Disusun Oleh :
Kelompok 11 MZW-2A
2019
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Definisi Wakaf
Para ahli bahasa menggunakan tiga kata untuk mengungkapkan tentang
wakaf, yaitu: al-waqf (wakaf), al-habs (menahan), dan at-tasbil (berderma
untuk sabilillah). Kata al-waqf adalah bentuk masdar (gerund) dari ungkapan
waqfu asy-sai’i, yang berarti menahan sesuatu.1
Dalam kitab Tabrir al-Faz at-Tanbih, Imam Nawawi yang bermazhab
Syafi’i mendefinisikan wakaf sebagai:
ِ حبس م ٍال مُيْ ِكن اِإْل نْتِ َف اع بِ ِه م ع ب َق ِاء عينِ ِه بَِقط ِع التَّص ُّر
,ف ىِف َر َقبَتِ ِه َ َْ َ َ َ ُ ُ َ ُ َْ
ِ ف منَافِعِ ِه اِىَل الْرِب ِّ َت َقُّربا اِىَل
اهلل َت َعاىَل ِ وتَصُّر
ً َ َ َ
“Penahanan harta yang bisa dimanfaatkan dengan tetap menjaga keutuhan
barangnya, terlepas dari campur tangan wakif atau lainnya, dan hasilnya
disalurkan untuk kebaikan semata-mata dan untuk taqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah.”2
Definisi wakaf dalam Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 28 Tahun
1977 adalah: perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang
memisahkan sebagian harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan
melembagakan selama-lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan
umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.3
B. Rukun dan Syarat Wakaf
a. Wakif (orang yang mewakafkan)
(1) Berakal sehat
(2) Baligh (dewasa)
(3) Tidak dalam tanggungan karena safih (boros) dan gaflah (bodoh)
1
Abdurrohman Kasdi, Fiqh Wakaf, Yogyakarta: Idea Press, 2017, 5
2
Abdurrohman Kasdi, Fiqih Wakaf, 11
3
Abdurrohman Kasdi, Fiqih Wakaf, 17
(4) Atas kemauan sendiri
(5) Merdeka
b. Mauquf ‘alaih (pihak yang menerima wakaf)
(1) Pihak yang diserahi wakaf adalah pihak yang berorientasi pada
kebajikan
(2) Hendaknya pihak penerima wakaf kontinyu (tidak terputus dalam
pengelolaannya)
(3) Harta yang telah diwakafkan tidak kembali kepada wakif.
(4) Pihak penerima wakaf cakap hukum untuk memiliki dan
menguasai harta wakaf
c. Harta yang diwakafkan
(1) Harta wakaf itu memiliki nilai (ada harganya)
(2) Harta wakaf harus jelas (diketahui) betuknya.
(3) Harta wakaf itu merupakan hak milik dari wakif
(4) Harta wakaf itu dapat diserahterimakan bentuknya.
(5) Harta wakaf itu harus terpisah
d. Lafal yang menunjukkan adanya wakaf
C. Macam-macam Wakaf
1. Berdasarkan batas waktunya
a. Wakaf Mu’abbad (selamanya)
b. Wakaf Mu’aqqat (sementara/dalam jangka waktu tertentu)
2. Berdasarkan cakupannya
a. Wakaf keluarga (ahli/zurri)
b. Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat (khairi)
c. Wakaf gabungan antara keduanya (musytarak)
3. Berdasarkan penggunaan harta
a. Wakaf mubasyir (langsung)
b. Wakaf istimari (produktif)
4. Berdasarkan tujuan harta yang diwakafkan
a. Wakaf air minum
b. Wakaf sumur dan sumber mata air di jalan-jalan yang biasa
menjadi lalu lintas jama’ah haji yang datang dari Irak, Syam
(Syiria), Mesir, dan Yaman, serta kafilah yang berpergian menuju
India dan Afrika
c. Wakaf jalan dan jembatan untuk memberi pelayanan umum kepada
masyarakat
d. Wakaf khusus bantuan fakir miskin dan orang-orang yang sedang
berpergian
e. Wakaf pembinaan sosial bagi mereka yang membbutuhhkan
f. Wakaf sekolah dan universitas serta kegiatan ilmmiyh lainnya.
g. Wakaf asrama pelajar dan mahasiswa
h. Wakaf pelayanan kesehatan
i. Wakaf pelestarian lingkungan hidup
5. Berdasarkan bentuk manajemennya
a. Wakaf dikelola oleh wakif sendiri atau salah satu dari
keturunannya, yang kategori orangnya ditentukan oleh wakif
b. Wakaf dikelola oleh orang lain yang ditunjuk wakif mewakili suatu
jabatan atau lembaga tertentu
c. Wakaf yang dokumennya telah hilang, sehingga hakim menunjuk
seeseorang untuk memanaj wakaf tersebut
d. Wakaf yang dikelola oleh pemerintah
6. Berdasarkan jenis barangnya
a. Wakaf pokok tetap berupa tanah pertanian dan bukan pertanian
b. Wakaf harta benda bergerak yang dijadikan pokok tetap menurut
pengertian ekonomi modern, seperti alat pertanian, mushaf
Alquran, sajadah untuk masjid, buku untuk perpustakaan umum,
dan perpustakaan masjid.
c. Wakaf uang yang berupa dirham atau dinar
7. Berdasarkan keadaan wakif
a. Wakaf orang-orang kaya
b. Wakaf tanah pemerintah berdasarkan keputusan penguasa atau
hakim
c. Wakaf yang dilakukan oleh wakif atas dasar wasiat.
D. Tafsir Ayat tentang Wakaf
مَوٲهَلُمۡ ىِف َس بِ ِيل ٱللَّ ِه َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة َأ ۢنبَتَ ۡت َس ۡب َع َس نَابِ َلBۡ ين يُ ِنف ُق و َن َأ ِ َّ
َ َمثَ ُل ٱلذ
( يمِىِف ُك ل س ۢبنلَ ۬ ٍة ِّماَْئةُ حبَّ ٍة ۗ وٱللَّه يضٰـعِف لِمن يش ٓاءۗ وٱللَّه و ِاس ع عل
ٌ َ ٌ َ ُ َ ُ ََ َ ُ َ ُ ُ َ َ ُ ُ ِّ
ين يُ ِنف ُق و َن َأمۡ َواهَلُمۡ ىِف َس بِ ِيل ٱللَّ ِه مُثَّ اَل يُ ۡتبِعُ و َن َم ٓا َأن َف ُق واْ َمنًّا ِ َّ
َ ) ٱلذ٢٦١
۬
( ف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل ُهمۡ حَي ۡحَزنُ و َن ٌ َوٓاَل َأ ًذىۙ هَّلُمۡ َأ ۡج ُر ُهمۡ ِعن َد َرهِّبِمۡ َواَل َخ ۡو
۬ ۬ ف وم ۡغ ِفرةٌ ۡخي ۬ ) ۞ ق ۡو ۬ ٌل م ۡعرو٢٦٢
َوٱللَّ ُه ۗص َدقَ ۬ ٍة ۡيتََبعُ َهٓا َأ ًذى
َ ن مِّ رٌ َ َ ََ ٌ ُ َّ َ
)٢٦٣( َغىِن ٌّ َحلِي ۬ ٌم
261 Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.
262 Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian
mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-
nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima),
mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
263 Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima).
Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
orang-
ين ِ َّ Perumpamaa
orang yang َ ٱلذ n
َمثَ ُل
Harta-harta
َۡأمۡ َواهَلُم mereka
يُ ِنف ُقو َن
mereka menginfaqka
n
Jalan Allah
َسبِ ِيل ٱللَّه Di ىِف
Sebuah biji
َحبَّ ٍة seperti
َك َمثَ ِل
prumpamaan
Tujuh
َس ۡب َع dia
تBۡ ََأ ۢنبَت
menumbuhk
an
Di ىِف Tangkai-
َسنَابِ َل
tangkai
(satu)
ُس ۢنُبلَ ۬ ٍة tiap-tiap
ُك ِّل
tangkai
biji/benih
َحبَّ ٍة (ada) seratus
ُِّماَْئة
ِ ي
َُوٱللَّه
Dia dan Allah
ف
ُ ضـٰع
َُ
melipatgan
dakan
Dia bagi siapa
لِ َمن
kehendaki ُيَ َشٓاء yang
Maha luas
َو ِاس ٌع dan Allah
َُوٱللَّه
Maha
يمِ
mengetahui ٌ َعل
mereka
يُ ِنف ُقو َن orang-orang
ين ِ َّ
َ ٱلذ
menginfakk yang
an
Di ىِف harta-harta
َأمۡ َواهَلُ ْم
mereka
Kemudian
َّمُث jalan Allah
َسبِ ِيل ٱللَّ ِه
mereka
يُ ۡتبِعُو َن Tidak
اَل
mengikuti
dan tidak
َواَل
Tuhan
َۡرهِّبِم
(ada) mereka
atas mereka
َۡعلَ ۡي ِهم rasa takut
ٌ َخ ۡو
ف
mereka
حَي ۡحَزنُو َن
bersedih
yang baik
ٌ ۬ َّم ۡع ُرو
ف Perkataan
قَ ۡو ۬ ٌل
lebih baik
َخ ۡي ۬ ٌر dan
ٌَو َم ۡغ ِفَرة
pemberian
maaf
sedekah
ص َدقَ ۬ ٍة
َ
Daripada
ِّمن
۬
sesuatu
menyakitkan
َأ ًذى Ia
mengiringinya
يَ ۡتَبعُ َهٓا
ٌّ َغىِن َُوٱللَّه
Maha kaya dan Allah
Maha
َحلِي ۬ ٌم
penyantun
1. Tafsir Al Bayaan
Adab-adab dan syarat-syarat mengeluarkan harta di jalan Allah
261. Perumpamaan – nafaqah – orang yang menafqahkan hartanya
di jalan Allah (dalam pekerjaan tha’at kepada Allah), adalah setamsil suatu
bibit yang menumbuhkan tujuh tungkul, pada tiap-tiap tungkul terdapat
seratus biji {Ya’ni : menumbuhkan satu batang yang bercabang tujuh. Dari
suatu tungkul, keluarlah 100 biji; karenanya terdapatlah 700 biji pada tiap-
tiap batang. Ayat ini mengisyaratkan bahwa ‘amal shalih disuburkan Allah
untuk yang mengerjakannya, sebagai tanaman-tanaman disuburkan untuk
orang yang menanamnya di tanah yang baik. Ayat ini adalah suatu
kiasan}. Dan Allah mengganda-gandakan kepada siapa yang Ia kehendaki
dan Allah meluaskan pemberianNya lagi senantiasa mengetahui.4
4
Prof TM Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Bayaan 1, 271
(mereka) yang tidak mengiringkannya dengan gangguan dan sebutan-
sebutan yang menyinggung perasaan hati si penerima}.5
263. Perkataan yang ma’ruf {Yakni : ucapan yang baik dan do’a
untuk seseorang muslim, Masuk ke dalam “perkataan yang ma’ruf”,
menolak dengan cara yang baik}. Dan memberi ma’af {Ya’ni :
memaafkan sipeminta yang menimbulkan kekacauan bagi kita}. Adalah
lebih baik daripada memberi sedekah yang diiringi oleh sikap-sikap yang
menyakitkan hati; dan Allah senantiasa kaya dan senantiasa Haliim (tidak
segera menyiksa orang-orang yang bersalah).6
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.” Itu tentunya sesuai
dengan apa yang ada dalam hati orang yang berinfak tersebut dari
keimanan dan keikhlasan yang tulus, dan juga sesuai dengan kebaikan dan
5
Prof TM Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Bayaan 1, 271
6
Prof TM Hasbi Ash Shiddieqy, Tafsir Al Bayaan 1, 272
manfaat yang dihasilkan dari infaknya tersebut, karena beberapa jalan
kebajikan dengan berinfak padanya akan mengakibatkan manfaat-manfaat
yang terus menerus dan kemaslahatan yang bermacam-macam, maka
balasan itu tentunya sesuai dengan jenis perbuatannya.7
Maka mereka itu ( َۡرهِّبِم “ )هَّلُمۡ َأ ۡجُر ُهمۡ ِعن َدmemperoleh pahala di sisi
Rabb mereka” sesuai dengan apa yang Dia ketahui dari mereka dan sesuai
dengan kadar infak-infak mereka dan manfaatnya dan tentu saja
karuniaNya yang tidak akan diperoleh dan tidak akan digapai oleh nafkah-
َۡز
nafkah mereka. (حنُو َن ف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل ُهمۡ حَي
ٌ “ ) َواَل َخ ۡوTidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Allah menjauhkan dari mereka perkara yang dibenci yang telah
berlalu dengan menghilangkan dari mereka kesedihan, dan yang akan
datang dengan menghilangkan kekhawatiran dari mereka, hingga mereka
memperoleh apa yang dicintainya dan dijauhkan dari perkara yang
dibenci.8
263. Allah menyebutkan empat tingkatan dalam kebajikan:
Tingkatan Pertama: Nafkah yang terlahir dari niat yang shalih
dan pemberi nafkah tidak mengiringinya dengan menyebut-nyebutnya dan
menyinggung perasaan si penerima.
Tingkatan Kedua: Berkata yang baik, yaitu kebajikan berupa
perkataan dengan segala bentuknya yang mengandung kebahagiaan bagi
7
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’adi, Tafsir Al-Qur’an, Jakarta : Darul Haq, 2016, 369
8
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’adi, Tafsir Al-Qur’an, 370
seorang Muslim, meminta maaf dari orang yang meminta apabila dia tidak
memiliki apa yang diminta, dan sebagainya dari perkataan yang baik.
Tingkatan Ketiga: Kebajikan dengan memberi maaf dan ampunan
kepada orang yang telah berlaku buruk kepada Anda, baik dengan
perkataan maupun dengan perbuatan. Dua yang terakhir ini lebih utama
dan lebih baik dari tingkatan berikut.
Tingkatan Keempat: Pemberi infak itu mengiringi infaknya
dengan perlakuan menyakitkan kepada penerimanya karena dia telah
mengotori kebaikannya tersebut dan dia telah berbuat baik dan jahat
(sekaligus). Kebajikan yang murni walaupun sangat sedikit adalah lebih
baik daripada kebajikan yang dicampuri oleh keburukan walaupun
kebajikan itu banyak. Ini merupakan ancaman yang keras terhadap orang
yang berinfak yang menyakiti orang yang diberikan nafkahnya tersebut,
sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang suka mencela, pandir,
dan bodoh.
9
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’adi, Tafsir Al-Qur’an, 370
261. Dan di antara hal yang paling bermanfaat bagi kaum
Mukminin adalah infak di jalan Allah. Dan perumpamaan kaum mukminin
yang menginfakkan harta mereka di jalan Allah, adalah seperti satu benih
yang ditanam di tanah yang subur. Maka tak berapa lama, benih itu telah
menumbuhkan batang yang bercabang tujuh. Dan tiap cabang terdapat satu
tangkai. Dan pada tiap tangkai terdapat seratus biji. Allah menggandakan
pahala bagi siapa saja yang dikehendakiNya, sesuai dengan keadaan hati
orang yang berinfak berupa keimanan dan keikhlasan yang sempurna. Dan
karunia Allah itu luas. Dan Dia Allah Swt Maha Mengetahui siapa-siapa
yang berhak memperolehnya, juga Maha Mengetahui niat-niat hamba-
hambaNya.10
262. Orang-orang yang mengeluarkan harta kekayaan mereka
dalam jihad dan pos-pos kebajikan lainnnya, kemudian apa yang mereka
infakkan berupa harta benda, tidak mereka iringi dengan mengungkit-
ungkit hal itu kepada orang yang telah mereka beri atau dengan menyakiti,
baik dengan ucapan atau perbuatan (terhadap si penerima) yang
mengindikasikan dirinya lebih utama darinya, bagi mereka pahala mereka
yang besar di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa khawatir pada mereka
ketika datang kepada Allah dan mereka pun tidak bersedih hati atas
sesuatu yang terlewatkan dari mereka di dunia ini.11
263. Perkataan baik dan pemberian maaf terhadap sikap yang
tampak dari peminta-minta berupa desakan dalam meminta itu lebih baik
daripada sedekah yang diiringi dengan menyakiti hati dan perlakuan buruk
dari pemberi sedekah. Allah Mahakaya, tidak membutuhkan sedekah-
sedekah hamba-hambaNya, lagi Maha penyantun, tidak menyegerakan
siksaan pada mereka.12
4. Tafsir Al-Azhar
Mengurbankan Harta
10
Syaikh al-Allamah Dr. Shalih bin Muhammad Alu asy-Syaikh, Tafsir Muyassar, Jakarta: Darul
Haq, 2016, 130
11
Syaikh al-Allamah Dr. Shalih bin Muhammad Alu asy-Syaikh, Tafsir Muyassar, 131
12
Syaikh al-Allamah Dr. Shalih bin Muhammad Alu asy-Syaikh, Tafsir Muyassar, 131
Apabila cina dan takwa telah berpusat kepada Allah swt, maka
harta benda dunia tidaklah lagi mengikat mengebat hati orang yang
beriman. Jika hati masih lekat terhadap harta benda sehingga
menimbulkan bakhil, kikir,dll yang tandanya masih ada sisa syirik dalam
hati. Oleh sebab itu, maka pada ayat-ayat yang berikut ini Tuhan
memberrikan dididkan agar murah hati, murah tangan, terutama adalam
menengakan jalan Allah swt. Jalan Allah swt itu amat luas dan
mengandung berbagai macam segi, yang semuanya mengehendaki
pengurbanan harta benda. Kadang- kadang timbul peperangan
menegakkan agama Allah; dia mengehendaki pengurbanan harta benda.
Kadang- kadang fakir miskin mesti dibantu; dia menghendaki
pengurbanan harta benda. Semuanya mengehendaki pengurbanan harta
benda. Sebab itu pula maka didalam al-Quran kadang-kadang disampaikan
seruan berkurban hata itu dengan Targhib, rayuan dan janji gembira,
sebagai pada ayat yang terdahulu Tuhan bertanya siapa yang sudi
meminjamkan harta kepada Allah. Kadang –kadang bersifat Tarhib,
sebagai ancaman kepada orang yang bakhil, akan ditanggungbalikkan
kedalam neraka berama harta yang disimpannya dengan sifat bakhilnya
itu.
Maka didalam Surat al-Baqarah ini sesudah hampir sampai
keakhirnya bertemulah 14 ayat berturut-turut mnerangkan kepentingan
menafkahkan harta benda, menghilangkan sifat bakhil dan memberikan
tuntunan bagaimana caranya bersedekah yang diridhai oleh Allah.
Yang dapat mengenal dan menginsafi hal ini tentu saja orang yang
beriman. Adapun orang yang mementingkan diri sendiri dan diperbudak
harta, yang dipandangnya hanyalah berat mengeluarkan yang sebiji dari
dalam pundi-pundinya, dan tidak diingatnya tujuh ratus laba keuntungan
untuk membina jalan Allah yang akan dihasilkan oleh apa yang
dikeluarkannya itu. Itu sebabnya maka lanjutan ayat demikian bunyinya:
“Dan Allah akan menggandakan (pahala) kepada barangsiapa yang
dikendakiNya.”. siapakah yang dikehendaki Tuhan buat digandakan
pahalanya itu? Niscaya yang mengurbankan hartanya dengan ikhlas, bukan
dengan riya’ dan bukan karena terpaksa dan segan-menyegan. Orang-
orang yang ikhlas itu menerima keuntungan dunia dan akhirat, berlipat
ganda, sehingga tidak sepadan besar pahala yang diterima dengan
pengurbanan yang diberikan, sehingga timbul sesal mengapa hanya
sebegitu aku berikan dahulu, padahal aku sanggup leboh. “Dan Allah
adalah Maha Luas, lagi Mengetahui.” (ujung ayat 261).
Pada ayat ini dituntun budi orang yang berkurban harta untuk jalan
Allah yang luas itu, supaya pemberian yang telah diberikan jangan
hendaknya dibangkit-bangkit. Sebab seorang yang membangkit-bangkit
kembali pemberian yang telah diberikannya, nyatalah bahwa dia tidak
memberi larena Allah. Seumpama seseorang yang telah memberikan
bantuan mendirikan sebuah tempat belajar agama. Satu kali dia
telahmemberi, tetapi belum mencukupi pekerjaan itu belum selesai. Lalu
orang datang lagi meminta perbantuannya. Tiba-tiba disebut-sebutnya
pemberiannya yang lama, mengapa datang lagi, padahal tempohari saya
sudah memberi bantuan. Padahal kalau dia suka 1.000 kali tidaklah ada
salahnya.
Karena dia tidak merasa takut, niscaya yang ada ialah timbalannya,
yaitu berani! Dia berani mengurbankan harta bendanya untuk keperluan
jalan Allah sebab dia yakin bahwa dia akan diganti oleh Tuhan dan dia
tidak akan terlantar kalaum memberi.
13
Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid 1, Singapura: Kerjaya Printing Industries Pte Ltd, 2001,
642-646
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Rukun wakaf
1. Wakif
2. Mauquf ‘alaih
3. Harta yang diwakafkan
4. Lafal yang menunjukkan adanya wakaf
مَوٲهَلُمۡ ىِف َس بِ ِيل ٱللَّ ِه َك َمثَ ِل َحبَّ ٍة َأ ۢنبَتَ ۡت َس ۡب َع َس نَابِ َلBۡ ين يُ ِنف ُق و َن َأ ِ َّ
َ َمثَ ُل ٱلذ
ِ ِ ِ ِىِف ُك ل س ۢبنلَ ۬ ٍة ِّماَْئةُ حبَّ ٍة ۗ وٱللَّه يضٰـع
ٌ ف ل َمن يَ َش ٓاءُۗ َوٱللَّهُ َواس ٌع َعل
( يم ُ َُُ َ َ ُ ُ ِّ
َ Bيل ٱهَّلل ِ ثُ َّم اَل ي ُۡتبِ ُع
ون َمٓاB ِ ِبB َوالَهُمۡ فِى َسB ۡون َأمB Bَ ) ٱلَّ ِذ٢٦١
َ Bُين يُنفِق
ِ ِ ً ۬ َأ َ ُ ْ ًّ ٓاَل
ۡف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل ُهم وۡ خ اَل
ٌ َ َ ََ و ۡم هِّبر د ن ع ۡمه ر ج
ُُ ُۡ َأ ۡم هَّل ۙ ىذ وا َمنا َو َأBBنفق
263 Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima).
Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
DAFTAR PUSTAKA