuan. Individu belajar dengan melakukan. Pendidik adalah pemandu menuju
sumber ilmu. Dalam pembelajaran tindakan, individu menghasilkan informasi
dalam hal pelaksanaan tugas dan aktivitas praktis.
Dilihat dari sejarah dan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan,
pendidikan nonformal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. Pertama bertujuan
30
untuk mendapatkan keterampilan yang berguna. Pendidikan nonformal
menekankan fungsi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan hidup peserta didik.
Kedua, berpusat pada pembelajar, dalam pendidikan Nonformal dan belajar
mandiri, peserta didik adalah pengambilan inisiatif dan mengkontrol kegiatan
belajarnya. Ketiga, Waktu penyelenggaraannya fleksibel, terstruktur dan
berkesinambungan. Keempat, Menggunakan kurikulum kafetaria, Kurikulumnya
fleksibel, dapat didiskusikan secara terbuka, dan sebagian besar ditentukan oleh
siswa/komunitas belajar. Kelima, Menggunakan metode pembelajaran
partisipatif, menekankan pembelajaran mandiri. Hubungan antara pendidik dan
murid bersifat datar. Pendidik adalah fasilitator, bukan patron. Hubungan antara
kedua pihak bersifat ramah dan bersahabat, dengan siswa memandang instruktur
sebagai sumber daya dan bukan sebagai pemandu. Gunakan sumber lokal. Karena
sumber daya untuk pendidikan sangat terbatas, maka dilakukan upaya untuk
memanfaatkan sumber daya lokal semaksimal mungkin.
Kegiatan Pendidikan Luar Sekolah yang mencakup pendidikan informal,
non formal dan berfungsi menjadi mitra pendidikan formal merupakan
perwujudan Pendidikan Sepanjang Hayat. Tulisan ini menggunakan studi literatur
sebagai pendekatan penelitiannya.3Mengelaborasi secara sistematis tentang
Pendidikan luar sekolah, pendidikan sepanjang hayat, pendidikan formal,
nonformal dan informal yang bersumber dari jurnal, buku dan penelitian guna
mengetahui tentang Pendidikan Luar Sekolah dalam kerangka pendidikan
sepanjang hayat. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional Indonesia,
konsep belajar sepanjang hayat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan dan
program. Secara konkrit konsep tersebut diwujudkan dalam bentuk pendidikan
nonformal dan informal yang merupakan upaya bersama dari seluruh komponen
pemerintah dan masyarakat yang dilakukan secara terencana dan sistematis agar
peserta didik dapat mengembangkan kekuatan spiritual keagamaan.
31
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan aspek yang penting bagi guru untuk
meningkatkan pengetahuan terutama dalam hal mata pelajaran dan konsep
akademik yang akan mereka sampaikan kepada siswa. Guru perlu memberikan
kepada siswa tentang moralitas, etika, standar, dan prinsip sehingga mereka dapat
berkembang menjadi manusia yang baik dan warga negara yang produktif.
b. Keterampilan
Keterampilan sangat diperlukan bagi guru untuk meningkatkan
keterampilan individu, terutama mereka harus melakukan perbaikan dalam sistem
pendidikan, mencapai tujuan dan sasaran akademik, dan kepuasan kerja.
Keterampilan yang perlu difokuskan adalah keterampilan interpersonal, integritas
disiplin, integritas teknologi dan manajemen kelas organisasi.
c. Perilaku
Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu,
organisme, sistem, atau entitas buatan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri
atau lingkungannya, yang mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta
lingkungan fisik. Perilaku sangat penting tidak hanya untuk guru tetapi semua
anggota lembaga pendidikan untuk menggambarkan sifat-sifat perilaku yang tepat
dalam menjalankan tugas dan pekerjaan mereka. Perilaku guru harus
menyenangkan dan ramah tidak hanya ketika mereka belajar dengan atasan atau
rekan kerja, tetapi jugadengan siswa.
32
pemahaman dalam berbagai aspek mengembangkan pemikiran positif dan
menerapkan sifat-sifat yang sesuai.
2. Toleransi
Manfaat utama dari pembelajaran sepanjang hayat adalah membantu
dalam meningkatkan kapasitas toleransi individu. Toleransi adalah sebuah
perilaku manusia untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Baik
itu antar individu maupun antar kelompok. Adanya sikap ini dalam diri seseorang
bisa memberikan rasa damai, aman, tentram, nyaman.Toleransi sebagai strategi
utama, yang perlu diterapkan individu jika terjadi keadaan yang tidak
menyenangkan.
3. Pembentukan Hubungan Baik dan Hubungan dengan Orang lain
Sangat penting bagi individu dalam membentuk hubungan baik dan
hubungan dengan orang lain di dalam maupun diluar rumah guna memperkaya
kehidupan seseorang dan mencapai tujuan pribadi dan profesional, individu perlu
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lai.
4. Membuat Jaringan Sosial
Jaringan sosial adalah struktur sosial, berdasarkan individu dan kelompok
(manninen& Merilainen, nd). Ini adalah jaringan teman, kolega, dan kontak
pribadi lainnya, termasuk interaksi sosial dengan individu lain dalam situasi
belajar.
5. Manajemen Tanggung Jawab Rumah Tangga
Manajemen tanggung jawab rumah tangga dianggap sebagai bagian
integral dari kehidupan individu. Aspek utama yang perlu dalam pengelolaan
tanggung jawab rumah tangga adalah membersihkan, mencuci, menyiapkan
makanan, pekerjaan perbaikan, pekerjaan listrik, pengecatan, pemipaan,
pertamanan dan sebagainya.
6. Penanaman Moralitas
Penanaman moralitas dan etika dianggap sangat penting dalam mencapai
tujuan pribadi dan profesional dan menghasilkan peningkatan kualitas hidup
secara keseluruhan. Melalui moralitas dan etika, individu menghasilkan informasi
tentang aspek-aspek yang dibutuhkannya untuk menerapkan sifat-sifat
kejujuran,kebenaran, kesopanan dan kejujuran, ketika berhubungan dengan
33
individu lain serta dalam pelaksanaan berbagai tugas da aktivitas.
7. Mempromosikan Kesejahteraan Mental
Individu perlu melakukan operasi, tugas dan aktivitas yang diperlukan
untuk mempromosikan kesejahteraan mental. Tugas dan kegiatan yang
mempromosikan kescjahteraan mental individu termasuk partisipasi mereka
dalam kegiatan sosial,ekonomi,budaya,politik dan agama.
8. Persyaratan Perawatan Kesehatan
Sangat penting bagi individu, termasuk semua kelompok umur dan latar
belakang untuk menjaga kesehatan mereka.Untuk menjaga kesehatan mereka,
individu perlu mempertimbangkan berbagai faktor yaitu diet dan nutrisi,terlibat
dalam aktivitas fisik,menjalin hubungan dan hubungan yang ramah dan
menyenangkan dengan orang lain, membangun pemikiran positif dan
berkonsultasi dengan dokter jika ada masalah kesehatan atau penyakit.
9. Manfaat terkait pekerjaan
Manfaat yang terkait dengan pekerjaan, penting bagi individu untuk
memastikan bahwa mereka melakukantugas pekerjaan mereka dengan cara yang
tepat dan sesuai. Manfaat ini membantu individu untuk mengembangkan
semangat dan motivasi terhadap pelaksanaan tugas pekerjaan mereka.
10. Pendidikan dan pelatihan
Dari tahap anak usia dini, individu dapat memperoleh pendidikan sampai
mereka berusia 35 sampai 40 tahun. Pendidikan dan pelatihan memegang peranan
penting dalam dunia kerja untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pengertian
pendidikan dan pelatihan dapat disimpulkan sebagai sebuah rangkaian kegiatan
yang mengutamakan pengetahuan, keterampilan dan peningkatan sikap seseorang
karyawan/anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai
tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
34
BAB 2
RUMUSAN MASALAH
35
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Subjek
Subjek dari penelitian ini adalah guru Sd 104244 JatiSari Lubuk Pakam
yang menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran di kelas.
3.4 Analisis
Kendala pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran di kelas terjadi
ketika ada guru yang masih tidak bersedia untuk mempelajari kemajuan teknologi.
Kemudian waktu yang dimiliki guru juga terbatas. Kendala lainnya dalam
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah adalah
36
sarana dan prasarana pendukung yang terbatas. Sarana dan prasarana yang
dimaksud adalah komputer, laptop, dan infocus. Kendala berikutnya yang cukup
tinggi mempengaruhi guru memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran adalah
ketersediaan jaringan internet dan sinyal. Selanjutnya kendala berikutnya adalah
ketersediaan listrik. Pengetahuan teknis guru tentang teknologi informasi dan
komunikasi yang terbatas menjadi kendala berikutnya dalam pemanfaatan
teknologi untuk pembelajaran di kelas. Kemudian, ketakutan dan pertimbangan
dampak negatif dari penggunaan alat berupa handphone (HP) dan laptop di
sekolah menjadi kendala guru memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran di
kelas.
BAB IV
PEMBAHASAN
37
mendasar pada struktur operasi dan manajemen organisasi, pendidikan,
transportasi, kesehatan dan penelitian.
Pendekatan Education 4.0 memfokuskan pada bagaimana pendidikan bisa
terintegrasi dengan teknologi. Apabila dilihat dari proses pembelajaran, akan
dikenal metode baru pembelajaran, misalnya dengan online learning
(pembelajaran daring) atau hybrid learning (pembelajaran campuran) yang
merupakan gabungan antara kelas tatap muka dan pembelajaran daring.
Dalam menghadapi penyesuaian terhadap perubahan, berbagai pihak di
seluruh lapisan pendidikan harus mulai berani keluar dari zona nyaman untuk
mempelajari berbagai literasi baru, termasuk membangun ekosistem lifelong
learning di dalam institusinya. Meski demikian, sampai sekarang baik
keterbatasan literasi maupun ketersediaan sarana prasarana khususnya media
pembelajaran menggunakan teknologi masih sering menjadi permasalahan
tersendiri dalam proses transformasi digital di dalam institusi pendidikan.
BAB V
4.1 KESIMPULAN
A. Kesimpulan Bab I
Pada bab ini kami dapat menyimpulkan bahwa pendidikan sepanjang
hayat merupakan pendidikan yang tidak berhenti hingga individu menjadi dewasa,
tetapi tetap berlanjut sepanjang hidupnya. Dasar pemikiran mengenai pendidikan
sepanjang hayat antara lain, tinjauan logis, ekonomiss, sosiologis, politis,
teknologis,psikologis, dan pedagogis
B. Kesimpulan Bab II
Kesimpulan pada bab ini yaitu tentang kurangnya penggunaan teknologi pada
proses pembelajaran. Dimana masih banyak guru yang belum mengerti bagaimana
38
cara menerapkan atau memanfaatkan penggunaan teknologi di dalam proses
pembelajaran.
C. Kesimpulan Bab III
Kesimpulannya yaitu kami mendapat data dengan terjun langsung
kelapangan dengan melakukan dan melihat langsung penggunaan teknologi pada
pembelajaran di kelas, subjek yang kami gunakan disini adalah guru sd 104244
jati sari lubuk pakam. Dimana kendala pada sekolah ini adalah kurangnya
pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran dikelas belum terlaksana dan
ada guru yang belum bisa bersedia untuk mempelajari kemajuan teknologi.
D. Kesimpulan Bab IV
Pendidikan sepanjang hayat membantu setiap individu lebih cepat
tanggap dan bergerak sesuai dengan kebutuhan di era Education 4.0. Jika setiap
anggota organisasi atau institusi pendidikan tidak bisa melihat banyak manfaat
yang bisa dimiliki dengan pendidikan berbasis teknologi ini, hal tersebut akan
menjadi hambatan internal dalam proses integrasi digital.
E. Kesimpulan Bab V
Berdasarkan kegiatan pelatihan pemanfaatan teknologi dalam
pembelajaran yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa teknologi
menjadi aspek yang memiliki peran penting dalam mengembangkan pendidikan
dan, sehingga dibtuhkan sebuah kegiatan yang dapat memfasilitasi. Hasil yang
didapatkan dari kegiatan pelatihan ini antara lain adalah (1) pelatihan ini menjadi
alternatif solusi bagi guru unruk mendapatkan pengetahuan tambahan tentang
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran. (2) Pelatihan ini menjadi saran
belajar guru untuk mampu membuat bahan pembelajaran menggunakan platform
teknologi. (3) Guru-guru melalui pelatihan ini mampu mengembangkan bahan
ajar dan bahan evaluasi menggunakan platfrom teknologi sesuai dengan
kebutuhan mengajar nya.
4.2 SARAN
A. Rekayasa Ide
Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala teknologi
yang terjadi pada guru adalah sebagai berikut:
39
1. Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
guru-guru dalam mengembangkan bahan pembelajaran yang interaktif dengan
memanfaatkan teknologi. Pelatihan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mengembangan bahan
pembelajaran bagi guru-guru di SD 104244 sebagai salah satu bentuk
implementasi dari Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diharapkan
menjadi solusi dari permasalahan yang dialami oleh guru SD 104244 Jati Sari
Lubuk Pakam dan menjadi kegiatan yang mampu memberikan manfaat yang baik
dan peningkatan keterampilan guru dalam memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran, serta menjadi salah satu kegiatan yang membantu pemerintah
memaksimalkan penerapan teknologi dalam bidang pendidikan.
2. Akses Terhadap Teknologi
Guru dan siswa harus memiliki akses terhadap teknologi digital dan
internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan. Ini berarti sekolah harus
memiliki sarana prasarana yang memadai yang berkaitan dengan teknologi
informasi dan komunikasi, seperti tersedianya komputer/laptop, jaringan internet,
laboratorium komputer, peralatan multimedia seperti CD, DVD, dan infocus.
3. Materi Yang Berkualitas
Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural
bagi guru dan siswa. Materi-materi ini dapat berupa materi pembelajaran interaktif
yang berbantuan komputer/laptop, seperti CD, DVD dan infocus dalam
pembelajaran interaktif.
4. Pengetahuan Guru
Guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan
alat-alat dan sumber-sumber digital dalam kegiatan belajar mengajar agar tercapai
Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
5. Anggaran Dana
Harus tersedianya anggaran atau dana yang cukup untuk untuk
mengadakan, mengembangkan dan merawat sarana prasarana Teknologi
Informasi dan Komunikasi tersebut.
B. Projek (Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran)
40
1. Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan
guru-guru dalam mengembangkan bahan pembelajaran yang interaktif dengan
memanfaatkan teknologi.pelatihan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran
untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mengembangan bahan
pembelajaran bagi guru-guru di SD 104244 sebagai salah satu bentuk
implementasi dari Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diharapkan
menjadi solusi dari permasalahan yang dialami oleh guru SD 104244 Jati Sari
Lubukpakam dan menjadi kegiatan yang mampu memberikan mannfaat yang
baik dan peningkatan keterampilan guru dalam memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran, serta menjadi salah satu kegiatan yang membantu pemerintah
memaksimalkan penerapan teknologi dalam bidang pendidikan.Adapun materi
yang dibawakan oleh tim pengabdi antara lain pengantar perkembanga teknologi
dalam dunia pendidikan, jenis-jenis platform yang bisa digunakan dalam
mengembangkan bahan pembelajaran seperti Canva, Kahoot!, WordWall,
Quizziz, dan Power Point, pemilihan platform ini berdasarkan fitur dan fungsinya
yang mumpuni, mudah ditemukan dan diakses, dan memiliki banyak fitur menarik
dan template gratis yang dapat dipakai
2. Langkah-Langkah Pelatihan
Adapun tahapan-Tahapan-tahapan yang dilakukan sebagain rangkaian dari
kegiatan pelatihan ini diawali dengan:
(1) Wawancara dengan kepala Sekolah dan beberapa guru SD 104244 ,
kegiatan wawancara ini dilaksanakan di kantor kepala sekolah dengan
tujuan untuk menemukan permasalahan yang dialami oleh guru-guru,
(2) Sosialisasi rencana pelatihan pemanfaatan teknologi yang akan
dilaksanakan serta diskusi dan konsultasi terkait jadwal pelaksanaan
pelatihan. (3) pihak pengabdi melaksanakan kegiatan pelatihan bagi guru-
guru SD terkait pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran, pelatihan
diawali dengan pengantar teknologi dan penerapannya dalam
pembelajaran, pelatihan platform teknologi dalam pembelajaran, kemudian
pada sesi selanjutnya masing-masing guru diberikan tugas untuk mencoba
membuat bahan pembelajaran dan didampingi oleh pihak pengabdi jika
41
sewaktu-waktu guru mengalami kesulitan dalam pembuatan bahan
pembelajaran, kegiatan kemudian dilanjutkan dengan sesi presentasi hasil
pembuatan bahan pembelajaran oleh guru.
(3) Tahap akhir dari kegiatan pelatihan adalah membagikan angket untuk
mengetahui respon guru-guru terhadap pelatihan yang dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
42
Di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program
Pascasarjana Universitas Pgri Palembang. Hal. 18-25
Dr. Aman Simaremare, S.Psi., MS. & Mirza Irawan, S.Pd., M.Pd., Kons. . 2023 .
Ilmu Pendidikan . Medan .
Dr. Durotul Yatimah, M.Pd Dr. Karnadi. 2014. Pendidikan Non Formal dan
Informal Dalam Bingkai Pendidikan Sepanjang Hayat. Bandung. Alfabeta
CV
Fathahillah,Dkk."Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Dalam Pembelajaran".Jurnal
Pengabdian Masyarakat 1,2 (2023): 143-150.
Hairani,Esi."Pembelajaran Sepanjang Hayat Menuju Masyarakat
Berpengetahuan". Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, 2,1
(2018): 335- 377
Husaen Sudrajat , Risa Herlina Hariati . (2021) Hakikat Pendidikan Sepanjang
Hayat Untuk Ditanamkan Pada Siswa Sekolah Dasar . Vol.06-No.02-Desember-
2021 .
Abd. Hamid Isa, Yakob Napu . (2020) . Pendidikan Sepanjang Hayat . Oleh Ideas
Publishing . Kota Gorontalo .
Rendi. 2019. PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DAN PENDEKATAN
ANDROGOGI. Vol. 4, No. 1. Hal 108-121
Riza ,Syahrul." KONSEP PENDIDIKAN ISLAM SEPANJANG HAYAT" Jurnal
ilmiah pendidikan anak, Vol. 8, No. 01, Januari (2022): 13- 32.
ryahiyyah F., Inayatillah K., Saifullah F., Sista T. F. 2018. The Implementation of
Lifelong Education in Non-formal Education. Jurnal Pendidikan Islam.
Vol. 2. No. 1. Hal. 17-39
Sariani, Novita,dkk. Pendidikan Sepanjang Hayat. Padang : PT Global eksekutif
teknologi, 2023.
Thoif, Mokh. Tinjauan Yuridis Pendidik Nonformal Dalam sistem Pendidikan
Nasional di Indonesia. Surabaya : Scopindo Media Pustaka,2021.
Wedi A., Yunus M. 2019. Konsep Dan Penerapan Pendidikan Sepanjang Hayat
Dalam Keluarga. Jurnal Inovasi Teknologi Pembelajaran. Vol. 5, No. 1.
Hal. 31-37
Yuhety, Harina, dkk. " Indikator Mutu Program Pendidikan Sepanjang Hayat"
43
Jurnal Ilmiah VISI PTK-PNF - Vol. 3, No.2 ( 2008) : 159-170
Nur Kholisah1, dkk “Meningkatkan Sikap Toleransi Antar Sesama Masyarakat di
Indonesia” Jurnal Pendidikan Tambusai-Vol 5 No 3 (2021): 9021-9025
Shofiah Fitriani. “ Keberagaman Dan Toleransi Umat Beragama” Jurnal Studi
Keislaman. Vol, 20 No. 2 (2020): Hal. 179-192.
Hj. Marfu’ah “Pendidikan Sepanjang Hayat dan Berbagai Implikasiny” Jurnal
Pendidikan dan Kajian Aswaja Volume, 7 No. 2 (2021):87-100
Muhammad Yunus, Agus Wedi. “Konsep Dan Penerapan Pendidikan Sepanjang
Hayat Dalam Keluarga”. JINOTEP (Jurnal Inovasi Teknologi
Pembelajaran). 5 (1) Oktober (2018): 31-37.
Durotul Yatimah, dan Karnadi (2014) “Pendidikan Non Formal dan Informal
Dalam Bingkai Pendidikan Sepanjang Hayat” . Bandung: Penerbit
Alfabeta.
44
MAKALAH
TRI SENTRA PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Nuraini, M.S
DISUSUN OLEH :
Kelompok 7
45
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok
yang berjudul “Tri Sentra Pendidikan”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu
Pendidikan, selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I KAJIAN TEORI..........................................................................................1
A. Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan (Ester Indah Sari Sinaga)...............1
B. Fungsi Lingkungan pendidikan ( Shafiqa Nayla Azzahra )..........................2
C. Peranan Keluarga dan Masyarakat Dalam Pendidikan(Priskilla Crista Pani
Br Purba).......................................................................................................3
D. Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat
(Elovani Marthahela Lubis)..........................................................................7
E. Pergaulan Dalam Keluarga Sekolah dan Masyarakat (Shafiqa Nayla
Azzahra).......................................................................................................11
ii
BAB I
KAJIAN TEORI
A. Fungsi dan Peran Lembaga Pendidikan (Ester Indah Sari Sinaga)
Lembaga pendidikan adalah suatu tempat institusi pendidikan yang menawarkan
kegiatan dalam proses pendidikan baik itu pendidikan formal ataupun non formal dari
mulai tingkat pra sekolah hingga ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran lembaga
pendidikan secara umum juga terbagi ke dalam dua kelompok yaitu:
(1) sebagai tempat mendidik, mengajar serta memperbaiki tingkah laku anak didik, dan
(2) sebagai sarana belajar mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat
yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Guna memperjelas fungsi dan peran
dari masing-masing sentra dapat dilihat sebagaimana uraian berikut:
1. Lembaga Pendidikan Keluarga
a. Peranan pendidikan dalam keluarga, yaitu :
1
sekolah atau lembaga pendidikan sekolah lainnya secara teratur, sistematis, bertingkat
dan mengikuti syarat yang jelas dan ketat.
3. Lembaga Pendidikan Masyarakat
Lembaga pendidikan yang dalam istilah UU Nomor 20 tahun 2003 disebut dengan
jalur pendidikan nonformal ini, bersifat fungsional dan praktis bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan ddan keterampilan kerja peserta didik yang berguna bagi
usaha perbaikan taraf hidupnya.
B. Fungsi Lingkungan Pendidikan (Shafiqa Nayla Azzahra)
Fungsi Pertama lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu di luar diri anak
yang mempengaruhi perkembangannya. Dengan kata lain, lingkungan pendidikan
merupakan latar belakang berlangsungnya pendidikan.
Fungsi kedua lingkungan pendidikan adalah mengajarkan tingkah laku umum dan
untuk menyeleksi serta mempersiapkan peranan-peranan tertentu dalam masyarakat.
Karena masyarakat akan berfungsi dengan baik jika setiap individu belajar berbagai hal,
baik pola tingkah laku umum maupun peranan yang berbeda-beda.
1. Ragam Bentuk Lingkungan Pendidikan
Lingkungan pendidikan adalah tempat seseorang memperoleh pendidikan secara
langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu, lingkungan pendidikan ada yang
bersifat sosial dan materiel.
1) Keluarga
Keluarga merupakan pengelompokkan primer yang terdiri dari sejumlah keluarga
kecil karena hubungan sedarah. Keluarga bisa berbentuk kelurga inti (nucleus family:
ayah,ibu, dan anak.)
2) Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menerima fungsi pendidikan
berdasarkan asas- asas tanggung jawab berikut ini :
a. Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang
ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (undang-undang
pendidikan).
2
b. Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tujuan dan tingkat
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara.
c. Tanggung jawab fungsional ialah tanggung jawab profesional pengelola dan
pelaksana pendidikan (para guru dan pendidik) yang menerima ketetapan ini
berdasarkan ketentuan- ketentuan jabatannya.
3) Lingkungan Masyarakat
Pendidikan sosial atau masyarakat adalah pendidikan tersier yang merupakan
pendidikan terakhir, tetapi bersifat permanen dengan pendidikannya masyarakat itu
sendiri secara social, kebudayaan adat-istiadat dan kondisi masyarakat setempat
sebagai lingkungan materil. Pendidikan terutama dalam pergaulan masyarakat
banyak sekali, seperti :
a. Masjid, surau atau langgar, musholla.
b. Madrasah, pondok pesantren.
c. Pengajian atau majelis taklim.
d. Kursus-kursus, dan
e. Badan-badan pembinaan rohani (biro pernikahan, biro konsultasi, keagamaan
dan lain- lainnya.
C. Peranan Keluarga dan Masyarakat Dalam Pendidikan (Priskilla Crista Pani Br
Purba)
1) Peran Keluarga
Ikatan kekeluargaan membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih,
hubungan antara pribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta pengakuan
akan kewibawaan. Sumbangan keluarga bagi pendidikan anak adalah sebagai berikut :
1. Cara orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara
makan, buang air, berbicara, berjalan, berdoa sungguh-sungguh membekas dalam
diri anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi.
2. Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak, Sebagian tanggung
jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain, yaitu melalui sekolah.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang
tua terhadap anak antara lain :
1. Memelihara dan membesarkannya
3
2. Melindungi dan menjamin kesehatannya
3. Mendidiknya dengan berbagai iImu pengetahuan
4. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat
Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari
anggota keluarga yang lain.
a. Kerja Sama Antara Keluarga Dengan Sekolah
Di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa: Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar
sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama,
nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan.
Pada dasarnya cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin kerja sama
antara keluarga dengan sekolah. Berikut ini beberapa contohnya
1) Adanya Kunjungan ke Rumah Anak Didik
e. Kunjungan dapat memberikan motivasi kepada orang tua anak didik untuk lebih
terbuka dan dapat bekerja sama dalam upaya memajukan pendidikan anaknya.
4
g. Terjadinya komunikasi dan saling memberikan informasi tentang keadaan anak
serta saling memberi petunjuk antara guru dengan orang tua.
2) Diundangnya Orang Tua Ke Sekolah
Kalau ada berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah yang sekali artinya
memungkinkan bila orang untuk tua dihadiri diundang oleh orang untuk tua datang
maka akan positif kesekolah.
3) Case Conference
Badan pembantu sekolah ialah organisasi orang tua murid atau wali murid dan
guru. Organisasi dimaksud merupakan kerja sama yang paling terorganisasi dimaksud
merupakan kerja sama yang paling terorganisasi antara sekolah atau guru dengan
orang tua murid.
5) Mengadakan Surat Menyurat Antara Sekolah dan Guru
Sekolah dapat memberi surat peringatan atau meminta bantuan kepada orang tua
apabila hasil raport anaknya kurang baik agar dapat lebih giat mengebangkan bakatnya
atau minimal mampu mempertahankan apa yang sudah dapat diraihnya.
b. Hubungan Masyarakat Dengan Sekolah
5
pusat-pusat pendidikan yang berpotensial dan mempunyai hubungan yang
fungsional.
2) Sekolah sebagai prosedur yang melayan pesan- pesan pendidikan dari masyarakat
lingkungannya.
b. Akurasi sasaran atau target pendidikan yang ditangani oleh Iembaga atau
organisasi persekolahan, akan ditentukan pula oleh kejelasan formulasi
kontrak antara sekolah (selaku pelayan) dengan masyarakat selaku pemesan.
2) Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan
mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.
6
museum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang, dan
sebagainya
6) Masyarakat memberi bahan pelajaran yang banyak sekali, antara lain seperti aspek
alami industri, perumahan, transportasi, perkebunan, pertambangan dan sebagainya.
D. Pengaruh Timbal Balik Antara Sekolah, Keluarga dan Masyarakat (Elovani
Martahelena Lubis)
Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan nilai-nilai kehidupan manusia.
Di dalam pengembangan nilai ini, tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai ole
manusia di dalam hidupnya. Bentuk kemitraan yang ditanamkan melalui tri sentra pendidikan
dalam pendidikan keluarga dengan sasaran kemitraan terdiri atas:
7
1. Peran Pelaku Kemitraan Tri Sentra Pendidikan
a. Peran Satuan PAUD
1. Melakukan analisis kebutuhan
2. Menyusun program tahunan pendidikan keluarga
3. Melakukan pertemuan dengan orang tua/wali peserta didik
4. Melaksanakan program pendidikan keluarga
5. Melakukan supervisi dan evaluasi
Unsur yang memiliki peran utama dalam program pendidikan keluarga di satuan
PAUD adalah :
1. Kepala Satuan PAUD
2. Guru Kelas
3. Komite Satuan
b. Peran Orang Tua/Wali
1. Menciptakan lingkungan belajar di rumah yang menyenangkan dan
mendorong perkembangan budava prestasi anak.
2. Menjalin interaksi dan komunikasi yang hangat dan penuh kasih sayang
dengan anak.
Memberi motivasi dan menanamkan rasa percaya diri pada anak.
3. Menjalin hubungan dan komunikasi yang aktif dengan pihak satuan PAUD
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
4. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan
ekstrakurikuler yang dilakukan anak di satuan PAUD.
5. Memiliki inisiatif untuk menggerakan orang tua/wali lain agar terlibat
dalam pengambilan keputusan di satuan PAUD dan masyarakat.
c. Peran Mayarakat
1. Mancerdaskan Kehidupan Masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri bahwa tingkat kecerdasan masyarakat sedikit banyak
dapat dikembangakan melalui berbagai program pendidikan disekolah. Berkenaan
dengan kenyataan ini, secara historis tentang persekolahan setalu menjadi isi dan arah
dari program pendidikan sekolah- sekolah. Membaca, menulis, dan berhitng seta
pengetahuan umum. Upaya penambahan dan pengembangan lebih jelas hanya dapat
dilakukan secara sistematis melalui program pendidikan di jalur pendidikan sokolah.
8
2. Membawa Bibit Pembaharuan Bagi Perkembangan Masyarakat
Masyarakat Sampai sat ini, sistem pendidikan yang berjalan umumnya masih
berperan sekedar sebagai sarana mengalihkan pengetahuan yang dianggap benar
dan berlaku. Hal demikian memang banyak dikecam, mengingat bahwa bukan
saja karena pengetahuan yang dianggap benar tersebut akan menjadi usang
dengan ditemukannya pengetahuan yang lebih baru, tetapi lebih karena hasil
pendidikan sangat diharapkan dapat dipakai sebagai modal penting melakukan
dan menanggapi setiap modernisasi dan tantangan perkembangan zaman secara
kreatif, manditi dan bertanggung jawab.
3. Menciptakan warga masyarakat yang siap dan terkendali bagi kepentingan
kerja dilingkungan masyarakat
9
b. Terhadap Proses Pendidikan Sekolah
Untuk membawa anak kepada kedewasaan, orang tua harus memberi teladan yang
baik karena anak suka mengimitasi kepada orang yang lebih tua atau orangtuanya.
Dengan teladan yang baik, anak tidak merasa dipaksa. Dalam memberikan sugesti
kepada anak tidak dengan cara otoriter, melainkan dengan sistem pergaulan sehingga
dengan senang anak melaksanakannya.
Hubungan murid dengan murid ini adakalanya sederajat dan adakalanya lebih rendah atau
lebih tinggi kedewasaannya. Pergaulan yang berpengaruh positif inilah yang mengandung
adanya gejala-gejala pendidikan, dan tentu saja terus dikontrol dan diarahkan. Aktivitas di
sekolah yang mengandung gejala pendidikan antara lain ialah organisasi intrapelajar, pelajaran
berolahraga, kerja bakti, baris-berbaris, kepramukaan, keterampilan, dan sebagainya.
Pergaulan sehari-hari antara amak dengan anak lainnya dalam masyarakat juga ada
yang setaraf dan ada yang lebih dewasa dibidang tertentu. Teguran anak yang lebih dewasa,
terhadap anak yang nakal, yang jorok, yang melakukan perbuatan-perbuatan berbahaya, dan
sebagainya. Sesama kawan berkumpul untuk bercerita bermain dengan disiplin, tukar menukar
pengalaman, dan sebagainya tidak terlepas dari kandungan gejala pendidikan.
Kewibawaan merupakan syarat bagi pendidik dan digunakan untuk membawa anak didik
10
kedewasaan Oleh karena itu, kewibawaan termasuk dalam alat pendidikan. Salah seorang tokoh
pendidik, Langeveld menyatakan bahwa pendidikan yang sungguh-sungguh baru dapat
diberikan setelah anak itu mengenal kewibawaan, kira-kira anak berumur tiga tahun.
11
BAB II
RUMUSAN MASALAH
A. Masalah Yang Diidentifikasi
Dari wawancara yang kami lakukan dengan guru BK SMAN 11 Medan, kami
mendapati tiga buah masalah yang berkaitan dengan Tri Sentra Pendidikan. Masalah-
masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terdapat siswa yang sering datang terlambat
Dari hasil wawancara mengatakan bahwa banyak siswa yang berdatangan lebih dari
waktu yang sudah di tentukan oleh sekolah tersebut. Datang terlambat menurunkan
tingkat kedisiplinan seseorang. Dengan datang terlambat, seseorang cenderung tidak
disiplin terhadap waktu dan jadwal yang telah dibuat sebelumnya. Hal tersebut tidak
hanya menurunkan kedisiplinan, melainkan juga menurunkan rasa tanggung jawab
baik terhadap diri sendiri dan juga orang lain. Dalam hal ini dapat dilihat kurangnya
tanggung jawab orang tua untuk sosial anak dalam pengembangan kepribadian yang
bertanggung jawab.
2. Terdapat Siswa yang Tidak Hadir Sekolah Tanpa KeterangaN
Menurut pernyataan guru BK sekolah tersebut, masih ada beberapa siswa yang tidak
hadir sekolah pada hari tertentu tanpa surat ijin atau pun keterangan. Oleh karena itu,
dalam upaya membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam kehadirannya di
sekolah, maka guru atau konselor seyogyanya dapat memahami latar belakang dan
faktor-faktor penyebab ketidakhadirannya, untuk menemukan inti masalah yang
sebenarnya.
3. Ditemukan Siswa yang Merokok Di Dalam Toilet Sekolah
12
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini subjek penelitian adalah siswa di sekolah SMA Negeri 11
Medan. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 september 2023.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu wawancara, wawancara adalah
suatu proses tanya jawab antara penanya dan respondennya. Tujuannya, yaitu
memperoleh informasi atau data tentang suatu topik tertentu secara lengkap.
C. Sumber Data
Data diambil melalui guru bimbingan konseling pada SMA Negeri 11 Medan
yaitu ibu Kemalawati S.Psi.
D. Analisis
Teknik analisis data yang digunakan yaitu metode kualitatif jenis wawancara.
Hasil dari wawancara yaitu :
Pertama, dari hasil wawancara guru bimbingan konseling di SMAN 11 Medan
terdapat siswa yang sering terlambat, siswa yang absen tanpa keterangan, siswa yang
tidak memakai simbol/atribut sekolah, dan kasus siswa merokok. Narasumber juga
memaparkan bahwa kasus yang sering terjadi berulang adalah kasus siswa merokok.
Guru BK mengatakan jika siswa yang ketahuan merokok maka akan dipanggil saksi,
kemudian membuat surat perjanjian. Jika setelah itu siswa tersebut diketahui melakukan
hal serupa, maka siswa tersebut akan dikeluarkan dari sekolah.
Kedua, penanganan masalah yang dikemukakan guru bimbingan konseling adalah
dengan memberikan hukuman. Siswa yang melanggar peraturan sekolah akan diberikan
hukuman seperti hormat bendera, lari keliling lapangan, membersihkan kamar mandi,
serta membuat surat perjanjian agar hal tersebut tidak terulang kembali.
Ketiga, guru bimbingan konseling di sekolah SMAN 11 Medan hanya melakukan
wawancara pada siswa yang bermasalah saja, lalu memberikan hukuman. Sementara itu,
kendala yang dihadapi oleh guru bimbingan konseling adalah ketidakjujuran siswa dalam
memberikan pernyataan selama proses wawancara berlangsung.
14
Keempat, guru bimbingan konseling bekerjasama dengan kepala sekolah, wali
kelas dan guru mata pelajaran dalam menangani siswa yang ada di SMAN 11 Medan.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan pengenalan masalah, sebagai awal mula dimana mulai menyadari bahwa ada
kebutuhan yang harus dipenuhi. Masalah mengenai kebutuhan yang ingin dipenuhi dapat timbul
dari stimulus internal maupun eksternal. Dari wawancara yang kami lakukan dengan guru BK
SMAN 11 Medan, kami mendapati tiga buah masalah yang berkaitan dengan Tri Sentra
Pendidikan. Masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Terdapat siswa yang sering datang terlambat
Dari hasil wawancara mengatakan bahwa banyak siswa yang berdatangan lebih dari waktu
yang sudah di tentukan oleh sekolah tersebut. Siswa yang selalu datang terlambat ke sekolah
termasuk bentuk pelanggaran tata tertib atau aturan di sekolah. Datang terlambat menurunkan
tingkat kedisiplinan seseorang. Dengan datang terlambat, seseorang cenderung tidak disiplin
terhadap waktu dan jadwal yang telah dibuat sebelumnya. Hal tersebut tidak hanya menurunkan
kedisiplinan, melainkan juga menurunkan rasa tanggung jawab baik terhadap diri sendiri dan
juga orang lain. Dalam hal ini dapat dilihat kurangnya tanggung jawab orang tua untuk sosial
anak dalam pengembangan kepribadian yang bertanggung jawab.
Kaitan Teori: Pengaruh Timbal Balik antara Sekolah, Keluarga dan Masyarakat
Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan nilai-nilai kehidupan manusia. Di dalam
pengembangan nilai ini, tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai oleh manusia didalam
hidupnya. Dalam hal pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada
luas tidaknya produk serta kualitas output pendidikan (sekolah) itu sendiri. Semakin besar
output sekolah tersebut dengan disertai kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak
sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas, maka tentu saja pengaruhnya sangat
positif bagi masyarakat.
Sementara keluarga juga memiliki kedudukan yang tidak kalah penting bila dibanding kedua
lembaga yang lain (sekolah dan masyarakat). Output pendidikan sekolah tidak dapat dipisahkan
dari peran keluarga dan masyarakat, karena keberhasilan pendidikan disekolah tidak terlepas
dari peran keluarga dan masyarakat. upaya kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat yang berlandaskan pada azas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya,
saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan
yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peseta didik. Ekosistem pendidikan
16
merupakan tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh dari semua unsur pendidikan sehingga
menghasilkan lingkungan belajar yang kondusif bag tumbuh kembang anak secara optimal.
Budaya prestasi merupakan latanan nilai, Kebiasaan, kesepakatan yang direfleksikan dalam
tingkah laku sehari-hari warga sekolah yang terkait dengan pencapaian prestasi sekolah sebagai
institusi maupun prestasi individu pesorta didik sesuat bakat, minat, dan potensi, maupun
karakter masing-masing dalam kedisiplinan.
2. Terdapat Siswa yang Tidak Hadir Sekolah Tanpa Keterangan
Menurut pernyataan guru BK sekolah tersebut, masih ada beberapa siswa yang tidak hadir
sekolah pada hari tertentu tanpa surat ijin atau pun keterangan. Oleh karena itu, dalam upaya
membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam kehadirannya di sekolah, maka guru atau
konselor seyogyanya dapat memahami latar belakang dan faktor-faktor penyebab
ketidakhadirannya, untuk menemukan inti masalah yang sebenarnya. Dalam hal ini dapat dilihat
kurangnya tanggung jawab orang tua untuk sosial anak dalam pengembangan kepribadian yang
bertanggung jawab.
Kaitan Teori: Pengaruh Timbal Balik antara Sekolah, Keluarga dan Masyarakat
Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembangan nilai-nilai kehidupan manusia. Di dalam
pengembangan nilai ini, tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai oleh manusia didalam
hidupnya. Dalam hal pengaruh sekolah terhadap masyarakat pada dasarnya tergantung kepada
luas tidaknya produk serta kualitas output pendidikan (sekolah) itu sendiri. Semakin besar
output sekolah tersebut dengan disertai kualitas yang mantap, dalam artian mampu mencetak
sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas, maka tentu saja pengaruhnya sangat
positif bagi masyarakat.
Sementara keluarga juga memiliki kedudukan yang tidak kalah penting bila dibanding kedua
lembaga yang lain (sekolah dan masyarakat). Output pendidikan sekolah tidak dapat dipisahkan
dari peran keluarga dan masyarakat, karena keberhasilan pendidikan disekolah tidak terlepas
dari peran keluarga dan masyarakat. upaya kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan
masyarakat yang berlandaskan pada azas gotong royong, kesamaan kedudukan, saling percaya,
saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan
yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peseta didik. Ekosistem pendidikan
merupakan tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh dari semua unsur pendidikan sehingga
menghasilkan lingkungan belajar yang kondusif bag tumbuh kembang anak secara optimal.
17
Budaya prestasi merupakan latanan nilai, Kebiasaan, kesepakatan yang direfleksikan dalam
tingkah laku sehari-hari warga sekolah yang terkait dengan pencapaian prestasi sekolah sebagai
institusi maupun prestasi individu pesorta didik sesuat bakat, minat, dan potensi, maupun
karakter masing-masing dalam kedisiplinan.
3. Ditemukan Siswa yang Merokok Di Dalam Toilet Sekolah
Menurut pernyataan guru BK disekolah tersebut, ketika narasumber sedang melakukan
observasi, menemukan siswa yang sedang merokok di toilet sekolah secara diam-diam, dan hal
tersebut tidak dilakukan lebih dari satu siswa. Faktor-faktor yang menyebabkan merokok pada
remaja antara lain karena adanya pengaruh iklan rokok, kontrol orangtua yang kurang baik,
kontrol diri yang rendah, pengaruh pergaulan teman sebaya.
Kaitan Teori: Pergaulan dalam Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat
1. Pergaulan Dalam Keluarga
Untuk membawa anak kepada kedewasaan, orang tua harus memberi teladan yang baik
karena anak suka mengimitasi kepada orang yang lebih tua atau orangtuanya. Dengan teladan
yang baik, anak tidak merasa dipaksa. Dalam memberikan sugesti kepada anak tidak dengan
cara otoriter, melainkan dengan sistem pergaulan sehingga dengan senang anak
melaksanakannya. Biasanya anak paling suka untuk identik dengan orang tuanya, seperti anak
laki-laki terhadap ayahnya sementara anak perempuan dengan ibunya. Antara anak dengan
orang tua ada rasa simpati dan kekaguman.
Secara tidak langsung setiap anak berguru kepada saudara- saudaranya sehingga anak
menjadi tahu bahwa dia merasa wajib memberi sebagaimana dia merasa perlu pemberian, baik
materi maupun non materi Antar anak dalam keluarga belajar tukar- menukar pengalaman
sehingga semakin banyaklah hal-hal yang diketahui tentang baik dan buruk, hak dan kewajiban,
tentang saling menyayangi, dan sebagainya dengan adanya hubungan satu sama lain. Pergaulan
antara orang tua dan anak-anaknya dalam usaha mendewasakan menunjukan bahwa pergaulan
dalam keluarga mengandung gejalagejala pendidikan. Agar anak dapat mencontoh hal-hal yang
baik dalam kedewasaan orangtua, dan menghindari yang buruk.
Guru-guru sebagai pendidik dengan wibawanya dalam pergaulan membawa murid sebagai
anak didik ke arah kedewasaan. Sesama murid saling berkawan, berolahraga, bersama dengan
18
ketentuan-ketentuan yang berlaku, saling mengajak dan diajak, saling bercerita, saling
mendisiplinkan diri agar tidak menyinggung perasaan teman sepergaulannya.
Hubungan murid dengan murid ini adakalanya sederajat dan adakalanya lebih rendah atau
lebih tinggi kedewasaannya. Pergaulan yang berpengaruh positif inilah yang mengandung
adanya gejala-gejala pendidikan, dan tentu saja terus dikontrol dan diarahkan. Aktivitas di
sekolah yang mengandung gejala pendidikan antara lain ialah organisasi intrapelajar, pelajaran
berolahraga, kerja bakti, baris-berbaris, kepramukaan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu
mengharuskan murid berdisiplin dan meningkatkan profesionalnya. Agar murid memiliki
lingkungan yang positif dan produktif sehingga tidak ada kasus/masalah ini tidak terjadi.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan BAB I
Keluarga memiliki peran penting dalam pendidikan anak, termasuk dalam mengajarkan nilai-
nilai, perilaku, dan keterampilan dasar. Orang tua bertanggung jawab dalam memelihara,
melindungi, mendidik, dan membimbing anak-anak mereka agar menjadi individu yang
baik.pendidikan memiliki pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Sekolah berperan penting dalam menghasilkan sumber daya manusia berkualitas, tetapi juga
membutuhkan dukungan keluarga dan masyarakat.pergaulan dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan dan perkembangan individu.
2. Kesimpulan BAB II
Kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sangat penting untuk membentuk
karakter siswa dan mendorong perilaku positif. Dalam hal ini, perlu upaya bersama untuk
mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi agar menciptakan lingkungan pendidikan
yang lebih baik.
4. Kesimpulan BAB IV
20
antara sekolah, guru, konselor, orang tua, dan siswa dalam upaya mendukung
perkembangan siswa secara keseluruhan.
B. Saran
1. Rekayasa Ide
Solusi yang dapat kami berikan ialah pihak sekolah dapat melakukan sosialisasi
kepada murid, untuk mengurangi kesalahan- kesalahan yang sudah di lakukan seperti
sebelum nya. Sosialisasi ini juga dapat menjadi sarana untuk murid dapat lebih
mengenal apa itu BK.
2. Projek
Mengadakan Sosialisasi
Langkah-langkah mengadakan webinar yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan Topik : “ Meningkatkan Kedisplinan Melalui Aspek Keluarga,
Pertemanan, dan Lingkungan”
2. Memilih perangkat penunjang : Menggunakan Zoom, koneksi internet, handphone.
3. Merancang Materi yang akan disampaikan : Presentasi, Power Point, dan tanya
jawab.
4. Menentukan waktu pelaksanaan
5. Mempromosikan sosialisasi
6. Mempersiapkan rencana cadangan
Adapun hasil yang bisa kami paparkan ialah, dapat meminimalisir masalah-masalah
yang ada pada sekolah tersebut. Dapat lebih mengenali peraturan peraturan sekolah yang
mungkin murid murid tersebut belum terlalu tau akan peraturan
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Ahdar. 2021. Ilmu Pendidikan. Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press.
Amirudin, dkk. 2021. Pengantar Pendidikan. Purwokerto Selatan : CV. Pena Persada.
Dyah Kusuma Wardani, S. P., & Fitri, D. M. (2021). Edukasi Tentang Pergaulan Remaja Yang
Sehat di Lingkungan Sekolah dan Keluarga SMK Muhammadiyah 4 Cileungsi.
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 61-70.
Ginanjar, M. H. (2013). Urgensi Lingkungan Pendidikan Sebagai Mediasi Pembentukan
Karakter Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Islam, 376-396.
Hastuti, L. (2020). Tri Pusat Pendidikan (Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat) Dalam
Membentuk Akhlak Melalui Pembinaan Agama. Jurnal Pendidikan Kreativitas
Anak, 83-95.
Hubbil Khair. (2021). Peran Lembaga Pendidikan dalam Masyarakat di Era Modern. Jurnal
Ilmiah Keagamaan, Pendidikan dan Kemasyarakatan. Volume 12, Nomor 2
Marlina Gazali. (2013). Optimalisasi Peran Lembaga Pendidikan untuk Mencerdaskan Bangsa.
Jurnal Al-Ta’dib. Vol. 6 No. 1
Ma’sum, T., Zunnai, B., & Umami, N. U. (2023). Faktor Pendidikan dan Hubungan Timbal
Balik Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. CERMIN: Jurnal Manajemen
dan Pendidikan Berbasis Islam Nusantara, 2(2), 47-51.
Miftah, M., & Syamsurijal. (2023). Strategi Pemanfaatan Lingkungan Pendidikan Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 72-83.
Moch. Yaziidul Khoiiri, dk (2023). Peranan Keluarga Dan Masyarakat Dalam Pendidikan.
Cermin jurnal, 27-33
Sofyan Tsauri. (2015). Pendidikan Karakter: Peluang dalam Membangun Karakter Bangsa.
Jember: IAIN Jember Press
Subianto, J. (2013). Peran keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam pembentukan karakter
23
berkualitas. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 8(2).
24