Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Tarbawi
DISUSUN OLEH:
Amelia Sembiring
Indah Prastika
Yusro Antamaliani Manik
DOSEN PENGAMPU:
Syahrul Hasibuan, M.Pd.I
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas
ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan
penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat
memberi pelajaran positif bagi kita semua.
Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen SYAHRUL
HASIBUAN , M.Pd.I mata kuliah Hadis Tarbawi yang telah memberikan tugas Makalah
ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat
dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “ Hadis tentang Pendidikan diri,
Pendidikan Anak, dan pendidikan keluarga” sehingga dengan ini kami dapat menemukan
hal-hal baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami
dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih
pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah
bunda, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu
penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat
tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi
yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua
pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.
Menggala Dalam,oktober, 2021
Tim Penyusun
Kelompok 11 (Sebelas)
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Latar Belakang.............................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah
Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah
yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang
berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan
warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang
baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik.
Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan
kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru
akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah..
Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan
sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum
anak tersebut menerima ilmu dunia.Kebodohan adalah salah satu faktor yang
menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi
agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah
SWT
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadis Tentang Pendidikan diri Sendiri
» طللل ب ب الل: هللا صلى هللا عليه وسلمRقال رسول : عن حسين بن علي قال
Husain bin Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu
pengetahuan wajib bagi setiap orang Islam.(H.R.Bukhari)
Perintah menuntut ilmu yang disampaikan oleh Rasulullah saw. sejalan dengan
perintah Allah dalam Alquran. Dalam Alquran ditemukan ayat-ayat yang bermaksud
perintah menuntut ilmu pengetahuan dan petunjuk-petunjuk tentang urgensi ilmu
pengetahuan itu. Di ataranya:
1
Djamari arifin zainal. Islam, aqidah dansyari,ah (Jakarta: PT.Grafindo persada .1996.)
hlm,102.
5
لخللل ق الملنلل سا لن مم لن لعلل،اقللرأل مبا لسمم لر ملبل ك اللل مذي لخلل لق
لعللل ل م، اللل مذي لعللل لم مباللقلللمم، اقللرأل لو لر لبب ل ك الألل لك لر بم،مق
Ayat ini dapat dijadikan sebagai alasan bahwa ilmu pengetahuan itu penting
dalam kehidupan manusia. Allah memerintahkan agar manusia membaca sebelum
memerintahkan melakukan pekerjaan dan ibadah yang lain. Ayat ini juga
menunjukkan karunia Allah SWT. kepada manusia sebab ia dapat menemukan
kemampuan belajar bahasa. Tambahan lagi, manusia juga dapat mempelajari baca
tulis, ilmu pengetahuan, keterampilan yang beragam, petunjuk dan keimanan, serta
hal-hal yang tidak diketahui oleh manusia sebelum diajarkan kepadanya. Selain hadis
di atas ada satu hadis lagi mengenai pendidikan diri sendiri. 2
Penjelasan Hadist
1. al-Ta’dib
2
Bukhari Umar, HadisTarbawi: Pendidikan dalam perspektif hadis, (Jakarta: AMZAH,
2012), hlm. 7
6
a. Ta’dib, berasal dari kata dasar “aduba – ya’dubu yang berartimelatih,
mendisiplinkan diri untuk senantiasa membiasakan berperilaku yang baik dan
sopan santun
b. Berasal dari kata “adaba – ya’dibu” yang berarti mengadakan pesta atau
perjamuan yang berbuat dan berperilaku sopan sebagaimana perilaku nabi
yang mencerminkan kemulyaan.
Dalam alquran di tegaskan bahwa allah dalah Rabbal a’lamin dan juga robbal
nas , artinya allah adalah pendidik bagi semesta alam dan juga pendidik bagi
manusia.pengertian tersebut diambil karena kata rabb dalam arti tuhan dan rabb
dalam arti pendidik berasal dari akar kata yang sama.
7
Khalifah berarti kuasa atau wakil. Dalam status manusia sebagai khlalifah ini,berarti
manusia hidup di alam ini mendapat kuasa dari Allah Untuk mewakili dan sekaligus
sebagai pelaksana dari peran dan fungsi allah di alam.diantara peran dan fungsi
utamanya adalah : sebagai Rabb al alam yaitu mendidik dalam arti mengarahkan dan
mengembangkan alam(termasuk manusia sebagian dari alam). Sebagaiman kita
ketahui bahwa manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini,manusia mendapat kuasa
dan wewenang untuk melaksanakan pendidikan terhadap dirinya sendiri dan manusia
pun memiliki potensi untuk melakukanya.Dengan demikian pendidikan merupakan
urusan hidup dan kehidupan manusia.
8
Artinya: Dari (Abu) Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: tidak ada
seorang anakpun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. kedua orang tua nyalah yang
akan menjadikan yahudi, nasrani, dan majusi sebagaimana binatang melahirkan
binatang dalam keadaan sempurna. Adakah kamu merasa kekurangan padanya.
Kemudian abu hurairah ra. berkata : “fitrah Allah dimana manusia telah diciptakan
tak ada perubahan pada fitrah Allah itu. Itulah agama yang lurus” (HR al-bukhari
dalam kitab jenazah)
Pada dasarnya semenjak lahir manusia sudah dianugerahi fithrah atau potensi
untuk menjadi baik dan jahat, akan tetapi anak yang baru lahir berada dalam keadaan
suci tanpa noda dan dosa. Oleh karena, apabila dikemudian hari dalam
perkembangannya anak menjadi besar dan dewasa dengan sifat-sifat yang buruk,
maka hal itu merupakan akibat dari pendidikan keluarga, lingkungan dan
kawankawan sepermainannya yang notabene mendukung untuk tumbuh dan
berkembangnya sifat-sifat buru tersebut.4
Ketika anak dididik dengan pendidikan yang baik maka dia akan menjadi baik,
dan sebaliknya jika dia dididik dengan pendidikan yang cenderung mengembangkan
potensi buruknya maka dia akan menjadi orang yang jahat.Ketika di masa kecil
diajarkan agama Yahudi maka dia akan menjadi Yahudi, demikian pula jika diajarkan
kepadanya ajaran agama Nasrani dia akan menjadi Nasrani, dan begitu seterusnya.
melaksanakan perintah tersebut. Perintah orang tua yang tidak disertai teladan, sulit
untuk dipatuhi anak. Sebab kecenderungan anak akan meniru orang tua. 5
عن أبي رافع قال قلت يا رسول هللا أللولد علينا حححقكحقنا عليهم قال نعم حق
الولد على الوالححد أن يعلمححهالكتابة والسباحة والرمححي(الرمايححة) وأن
مححن شححيوخ،يححورثه(وأن ليرزقه إل) طيبا (هححذا حححديث ضححعيف
بقيححةمنكر الحديث ضعفه يحيى بن معين والبخاري وغيرهماباب ارتباط
الخيل عدة في سبيل هللا عز وجل
4
Juwariyah, Hadist Tarbawi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hal. 1-8
5
Ibid.hlm.79
9
Artinya: “Diceritakan dari Abi Rafi’ dia berkata : aku berkata wahai Rasullah
apakah ada kewajiban kita terhadap anak, seperti kewajiban mereka terhadap kita?
Beliau menjawab: ya, kewajiban orang tua terhadap anak yaitu mengajarkan
menulis, berenang, memanah, mewariskan dan tidak memberikan rizki kecuali yang
baik.” (Hadits ini dhoif, dari beberapa syeikh yang diingkari haditsnya. Di dhoifkan
oleh Yahya bin Mu’in, al-Bukhari dan lainya. Bab mengikat kuda untuk berperang
dijalan Allah azza wajalla).6
a. Pendidikan menulis
b. Pendidikan berenang
c.Pendidikan memanah
Pendidikan ini bertujuan agar anak menjadi orang yang teguh dan cinta
kepada tanah air, selain itu juga untuk menjaga diri dari musuh dan melatih
untuk membidik tepat sasaran, dengan kata lain menetukan keputusan dengan
tepat
d. Pendidikan ekonomi (Mencari rizki yang halal)
Pendidikan ini bertujuan agar terhindar dari makanan yang haram, dengan
makanan yang baik dan halal seseorang akan terarah pada kebaikan, begitu pula
sebaliknya, makanan yang haram akan membawa kepada kebatilan.
Terdapat beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadis yang merintahkan para orang tua
untuk menyuruh atau mengajarkan anak-anaknya melaksanakan shalat. Hal ini
terdapat dalam Qs. Al-Lukman ayat 17 yang berbunyi:7
6
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta: 2012, AMZAH), hal. 169
7
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: REMAJA ROSDAKARYA, 2008),
hlm 91-92
10
و
ويابمنو صي أ بقمب ال صصلوةو ووأ ممر ببال وم نع مرو بف ووانن وه وع بن ال
ممنكو بر وواص ببر
م و
١٧(( وع ولى وما أ وصابو وك إب صن ذولب وك بمن وعزمب ال ممو بر
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).(17)
Pada usia tujuh tahun anak diperintahkan untuk shalat agar mereka terbiasa dan
merasa nyaman melakukan shalat. Setelah sampai usia sepuluh tahun orang tua boleh
memukul ketika anak meninggalkan shalat karena mereka sudah baligh atau
mendekati baligh. Adapun diperbolehkannya memukul terhadap anak usia sepuluh
tahun karena pada usia tersebut merupakan batas usia seorang anak sudah bisa atau
tahan menerima pukulan. Pukulan yang dimaksud adalah pukulan yang tidak
menyakitkan dan menghindari wajah.
8
Muhammad Nabil Kazhim, Sukses mendidik anak, (Solo: 2011, Pustaka Arafah), hal. 33
11
D. Hadits tentang Pendidikan Keluarga
Menghormati dan bersikap santun kepada orang tua, diperintahkan oleh Allah
dan Rasul-Nya. Rasa hormat dan santun tidak boleh berkurang kendatipun berbeda agama
dengan orang tua itu (ibu-bapak). Agama Islam membedakan antara pergaulan dan
akidah. Pergaulan berhubungan dengan sesama manusia, termasuk ibu bapak. Sedangkan
akidah (iman) berhubungan dengan Allah SWT.11 Adapun Cara berbakti kepada kedua
orang tua ibu-bapak di antaranya:
1. Bersikap sopan santun, berkata lemah lembut yang menyejukkan hati keduanya.
2. Perlihatkan muka yang jernih bila berhadapan dengan keduanya.
3. Berilah keperluan hidupnya yang layak.
4. Tempatkan keduanya pada tempat (rumah) yang layak.
Perhatian, sikap lemah lembut dan sopan santun lebih diutamakan. Sebab, materi,
bukan segala-galanya. Walaupun kedua orang tua kaya raya, tetapi pemberian anaknya
sangat tinggi nilainya dimata ibu-bapaknya. Orang tua tidak melihat harga barang yang
diterimanya dan tidak pula melihat besar kecilnya. Keiklasan anaknya yang paling
utama.12
9
Aba Firdaus Al-Halwani, Melahirkan Anak Saleh (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), hal. 13.
10
Romdoni Muslim, 300 Hadits Akhlak (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hal. 58
11
M. Ali Hasan, Mengamalkan Sunnah Rasulullah (Jakarta: Siraja, 2003), hal. 180.
12
Ibid. Hal. 183-184.
12
Perlu diketahui bahwa berbakti kepada ibu adalah lebih berlipat pahalanya dari
kebaktian terhadap ayah. Begitulah maksud dari sebuah riwayat hadits. Hal ini
disebabkan karena sang ibu telah mangalami kesusahan dan kepayahan mengandung
yang diikuti dengan sakitnya melahirkan anak, menyusui dan mengasuhnya hingga
menjadi besar, dan seterusnya senantiasa memberikan penuh perhatian, belas kasih dan
kasih sayang.
Sebagaimana seseorang itu wajib berbakti kepada kedua orang tua semasa mereka
masih hidup, maka wajib pula berbakti kepada keduanya sesudah mereka mininggal
dunia. Mendoakan orang yang sudah mati, dengan istighfar dan memohon ampunan bagi
mereka, bersedekah bagi pihak mereka adalah terkandung faedah dan manfaat yang besar
bagi orang-orang yang sudah mati. Maka, hendaknya setiap orang tidak melalaikan
perkara-perkara itu khususnya bagi kedua ibu-bapaknya, kemudian kepada keluarga dan
orang-orang yang telah berbaik budi terhadap kita, dan sesudah itu kepada kaum
muslimin sekalian.13
Lebih dari itu, seorang ayah harus mendidik anak-anaknya, mengurus segala
keperluan hidupnya, membimbingnya kepada akhlak yang terpuji, kelakuan yang baik
dan perangai yang mulia, di samping memelihara dan menjauhkan mereka dari perkara-
perkara yang sebaliknya. Juga , memuliakan semua perintah dan larangan agama,
menyampingkan urusan keduniaan, melebihkan dan mengutamakan urusan akhirat.
Tugasnya yang lain ialah, memberi nama yang baik kepada anaknya, memilihkan
istri dari keturunan orang-orang yang berbudi pekerti yang baik dan sholih, agar menjadi
13
Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman (Semarang: CV Toha Putra:
1993), hal. 296.
14
Romdoni Muslim, 300 Hadits Akhlak (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hal. 59
13
ibu yang diberkati oleh anaknya kelak. Hendaklah seorang ayah berlaku adil dalam
pemberiannya kepada anak-anaknya. Tidak boleh melebihkan seorang atas lainnya,
karena membedakan kasih sayang dan mengikuti kehendak hawa nafsunya sendiri.
Tugas-tugas istri ialah fardhu’ain. Para ulama dalam hal ini sepakat, Syaikh Al
Ghazali ulama Mesir kontemporer yang sering membela hak-hak perempuan menyatakan:
”Betapapun juga, prinsip dasar yang harus kita ikuti atau kita upayakan agar selalu dekat
padanya ialah “rumah”. Saya benar-benar merasa gelisah pada kebiasaan para ibu rumah
tangga yang meninggalkan (membiarkan) anak-anaknya tinggal dan diasuh oleh para
pembantu atau diserahkan pada tempat penitipan anak. Nafas seorang ibu memiliki
pengaruh yang luar biasa dalam menumbuhkan dan memelihara perilaku kebajikan dalam
diri anak-anaknya.17
Tugas seorang ibu yang paling utama adalah melahirkan, menyusui hingga
membesarkan anak. Setelah melahirkan peran ibu sangat dibutuhkan oleh bayi yaitu
pemberian ASI yang cukup. Mulai dari mengandung hingga proses menyusui, pendidikan
sudah mulai diajarkan. Berdasarkan pandangan yang diteliti, bahwa bayi yang baru lahir
khususnya pada hari-hari dan bulan-bulan pertama, akan ditemukan sosok tubuh yang
tulangnya masih lemah dan urat-uratnya masih lemas. Dia ibarat adonan roti yang
terhidang di hadapan kita, siap dipolakan sesuai dengan keinginan kita. Setiap aspek
kesehatan yang berkaitan dengan pertumbuhannya secara wajar, wajib diikuti dan harus
diperhatikan, khususnya mengenai kebersihan dan kesucian, waktu musim, pergantian
udara dan lain sebagainya.
15
Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman, hal. 298.
16
Husein Muhammad, Fiqih Perempuan (Yogyakarta: LKiS, 2001), hal. 126.
17
Husein Muhammad, Fiqih Perempuan (Yogyakarta: LKiS, 2001), hal. 126.
14
Bayi bukanlah hanya sekedar badan, akan tetapi bayi itu tersusun atas badan
wadak (tubuh) serta badan halus (ruh). Pengembangan potensi yang dimiliki keduanya
sangat dipengaruhi oleh bentuk perlakuan dan kebiasaan keseharian.
ار أَبِي َح ْم َزةَ قَا َل أَبُو ٍ ي َح َّدثَنَا إِ ْس َم ِعي ُل ع َْن َس َّو َّ َح َّدثَنَا ُمؤَ َّم ُل ب ُْن ِه َش ٍام يَ ْعنِي ْاليَ ْش ُك ِر
ب ع َْن ٍ صي َْرفِ ُّي ع َْن َع ْم ِرو ْب ِن ُش َع ْي َّ دَا ُود َوهُ َو َس َّوا ُر ب ُْن دَا ُو َد أَبُو َح ْم َزةَ ْال ُم َزنِ ُّي ال
صاَل ِة َوهُ ْم َّ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُمرُوا أَوْ اَل َد ُك ْم بِال َ ِ قَا َل َرسُو ُل هَّللا, ال َ َأَبِي ِه ع َْن َج ِّد ِه ق
ضا ِج ِع َ أَ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسنِينَ َواضْ ِربُوهُ ْم َعلَ ْيهَا َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر َوفَرِّ قُوا بَ ْينَهُ ْم فِي ْال َم
Artinya: “Berkata Mu’ammal ibn Hisyam Ya’ni al Asykuri, berkata Ismail dari Abi
Hamzah, berkata Abu Dawud dan dia adalah sawwaru ibn Dawud Abu Hamzah Al
Muzanni Al Shoirofi dari Amru ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata, berkata
Rasulullah SAW: Suruhlah anakmu melakukan sholat ketika berumur tujuh tahun. Dan
pukullah mereka karena mereka meninggalkan sholat ketika berumur sepuluh tahun. Dan
pisahlah mereka (anak laki-laki dan perempuan) dari tempat tidur.” (H.R. Abu Dawud)19
18
Aba Firdaus Al-Halwani, Melahirkan Anak Saleh, hal. 57-58.
19
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud , (Al Maktabah As Syamilah: As Sholat), hal. 418.
20
Ibid. Hal. 101.
15
ك َو ْال َعاقِبَةُ لِلتَّ ْق َوى َّ َو ْأ ُمرْ أَ ْهلَكَ بِال
َ ُصاَل ِة َواصْ طَبِرْ َعلَ ْيهَا اَل نَسْأَل
َ ُك ِر ْزقًا نَحْ ُن نَرْ ُزق
Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akhirat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertaqwa.” (Q.S. Thaha: 132)21
Kalau shalat belum diwajibkan atas anak-anak yang masih kecil mengingat
mereka belum berstatus mukallaf. Islam mewajibkan kepada orang tua atau walinya
untuk melatih mereka dan memerintahkannya kepada mereka. Islam menekankan kepada
kaum muslimin, untuk memerintahkan anak-anak mereka menjalankan shalat kepada
mereka telah berusia tujuh tahun. Hal ini dimaksudkan agar mereka senang
melakukannya dan sudah terbiasa semenjak kecil. Sehingga apabila semangat beribadah
sudah bercokol pada jiwa mereka, niscaya akan muncul kepribadian mereka atas hal
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Latar Belakang
Dalam alquran di tegaskan bahwa allah dalah Rabbal a’lamin dan juga robbal nas
, artinya allah adalah pendidik bagi semesta alam dan juga pendidik bagi
manusia.pengertian tersebut diambil karena kata rabb dalam arti tuhan dan rabb
dalam arti pendidik berasal dari akar kata yang sama.Adapun aspek-aspek terhadap
pendidikan anak yaitu mengajarkan menulis, berenang, memanah, mewariskan dan
tidak memberikan rizki kecuali yang baik.
21
Moh. Rifa’i, Terjemah/ Tafsir Al Qur’an, (Semarang: CV Wicaksana, 1997), hal. 571.
22
M. Jalaluddin Mahfudz, Psikologi Anak dan Remaja (t.t.: Pustaka Al-Kautsar, t.t.), hal. 126-128.
16
Dari penjelasan hadis yang telah pemakalah paparkan di atas maka, secara umum
dapat disimpulkan, Anak adalah nikmat Allah Swt. yang tak ternilai dan pemberian
yang tak terhingga.Tidak ada yang lebih tau besarnya karunia ini selain orang yang
tidak atau belum memiliki anak. Nikmat yang agung ini merupakan amanah bagi
kedua orang tuanya, yang kelak akan dimintai pertangung jawabannya,apakah
keduanya telah menjaganya atau justru menyia-nyiakannya. Rosulullah SAW
bersabda,” Setiap kalian adalah pemimpin ,dan setiap kalian akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Seorang iman adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang
kepemimpinannya ,dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia
akan ditanya akan kepemimpinannya. Inilah sekelumit makalah yang kami sampaikan
tentang kewajiban orang tua terhadap anaknya.
B. Saran
Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih jauh mendekati
kesempurnaan, untuk itu kritik saran yang membangun sangat kami tunggu untuk
perbaikan dalam pembuatan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
17
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud , Al Maktabah As Syamilah: As Sholat, 418.
Al-Halwani, Aba Firdaus, Melahirkan Anak Saleh, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999.
Haddad, Imam Habib Abdullah, Nasehat Agama dan Wasiat Iman, Semarang: CV
Toha Putra: 1993.
Hasan, M. Ali, Mengamalkan Sunnah Rasulullah, Jakarta: Siraja, 2003.
Mahfudz, M. Jalaluddin, Psikologi Anak dan Remaja, t.t.: Pustaka Al-Kautsar, t.t.
Muhammad, Husein, Fiqih Perempuan, Yogyakarta: LKiS, 2001.
Muslim, Romdoni, Hadits Akhlak, Jakarta: Restu Ilahi, 2004.
Rifa’i, Moh., Terjemah/ Tafsir Al Qur’an, Semarang: CV Wicaksana, 1997.
18