Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HADIS TENTANG PENDIDIKAN DIRI, PENDIDIKAN


ANAK dan KELUARGA

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Tarbawi

DISUSUN OLEH:

 Amelia Sembiring
 Indah Prastika
 Yusro Antamaliani Manik

DOSEN PENGAMPU:
Syahrul Hasibuan, M.Pd.I

PRODI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ROKAN (STAIR)


BAGAN BATU
2021

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa atas
ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan
penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat
memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak dosen SYAHRUL
HASIBUAN , M.Pd.I mata kuliah Hadis Tarbawi yang telah memberikan tugas Makalah
ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat
dan menggali ilmu lebih dalam khususnya mengenai “ Hadis tentang Pendidikan diri,
Pendidikan Anak, dan pendidikan keluarga” sehingga dengan ini kami dapat menemukan
hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga kami
dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih
pula atas dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan ini, ayah
bunda, teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu
penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat
tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi
yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua
pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.
Menggala Dalam,oktober, 2021

Tim Penyusun

Kelompok 11 (Sebelas)

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. Hadits Tentang Pendidikan diri Sendiri........................................................2

B. Hadits Pendidikan terhadap Anak.................................................................5

C. Aspek Apek Pendidikan terhadap anak.........................................................7

D. Hadits Pendidikan Terhadap Keluarga.........................................................9

BAB III PENUTUP.................................................................................................14

A. Latar Belakang.............................................................................................14

B. Saran.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah
Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah
yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang
berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan
warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang
baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik.

Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan
kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru
akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah..

Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan
sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum
anak tersebut menerima ilmu dunia.Kebodohan adalah salah satu faktor yang
menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi
agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah
SWT

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan ?

2. Apa saja aspek-aspek yang terdapat dalam pendidikan anak ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui sesuatu tentang pendidikan ?

2. Untuk mengetahui Penjelasan aspek-aspek tentang pendidikan anak?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadis Tentang Pendidikan diri Sendiri

‫ » طللل ب ب الل‬: ‫ هللا صلى هللا عليه وسلم‬R‫قال رسول‬ : ‫عن حسين بن علي قال‬

‫ وأبو‬R‫معللمملف مريل لض ةة لع للى بك لمل بم لسلم مم « رواه والبيهقى الطبرانى‬


‫يعلى والقضاعى و أبو نعين‬
‫الصبهاني‬

Husain bin Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu
pengetahuan wajib bagi setiap orang Islam.(H.R.Bukhari)

Dalam menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan, Allah menggunakan


ungkapan yang bervariasi. Kadang-kadang Allah menggunakan perintah agar
manusia membaca. Kegiatan membaca akan menghasilkan ilmu pengetahuan. Hal ini
terlihat dalam QS Al-'Alaq/96: 1-5. Kadang-kadang Allah memakai perintah
mengamati fenomena alam semsesta. Pengamatan ini akan melahirkan ilmu
pengetahuan pula. Ungkapan ini ditemukan antara lain dalam QS AlGhâsyiyah/88:
17-20. Di tempat lain, Allah menggunakan motivasi dengan ungkapan mengangkat
derajat orang yang berilmu pengetahuan yang beriman. Motivasi ini akan mendorong
orang untuk belajar. Pernyataan ini dapat dilihat antara lain dalam QS Al-
Mujadilah/58: 11.1

Perintah menuntut ilmu yang disampaikan oleh Rasulullah saw. sejalan dengan
perintah Allah dalam Alquran. Dalam Alquran ditemukan ayat-ayat yang bermaksud
perintah menuntut ilmu pengetahuan dan petunjuk-petunjuk tentang urgensi ilmu
pengetahuan itu. Di ataranya:

1
Djamari arifin zainal. Islam, aqidah dansyari,ah (Jakarta: PT.Grafindo persada .1996.)
hlm,102.

5
‫ لخللل ق الملنلل سا لن مم لن لعلل‬،‫اقللرأل مبا لسمم لر ملبل ك اللل مذي لخلل لق‬

‫لعللل ل م‬،‫ اللل مذي لعللل لم مباللقلللمم‬،‫ اقللرأل لو لر لبب ل ك الألل لك لر بم‬،‫مق‬

]5-1 :96\‫الإلمنل لسا لن لما لل لم يل لعلل لم [العلق‬


Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat ini dapat dijadikan sebagai alasan bahwa ilmu pengetahuan itu penting
dalam kehidupan manusia. Allah memerintahkan agar manusia membaca sebelum
memerintahkan melakukan pekerjaan dan ibadah yang lain. Ayat ini juga
menunjukkan karunia Allah SWT. kepada manusia sebab ia dapat menemukan
kemampuan belajar bahasa. Tambahan lagi, manusia juga dapat mempelajari baca
tulis, ilmu pengetahuan, keterampilan yang beragam, petunjuk dan keimanan, serta
hal-hal yang tidak diketahui oleh manusia sebelum diajarkan kepadanya. Selain hadis
di atas ada satu hadis lagi mengenai pendidikan diri sendiri. 2

.Artinya : Allah telah mendidik kita , maka ia sempurnakan pendidikanmu

( HR.al-Aksary dari Ali RA )

Penjelasan Hadist

1. al-Ta’dib

Secara bahasa, kata al-ta’dib merupakan masdar dari kata “addaba”i:

2
Bukhari Umar, HadisTarbawi: Pendidikan dalam perspektif hadis, (Jakarta: AMZAH,
2012), hlm. 7

6
a. Ta’dib, berasal dari kata dasar “aduba – ya’dubu yang berartimelatih,
mendisiplinkan diri untuk senantiasa membiasakan berperilaku yang baik dan
sopan santun

b. Berasal dari kata “adaba – ya’dibu” yang berarti mengadakan pesta atau
perjamuan yang berbuat dan berperilaku sopan sebagaimana perilaku nabi
yang mencerminkan kemulyaan.

c. Kata “addaba” sebagai bentuk kata kerja “ta’dib” mengandung pengertian


memperbaiki,melatih,memberi tindakan dan disiplin. Dalam hadist nabi
disebutkan : “Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku”
( HR. al-Askary dariAli RA).

Kata pendidikan ,yang dalam bahasa inggris”education” dalam bahasa arab


disebut tarbiyah . Almunjid dalam kitabnya Al-Mujam wasith,terdapat penjelasan
sebagai berikut:

‫ورباه نمى قواه الجسدىه والعقلىه والخلقيه‬

“Mendidiknya berarti menumbuhkan potensi jasmaniyah,aqliyah(akal) serta akhlaq


(budi pekerti )”.

Dalam alquran di tegaskan bahwa allah dalah Rabbal a’lamin dan juga robbal
nas , artinya allah adalah pendidik bagi semesta alam dan juga pendidik bagi
manusia.pengertian tersebut diambil karena kata rabb dalam arti tuhan dan rabb
dalam arti pendidik berasal dari akar kata yang sama.

Dengan demikian menurut alquran tersebut bahwa alam dan manusia


mempunyai sifat tumbuh dan berkembang dan yang mengatur sifat tumbuh dan
berkembang hanyalah allah SWT.Jadi mendidika dan pendidikan pada hakikatnya
adalah fungsi tuhan,dan mendidik adalah mengatur serta mengarahkan pertumbuhan
dan perkembangan alam dan manusia sekaligus.kenapa kenyataanya pendidikan dan
mendidik itu menjadi urusanya manusia. Dalam pandangan filsafat islam
,sebagaimana ditegaskan dalam alquran,bahwa manusia adalah khalifah Allah dialam
semesta ini.3
3
Nur Uhbiyati, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Semarang: 2013, Pustaka Riski
Putra), hlm. 94

7
Khalifah berarti kuasa atau wakil. Dalam status manusia sebagai khlalifah ini,berarti
manusia hidup di alam ini mendapat kuasa dari Allah Untuk mewakili dan sekaligus
sebagai pelaksana dari peran dan fungsi allah di alam.diantara peran dan fungsi
utamanya adalah : sebagai Rabb al alam yaitu mendidik dalam arti mengarahkan dan
mengembangkan alam(termasuk manusia sebagian dari alam). Sebagaiman kita
ketahui bahwa manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini,manusia mendapat kuasa
dan wewenang untuk melaksanakan pendidikan terhadap dirinya sendiri dan manusia
pun memiliki potensi untuk melakukanya.Dengan demikian pendidikan merupakan
urusan hidup dan kehidupan manusia.

Hal-hal tersebut merupakan problema hidup dan kehidupan manusia.jadi


merupakan problema pendidikan.Menurut konsep pendidikan dalam islam (tarbiyah
islamiyah) bahwa pada hakikatnya manusia dimuka bumi ini sebagai khalifah dan
memiliki potensi untuk memahami,menyadari kemudian kemudian merencanakan
problema hidup dan kehidupanya.

B. Hadits Pendidikan terhadap Anak


Hadits Abu Hurairah tentang anak lahir atas dasar fitrah

‫مع ين لهم ريي مر مة مر ه ضي ال لمله مع ينه مقا مل مقا مل مر‬

‫لسو ل ل الللم هه مص لم لى ال لمله معلميي هه مو مسللم مممما هم‬

‫ين مم يو للو دد هإل ليولمل د مع م لى اليه في ط مر هة مفأمبم موا‬

‫له يل مه هلو مداه ن هه مويلنم هلص مرا هن هه أم يو يل مم هلج‬

‫مسا هن ههكم مما تلنيتم ل ج اليبم ههي مم لة بمه هيم مة ة مج يم معا‬

‫مء مه يل تل هحل لسو من هفي مها هم ين مج يد معا مء ثل لمم يم‬

‫لقو لألم لبو له مريي مر مة مره ضي الل مله مع ينه ( هف يط مر م‬

‫ة الللم ه ه اللم هتي مف مط م ر ال لمنام س معلميي مها ل تمبي‬

(‫هدي ملله مخلي ه ق الللم هه مذله م ك ال هلدي ل ن الي مق هيل ل‬


)‫م أخرجه البخاري في كتاب الجنائز‬

8
Artinya: Dari (Abu) Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: tidak ada
seorang anakpun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. kedua orang tua nyalah yang
akan menjadikan yahudi, nasrani, dan majusi sebagaimana binatang melahirkan
binatang dalam keadaan sempurna. Adakah kamu merasa kekurangan padanya.
Kemudian abu hurairah ra. berkata : “fitrah Allah dimana manusia telah diciptakan
tak ada perubahan pada fitrah Allah itu. Itulah agama yang lurus” (HR al-bukhari
dalam kitab jenazah)

Pada dasarnya semenjak lahir manusia sudah dianugerahi fithrah atau potensi
untuk menjadi baik dan jahat, akan tetapi anak yang baru lahir berada dalam keadaan
suci tanpa noda dan dosa. Oleh karena, apabila dikemudian hari dalam
perkembangannya anak menjadi besar dan dewasa dengan sifat-sifat yang buruk,
maka hal itu merupakan akibat dari pendidikan keluarga, lingkungan dan
kawankawan sepermainannya yang notabene mendukung untuk tumbuh dan
berkembangnya sifat-sifat buru tersebut.4

Ketika anak dididik dengan pendidikan yang baik maka dia akan menjadi baik,
dan sebaliknya jika dia dididik dengan pendidikan yang cenderung mengembangkan
potensi buruknya maka dia akan menjadi orang yang jahat.Ketika di masa kecil
diajarkan agama Yahudi maka dia akan menjadi Yahudi, demikian pula jika diajarkan
kepadanya ajaran agama Nasrani dia akan menjadi Nasrani, dan begitu seterusnya.
melaksanakan perintah tersebut. Perintah orang tua yang tidak disertai teladan, sulit
untuk dipatuhi anak. Sebab kecenderungan anak akan meniru orang tua. 5

C. Aspek Aspek Pendidikan terhadap anak


dalam sebuah hadis dari Abi Rafi’ disebutkan bahwa aspek-aspek pendidikan
yang harus diajarkan orang tua terhadap anak adalah menulis, berenang, memanah,
mewariskan, dan mecari rizki yang halal.

‫عن أبي رافع قال قلت يا رسول هللا أللولد علينا حححقكحقنا عليهم قال نعم حق‬
‫الولد على الوالححد أن يعلمححهالكتابة والسباحة والرمححي(الرمايححة) وأن‬
‫مححن شححيوخ‬،‫يححورثه(وأن ليرزقه إل) طيبا (هححذا حححديث ضححعيف‬
‫بقيححةمنكر الحديث ضعفه يحيى بن معين والبخاري وغيرهماباب ارتباط‬
‫الخيل عدة في سبيل هللا عز وجل‬

4
Juwariyah, Hadist Tarbawi, (Yogyakarta: Teras, 2010), hal. 1-8
5
Ibid.hlm.79

9
Artinya: “Diceritakan dari Abi Rafi’ dia berkata : aku berkata wahai Rasullah
apakah ada kewajiban kita terhadap anak, seperti kewajiban mereka terhadap kita?
Beliau menjawab: ya, kewajiban orang tua terhadap anak yaitu mengajarkan
menulis, berenang, memanah, mewariskan dan tidak memberikan rizki kecuali yang
baik.” (Hadits ini dhoif, dari beberapa syeikh yang diingkari haditsnya. Di dhoifkan
oleh Yahya bin Mu’in, al-Bukhari dan lainya. Bab mengikat kuda untuk berperang
dijalan Allah azza wajalla).6

a. Pendidikan menulis

Sebagai suatu pendidikan yang diprioritaskan untuk diberikan kepada anak


bertujuan untuk menghilangkan kebodohan, membaca, menulis dan mencari
wawasan seluas-luasnya agar menjadi anak yang lebih pandai dan cerdas.

b. Pendidikan berenang

Inti dari berenang adalah untuk mempertahankan hidup, kecakapan untuk


melindungi diri, dimana mental dilatih untuk tidak tenggelam, tidak mudah
menyerah, dan harus tetap berenang hingga ketepian. Sama saja dengan hidup
ini, seseorang harus tegar, tidak mudah tenggelam dan mempunyai visi dan misi
hidup.

c.Pendidikan memanah
Pendidikan ini bertujuan agar anak menjadi orang yang teguh dan cinta
kepada tanah air, selain itu juga untuk menjaga diri dari musuh dan melatih
untuk membidik tepat sasaran, dengan kata lain menetukan keputusan dengan
tepat
d. Pendidikan ekonomi (Mencari rizki yang halal)
Pendidikan ini bertujuan agar terhindar dari makanan yang haram, dengan
makanan yang baik dan halal seseorang akan terarah pada kebaikan, begitu pula
sebaliknya, makanan yang haram akan membawa kepada kebatilan.

Terdapat beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadis yang merintahkan para orang tua
untuk menyuruh atau mengajarkan anak-anaknya melaksanakan shalat. Hal ini
terdapat dalam Qs. Al-Lukman ayat 17 yang berbunyi:7

6
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi, (Jakarta: 2012, AMZAH), hal. 169
7
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: REMAJA ROSDAKARYA, 2008),
hlm 91-92

10
‫و‬
‫ويابمنو صي أ بقمب ال صصلوةو ووأ ممر ببال وم نع مرو بف ووانن وه وع بن ال‬
‫ممنكو بر وواص ببر‬
‫م‬ ‫و‬
١٧(‫( وع ولى وما أ وصابو وك إب صن ذولب وك بمن وعزمب ال ممو بر‬
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).(17)

Didalam Al-Qur’an Surat al-Luqman ayat 17 dijelaskan bahwa Lukman (orang


salih yang nama dan ajarannya diabadikan dalam Al-Qur’an ) menyuruh anaknya
untuk mendirikan shalat. Kemudian didalam hadis pun dijelaskan bahwa anak yang
sudah mampu membedakan antara tangan kanan dan tangan kiri maka dilatih atau di
ajarkan untuk shalat.

Pada usia tujuh tahun anak diperintahkan untuk shalat agar mereka terbiasa dan
merasa nyaman melakukan shalat. Setelah sampai usia sepuluh tahun orang tua boleh
memukul ketika anak meninggalkan shalat karena mereka sudah baligh atau
mendekati baligh. Adapun diperbolehkannya memukul terhadap anak usia sepuluh
tahun karena pada usia tersebut merupakan batas usia seorang anak sudah bisa atau
tahan menerima pukulan. Pukulan yang dimaksud adalah pukulan yang tidak
menyakitkan dan menghindari wajah.

Syarat diperbolehkannya memukul anak kecil:

a. Hendaklah pukulan itu tidak terfokus pada satu anggota badan


b. Hendaknya ada jeda waktu di antara dua pukulan, sehingga dapat meringankan
rasa sakit yang ditimbulkan
c. Hendaknya orang yang memukul tidak meninggikan tangannya sehingga
pukulannya tidak terlalu menyakiti
d. Hendaklah para pendidik tidak memukul ketika dirinya dalam keadaan marah
e. Tidak memukul ketika sang anak menyebut nama Allah
f. Tidak memukul sebelum anak mencapai usia sepuluh tahun. Syarat dalam
memukul adalah bertujuan mendidik, bukan karena marah, dendam, atau
kebencian dan hendaklah hal itu merupakan bagian dari sebuah pendidikan. 8

8
Muhammad Nabil Kazhim, Sukses mendidik anak, (Solo: 2011, Pustaka Arafah), hal. 33

11
D. Hadits tentang Pendidikan Keluarga

Pendidikan keluarga mencakup seluruh aspek dan melibatkan semua anggota


keluarga, mulai dari bapak, ibu dan anak-anak. Namun yang lebih penting adalah
pendidikan itu wajib diberikan orang tua (orang dewasa) kepada anak-anaknya. Anak
bukanlah sekedar yang terlahir dari tulang sulbi, atau anak cucu keturunan kita saja,
namun termasuk juga anak seluruh orang muslim dimana pun mereka berada atau berasal
dari kebangsaan mana pun.
Kesemuanya adalah termasuk generasi umat yang menjadi tempat bertumpu
harapan kita, untuk dapat mengembalikan kesatuan umat seutuhnya. 9 Hadits-hadits
pendidikan di bawah ini adalah sebagian dari nasehat bapak pendidikan umat Islam Nabi
Muhammad SAW, di antaranya:

1. Hadits tentang berbakti kepada ibu-bapak

‫ص َّل هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ِ‫ اَ ْقبَ َل َر ُج ٌل اِلَى َرسُوْ َل هللا‬:‫ال‬


َ َ‫ض َي هللَا ُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫ع َْن اَبِى هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ ‫ هَلْ ِم ْن َوالِ َد ْي‬:‫ اُبَايِعُكَ َعلَى ال ِهجْ َر ِة َو ْال ِجهَا ِد اَ ْبتَ ِغى اآلجْ َر ِمنَ هللاِ قَا َل‬:‫ال‬
‫ك اَ َح ٌد‬ َ َ‫فَق‬
)‫ فَارْ ِج ْع اِلَى َوالِ َد ْيكَ فاَحْ ِس ْن صُحْ بَتَهُما َ (رواه مسلم‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬.‫ نَ َع ْم‬:‫َح ٌّي؟ قَا َل‬
Artinya: “Dari Abu Hurairota r.a. berkata: Ada seorang laki-laki menghadap kepada
Rasulullah SAW lalu ia berkata : Saya berjanji kepada engkau, wahai Rasulullah untuk
berhijrah dan berjuang agar mendapatkan pahala dari Allah. Beliau bersabda: Apakah
salah seorang dari kedua orang tuamu masih hidup? Laki-laki itu menjawab: Ya, masih.
Beliau bersabda pula: Pulanglah kamu kepada kedua orang tuamu dan dampingilah
keduanya dengan baik.” (H.R. Muslim)10

Menghormati dan bersikap santun kepada orang tua, diperintahkan oleh Allah
dan Rasul-Nya. Rasa hormat dan santun tidak boleh berkurang kendatipun berbeda agama
dengan orang tua itu (ibu-bapak). Agama Islam membedakan antara pergaulan dan
akidah. Pergaulan berhubungan dengan sesama manusia, termasuk ibu bapak. Sedangkan
akidah (iman) berhubungan dengan Allah SWT.11 Adapun Cara berbakti kepada kedua
orang tua ibu-bapak di antaranya:

1. Bersikap sopan santun, berkata lemah lembut yang menyejukkan hati keduanya.
2. Perlihatkan muka yang jernih bila berhadapan dengan keduanya.
3. Berilah keperluan hidupnya yang layak.
4. Tempatkan keduanya pada tempat (rumah) yang layak.

Perhatian, sikap lemah lembut dan sopan santun lebih diutamakan. Sebab, materi,
bukan segala-galanya. Walaupun kedua orang tua kaya raya, tetapi pemberian anaknya
sangat tinggi nilainya dimata ibu-bapaknya. Orang tua tidak melihat harga barang yang
diterimanya dan tidak pula melihat besar kecilnya. Keiklasan anaknya yang paling
utama.12

9
Aba Firdaus Al-Halwani, Melahirkan Anak Saleh (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999), hal. 13.
10
Romdoni Muslim, 300 Hadits Akhlak (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hal. 58
11
M. Ali Hasan, Mengamalkan Sunnah Rasulullah (Jakarta: Siraja, 2003), hal. 180.
12
Ibid. Hal. 183-184.

12
Perlu diketahui bahwa berbakti kepada ibu adalah lebih berlipat pahalanya dari
kebaktian terhadap ayah. Begitulah maksud dari sebuah riwayat hadits. Hal ini
disebabkan karena sang ibu telah mangalami kesusahan dan kepayahan mengandung
yang diikuti dengan sakitnya melahirkan anak, menyusui dan mengasuhnya hingga
menjadi besar, dan seterusnya senantiasa memberikan penuh perhatian, belas kasih dan
kasih sayang.

Sebagaimana seseorang itu wajib berbakti kepada kedua orang tua semasa mereka
masih hidup, maka wajib pula berbakti kepada keduanya sesudah mereka mininggal
dunia. Mendoakan orang yang sudah mati, dengan istighfar dan memohon ampunan bagi
mereka, bersedekah bagi pihak mereka adalah terkandung faedah dan manfaat yang besar
bagi orang-orang yang sudah mati. Maka, hendaknya setiap orang tidak melalaikan
perkara-perkara itu khususnya bagi kedua ibu-bapaknya, kemudian kepada keluarga dan
orang-orang yang telah berbaik budi terhadap kita, dan sesudah itu kepada kaum
muslimin sekalian.13

2. Hadits tentang tanggung jawab kepala rumah tangga

‫ت ُع ْتبَ ِة اِ ْم َرأَةُ أَبِى ُس ْفيَانَ َعلَى‬ ُ ‫ت ِه ْن ٌد بِ ْن‬


ْ َ‫ َدخَ ل‬:‫ت‬ ْ َ‫ض َي هللا ُ َع ْنهَا قَال‬ ِ ‫ع َِن عَائِ َش ٍة َر‬
‫ اَ ْن أَبَا ُس ْفيَانَ َر ُج ٌل َش ِح ْي ٌح اَل‬ ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬: ‫ت‬ ْ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم فَقَال‬
َ ِ‫َرسُوْ َل هللا‬
ْ‫ فَهَل‬,ُ‫ت ِم ْن َمالِ ِه بِ َغي ِْر َعلَّ َمه‬ ْ ‫يُ ْع ِط ْينِ ْي ِمنَ النَفَقَ ِة َما يَ ْكفِ ْينِى َويَ ْكفِى اِ ْبنِى اِاَّل َماأَ َخ َذ‬
.َ‫ك َو َما يَ ْكفِي بَنِ ْيك‬ َ ‫ ُخ ِذى ِم ْن َمالِ ِه بِال ْم َعرْ ُو ْف ِي َما يَ ْكفِ ْي‬:‫َاح؟ فَقَا َل‬ ِ ‫ك ِم ْن ُجن‬ َ ِ‫ى فِى َذل‬َّ ‫عَل‬
)‫(متفق عليه‬
Artinya: “Aisyah RA menceritakan, bahwa pada suatu kali datanglah Hindun binti
‘Utbah, yaitu isteri Abu Sufyan menemui Rasulullah SAW seraya berkata, “Hai
Rasulullah! Abu Sufyan itu ialah laki-laki yang kikir, sehingga tidak diberinya saya
nafkah yang memadai untukku, kecuali hanya dengan mengambil hartanya tanpa
sepengetahuannya. Apakah saya berdosa dengan begitu?” Jawab Beliau, “Ambillah
sebagian hartanya itu dengan niat baik secukupnya yaitu untukmu dan anak-
anakmu.” (Mutafaq ‘Alaih)14

Lebih dari itu, seorang ayah harus mendidik anak-anaknya, mengurus segala
keperluan hidupnya, membimbingnya kepada akhlak yang terpuji, kelakuan yang baik
dan perangai yang mulia, di samping memelihara dan menjauhkan mereka dari perkara-
perkara yang sebaliknya. Juga , memuliakan semua perintah dan larangan agama,
menyampingkan urusan keduniaan, melebihkan dan mengutamakan urusan akhirat.

Tugasnya yang lain ialah, memberi nama yang baik kepada anaknya, memilihkan
istri dari keturunan orang-orang yang berbudi pekerti yang baik dan sholih, agar menjadi
13
Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman (Semarang: CV Toha Putra:
1993), hal. 296.

14
Romdoni Muslim, 300 Hadits Akhlak (Jakarta: Restu Ilahi, 2004), hal. 59

13
ibu yang diberkati oleh anaknya kelak. Hendaklah seorang ayah berlaku adil dalam
pemberiannya kepada anak-anaknya. Tidak boleh melebihkan seorang atas lainnya,
karena membedakan kasih sayang dan mengikuti kehendak hawa nafsunya sendiri.

Orang yang mengabaikan pendidikan anak-anaknya sebagaimana tersebut di atas,


tidak memperhatikan pengajaran atas mereka, malah membuka pintu hatinya agar
senantiasa cinta dunia dan tunduk di bawah kekuasaannya, sehingga anak-anak itu
mendurhakai mereka dan tidak mengikuti petunjuk ajarannya, maka janganlah ia
menyalahkan orang lain selain diri sendiri. Kerugian itu selalu menimpa orang yang alpa
dan lalai. Di zaman ini, terlalu banyak anak-anak yang durhaka dan tidak mau mendengar
perkataan ibu-bapaknya tersebar dimana-mana. Apabila kita teliti, penyebabnya tidak lain
karena kelalaian ibu-bapaknya yang telah menyia-nyiakan pemeliharaan anak-anak itu
sejak kecil.15

3. Hadits tentang tugas-tugas istri atau ibu

ِ ‫َو ْا ِال ْم َرأَةُ فِى ْاليَ ْي‬


‫ َو ِه َى َم ْس ُؤوْ لَةٌ ع َْن َرا ِعيَتِهَا (رواه البخاري‬,ٌ‫ت زَ وْ ِجهَا َرا ِعيَة‬
)‫ومسلم‬
Artinya: “Dan seorang istri adalah penanggung jawab (pemimpin) di dalam rumah
suaminya dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya atas tugas dan kewajiban
itu.” (HR. Bukhori dan Muslim)16

Tugas-tugas istri ialah fardhu’ain. Para ulama dalam hal ini sepakat, Syaikh Al
Ghazali ulama Mesir kontemporer yang sering membela hak-hak perempuan menyatakan:
”Betapapun juga, prinsip dasar yang harus kita ikuti atau kita upayakan agar selalu dekat
padanya ialah “rumah”. Saya benar-benar merasa gelisah pada kebiasaan para ibu rumah
tangga yang meninggalkan (membiarkan) anak-anaknya tinggal dan diasuh oleh para
pembantu atau diserahkan pada tempat penitipan anak. Nafas seorang ibu memiliki
pengaruh yang luar biasa dalam menumbuhkan dan memelihara perilaku kebajikan dalam
diri anak-anaknya.17

Tugas seorang ibu yang paling utama adalah melahirkan, menyusui hingga
membesarkan anak. Setelah melahirkan peran ibu sangat dibutuhkan oleh bayi yaitu
pemberian ASI yang cukup. Mulai dari mengandung hingga proses menyusui, pendidikan
sudah mulai diajarkan. Berdasarkan pandangan yang diteliti, bahwa bayi yang baru lahir
khususnya pada hari-hari dan bulan-bulan pertama, akan ditemukan sosok tubuh yang
tulangnya masih lemah dan urat-uratnya masih lemas. Dia ibarat adonan roti yang
terhidang di hadapan kita, siap dipolakan sesuai dengan keinginan kita. Setiap aspek
kesehatan yang berkaitan dengan pertumbuhannya secara wajar, wajib diikuti dan harus
diperhatikan, khususnya mengenai kebersihan dan kesucian, waktu musim, pergantian
udara dan lain sebagainya.

15
Imam Habib Abdullah Haddad, Nasehat Agama dan Wasiat Iman, hal. 298.
16
 Husein Muhammad, Fiqih Perempuan (Yogyakarta: LKiS, 2001), hal. 126.
17
Husein Muhammad, Fiqih Perempuan (Yogyakarta: LKiS, 2001), hal. 126.

14
Bayi bukanlah hanya sekedar badan, akan tetapi bayi itu tersusun atas badan
wadak (tubuh) serta badan halus (ruh). Pengembangan potensi yang dimiliki keduanya
sangat dipengaruhi oleh bentuk perlakuan dan kebiasaan keseharian.

Demikianlah, kehidupan kejiwaan akan merekam berbagai isyarat, nada, gerak,


profil, gambaran serta wajah. Dari sini akan tampak peranan seorang ibu dalam mewarnai
perilaku sang anak. Dia adalah lembaga pendidikan yang pertama, yang mengajar
muridnya secara individual. Sedangkan gerak dan kebiasaan keseharian, merupakan mata
pelajaran. Pelajaran yang disapaikan oleh sang ibu terhadap anaknya merupakan
peletakan batu pertama bagi pondasi kehidupan sang bayi untuk masa sekarang maupun
masa yang akan datang.18

4. Hadits tentang pendidikan terhadap anak

‫ار أَبِي َح ْم َزةَ قَا َل أَبُو‬ ٍ ‫ي َح َّدثَنَا إِ ْس َم ِعي ُل ع َْن َس َّو‬ َّ ‫َح َّدثَنَا ُمؤَ َّم ُل ب ُْن ِه َش ٍام يَ ْعنِي ْاليَ ْش ُك ِر‬
‫ب ع َْن‬ ٍ ‫صي َْرفِ ُّي ع َْن َع ْم ِرو ْب ِن ُش َع ْي‬ َّ ‫دَا ُود َوهُ َو َس َّوا ُر ب ُْن دَا ُو َد أَبُو َح ْم َزةَ ْال ُم َزنِ ُّي ال‬
‫صاَل ِة َوهُ ْم‬ َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُمرُوا أَوْ اَل َد ُك ْم بِال‬ َ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬, ‫ال‬ َ َ‫أَبِي ِه ع َْن َج ِّد ِه ق‬
‫ضا ِج ِع‬ َ ‫أَ ْبنَا ُء َسب ِْع ِسنِينَ َواضْ ِربُوهُ ْم َعلَ ْيهَا َوهُ ْم أَ ْبنَا ُء َع ْش ٍر َوفَرِّ قُوا بَ ْينَهُ ْم فِي ْال َم‬
Artinya: “Berkata Mu’ammal ibn Hisyam Ya’ni al Asykuri, berkata Ismail dari Abi
Hamzah, berkata Abu Dawud dan dia adalah sawwaru ibn Dawud Abu Hamzah Al
Muzanni Al Shoirofi dari Amru ibn Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya berkata, berkata
Rasulullah SAW: Suruhlah anakmu melakukan sholat ketika berumur tujuh tahun. Dan
pukullah mereka karena mereka meninggalkan sholat ketika berumur sepuluh tahun. Dan
pisahlah mereka (anak laki-laki dan perempuan) dari tempat tidur.” (H.R. Abu Dawud)19

Pengertian hadits tentang pendidikan terhadap anak di atas mengandung


pengertian yang sangat dalam dan bermakana luas, lagi mencakup pembahasan yang
dimaksud, yakni:

1. Pembahasan tentang kedudukan ibadah dan pengaruhnya sangat besar terhadap


pendidikan.
2. Hadits di atas memberi petunjuk dan mengandung hikmah serta tujuan yang
sangat dalam.
Secara rasional, ibadah berupa shalat, puasa maupun yang lain, berperan
mendidik pribadi manusia hingga kesadaran dan pikirannya terus-menerus berfungsi
dalam semua pekerjaan. Pada hakikatnya semua pekerjaan yang dilakukan oleh manusia,
apabila tidak ditimbang dengan neraca keridhaan Allah, maka perbuatan tersebut akan
berubah menjadi malapetaka bagi yang melakukannya. 20
 Sejak dini, seorang anak sudah harus dilatih ibadah, diperintah melakukannya dan
diajarkan hal-hal yang haram serta yang halal.

18
Aba Firdaus Al-Halwani, Melahirkan Anak Saleh,  hal. 57-58.
19
 Abu Dawud, Sunan Abu Dawud , (Al Maktabah As Syamilah: As Sholat), hal. 418.
20
 Ibid. Hal. 101.

15
‫ك َو ْال َعاقِبَةُ لِلتَّ ْق َوى‬ َّ ‫َو ْأ ُمرْ أَ ْهلَكَ بِال‬
َ ُ‫صاَل ِة َواصْ طَبِرْ َعلَ ْيهَا اَل نَسْأَل‬
َ ُ‫ك ِر ْزقًا نَحْ ُن نَرْ ُزق‬
Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezeki kepadamu. Dan akhirat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertaqwa.” (Q.S. Thaha: 132)21

Kalau shalat belum diwajibkan atas anak-anak yang masih kecil mengingat
mereka belum berstatus mukallaf. Islam mewajibkan kepada orang tua atau walinya
untuk melatih mereka dan memerintahkannya kepada mereka. Islam menekankan kepada
kaum muslimin, untuk memerintahkan anak-anak mereka menjalankan shalat kepada
mereka telah berusia tujuh tahun. Hal ini dimaksudkan agar mereka senang
melakukannya dan sudah terbiasa semenjak kecil. Sehingga apabila semangat beribadah
sudah bercokol pada jiwa mereka, niscaya akan muncul kepribadian mereka atas hal
tersebut.

Dengan demikian, diharapkan ia punya kepribadian dan semangat keagamaan


yang tinggi. Tujuan mengajarkan wudhu dan menunaikan shalat fardhu pada waktunya,
pada dasarnya adalah mengajarkan ketaatan, disiplin, kesucian dan kebersihan. Demikian
pula dengan membiasakan anak-anak kecil menunaikan puasa, adalah dalam rangka
supaya mereka sabar dalam beribadah dan dalam menghadapi beban-beban kehidupan. 22

BAB III
PENUTUP

A. Latar Belakang
Dalam alquran di tegaskan bahwa allah dalah Rabbal a’lamin dan juga robbal nas
, artinya allah adalah pendidik bagi semesta alam dan juga pendidik bagi
manusia.pengertian tersebut diambil karena kata rabb dalam arti tuhan dan rabb
dalam arti pendidik berasal dari akar kata yang sama.Adapun aspek-aspek terhadap
pendidikan anak yaitu mengajarkan menulis, berenang, memanah, mewariskan dan
tidak memberikan rizki kecuali yang baik.

21
Moh. Rifa’i, Terjemah/ Tafsir Al Qur’an, (Semarang: CV Wicaksana, 1997), hal. 571.
22
M. Jalaluddin Mahfudz, Psikologi Anak dan Remaja (t.t.: Pustaka Al-Kautsar, t.t.), hal. 126-128.

16
Dari penjelasan hadis yang telah pemakalah paparkan di atas maka, secara umum
dapat disimpulkan, Anak adalah nikmat Allah Swt. yang tak ternilai dan pemberian
yang tak terhingga.Tidak ada yang lebih tau besarnya karunia ini selain orang yang
tidak atau belum memiliki anak. Nikmat yang agung ini merupakan amanah bagi
kedua orang tuanya, yang kelak akan dimintai pertangung jawabannya,apakah
keduanya telah menjaganya atau justru menyia-nyiakannya. Rosulullah SAW
bersabda,” Setiap kalian adalah pemimpin ,dan setiap kalian akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Seorang iman adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang
kepemimpinannya ,dan seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia
akan ditanya akan kepemimpinannya. Inilah sekelumit makalah yang kami sampaikan
tentang kewajiban orang tua terhadap anaknya.

B. Saran
Kami sadar dalam pembuatan makalah ini masih jauh mendekati
kesempurnaan, untuk itu kritik saran yang membangun sangat kami tunggu untuk
perbaikan dalam pembuatan makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

zainal ,Djamari arifi.1996. Islam, aqidah dansyari,ah (Jakarta: PT.Grafindo persada.


Umar, Bukhari . 2012.HadisTarbawi: Pendidikan dalam perspektif hadis, (Jakarta:
AMZAH,
Uhbiyati, Nur. 2013.Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Riski
Putra.
Juwariyah, 2010Hadist Tarbawi,.Yogyakarta: Teras.
Jauhari,Heri Muchtar,2008 Fikih Pendidikan, (Bandung: REMAJA
ROSDAKARYA.,

Kazhim, Muhammad Nabil. 2011,Sukses mendidik anak, Solo: Pustaka Arafah.

17
Abu Dawud, Sunan Abu Dawud , Al Maktabah As Syamilah: As Sholat, 418.
Al-Halwani, Aba Firdaus, Melahirkan Anak Saleh, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1999.
Haddad, Imam Habib Abdullah, Nasehat Agama dan Wasiat Iman, Semarang: CV
Toha Putra: 1993.
Hasan, M. Ali, Mengamalkan Sunnah Rasulullah, Jakarta: Siraja, 2003.
Mahfudz, M. Jalaluddin, Psikologi Anak dan Remaja, t.t.: Pustaka Al-Kautsar, t.t.
Muhammad, Husein, Fiqih Perempuan, Yogyakarta: LKiS, 2001.
Muslim, Romdoni, Hadits Akhlak, Jakarta: Restu Ilahi, 2004.
Rifa’i, Moh., Terjemah/ Tafsir Al Qur’an, Semarang: CV Wicaksana, 1997.

18

Anda mungkin juga menyukai