Anda di halaman 1dari 9

Wakaf Tunai/Uang

Disusun Oleh:
Kelompok 16

Nama : Akhmad Idzudiin

Kelas : Hukum Keluarga Islam 2

Mata Kuliah : Fiqh Kontemporer

Dosen Pengampu: Isnayati Nur, M.E, Sy

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidyah – nya
sehinggga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Wakaf Tunai/Uang. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Fiqh Kontemporer. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Wakaf Tunai/uang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Isnayati Nur, M.E, Sy selaku dosen mata
kuliah Fiqh Kontemporer yang telah memberika tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 21 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5

A. Pengertian Wakaf Uang/ Tunai............................................................................5


B. Dasar Hukum.......................................................................................................5
C. Objek Kajian........................................................................................................7
D. Hikmah Wakaf Uang / Tunai...............................................................................7

BAB III PENUTUP..........................................................................................................8

A. Kesimpulan..........................................................................................................8
B. Saran....................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................9

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wakaf uang merupakan perbuatan wakif untuk memberikan sebagian hartanya dalam
wujud uang, guna ditasyarufkan pada kehidupan sosial sesuai dengan syariat Islam. Harta wakaf
uang harus ditahan dan tidak boleh hilang atau dihabiskan, tetapi harus dikelola dan
diberdayakan oleh nadzir sesuai dengan tujuan wakaf supaya bermanfaat terus di masyarakat,
biasanya wakaf uang diwujudkan dalam benda yang kekal manfaatnya, seperti; dibelikan

tanah untuk membangun sekolah, rumah sakit, gedung pertemuan, tempat ibadah dan
lainnya. Hal ini berbeda dengan infaq dan shadaqah, walaupun antara wakaf, infaq dan shadaqah
mempunyai persamaan pada derma Islam (perbuatan baik yang berhubungan dengan harta),
namun ketiganya mempunyai perbedaan. Shadaqah berupa pemberian harta untuk masyarakat
yang membutuhkan dalam bentuk selain uang, infaq adalah pemberian harta berbentuk uang dan
dapat dihabiskan, sedangkan wakaf uang berupa pemberian uang untuk dimanfaatkan oleh
masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Wakaf Tunai / uang ?
2. Bagaimana dasar hukum wakaf tunai / uang ?
3. Bagaimana objek kajian wakaf tunai / uang ?
4. Apa saja hikmah yang bisa diambil dari wakaf tunai / uang ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu wakaf tunai / uang.
2. Untuk megetahui bagaimana dasar hukum wakaf tunai / uang.
3. Untuk mengetahui bagaimana objek kajian wakaf tunai / uang..
4. Untuk mengetahui apa saja hikmah yang bisa diambil dari wakaf tunai / uang.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakaf Tunai / Uang


Wakaf uang merupakan perbuatan wakif untuk memberikan sebagian hartanya dalam
wujud uang, guna ditasyarufkan pada kehidupan sosial sesuai dengan syariat Islam. Harta wakaf
uang harus ditahan dan tidak boleh hilang atau dihabiskan, tetapi harus dikelola dan
diberdayakan oleh nadzir sesuai dengan tujuan wakaf supaya bermanfaat terus di masyarakat,
biasanya wakaf uang diwujudkan dalam benda yang kekal manfaatnya, seperti; dibelikan tanah
untuk membangun sekolah, rumah sakit, gedung pertemuan, tempat ibadah dan lainnya.

Hal ini berbeda dengan infaq dan shadaqah, walaupun antara wakaf, infaq dan shadaqah
mempunyai persamaan pada derma Islam (perbuatan baik yang berhubungan dengan harta),
namun ketiganya mempunyai perbedaan. Shadaqah berupa pemberian harta untuk masyarakat
yang membutuhkan dalam bentuk selain uang, infaq adalah pemberian harta berbentuk uang dan
dapat dihabiskan, sedangkan wakaf uang berupa pemberian uang untuk dimanfaatkan oleh
masyarakat.

B. Dasar Hukum
Wakaf menurut myoritas ulama, selain Hanafiyyah adalah sunnah yang dianjurkan. Ini
termasuk sedekah yang disunnahkan, sebagaimana firman Allah SWT,

Yakni dalam Surat Ali-Imran (3) ayat 92:

‫لَ ْن تَنَالُوا ْالبِ َّر َح ٰتّى تُ ْنفِقُوْ ا ِم َّما تُ ِحبُّوْ نَ َۗو َما تُ ْنفِقُوْ ا ِم ْن َش ْي ٍء فَا ِ َّن هّٰللا َ بِ ٖه َعلِ ْي ٌم‬
’’kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan
Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya’’.

Lebih lanjut lagi dalam Surat Al-Baqarah (2) ayat 261:

‫َت َس ْب َع َسنَابِ َل فِى ُك ِّل س ُۢنبُلَ ٍة ِّم ۟اَئةُ َحبَّ ٍة‬


ْ ‫يل ٱهَّلل ِ َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة َأ ۢنبَت‬
ِ ِ‫َّمثَ ُل ٱلَّ ِذينَ يُنفِقُونَ َأ ْم ٰ َولَهُ ْم فِى َسب‬
‫ف لِ َمن يَ َشٓا ُء ۗ َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس ٌع َعلِي ٌم‬ َ ٰ ُ‫ۗ َوٱهَّلل ُ ي‬
ُ ‫ض ِع‬
5
’’perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”

Dalam al-qur’an tidak menjelaskan aspek kewenangan Nadzir dalam Islam. Agar wakaf
uang tertata dengan baik, diperlukan menejemen pengelolaan dan pengembangan wakaf
uang. Untuk itu diperlukan suatu proses administrasi yang baik dan benar. Allah SWT
berfirman dalam Al-Qur’an

Dalam Surat Al-Baqarah (2) ayat 282:

‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا تَدَايَ ْنتُ ْم بِ َدي ٍْن اِ ٰلٓى اَ َج ٍل ُّم َس ًّمى فَا ْكتُبُوْ ۗهُ َو ْليَ ْكتُبْ بَّ ْينَ ُك ْم َكاتِ ۢبٌ بِ ْال َع ْد ۖ ِل َواَل‬
‫ق هّٰللا َ َربَّهٗ َواَل‬
ِ َّ‫ق َو ْليَت‬ُّ ‫ب َك َما َعلَّ َمهُ هّٰللا ُ فَ ْليَ ْكتُ ۚبْ َو ْليُ ْملِ ِل الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه ْال َح‬َ ُ‫ب َكاتِبٌ اَ ْن يَّ ْكت‬ َ ‫يَْأ‬
‫ض ِع ْيفًا اَوْ اَل يَ ْستَ ِط ْي ُع اَ ْن يُّ ِم َّل هُ َو‬ َ ْ‫ق َسفِ ْيهًا اَو‬ ُّ ‫يَبْخَسْ ِم ْنهُ َش ْيـ ًۗٔا فَا ِ ْن َكانَ الَّ ِذيْ َعلَ ْي ِه ْال َح‬
‫فَ ْليُ ْملِلْ َولِيُّهٗ بِ ْال َع ْد ۗ ِل َوا ْستَ ْش ِه ُدوْ ا َش ِه ْي َدي ِْن ِم ْن رِّ َجالِ ُك ۚ ْم فَا ِ ْن لَّ ْم يَ ُكوْ نَا َر ُجلَي ِْن فَ َر ُج ٌل َّوا ْم َراَ ٰت ِن‬
‫ب ال ُّشهَ ۤ َدا ُء‬ َ ‫َض َّل اِحْ ٰدىهُ َما فَتُ َذ ِّك َر اِحْ ٰدىهُ َما ااْل ُ ْخ ٰر ۗى َواَل يَْأ‬ ِ ‫ضوْ نَ ِمنَ ال ُّشهَ ۤ َدا ِء اَ ْن ت‬ َ ْ‫ِم َّم ْن تَر‬
‫ص ِغ ْيرًا اَوْ َكبِ ْيرًا اِ ٰلٓى اَ َجلِ ٖ ۗه ٰذلِ ُك ْم اَ ْق َسطُ ِع ْن َد هّٰللا ِ َواَ ْق َو ُم‬ َ ُ‫اِ َذا َما ُد ُعوْ ا ۗ َواَل تَ ْسـَٔ ُم ْٓوا اَ ْن تَ ْكتُبُوْ ه‬
‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح‬ َ ‫ض َرةً تُ ِد ْيرُوْ نَهَا بَ ْينَ ُك ْم فَلَي‬ِ ‫لِل َّشهَا َد ِة َواَ ْد ٰن ٓى اَاَّل تَرْ تَاب ُْٓوا آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َجا َرةً َحا‬
ۗ ‫ق بِ ُك ْم‬ ٌ ۢ ْ‫ُض ۤا َّر َكاتِبٌ َّواَل َش ِه ْي ٌد ەۗ َواِ ْن تَ ْف َعلُوْ ا فَاِنَّهٗ فُسُو‬ َ ‫اَاَّل تَ ْكتُبُوْ ه َۗا َواَ ْش ِه ُد ْٓوا اِ َذا تَبَايَ ْعتُ ْم ۖ َواَل ي‬
‫َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هّٰللا ُ ۗ َوهّٰللا ُ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬
‘’Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada hutangnya….’’ (QS. Al-Baqarah: 282)

Ayat tersebut sebagai landasan hukum bahwa tanda bukti dalam bertransaksi mua’malah
sangat penting. khusus masalah utang piutang yang dilakukan atas dasar keadilan dan
kerelaan masing-masing pihak. Al-Qur’an mengatur secara umum hukum wakaf sebagai
sebuah amal kebaikan. Perintah berwakaf berdasarkan pada pemahaman teks ayat Al-
Qur’an dan hadis Rasulallah SAW secara tersirat, karena dalam ruang lingkup muamalah
berlaku kaedah kebolehan. Dalam hukum Islam, hal-hal yang berkaitan dengan
mua’malah (ekonomi Islam) dapat diterapkan dan dikembangkan dengan syarat sesuai
dengan prinsip-prinsip syari’ah.

6
C. Objek Kajian Wakaf Uang
Wakaf uang adalah benda yang bergerak maupun tidak bergerak yang dimiliki seacara
tidak bergerak dapat dalam bentuk tanah hak milik atas rumah dengan bentuk uang

Adapun mekanisme atau prosedur wakaf uang:

1. Wakif datang ke LKS/PWU


2. Mengisi akta ikrar wakaf (AIW) dan melampirkan Foto copy, Kartu identitas diri
yang berlaku.
3. Wakif menyetor dominan wakaf dan secara otomatis dana masuk ke Rekening BWI
4. Wakif mengucapkan sikhah wakaf dan mendatangi AIW bersama dengan 2 orang
saksi dan 1 pejabat bank sebagai pembuat AIW (PPAIW)
5. LKS/PWU mencetak sertifkat wakaf uang (SWU)
6. LKS/PWU memberikan AIW (SWU)

D. Hikmah yang dapat diambil


Adapun hikmah yang berwakaf uang adalah:

1. Melatih jiwa sosial dan membantu kesulian


2. Belajar bahwa harta benda didunia ini tidak kekal
3. Amalan yang tidak terputus
4. Memperat tali persaudaraan dan mencegah kesenjangan sosial
5. Mendorong pembangunan sosial

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wakaf uang merupakan perbuatan wakif untuk memberikan sebagian hartanya dalam
wujud uang, guna ditasyarufkan pada kehidupan sosial sesuai dengan syariat Islam. Harta wakaf
uang harus ditahan dan tidak boleh hilang atau dihabiskan, tetapi harus dikelola dan
diberdayakan oleh nadzir sesuai dengan tujuan wakaf supaya bermanfaat terus di masyarakat,
biasanya wakaf uang diwujudkan dalam benda yang kekal manfaatnya, seperti; dibelikan

Tanah untuk membangun sekolah, rumah sakit, gedung pertemuan, tempat ibadah dan
lainnya. Hal ini berbeda dengan infaq dan shadaqah, walaupun antara wakaf, infaq dan shadaqah
mempunyai persamaan pada derma Islam (perbuatan baik yang berhubungan dengan harta),
namun ketiganya mempunyai perbedaan. Shadaqah berupa pemberian harta untuk masyarakat
yang membutuhkan dalam bentuk selain uang, infaq adalah pemberian harta berbentuk uang dan
dapat dihabiskan, sedangkan wakaf uang berupa pemberian uang untuk dimanfaatkan oleh
masyarakat.

B. Saran
Mengembangkan suatu aplikasi mobile mengenai wakaf tunai yang berada
dibawah kendali majelis wakaf dan kehartabendaan dan bisa bekerjasama dengan salah
satu perbankan syariah yang berada di Indonesia, dengan hadirnya perkembangan
teknologi tersebut maka akan memudahkan masyarakat untuk bisa menyalurkan niatnya
untuk menjadi wakif.

8
DAFTAR PUSTAKA

Yayasan Penyelenggara Al-Qur’an & Terjemahnya, (Bandung: PT.

Syaamil Cipta Medika, 2005), h. 45.

Abdul Aziz Muhammad Azam, Fiqih Muamalat (Jakarta: Amzah 2010), h.

Al Hafizh Bin Hajar Al’asqalani, Bulughul Maram (Semarang: Cv

Wicaksana, 2004), h. 543.

Anda mungkin juga menyukai