Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. M. Diki Yahdi
2. Yasril Jumatul Putri
XII IPS 2
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
taufiq dan karuniaNya sehingga selesai menyelasaikan Tugas penilaian mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) makalah yang berjudul “Ketentuan Waris Dalam
Islam” Ini selesai dengan tepat waktu, sesuai dengan agenda yang telah dicanangkan
oleh guru pengajar.
Dalam penulisan makalah ini kita banyak sekali mendapatkan pelajaran atau ilmu
baru, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih kami sampaikan
kepada :
Bapak Zulhendri M.Pd selaku guru pengajar mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) di SMA NEGERI 2 Sunga Tarab.
Dalam meraih dan mewujudkan makalah yang sempurna, tentu didalam makalah
ini baik secara sengaja maupun tidak sengaja tentunya masih terdapat kekurangan-
kekurangan. Sebab itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah berikutnya kelak dikemudian hari. Amin…..!
Akhir kata, semoga makalah ini mampu memberikan hasil yang memuaskan bagi
kami. Semoga….!
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….ii
PENDAHULUAN………………………………………………………….......
1. Latar Belakang………………………………………………………..
2. Rumusan Masalah…………………………………………………….
3. Tujuan………….…………………………………………………......
4. Manfaat…………………………………………………………………
A. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………...
B. PEMBAHASAN…………………………………………………………...
1.Simpulan ……………………………………………………………..…
2. Saran …………………………………………………………….………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
Ketentuan Waris Dalam Islam
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Permasalahan pembagian warisan sering terjadi di dalam sebuah keluarga,
dimana pembagian warisan tersebut rentan akan terjadi konflik/permasalahan di
dalam keluarga apabila pembagian tersebut tidak adil/merata.
Pembagian warisan menurut islam harus dilakukan di depan seorang pakar
yang ahli dan mengerti akan pembagian hak waris tersebut. Atau bahkan bisa
dilakukan di Pengadilan Agama sebagaimana kekuasaan/kewenangan nantinya akan
diselesaikan dan diputuskan di Pengadilan Agama. Tetapi untuk pembagian hak
waris masih banyak orang yang menyelesaikannya menggunakan sistem adat
(hukum adat). Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan diselesaikan oleh pakar ahli
waris dan Pengadilan Agama yang sesuai dengan hukum islam.
Menurut Hukum Islam mengenai hukum waris adalah suatu hukum yang
mengatur peninggalan harta seseorang yang telah meninggal dunia diberikan kepada
yang berhak, seperti keluarga dan masyatrakat yang lebih berhak.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Islam mengenai hukum pembagian warisan?
a. Bagaimana pembagian warisan jika dipandang menurut hukum perdata?
b. Bagaimana pembagian warisan jika dipandang menurut hukum adat?
c. Bagaimana tahapan pembagian warisan menurut al-qur’an dan hadist?
2. Apa perbedaan pewaris, ahli waris dan harta warisan?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan islam mengenai pembagian warisan.
2. Untuk mengetahui pembagian warisan jika dipandang menurut hukum perdata.
3. Untuk mengetahui pembagian warisan jika dipandang menurut hukum adat.
4. Untuk mengetahui tahapan pembagian warisan menurut al-qur’an dan hadist.
5. Untuk mengetahui penyebab seseorang berhak disebut sebagai ahli waris.
4. Manfaat
1. Terhindar dari timbulnya fitnah, karena salah satu penyebab timbulnya fitnah
adalah pembagian harta warisan yang tidak sesuai dengan ketentuan sumber
hukum islam.
2. Faraidh dapat menjunjung tinggi sunah rasul. Nabi Muhammad SAW
bersabda, yang artinya : “Ilmu itu ada tiga asalnya yang lainnya hanya
pelengkap saja; (Al-qur’an) yang muhkamad (dijadikan pedoman dalam
hukum), Sunah Nabi yang sahih, yang menjadi dasar ikatan hidup, dan atau
pembagian harta pusaka yang adil” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
3. Dapat mewujudkan ketentraman keluarga, orang yang beriman tidak memiliki
jiwa material yang sifatnya duniawi saja.
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Warisan dan Hukum Warisan
Warisan adalah berpindahnya hak dan kewajiban atas segala sesuatu
yang baik harta maupun tanggungan dari orang yang telah meninggal dunia
kepada keluarganya yang masih hidup. Menurut islam Mawaris jamak dari
mirats, (irts, witrs, wiratsah, dan turats, yang dimaknakan dengan mauruts)
adalah hasil “Harta peninggalan orang yang meninggal yang diwariskan
kepada para warisnya”. Orang yang meninggalkan harta disebut mawarits,
sedangkan yang berhak menerima disebut waris. Hukum warisan dalam islam
adalah aturan yang mengatur pengalihan harta dari seseorang yang meninggal
dunia kepada ahli warisnya. Hal ini berarti menentukan siapa-siapa yang
menjadi ahli waris, porsi bagian masing-masing ahli waris, menentukan harta
peninggalan dan harta warisan bagi orang yang meninggal dimaksud.
2. Pembagian Warisan dan Ahli Waris
Pembagian warisan di dalam islam yang paling berhak menerimanya
adalah yang pertama warisan untuk istri, kedua warisan untuk suami, ketiga
warisan untuk anak laki-laki, keempat warisan anak perempuan, kelima
warisan untuk ibu, keenam warisan untuk bapak. Sebagaimana Allah S.W.T
berfirman pada Q.S. An-Nissa ayat 11 dan 12
ً َدةFاحِ َت َوْ انF َركَ َوِإ ْن َكFَق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما ت َ ْصي ُك ُم هَّللا ُ فِي َأوْ ال ِد ُك ْم لِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ األ ْنثَيَ ْي ِن فَِإ ْن ُك َّن نِ َسا ًء فَو
ِ يُو
َ Fَهُ َأبF َ ٌد َو َو ِرثF َهُ َولF َفَلَهَا النِّصْ فُ َوألبَ َو ْي ِه لِ ُك ِّل َوا ِح ٍد ِم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َركَ ِإ ْن َكانَ لَهُ َولَ ٌد فَِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن ل
واهُ فَأل ِّم ِهF
ُربFَ F ْدرُونَ َأيُّهُ ْم َأ ْقF َُوصي بِهَا َأوْ َدي ٍْن آبَاُؤ ُك ْم َوَأ ْبنَاُؤ ُك ْم ال ت ُ ُالثُّل
ِ ث فَِإ ْن َكانَ لَهُ ِإ ْخ َوةٌ فَأل ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِم ْن بَ ْع ِد َو
ِ صيَّ ٍة ي
ِإ ْنFَ ٌد فFَك َأ ْز َوا ُج ُك ْم ِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَه َُّن َول
َ َرFَ) َولَ ُك ْم نِصْ فُ َما ت١١( ضةً ِمنَ هَّللا ِ ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َعلِي ًما َح ِكي ًما
َ لَ ُك ْم نَ ْفعًا فَ ِري
َر ْكتُ ْم ِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن لَ ُك ْمFَ ُع ِم َّما تFُا َأوْ َد ْي ٍن َولَه َُّن الرُّ بFFَينَ بِهFُوص
ِ يَّ ٍة يFص ِ َكانَ لَه َُّن َولَ ٌد فَلَ ُك ُم الرُّ بُ ُع ِم َّما تَ َر ْكنَ ِم ْن بَ ْع ِد َو
ةً َأ ِوF َث َكالل َ صيَّ ٍة تُوصُونَ بِهَا َأوْ َد ْي ٍن َوِإ ْن َكانَ َر ُج ٌل ي
ُ ُور ِ َولَ ٌد فَِإ ْن َكانَ لَ ُك ْم َولَ ٌد فَلَه َُّن الثُّ ُمنُ ِم َّما تَ َر ْكتُ ْم ِم ْن بَ ْع ِد َو
ِ ِد َوFث ِم ْن بَ ْع
يَّ ٍةF ص ِ ُ َر َكا ُء فِي الثُّلF ك فَهُ ْم ُش َ ِت فَلِ ُك ِّل َوا ِح ٍد ِم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ فَِإ ْن َكانُوا َأ ْكثَ َر ِم ْن َذل ٌ ا ْم َرَأةٌ َولَهُ َأ ٌخ َأوْ ُأ ْخ
)١٢( صيَّةً ِمنَ هَّللا ِ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َحلِي ٌم َ ُوصى بِهَا َأوْ َد ْي ٍن َغي َْر ُم
ِ ضا ٍّر َو َ ي
Artinya :
11.Allah mensyari'atkan kepadamu tentang (pembagian warisan untuk) anak-
anakmu, yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak
perempuan. Dan jika anak itu semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari
dua, maka bagian mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika anak
perempuan itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta yang
ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-masing seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak. Jika orang
yang meninggal tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya
(saja), maka ibunya mendapat sepertiga. Jika yang meninggal itu mempunyai
beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) setelah dipenuhi wasiat yang dibuatnya atau (dan) setelah dibayar
hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui
siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah
ketetapan Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
12. Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang ditinggalkan
oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika mereka (istri-
istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang
ditinggalkannya setelah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) setelah
dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka
para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan setelah
dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) setelah dibayar hutang-hutangmu. Jika
seseorang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan
ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki
(seibu) atau seorang saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari
kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu
lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang sepertiga itu,
setelah dipenuhi wasiat yang dibuatnya atau (dan) setelah dibayar hutangnya
dengan tidak menyusahkan (kepada ahli waris). Demikianlah ketentuan
Allah.Allah maha mengetahui lagi maha penyantun.
C. PEMBAHASAN
Artinya : “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa
dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan orang tua dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian
yang telah ditetapkan.”
Hal ini berarti menentukan siapa-siapa yang menjadi ahli waris, porsi bagian
masing-masing ahli waris, menentukan harta peninggalan dan harta warisan bagi
orang yang meninggal dimaksud.
Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 237, yang artinya:
“…..maka bayarlah seperdua dari mahar yang telah kamu tentukan itu”. Adapun
menurut istilah ilmu mawaris atau ilmu faraid adalah ilmu yang membahas
tentang ketentuan-ketentuan atau bagian-bagian yang telah ditentukan untuk
masing-masing ahli waris.
a. Pembagian warisan menurut Hukum Perdata
Ahli waris menurut hukum waris perdata tidak dibedakan menurut jenis
kelamin layaknya dalam beberapa hukum waris adat. Seseorang menjadi ahli waris
menurut hukum waris perdata disebabkan oleh perkawinan dan hubungan darah,
baik secara sah maupun tidak. Orang yang memiliki hubungan darah terdekatlah
yang berhak untuk mewaris (Perhatikan Pasal 852 KUHPerdata). Jauh dekatnya
hubungan darah dapat dikelompokkan menjadi (4) empat golongan, yaitu :
1) Ahli waris golongan I; Termasuk dalam ahli waris golongan I yaitu anak-anak
pewaris berikut keturunannya dalam garis lurus ke bawah dan janda/duda. Pada
golongan I dimungkinkan terjadinya pergantian tempat (cucu menggantikan
anak yang telah meninggal terlebih dahulu dari si pewaris). Mengenai
pergantian tempat ini, Pasal 847 KUHPerdata menentukan bahwa tidak ada
seorang pun dapat menggantikan tempat seseorang yang masih hidup, misalnya
anak menggantikan hak waris ibunya yang masih hidup. Apabila dalam situasi
si ibu menolak menerima warisan, sang anak bertindak selaku diri sendiri, dan
bukan menggantikan kedudukan ibunya.
2) Ahli waris golongan II; Termasuk dalam ahli waris golongan II yaitu ayah,
ibu, dan saudara-saudara pewaris.
3) Ahli waris golongan III; Termasuk dalam ahli waris golongan III yaitu kakek
nenek dari garis ayah dan kakek nenek dari garis ibu.
4) Ahli waris golongan IV; Termasuk dalam ahli waris golongan IV yaitu sanak
saudara dari ayah dan sanak saudara dari ibu, sampai derajat ke enam.
Berikut hak-hak yang dimiliki oleh ahli waris menurut hukum waris
perdata, yaitu:
3. Hak beneficiary
1. Simpulan
1) Hukum ilmu mawaris bisa dikatakan juga sebagai salah satu bagian dari
hukum perdata secara keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari
hukum kekeluargaan.
2) Pembagian warisan untuk orang-orang yang ditinggalkan dengan seadil-
adilnya sudah diatur dalam islam, mencegah terjadinya konflik antar ahli
waris dan menghindari perpecahan antara keluarga yang masih hidup.
Pembagian tersebut sudah diatur di dalam al-qur’an dan hadist .
3) Ahli waris adalah orang yang berhak menerima harta yang ditinggalkan
oleh pewaris. Dan mempunyai syarat, bahwa mereka hidup pada saat
sepewaris meninggal, kemudian tidak terhalang secara hukum untuk
mendapatkan harta warisan.
2. Saran
Makalah ini dapat menjadi referensi bagi siapa saja yang ingin
menjadikannya sebagai tambahan ilmu dalam melakukan pembagian
warisan. Kami berharap saran dari guru pengajar agama kami demi
menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
hhtp://materihukum.com/2018/05/09/hukum-waris-adat)
https://drive.google.com/file/d/0B_BJ4dk60YsvVHYzRHlDOHNSMUU/view
kelas XII Islam BukuSiswa.pdf.pdf
http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-nisa-ayat-11-12.html
https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-7
https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2013/04/25/ahli-waris-menurut-hukum-
waris-perdata/
https://ikhwanmr.blogspot.com/2016/02/pewaris-ahli-waris-dan-harta-waris.html