Anda di halaman 1dari 2

Ketentuan Waris dalam Islam

Ilmu mawaris adalah ilmu untuk mengetahui orang yang berhak menerima harta warisan, orang
yang tidak berhak menerima harta warisan, kadar yang diterima oleh setiap ahli waris, dan cara
pembagiannya.
Mempelajari ilmu mawaris bagi umat Islam hukumnya fardu kifayah. Artinya, apabila sudah ada
orang lain yang mempelajari dan menguasainya, maka orang lain tidak berkewajiban untuk
mempelajari. Namun, apabila tidak ada seorang pun yang mempelajarinya, maka semua orang yang
berada di daerah atau tempat tersebut akan berdosa. Beberapa sahabat Nabi Muhammad saw. yang
ahli dalam ilmu mawaris adalah Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Mas'ud
1. Landasan Hukum Ilmu Mawaris
Dalil yang menjelaskan tentang pentingnya penerapan ilmu faraid dalam pembagian harta
warisan, antara lain firman Allah Swt. dalam sebuah ayat berikut.
‫ِللِّر َج اِل َن ِص ْيٌب ِّمَّما َت َر َك اْلَو اِلٰد ِن َو اَاْلْق َر ُبْو َۖن َو ِللِّن َس ۤا ِء َن ِص ْيٌب ِّمَّما َت َر َك اْلَو اِلٰد ِن َو اَاْلْق َر ُبْو َن ِمَّما َق َّل ِم ْن ُه َاْو َك ُثَر‬
ۗ ‫َن ِص ْيًبا َّم ْف ُرْو ًضا‬
Artinya:
Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, dan bagi
perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan kedua orang tua dan kerabatnya, baik sedikit
atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan.
Rasulullah saw. menjelaskan tentang keharusan mempelajari dan keutamaan ilmu faraid
dalam sebuah hadis berikut.
‫ َت َع َّلُموا اْلُقْر آَن َو َع ِلُموا الَّن اَس َو َت َع َّلُموا اْلَف َر اِئَض َو َع ِلُموا الَّن اَس َف ِإِّن ي‬: ‫َق اَل َر ُسْو ُل ِهَّللا‬
‫اْم ُرٌؤ َم ْق ُبوُض َو ِإَّن اْلِع ْلَم َس ُيْق َب ُض َو َت ْظ َه ُر اْلِفَت ُن َح َّت ى َي ْخ َت ِلَف اِإلْث َن اِن ِفي الَف ِر يَضِة اَل َي ِحَد اِن َم ْن‬
‫ (رواه الدار قطني والحاكم‬.‫َي ْق ِض ي بها‬
Artinya:

"Rasulullah saw. bersabda, 'Pelajarilah Al-Qur'an dan ajarkanlah kepada orang-


orang. Dan pelajarilah ilmu faraid dan ajarkan kepada orang-orang. Karena aku
hanya manusia yang akan meninggal. Dan ilmu waris akan dicabut lalu fitnah
menyebar, sampai-sampai ada dua orang yang berseteru dalam masalah warisan
namun tidak menemukan orang yang bisa menjawabnya". (H.R. ad-Daruquthuny dan
al-Hakim)
Selain Al-Qur'an dan hadis, terdapat pula ijmak ulama yang dapat dijadikan
dasar dalam membagi harta warisan. Ijmak adalah usaha para ulama dengan
bersungguh-sungguh dan bersepakat di antara mereka tentang suatu syarak (hukum
Islam) yang belum ada dalam Al-Qur'an dan hadis.
2. Sebab Berhak dan Tidak Berhak Mendapat Warisan
Tidak semua orang di sekitar pewaris yang telah meninggal dunia mendapatkan bagian
dari harta yang diwariskan. Adapun penyebab orang-orang yang berhak dan tidak berhak
mendapatkan harta warisan sebagai berikut.
a. Sebab Seseorang Berhak Mendapat Harta Warisan
Beberapa faktor yang menjadi penyebab seseorang berhak mendapat harta warisan
sebagai berikut.
 Karena hubungan keturunan/kekeluargaan (nasabiyah wal qarabah).
 Karena hubungan pernikahan (sababiyah): σήτ
 Karena hubungan pembebasan budak (wala').ASTE
 Karena hubungan agama/sesama muslim, yaitu jika orang Islam meninggal dunia
dan tidak mempunyai ahli waris, harta warisannya diserahkan ke Baitul Mal (kas
umat Islam) untuk kepentingan kaum muslimin

b. Sebab Seseorang Tidak Berhak Mendapat Harta Warisan


 Berbeda agama, yaitu seorang kafir tidak berhak menerima warisan dari
keluarganya yang muslim, begitu pula sebaliknya.
 Murtad.
 Pembunuh, yaitu orang yang membunuh keluarganya dengan tujuan untuk
mendapat warisan tidak mendapat bagian warisan dari orang yang dibunuhnya.
 Budak atau hamba sahaya yang ditinggal mati ahli warisnya tidak mendapat
harta peninggalan.
3. Ahli Waris
Ahli waris merupakan orang yang berhak mendapatkan harta waris. Di dalam syariat
Islam ahli waris dibagi menjadi dua sebagai berikut.
a. Ahli waris laki laki
Jumlah ahli waris dari pihak laki-laki seluruhnya ada lima belas orang. Jika
kelimabelas ahli waris tersebut ada semua, maka yang mendapat warisan hanya tiga,
yaitu anak laki-laki, bapak, dan suami. Adapun lima belas orang tersebut sebagai berikut:
a) Anak laki laki
b) Cucu laki laki dst
c) Bapak
d) Kakek dari bapak dst
e) Saudara laki laki sekandung
f) Saudara laki laki sebapak
g) Saudara laki laki seibu
h) Anak laki laki dari saudara laki laki sekandung
i) Anak laki lali dari saudara laki laki sebapak
j) Paman yang sekandung dengan bapak
k) Paman yang sebapak dengan bapak
l) Anak laki laki paman yang sekandung
m) Anak laki laki paman
n) Suami
o) Laki laki yang memerdekakan (pewaris)
b. Ahli waris perempuan
Jumlah ahli waris dari pihak perempuan seluruhnya ada sepuluh orang. Jika
kesepuluh orang tersebut ada semua, maka yang mendapat harta warisan hanya lima
orang yaitu istri, anak perempuan, anak perempuan dari anak laki-laki (cucu), ibu, dan
saudara perempuan sekandung. Adapun sepuluh orang tersebut sebagai berikut:
a) Anak perempuan
b) Cucu perempuan dari anak laki laki
c) Ibu
d) Ibu dari bapak/nenek
e) Ibu dari ibu/nenek
f) Saudara perempuan sekandung
g) Saudara perempuan sebapak
h) Saudara perempuan seibu
i) Istri
j) Perempuan yang memerdekakan(pewaris)
Jika dua puluh lima orang ahli waris semuanya ada, maka yang berhak menerima warisan
hanya lima orang yaitu:
1) Ibu
2) Bapak
3) Anak laki laki
4) Anak perempuan
5) Suami/istri

Anda mungkin juga menyukai