Di susun Oleh
Kelompok 1 (satu)
- Al Azami Riziq
- Muhammad Nur Sidiq
- CIci Yulianti
Anshori, M.Ag mata kuliah Hadis Tarbawi yang telah memberikan tugas
Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa
belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Hadits
tentang Materi Pendidikan ” sehingga dengan kami dapat menemukan hal-hal
baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari
sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.
Tim Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
DAFTAR ISI..........................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana materi pendidikan dalam hadits?
2. Bagaimana konsep materi pendidikan dalam hadits?
3. Bagaimana hadits terkait terjemah, syarah, pelajaran yang dipetik oleh hadist?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahuai materi pendidikan dalam hadits.
2. Untuk mengetahuai konsep materi pendidikan hadits.
3. Untuk mengetahuai hadits terkait terjemah, syarah, dan pelajaran yang dapat
dipetik oleh hadits..
BAB II
PEMBAHASAN
A. Materi Pendidikan Islam
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia “materi” diartikan sebagai konten, isi yang
terlekat atau terikat. Sedang “pendidikan” secara etimologis berasal dari kata
“paedagogie” yang artinya bimbingan yang diberikan kepada anak. Islam secara
etimologis berasal dari kata “salama” (patuh atau menerima) dan “salima” (sejahtera,
selamat). Jadi Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan agama,
ketaatan, dan kepatuhan. Secara terminologis, “Islam” adalah agama yang diturunkan
Allah kepada seluruh umat manusia melalui Rasul-Nya agar umat manusia selamat dunia
dan akhirat
dalam kitab Minhâj Al-Muslim Karya Abû Bakar Jâbir Al-Jazâ‟irî. Penelitian ini
merupakan penelitian kepustakaan, sedangkan dalam pengumpulan datanya
menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari buku-buku ataupun data lainnya
yang berkaitan dengan pokok pembahasan. Analisis data yang digunakan ialah
analisi isi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep dasar materi
pendidikan Islam dalam kitab Minhâj Al-Muslim Karya Abû Bakar Jâbir Al-
Jazâ‟irî terdiri dari materi tauhid yaitu iman kepada allah, beriman kepada
rububiyah Allah, beriman kepada uluhiyah Allah atas semua makhluk dari yang
pertama hingga yang terakhir, beriman kepada para Malaikatnya, beriman kepada
kitabullah, beriman kepada para Rasul utusan Allah (rasul-rasul allah), beriman
kepada kerasulan Muhammad, beriman kepada hari akhir, beriman kepada qadha
dan qadar, materi ibadah yaitu thaharah (bersuci), materi muamalah yaitu
perlombaan kendaraan, memanah, dan olahraga jasmani dan pikiran. materi
akhlak yaitu akhlak sabar dan tegar dalam menghadapi gangguan, akhlak
bertawakal kepada allah dan bersandar pada diri sendiri, itsar (mengutamakan
orang lain), akhlak penyayang, akhlak malu, akhlak dermawan, akhlak tawadhu
(rendah hati). Analisis Terjemah Ayat Al-Qur'an, Hadits Nabi, dan Pendapat
UlamaPenerjemahan, kata yang tidak asing lagi di telinga kita. Saat ini
penerjemahan sudah banyak dilakukan di seluruh dunia selain sebagai tindak
komunikasi antar bangsa di dunia, penerjemahan juga sebagai sarana penyebaran
ilmu pengetahuan dari teks bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam
penerjemahan sudah pasti ada hal-hal yang perlu diperhatikan supaya hasil
terjemahan itu sesuai dengan yang dibutuhkan masyarakat, salah satunya adalah
strategi penerjemahan yang merupakan tahap awal yang harus diketahui oleh
seorang penerjemah. Hadits Nabi: َِجيبُوا ال َّدا ِع َى َوالَ تَ ُر ُّدوا ْالهَ ِديَّةَ َوالَ تَضْ ِربُوا ْال ُم ْسلِ ِمين
“Hadirilah panggilan (undangan) dan janganlah menolak hadiah . Serta Janganlah
memukul orang-orang muslim.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod)Pada
hadits ini menggunakan strategi penerjemahan yaitu 'membuang (Hadzf),
menambahkan (ziyadah), dan menggantikan (tabdil)'. Didalam hadits tersebut
terdapat kalimat أجيبوا الداعيsecara arti menerima panggilan. Dengan أجيبواartinya
menerima, dan الداعيartinya panggilan. sehingga kalimat أجيبوا الداعيbisa kita
terjemahkan dengan teknik menggantikan (tabdil) menjadi "menerima panggilan
atau undangan". Kemudian, kita bisa menambahkan kata "hadiah" karena didalam
hadits tersebut terdapat kata hَ ْالهَ ِديَّةyang artinya "hadiah". Selanjutnya, kita juga
bisa menggunakan teknik membuang (Hadzf) dan menggantikan (tabdil) pada
kata َ ْال ُم ْسلِ ِمينyang didalam ayat tersebut memiliki arti "orang-orang muslim."
، ً ا4 يوم- لم44ه وس44لى هللا علي44 ص- ف النَّب ّي44 كنت خل: قَا َل، س رضي هللا عنهما
ٍ ابن عبا
ِ عن
ِإ َذا، َك4َ ْدهُ ت َُجاه4ظ هللاَ تَ ِج4 ْ ، َك4 ِظ هللاَ يَ ْحفَ ْظ4َاحف
ِ 4َاحف ٍ ا44كَ َكلِ َم4 إنِّي أعلّ ُم، ا ُغال ُم4َ (( ي: ا َل44َفَق
ْ :ت
ْ أنَّ اُأل َّمةَ لَ ْو: َوا ْعلَ ْم، ِستَ ِعنْ باهلل
َاجتَ َم َعتْ َعلَى أنْ يَ ْنفَ ُعوك ْ وِإ َذا ا، سأ ْلتَ فَاسَأ ِل هللا
ْ ستَ َع ْنتَ فَا َ
ي ٍء لَ ْم4 ش ُ َوا َعلَى أنْ ي44 وَِإن اجتَ َم ُع، َك44َهُ هللاُ ل4 ْد َكتَب4 َي ٍء ق4 ش
َ ِ ُّروكَ ب4 ض َ ِو َك إالَّ ب44ي ٍء لَ ْم يَ ْنفَ ُع4 ش
َ ِب
ُالصحف
ُّ تِ َّت اَأل ْقالَ ُم َو َجف
ِ ُرفِ َع، َض ُّرو َك إالَّ بِشَي ٍء قَ ْد َكتَبَهُ هللاُ َعلَ ْيك
ُ َي
تَع َّرفْ ِإلَى هللاِ في ال َّر َخا ِء يَ ْع ِرفكَ في، ظ هللا تَ ِج ْدهُ َأ َما َم َك4ِ َاحف
ْ (( : وفي رواية غي ِر الترمذي
َّ أن: َوا ْعلَ ْم، َأصابَكَ لَ ْم يَ ُكنْ لِيُ ْخ ِطَئك ِ ُ أنَّ َما َأ ْخطَأ َك لَ ْم يَ ُكنْ لِي: َوا ْعلَ ْم، ش َّد ِة
َ َو َما، َصيبك ِّ ال
1
ًسرا ْ َوَأنَّ َم َع ال ُع، ب
ْ ُس ِر ي ِ َوَأنَّ الفَ َر َج َم َع ال َك ْر، ص ْب ِر ْ َّالن
َّ ص َر َم َع ال
Artinya: Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: “Kali tertentu saya berada dibelakang
Nabi saw, kemudian beliau bersabda “Hai anak kecil, aku akan
mengajarkan kepadamu nbeberapa kalimat, yaitu: “ Jagalah (perintah)
Allah niscaya kamu dapati Allah selalu di hadapanmu. Jika engkau
minta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan,
maka mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, jika umat
1
Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihiin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999 )Jilid 1, hlm.90
manusia bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) kepadamu
niscaya mereka tidak akan dapat melakukan hal itu kepadamu kecuali
dengan sesuatu hal yang telah ditentukan Allah padamu. Dan jika
mereka bersatu hendak mencelakakan dirimu niscaya mereka tidak akan
dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan
Allah padamu. Telah diangkat pena dan telah keringlah (tinta)
lembaran-lembaran itu” (HR. Imam Tirmidzi).2
Dan dalam riwayat selain Tirmidzi dikatakan, Rosulullah saw
bersabda: “Peliharalah (perintah) Allah niscaya engkau akan menemui-
Nya dihadapanmu. Hendaknya engkau mengingat Allah diwaktu lapang
(senang, niscaya Allah akan mengingatmu diwaktu susahmu. Ketahuilah,
sesungguhnya sesuatu yang seharusnya luput mengenaimu, tentulah
sesuatu itu tidak akan mengenaimu. Ketahuilah, sesungguhnya
kemenangan itu disertai kesabaran, kesenangan itu ada kesudahan, dan
sesudah kesulitan, pasti ada kemudahan.
Kandungan dan Penjelasan Hadits serta Kaitannya dengan Dunia
Pendidikan
Hadits ini mengandung penjelasan tentang 'aqidah Islam. Rasul
menyampaikan pelajaran ini kepada Abdullah ibn 'Abbas pada usia mudanya. Ini
menunjukkan bahwa pendidikan aqidah sudah ditanamkan kepada seseorang sejak
ia kecil. Karena usia inilah yang paling tepat untuk menanamkan nilai. Bila nilai
itu sudah tertanam, maka kehidupan setelah dewasa dan masa tua banyak
dipengaruhi oleh masa muda itu. Sehingga kalaupun seseorang hidup di
lingkungan yang sangat jauh dari ajaran Islam, tetapi ideologinya tidak
terpengaruh, keyakinannya tidak goyah. Adapun jika penanaman nilai itu
terlambat, apalagi setelah kepalanya terisi oleh teori-teori dan doktrin di luar
Islam, maka manusia seperti inilah susah untuk disadarkan dan dibimbing ke jalan
Islam.3
Rasul Saw mengajarkan kepada Ibnu 'Abbas, agar senantiasa memelihara
aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt, tidak melanggar batasan-
2
Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihiin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999 )Jilid 1,
hlm. 90
3
Juwariyah, Hadist Tarbawi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hal. 45
batasanNya. Kalau ini dilakukan, niscaya Allah akan memeliharanya juga. Dan
jika Allah dijaga dalam arti hukum-hukumNya ditaati, maka pada saat manusia
membutuhkan bantuan Allah, maka Allah senantiasa di hadapanNya, menolong
kesusahannya, meringankan bebannya.
Pelajaran seperti ini memang sangat tepat diajarkan kepada anak.
Psikologi anak mudah menerima pendidikan seperti ini dan dengan bahasa seperti
hadits ini. Yang diharapkan darinya ialah, doktrin tersebut tertanam dalam
benaknya hingga ia tua. Pada waktu ia dewasa ia tetap teringat bahwa apabila
seseorang ingin senantiasa mendapat penjagaan dari Allah maka ia harus juga
menjaga Allah Swt dalam kesehariannya.
- ِو ُل هللا44ا َل لي رس44َ ق: ا َل44َ ق، - ه44ي هللا عن44 رض- ع بن ا ْل ُم َعلَّى4 َ عن َأبي
ِ 4ِس ِعي ٍد َراف
ال َمثَانِي َوالقُ ْرآنُ ال َع ِظي ُم الَّ ِذي ُأوتِيتُهُ )) رواه البخاري
Artinya: Dari Abu Sa’id Rafi’ Al Mu’alla ra, ia berkata: Rosulullah saw
bersabda kepadaku: sukakah aku ajarkan kepadamu surat yang paling
agung dalam al-Qur’an sebelum kamu keluar dari masjid?” beliau
lalu menggandeng tanganku. Ketika kami hendak keluar kami
menagih : “Wahai Rosulullah !! engkau tadi berkata “Tentu aku
ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam al-Qur’an.
“Rosulullah saw bersabda: AL HAMDULILLAHI ROBBIL ‘AALAMIIN
(Surat al-Fatihah), yaitu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan
al-Qur’an yang agung yang diberikan kepadaku.” (HR Bukhari)4
4
Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihiin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999 )Jilid 1,
hlm. 92
َ (( أفَال ُأ َعلِّ ُم ُك ْم: - صلى هللا عليه وسلم- فَقَا َل رسول هللا، ق
َش ْيئا ً تُ ْد ِر ُكون ُ َِويَ ْعتِقُونَ َوالَ نَ ْعت
ِّل4ر ُك4 َ (( ت: ا َل44َ ق، ول هللا44ا رس44َ بَلَى ي: الوا44صنَ ْعتُ ْم ؟ )) ق
َ 4ُ ُدب، َ دُون4بِّ ُحونَ َوتُ َكبِّرُونَ َوت َْح ِم4ُس َ
لى هللا44 ص- ول هللا44ا َل رس44َ فَفَ َعلُوا ِمثلَهُ ؟ فَق، وال بِ َما فَ َع ْلنَا ْ س ِم َع
4ِ إخ َوانُنَا أه ُل األ ْم َ : فقالوا، -
. َوهَذا لفظ رواية مسلم، ق َعلَ ْي ِه ْ َ (( َذلِكَ ف: - عليه وسلم
ٌ ض ُل هللاِ يُْؤ تِي ِه َمنْ يَشَا ُء )) متف
5
َ ِ األ ْم َوا ُل ال َكث: )) (( ال ُّدثُور
. َوهللا أعلم، ُيرة
5
Imam Nawawi, Terjemahan Riyadhus Shalihiin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999 )Jilid 1,
hlm. 94
lagi menghadap Rasulullah saw sambil berkata: “Kami mendengar
bahwa orang-orang kaya itu juga melakukan apa yang telah kami
lakukan ya Rasulullah”. Rasulullah saw lalu bersabda kembali: “Itu
adalah karunia dari Allah, yang Allah berikan kepada orang yang
dikehendakiNya” (HR. Bukhari Muslim).
Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Seorang
hamba dilebihkan dari yang lainnya sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada
yang mungkin dapat menghalangi pemberian Allah dan tidak mungkin ada yang
dapat memberi apa yang Allah halangi. Ketahuilah bahwa kebaikan seluruhnya
berada di tangan-Nya. Allahlah yang benar-benar Maha Mulia, Maha Pemberi dan
tidak kikir.
6
Ibid.hlm.97
7
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia.2002)hlm.145
Nabi memaknai Iman dengan dasar-dasar Iman (rukun Iman) yang enam, dan
memaknai Islam dengan rukun-rukunnya yang lima dan memberikan pengertian
tentang Ihsan dengan mengatakan: “Yaitu kamu menyembah Allah seolah-olah
melihat-Nya, dan apabila kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia
Melihatmu” .
orang yang Allah kehendaki kebaikan yang besar, sebagaimana Dia
memberikan arahan kepada orang bodoh, dan menunjukinya ke derajat yang
mulia. Al Fiqhu fid din adalah mempelajari kaidah-kaidah Islam dan mengetahui
halal-haram. Makna tersiratnya adalah bahwa barangsiapa yang tidak diberikan
pemahaman agama maka dia tidak dikehendaki kebaikan oleh Allah Ta’ala.
Pemahaman tersirat ini telah ditegaskan dalam hadits riwayat Abu Ya’la:
“Barangsiapa yang tidak difahamkan (agama) maka Allah tidak peduli
dengannya.” Hadits ini merupakan dalil yang jelas bahwa kemuliaan Al Fiqhu fid
din (pemahaman terhadap agama) dan orang-orang yang mempelajarinya, di atas
segala jenis ilmu dan cendekiawan. Dan yang dimaksud dengannya adalah
memahami Al Kitab (Al Quran) dan As Sunnah.
َ ص ْن َعتِ ِه
، َوال َّرا ِميي ِب ِه، الخ ْي َر َ ب في َ : َالجنَّة
ُ صانِ َعهُ يَ ْحت َِس َ س ْه ِم ال َوا ِح ِد ثَالَثَةَ نَفَ ٍر
َّ هللاَ يُد ِْخ ُل بِال
َ 4َ َو َمنْ ت. وا44ُأح ُّب إل َّي ِمنْ أنْ ت َْر َكب
ا4 َد َم4 َّر ْم َي بَ ْع4ركَ ال4 َ وا44 َوأنْ ت َْر ُم، وا44ُار َكب
ْ وا َو44ار ُم َ ُو ُم ْنبِلَه
ْ و.
. (( َكفَ َرهَا )) رواه َأبُو داود: ُعلِّ َمهُ َر ْغبَةً َع ْنهُ فَإنَّ َها نِ ْع َمةٌ تَ َر َك َها )) َأ ْو قَا َل
Artinya: Dari Abu Uqbah bin Amir Al-Juhanniy ra, ia berkata: Saya mendengar
rosulullah saw bersabda:”Sesungguhnya Allah akan memasukkan tiga
orang kedalam syurga dikarnakan satu panah, yaitu pembuatnya yang
sewaktu membuat ia hanya mengharapkan kebaikan (pahala), orang
yang memanahkan, dan orang yang memberikan anak panah kepada
orang yang memanah. Hendaklah kalian selalu berlatih memanah dan
berkendaraan, dan berlatih memanah lebih aku sukai, daripada kamu
hanya berlatih naik kendaraan. Barang siapa yang
meninggalkan/melupakan panahan setelah ia diajari karena benci,
maka sikap seperti itu ibarat suatu nikmat yang diingkari”
Kandungan Hadits
Hadits di atas menggambarkan betapa Rasulullah saw sangat
menganjurkan agar seorang muslim peduli dengan persiapan untuk berjihad di
jalan Allah. Memanah dan berkuda merupakan dua kegiatan yang terkait dengan
hal itu. Dan seorang muslim perlu memiliki semangat untuk berjihad di jalan
Allah. Mengapa? Karena Nabi saw memperingatkan bahwa raibnya semangat
berjihad mengindikasikan hadirnya kemunafikan dalam diri.8
Memanah dan berkuda adalah dua keterampilan yang dianjurkan
rosulullah kepada umatnya, karena sarat dengan berjihad dijalan Allah. Namun
dalam hal keterampilan ini, Rosulullah saw lebih menekankan kepada umatnya
agar lebih memilih untuk berlatih memanah daripada mengendarai kuda.
8
Ibid.hlm.147
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat pemakalah simpulkan bahwa:
a. Pendidikan aqidah Islam haruslah ditanamkan kepada manusia dari sejak
dini, agar mampu mempertahankan keislaman dengan utuh dan terhindar dari
pemurtadan.
b. Surat al-fatihah adalah surat yang paling agung diantara surat-surat yang lain
didalam al-qur’an
c. Orang yang ingin berhasil dan sukses mencapai cita-citanya, ia harus
berjuang menapaki jalan kesuksesan itu dengan segala kepahitan dan
penderitaan. Bila ia sabar dalam kepahitan itu, maka di depannya kesuksesan
telah menunggu. Tetapi bila ia tidak sabar dan mundur dari jalannya, ia akan
gagal untuk meraih cita-citanya.
d. Manusia tak layak meminta bantuan kepada makhluk Allah, apalagi kepada
musuh Allah seperti syaitan, padahal kepada Allah ia tidak meminta bantuan.
Inilah pelajaran penting dalam aqidah.
e. Manusia tak layak meminta bantuan kepada makhluk Allah, apalagi kepada
musuh Allah seperti syaitan, padahal kepada Allah ia tidak meminta bantuan.
Inilah pelajaran penting dalam aqidah.
f. Orang yang berpaling dari ilmu-ilmu agama ini secara keseluruhan pertanda
bahwa Allah tidak menghendaki kebaikan padanya, karena Allah tidak
memberikan padanya hal-hal yang bisa dipakai untuk mendapatkan kebaikan
yang banyak, dan meraih keberuntungan hakiki
DAFTAR ISI
Nawawi, Imam. 1999 Terjemahan Riyadhus Shalihiin .Jilid 1,, (Jakarta: Pustaka
Amani.