Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MENGANALISIS MAKNA WARIS DAN AHLI WARIS DALAM HUKUM ISLAM

GURU PEMBIMBING : Vilkhiyam, S.PdI

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1 :

Atika Hidayati

Najmi

Peby Azmi

Tamara Mareza

Umniy Yatunnisa

SMAN 1 LEMBAH MELINTANG


KABUPATEN PASAMAN BARAT
1. Pengertian ilmu waris (faraid) dalam Islam
Secara bahasa waris berasal dari kata " waris a - yarisu-wirsan" yang
artinya berpindahnya harta seseorang yang telah meninggal kepada
orang lain.
secara bahasa waris adalah sesuatu yang diwariskan dari orang yang
wafat kepada yang lain tidak hanya terbatas kepada harta benda yang
bersifat material saja melainkan termasuk pengetahuan kebesaran
kehormatan atau kedudukan.
Waris memiliki kesamaan dengan ilmu faraid
Jadi ilmu faraid adalah ilmu untuk mengetahui orang yang berhak
menerima warisan orang yang tidak dapat menerima warisan,
kadaryang diterima oleh tiap-tiap waris dan cara pembagiannya.
sedangkan faraid adalah ilmu yang membahas pembagian waris yang
harus dipelajari oleh umat Islam.
Jadi dari pengertian tersebut ada tiga unsur dalam ilmu waris atau
ilmu faraid yaitu untuk mengetahui ahli waris, untuk mengetahui
bagian setiap ahli waris,dan untuk mengetahui tata cara perhitungan
untuk memperoleh besaran harta waris

2.Tujuan Pembagian Harta Waris menurut islam


1.Agar tidak terjadi perselisihan dan pertikaian antara ahli waris
Karena di dalam ilmu waris diatur ketentuan-ketentuan yang
mengikat antara hak ahli waris satu dengan ahli waris
lainnya.Sehingga tidak memberi peluang kepada ahli waris untuk
menetapkan aturan berdasarkan keinginan dan kehendak masing-
masing.
2. Agar dapat terwujud keadilan yang berimbang dalam pembagian
harta waris
Karena menurut hukum Islam seorang perempuan berhak
memperoleh harta warisan walaupun haknya berbeda dengan seorang
laki-laki.Tidak seperti hukum jahiliyah yang hanya memberikan hak
warisan kepada ahli waris laki-laki saja.
3. Agar dapat memilih harta secara halal
Dalam kepemilikan harta sebagai umat Islam harus selektif, baik
jenis maupun cara memperolehnya, sehingga harta tersebut menjadi
halal dan berkah. Sebaliknya, umat Islam tidak boleh, bahkan haram
memiliki harta dengan cara yang batil.
Sebagaimana firman Allah dalam surah al-baqarah ayat 188

‫اس بِٱِإْل ْث ِم َوَأنتُ ْم‬ ۟ ‫ْأ‬ ۟ ۟ ‫ْأ‬


ِ َّ‫َواَل تَ ُكلُ ٓوا َأ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْٱل ٰبَ ِط ِل َوتُ ْدلُوا بِهَٓا ِإلَى ْٱل ُح َّك ِام لِتَ ُكلُوا فَ ِريقًا ِّم ْن َأ ْم ٰ َو ِل ٱلن‬
َ‫تَ ْعلَ ُمون‬
Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.

3.dalil yang menjadi dasar pelaksanaan pembagian warisan


1.(QS. An-Nisa' 4: Ayat 11)
َ ْ‫ص ْي ُك ُم هّٰللا ُ ِف ۤ ْي اَوْ اَل ِد ُك ْم لِل َّذ َك ِر ِم ْث ُل َحظِّ ااْل ُ ْنثَيَ ْي ِن ۚ فَا ِ ْن ُك َّن نِ َسٓا ًء فَو‬
‫ق ْاثنَتَ ْي ِن فَلَه َُّن ثُلُثَا َما‬ ِ ْ‫يُو‬
َ‫ك اِ ْن َكا ن‬ َ ‫ف ۗ  َواِل َ بَ َو ْي ِه لِ ُكلِّ َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ ِم َّما تَ َر‬ ُ ْ‫َت َوا ِح َدةً فَلَهَا النِّص‬ ْ ‫ۚ واِ ْن َكا ن‬ َ  ‫ك‬َ ‫ت ََر‬
ۤ
‫ث ۗ فَا ِ ْن َكا نَ لَهٗ اِ ْخ َوةٌ فَاِل ُ ِّم ِه ال ُّس ُدسُ ِم ۢ ْن‬ ۤ
ُ ُ‫لَهٗ َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّهٗ َولَ ٌد َّو َو ِرثَهٗ اَبَ ٰوهُ فَاِل ُ ِّم ِه الثُّل‬
َ‫ْضةً ِّمن‬ َ ‫ص ْي بِهَ ۤا اَوْ َد ْي ٍن  ٰۗ ابَٓا ُؤ ُك ْم َواَ ْبنَٓا ُؤ ُك ْم ۚ اَل تَ ْدرُوْ نَ اَيُّهُ ْم اَ ْق َربُ لَـ ُك ْم نَ ْفعًا ۗ فَ ِري‬ ِ ‫بَ ْع ِد َو‬
ِ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬
‫هّٰللا ِ ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكا نَ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬
Artinya:
"Allah mensyariatkan (mewajibkan) kepadamu tentang (pembagian
warisan untuk) anak-anakmu, (yaitu) bagian seorang anak laki-laki
sama dengan bagian dua orang anak perempuan. Dan jika anak itu
semuanya perempuan yang jumlahnya lebih dari dua, maka bagian
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika dia (anak
perempuan) itu seorang saja, maka dia memperoleh setengah (harta
yang ditinggalkan). Dan untuk kedua ibu-bapak, bagian masing-
masing seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika dia (yang
meninggal) mempunyai anak. Jika dia (yang meninggal) tidak
mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua ibu-bapaknya (saja),
maka ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal)
mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam.
(Pembagian-pembagian tersebut di atas) setelah (dipenuhi) wasiat
yang dibuatnya atau (dan setelah dibayar) utangnya. (Tentang) orang
tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara
mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan
Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."

2.(QS. An-Nisa' 4: Ayat 12)


َ‫ف َما تَ َركَ اَ ْز َوا ُج ُك ْم اِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّه َُّن َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن َكا نَ لَه َُّن َولَ ٌد فَلَـ ُك ُم الرُّ بُ ُع ِم َّما تَ َر ْكن‬ ُ ْ‫َولَـ ُك ْم نِص‬
‫ص ْينَ بِهَ ۤا اَوْ َد ي ٍْن ۗ  َولَه َُّن الرُّ بُ ُع ِم َّما ت ََر ْكتُ ْم اِ ْن لَّ ْم يَ ُك ْن لَّ ُك ْم َولَ ٌد ۚ فَا ِ ْن َكا نَ لَـ ُك ْم‬ ِ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬ ِ ‫ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬
ً‫ث َك ٰللَة‬ ُ ‫صيَّ ٍة تُوْ صُوْ نَ بِهَ ۤا اَوْ َد ي ٍْن ۗ  َواِ ْن َكا نَ َر ُج ٌل يُّوْ َر‬ ِ ‫َولَ ٌد فَلَه َُّن الثُّ ُم ُن ِم َّما تَ َر ْكتُ ْم ِّم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬
‫ك فَهُ ْم ُش َر َكٓا ُء فِى‬ َ ِ‫ت فَلِ ُكلِّ َوا ِح ٍد ِّم ْنهُ َما ال ُّس ُدسُ  ۚ فَا ِ ْن َكا نُ ۤوْ ا اَ ْكثَ َر ِم ْن ٰذل‬ ٌ ‫اَ ِو ا ْم َراَ ةٌ َّولَهٗۤ اَ ٌخ اَوْ اُ ْخ‬
‫صيَّةً ِّمنَ هّٰللا ِ ۗ  َوا هّٰلل ُ َعلِ ْي ٌم َحلِ ْي ٌم‬
ِ ‫ضٓا ٍّر ۚ  َو‬َ ‫صى بِهَ ۤا اَوْ َد ْي ٍن ۙ  َغي َْر ُم‬ ٰ ْ‫صيَّ ٍة يُّو‬ ِ ‫ث ِم ۢ ْن بَ ْع ِد َو‬ ِ ُ‫ ۗ الثُّل‬
Artinya:
"Dan bagianmu (suami-suami) adalah seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak.
Jika mereka (istri-istrimu) itu mempunyai anak, maka kamu mendapat
seperempat dari harta yang ditinggalkannya setelah (dipenuhi) wasiat
yang mereka buat atau (dan setelah dibayar) utangnya. Para istri
memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak
mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak, maka para istri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan (setelah
dipenuhi) wasiat yang kamu buat atau (dan setelah dibayar) utang-
utangmu. Jika seseorang meninggal, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan
anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu) atau seorang
saudara perempuan (seibu), maka bagi masing-masing dari kedua
jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu
itu lebih dari seorang, maka mereka bersama-sama dalam bagian yang
sepertiga itu, setelah (dipenuhi wasiat) yang dibuatnya atau (dan
setelah dibayar) utangnya dengan tidak menyusahkan (kepada ahli
waris). Demikianlah ketentuan Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha
Penyantun."

3.Hadist riwayat Imam Bukhari dan muslim


‫ض بَِأ ْهلِهَا فَ َما بَقِ َي فَهُ َو َأِلوْ لَى َرج ٍُل َذ َك ٍر‬
َ ‫َأ ْل ِحقُوْ ا ْالفَ َراِئ‬
“Berikanlah harta warisan kepada orang yang berhak menerimanya,
sedangkan sisanya untuk kerabat laki-laki yang terdekat.”

4. Hukum mempelajari ilmu Faraid dalam islam


adalah fardhu kifayah, apabila sudah ada orang yang cukup untuk
melaksanakannya, maka sunnah hukum bagi yang lain.
Hukum Mempelajari Ilmu Mawaris
Para ulama berpendapat bahwa mempelajari dan mengajarkan ilmu
mawaris adalah fardhu kifayah. Artinya, jika telah ada sebagian
kalangan yang mempelajari ilmu tersebut, maka kewajiban yang lain
telah gugur. Akan tetapi jika dalam satu daerah/wilayah tak ada
seorang pun yang mau mendalami ilmu warisan, maka semua
penduduk wilayah tersebut menanggung dosa.
Urgensi ilmu mawarits dapat kita cermati dalam satu teks hadis
dimana Rasulullah Saw. menggandengkan perintah belajar al-Qur’an
dan mengajarkan al-Qur’an dengan perintah belajar dan mengajarkan
ilmu mawarits/faraidh. Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: “Pelajarilah al Qur’an dan ajarkanlah kepada orang lain, dan
pelajarilah ilmu faraidh dan ajarkanlah kepada orang lain. Karena aku
adalah orang yang bakal terenggut (mati) sedang ilmu akan
dihilangkan. Hampir saja dua orang yang bertengkar tentang
pembagian warisan tidak mendapatkan seorangpun yang dapat
memberikan fatwa kepada mereka” (HR. Ahmad, an-Nasa’i, dan ad-
Daruqutni)”.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mempelajari ilmu
mawarits tidak bisa dianggap sebelah mata, terutama bagi para
pendakwah atau penyeru kebajikan. Walaupun hukum awalnya fardhu
kifayah, akan tetapi dalam kondisi tertentu, saat tak ada seorangpun
yang mempelajarinya maka hukum mempelajari ilmu mawarits
berubah menjadi fardhu ain.

5. Sebab-sebab memperoleh harta waris (asbabul- irsi)


ada beberapa hal yang menjadi sebab seseorang dapat mewarisi
terhadap harta orang yang meninggal dunia atau asbabul irsi. Sebab-
sebabnya yaitu sebagai berikut
1. Hubungan keturunan atau nasab
Umat Islam yang memiliki hubungan darah atau keturunan menjadi
ahli waris dan berhak memperoleh bagian warisan sesuai dengan
ketentuan hukum Islam. Sesuai dengan firman Allah swt dalam surah
Annisa ayat 7

‫ك ْٱل ٰ َولِدَا ِن َوٱَأْل ْق َربُونَ ِم َّما‬ ِ َ‫َصيبٌ ِّم َّما تَ َركَ ْٱل ٰ َولِدَا ِن َوٱَأْل ْق َربُونَ َولِلنِّ َسٓا ِء ن‬
َ ‫صيبٌ ِّم َّما تَ َر‬ ِ ‫لِّلرِّ َجا ِل ن‬
‫صيبًا َّم ْفرُوضًا‬ ِ َ‫قَ َّل ِم ْنهُ َأوْ َكثُ َر ۚ ن‬
Artinya: Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan
ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula)
dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.
2. Hubungan pernikahan atau musaharah
umat Islam yang memiliki hubungan perkawinan secara sah berhak
menjadi ahli waris yaitu suami atau istri.Sebagaimana firman Allah
SWT dalam surah an-nisa ayat 11 yang sudah dijelaskan sebelumnya.
3. Hubungan seiman dan seagama
Artinya antara orang yang mewarisi dengan orang yang diwarisi
harus sama-sama sebagai orang Islam. sehingga apabila ada keluarga
yang berbeda agama maka tidak berhak untuk memperoleh harta
warisan. Rasulullah saw bersabda sebagai berikut
Yang artinya
"maqdam R.A. berkata, Rasulullah Saw bersabda, barangsiapa yang
(wafat ) meninggalkan 'kallan' (keluarga dan hutang) maka menjadi
tanggunganku" dan terkadang beliau (Rasulullah Saw) mengatakan
"menjadi tanggungan Allah dan rasul-Nya." barang siapa wafat
meninggalkan harta maka untuk para ahli warisnya dan aku adalah
pewaris orang yang tidak memiliki ahli waris aku menanggung
diyatnya dan mewarisinya.Seorang Paman dari pihak ibu adalah
pewaris bagi orang yang tidak memiliki ahli waris,ia menanggung
diyatnya dan mewarisinya." (H.R.Abu Daud)

6. Sebab-sebab Terhalangnya Harta Waris (Mawani ullrsi)


a. Pembunuhan
Jika terjadi pembunuhan antara keluarga ahli waris, ia tidak berhak
menjadi ahli waris, Rasulullah Saw bersabda.
Abdullah bin Amr R.A berkata 'Rasulullah Saw. Berdiri pada hari
fathu makkah dan bersabda, " Seorang perempuan mewarisi dari diyat
suami dan hartanya, dan seorang suami mewarisi dari diyat dna harta
istrinya selagi salah satu diantara mereka tidak membunuh
pasangannya. Apabila salah satu dari mereka membunuh pasangannya
dengan sengaja, ia tidak dapat mewarisi diyat dan harta pasangannya
sedikitpun. Namun, apabila diantara mereka membunuh pasangannya
dengan tidak sengaja, ia dapat mewarisi harta pasangannya, tapi tidak
mewarisi diyatnya".
(H.R Ibnu Majah)

b. Murtad atau kafir


Rasulullah Saw bersabda:
Artinya Usamah bin Zaid R.A berkata, sesungguhnya Nabi
Muhammad Saw. bersabda, "Orang muslim itu tidak dapat mewarisi
(harta orang kafir) dan orang kafirpun tidak dapat mewarisi (harta)
orang Islam". (H.R Bukhari dan Muslim)

c. Budak (saat ini sudah tidak ada lagi sistem perbudakan)

Anda mungkin juga menyukai