Disusun oleh :
Kelompok 2
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sumber
Hukum Ilmu Waris ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Fiqih 4. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang teknik sumber hukum ilmu waris bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................................
BAB II.......................................................................................................................................
PEMBAHASAN.......................................................................................................................
A. Pengertian Proses Perencanaan Pendidikan Agama Islam................................................
B. Langkah-Langkah Perencanaan Menurut Para Tokoh....................................................
C. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran........................................................
D. Teknik Penyusunan Perencanaan Sistem Pembelajaran.................................................
BAB III......................................................................................................................................
PENUTUP.................................................................................................................................
A. Kesimpulalan...................................................................................................................
B. Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah waris sangat erat kaitannya kehidupan manusia. Karena setiap manusia
pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting dalam hidupnya yang
disebut meninggal dunia. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang
akibatnya keluarga dekatnya kehilangan seseorang yang mungkin sangat
dicintainya sekaligus pula dapat menimbulkan akibat hukum, yaitu tentang
bagaimana caranya kelanjutan pengurusan hak-hak kewajiban seseorang yang
telah meninggal dunia itu. Oleh karena itu munculah hukum kewarisan.
Salah satu hukum waris dipakai di Negara Indonesia adalah hukum waris Islam,
yaitu hukum waris yang berdasarkan hukum Islam. Hukum Waris Islam atau
Hukum Kewarisan Islam yang berlaku di Negara Indonesia pada dasarnya adalah
bersumber dari Al – Qur’an dan Al - Hadist. Oleh karena itu, dalam tulisan ini
akan dibahas mengenai sumber – sumber Hukum Waris Islam atau Hukum
Kewarisan Islam yang ada di dalam Al – Qur’an dan Al – Hadist serta membahas
juga mengenai siapa saja yang termasuk ahli waris dalam Dzawul Furudh dan
berapakah bagian bagi para ahli waris.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, Sumber Hukum Ilmu Waris dapat dirumuskan
beberapa yaitu :
1. Apa pengertian hukum ilmu waris dalam Islam ?
2. Apa saja sumber hukum ilmu waris?
3. Bagaimana kedudukan ahli waris dalam hukum waris?
4. Bagaimana hubungan hukum waris Islam dan hukum waris nasional?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian hukum ilmu waris dalam Islam
2. Mengetahui sumber hukum ilmu waris
3. Mengetahui kedudukan ahli waris dalam hukum waris
4. Mengetahui hubungan hukum waris Islam dan hukum waris nasional?
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam membagi harta warisan apabila meninggal seorang muslim, maka pertama
kali yang wajib diselenggarakan adalah jenazahnya, menurut Hukum Islam yang
disebut Tahjiz yaitu segala yang diperlukan oleh orang yang meninggal sejak dari
wafatnya sampai saat penguburannya. Biaya penyelenggaraannya itu dapat
dibebankan atas harta pusaka mayat yang meninggal itu. Kemudian membayar
utang simayat, baik itu utang kepada Allah maupun kepada sesama manusia.
ان لَهُنَّ َولَ ٌد َفلَ ُك ُم الرُّ ُب ُع ِممَّاَ ك اَ ْز َوا ُج ُك ْم اِنْ لَّ ْم َي ُكنْ لَّهُنَّ َولَ ٌد ۚ َفاِنْ َك َ ۞ َولَ ُك ْم نِصْ فُ َما َت َر
َ ْن ۗ َولَهُنَّ الرُّ ُب ُع ِممَّا َت َر ْك ُت ْم اِنْ لَّ ْم َي ُكنْ لَّ ُك ْم َولَ ٌد ۚ َفاِنْ َك
ان ٍ َت َر ْك َن م ِۢنْ َبعْ ِد َوصِ َّي ٍة ي ُّْوصِ ي َْن ِب َهٓا اَ ْو َدي
ثُ ان َر ُج ٌل ي ُّْو َر َ ْن ۗ َواِنْ َك ٍ الثمُنُ ِممَّا َت َر ْك ُت ْم م ِّۢنْ َبعْ ِد َوصِ َّي ٍة ُت ْوص ُْو َن ِب َهٓا اَ ْو دَ ي ُّ َّلَ ُك ْم َولَ ٌد َفلَهُن
ش َر َك ۤا ُء ُ سُ َفاِنْ َكا ُن ْٓوا اَ ْك َث َر مِنْ ٰذل َِك َف ُه ْم ۚ ت َفلِ ُك ِّل َوا ِح ٍد ِّم ْن ُه َما ال ُّس ُد ٌ َك ٰللَ ًة اَ ِو ام َْراَةٌ َّولَ ٗ ٓه اَ ٌخ اَ ْو ا ُ ْخ
هّٰللا هّٰللا
ض ۤارٍّ ۚ َوصِ ي ًَّة م َِّن ِ ۗ َو ُ َعلِ ْي ٌم َحلِ ْي ۗ ٌم ٰ ث م ِۢنْ َبعْ ِد َوصِ َّي ٍة ي ُّْو ُّ فِى
َ ْن َغي َْر ُم ٍ ۙ صى ِب َهٓا اَ ْو َدي ِ ُالثل
هّٰللا
ت َفلَ َها نِصْ فُ َما ٌ ْس لَ ٗه َولَ ٌد َّولَ ٗ ٓه ا ُ ْخ
َ ك لَي َ َك قُ ِل ُ ُي ْف ِت ْي ُك ْم فِى ْال َك ٰللَ ِة ۗا ِِن امْ رٌُؤ ا َهل َ Cۗ َيسْ َت ْف ُت ْو َن
َ الثلُ ٰث ِن ِممَّا َت َر
ك َۗواِنْ َكا ُن ْٓوا ِ ك َوه َُو َي ِر ُث َهٓا اِنْ لَّ ْم َي ُكنْ لَّ َها َولَ ٌد ۚ َفاِنْ َكا َن َتا ْاث َن َتيهّٰللا
ُّ ْن َفلَ ُه َما َ ۚ َت َر
هّٰللا
ْن ُي َبيِّنُ ُ لَ ُك ْم اَنْ َتضِ لُّ ْوا ۗ َو ُ ِب ُك ِّل َشيْ ٍء َعلِ ْي ٌم ِ ۗ ا ِْخ َو ًة رِّ َجااًل وَّ ِن َس ۤا ًء َفل َِّلذ َك ِر م ِْث ُل َح ِّظ ااْل ُ ْن َث َيي
ࣖ
2. Al-Hadits
Hadist yang artinya “Allah telah menurunkan hukum waris bagi saudara-
saudaramu yang perempuan itu dan alloh telah menerangkan bahwa mereka
mendapat bagian dua pertiga dari hartamu”
Hadist yang artinya “bagi yang membunuh tidak mendapatkan hak waris atau
bagian harta warisan”(HR.An Nasai)
Hadist yang artinya “seorang muslim tidak berhak mendapat bagian harta
warisan dari seorang kafir,dan sebaliknya seorang kafir tidak berhak mandapat
bagian harta warisan dari seorang muslim” (HR.jamaah ahlu hadist)
Dari Ibnu Abbas RA dari Nabi SAW, beliau bersabda: "Berikanlah faraidh
(bagian-bagian yang telah ditentukan) kepada yang berhak, dan selebihnya
berikanlah kepada laki-laki dari keturunan laki-laki yang terdekat." (HR
Bukhari dan Muslim).
Kesimpulan atau intisari hadits ini: Dalam pembagian warisan, ahli waris yang
mendapat bagian lebih dahulu adalah ahli waris golongan ashhabul-furudh (ahli
waris yang bagian mereka sudah tertentu), kemudian kalau ada sisanya baru
diberikan kepada ahli waris golongan ‘ashabah (ahli waris penerima sisa).
Dari Jabir bin Abdullah RA, dia berkata: Janda (dari Sa'ad RA)
datang kepada Rasulullah SAW bersama dua orang anak perempuannya.Lalu
ia berkata: "Wahai Rasulullah, ini dua orang anak perempuan Sa'ad yang telah
syahid pada Perang Uhud. Paman mereka mengambil semua harta
peninggalan ayah mereka dan tidak memberikan apa-apa untuk mereka.
Keduanya tidak dapat kawin tanpa harta." Nabi SAW bersabda: "Allah akan
menetapkan hukum dalam kejadian ini." Kemudian turun ayat-ayat tentang
warisan. Nabi SAW memanggil si paman dan berkata: "Berikan dua pertiga
untuk dua orang anak Sa'ad, seperdelapan untuk isteri Sa'ad, dan selebihnya
ambil untukmu." (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Kesimpulan atau intisari hadits ini: Dalam kasus pembagian warisan yang ahli
warisnya terdiri dari dua orang anak perempuan, isteri, dan paman, maka kedua
anak perempuan mendapat 2/3 bagian, isteri mendapat 1/8, dan paman menjadi
‘ashabah bin-nafsi yang mendapat sisanya.
Dari Huzail bin Surahbil RA, dia berkata: Abu Musa RA ditanya tentang
kasus kewarisan seorang anak perempuan, anak perempuan dari anak laki-laki,
dan seorang saudara perempuan. Abu Musa RA berkata: "Untuk anak
perempuan setengah, untuk saudara perempuan setengah. Datanglah kepada
Ibnu Mas'ud RA, tentu dia akan mengatakan seperti itu pula." Kemudian
ditanyakan kepada Ibnu Mas'ud RA dan dia menjawab: "Saya menetapkan
berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh Nabi SAW. Yaitu untuk anak
perempuan setengah, untuk cucu perempuan seperenam sebagai pelengkap
dua pertiga, sisanya untuk saudara perempuan." (HR Bukhari, Abu Daud,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Kesimpulan atau intisari hadits ini: Hadits ini menjadi dasar hukum yang
menetapkan hak waris cucu perempuan (dari anak laki-laki) yang mendapat 1/6
bagian jika bersama dengan seorang anak perempuan yang mendapat 1/2 bagian.
Sementara itu, saudara perempuan mendapat sisanya (dalam hal ini, saudara
perempuan menjadi ‘ashabah ma’al-ghair dengan sebab adanya anak perempuan
dan/atau cucu perempuan).
Mughirah bin Syu'bah RA berkata: "Saya pernah menghadiri majelis Nabi
SAW yang memberikan hak nenek sebanyak seperenam." Abu Bakar RA
berkata: "Apakah ada orang lain selain kamu yang mengetahuinya?"
Muhammad bin Maslamah RA berdiri dan berkata seperti yang dikatakan
Mughirah RA. Maka akhirnya Abu Bakar RA memberikan hak warisan nenek
itu." (HR Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Kesimpulan atau intisari hadits ini:Hadits ini menjadi dasar hukum yang
menetapkan hak waris nenek, yaitu nenek mendapat 1/6 bagian jika cucunya
meninggal dengan syarat tidak ada ibu.
Demikianlah beberapa hadits Nabi SAW yang dapat dijadikan sebagai pelengkap
sumber hukum waris Islam setelah Al-Qur’an.
3. Ijma’
Selain hadist di atas itu, Ijma’ juga merupakan salah satu sumber dari ilmu
Mawaris, karena banyak hal yang menjadi kesepakatan ulama yang diterapkan
dalam pembagian harta warisan, seperti:
d. Status pembagian warisan antara kakek dan saudara-saudara. Dalam al-Qur’an
hal ini tidak dijelaskan, akan tetapi menurut kebanyakan ulama dengan cara
mengikuti pandangan Zaid bin Sabit, bahwa bagian kakek harus mendapat
bagian yang paling menguntungkan, dari beberapa cara: Muqasamah (bagi
rata), 1/6 seluruh harta peninggalan, 1/3 sisa, jika mereka bersama zawil
furudh lainnya dan jika mereka tidak bersama zawil furudh mereka menerima
muqasamah dan 1/3 seluruh harta.
e. Status cucu yang ayahnya lebih dahulu meninggal daripada kakek yang bakal
menerima warisan bersama saudara-saudara ayah cucu yang meninggal tadi.
Menurut undang-undang Hukum Waris Mesir setelah mengadopsi pandangan
ulama Salafi dan Khalafi, bahwa cucu tadi mendapat warisan dengan
jalan wasiat wajibah. Misalnya ada seorang meninggal dunia (A), dia
mempunyai dua orang anak (B) dan (C) dimana (C) ini telah meninggal lebih
dahulu sebelum (A) meninggal dan memiliki anak (D). Maka harta
peninggalan si (A) diambil seluruhnya (B) sebab ia menghijab cucu (D).
Tetapi, susugguhnya ia akan mendapatkan bagian ayahnya bila ayahnya masih
hidup, oleh karena itu ia diberikan dengan jalan wasiat wajibah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA