NIM : 1930202047 LOKAL : HES 6C A. PENGERTIAN WAKAF Secara etimologi istilah wakaf berasal dari akar kata Bahasa Arabwaqafa (fi’il madhy), artinya harta yang diwakafkan. yaqifu (fi’il mudhari)dan waqfan (isim masdar) berarti berhenti, berdiri, berdiam di tempat, menahan (Departemen Agama RI, 2005:13) Pengertian wakaf menurut istilah ialah menahan harta, baik secara abadi maupun sementara untuk dimanfaatkan langsung atau tidak langsung dan diambil manfaat hasilnya secara berulang-ulang di jalan kebaikan umum maupun khusus.(Qahaf, 2004:52) Undang- undang Wakaf No. 41 Tahun 2004 menyebutkan sebagai berikut, wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan melembagakannya untuk selamalamanya guna kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam (Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2004:3) PENGERTIAN WAKAF MENURUT IMAM M AZHAB
1. Abu Hanifah, Mazhab Hanafi mendefinisikan wakaf
adalah : “Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial), baik sekarang maupun akan datang”. 2. Mazhab Maliki, berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakat tersebut mencegah wakif melakukan tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik kembali wakafnya. 3. Mazhab Syafi’I dan Ahmad bin Hambal, Syafi’I dan Ahmad berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, setelah sempurna prosedur perwakafan. B. DASAR HUKUM WAKAF (ZUHAILI,1985:153) 1. Al-Qur’an a. Qs. Ali Imran 92 ش ْي ٍءفَاِ َّن هّٰللا َ بِ ٖه َ ْلَنْ تَنَالُوا ا ْلبِ َّر َح ٰتّى تُ ْنفِقُ ْوا ِم َّما تُ ِحبُّ ْو َن ۗ َو َما تُ ْنفِقُ ْوا ِمن َعلِ ْي ٌم. Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui. b. Qs Al-Baqarah 276 276 ار اَثِي ٍْمَّ ف َ ك َّ ل ُ ك ُّبُح ي اَل ُ ص َد ٰقت ۗ وهّٰللا َّ ال ى ب ْرُ ي و وا ٰ ب الر ِّ ُ ق هّٰللا ُ يَ ْم َح. ٍ ِ َ ِ ِ َ Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa. 2. Hadis a. Nabi bersabda: Bila kamu suka, kamu tahan pokoknya dan sedekahkan hasilnya. b. Rasulullah bersabda: “Apabila manusia itu mati, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, serta anak shaleh yang mendoakannya.”(Diriwayat kan oleh Muslim). C. SEJARAH PENSYARIATAN WAKAF (NURFAIDAH,2016:154-156) Dalam sejarah Islam, wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena wakaf disyariatkan pada tahun kedua Hijriyah.() Menurut sebagian pendapat ulama mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW yaitu wakaf tanah milik Nabi SAW untuk dibangun masjid Praktek wakaf juga berkembang luas pada masa dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah dan dinasti sesudahnya, banyak orang berduyun- duyun untuk melaksanakan wakaf, dan wakaf tidak hanya untuk orang- orang fakir dan miskin saja, tetapi wakaf menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, membangun perpustakaan dan membayar gaji para statnya, gaji para guru dan beasiswa untuk para siswa dan mahasiswa. Antusiasme masyarakat kepada pelaksanaan wakaf telah menarik perhatian negara untuk mengatur pengelolaan wakaf sebagai sektor untuk membangun solidaritas sosial dan ekonomi masyarakat. Pengelolaan wakaf secara produktif dilakukan sejak awal Islam, sehingga pada waktu itu wakaf dapat dimanfaatkan untuk pemberdayaan umat. Menurut Hasan Langgulung, lembaga wakaf mencapai keemasannya pada abad ke-8 dan ke- 9 H, karena pada zaman itu jumlah wakaf sangat banyak dan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Wakaf waktu itu dikelola oleh Sultan dan Amir, anak-anaknya atau siapa saja yang ditentukan oleh Wakif.25 Di Indonesia, kegiatan wakaf dikenal seiring dengan perkembangan dakwah Islam di Indonesia. Di samping melakukan dakwah Islam, para ulama juga sekaligus memperkenalkan ajaran wakaf. Hal ini terbukti dari banyaknya masjid- masjid yang bersejarah dibangun di atas tanah wakaf. Ajaran wakaf ini terus berkembang di Indonesia, baik pada masa dakwah pra kolonial, masa kolonial, maupun pasca kolonial pada masa Indonesia merdeka. Pada tahun 2002, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyambut konseptersebut dengan mengeluarkan fatwa yang membolehkan wakaf uang (waqf al-nuqud). Fatwa MUI tersebut kemudian diperkuat oleh hadirnya Undang-UndangNo. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf yang menyebutkan bahwa wakaf tidak hanyabenda tidak bergerak, tetapi juga dapat berupa benda bergerak, seperti uang. Selainitu, diatur pula kebijakan perwakafan di Indonesia, mulai dari pembentukan nadzirsampai dengan pengelolaan harta wakaf. Untuk dapat menjalankan fungsinya,Undang-Undang ini masih memerlukan perangkat lain yaitu Peraturan Pemerintahdan Peraturan Menteri Agama tentang Wakaf Uang yang akan menjadi juklakdalam implementasinya, serta adanya Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang akanberfungsi sebagai sentral nadzir wakaf. Setelah melalui proses panjang, pada penghujung tahun 2006 terbitlah Peraturan Pemerintah No. 42/2006 TentangPelaksanaan Undang-Undang Wakaf. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf juga menjadimomentum pemberdayaan wakaf secara produktif sebab didalamnya terkandungpemahaman yang komprehensif dan pola manajemen pemberdayaan potensi wakafsecara modern. Dalam undang-undang wakaf yang baru ini konsep wakafmengandung dimensi yang sangat luas. Ia mencakup harta tidak bergerak, maupunyang bergerak, termasuk wakaf uang yang penggunaannya sangat luas, tidakterbatas untuk pendirian tempat ibadah dan sosial keagamaan. Berdasarkan uraian di atas, dengan telah diaturnya wakaf dalam bentukundang-undang di Indonesia, sektor wakaf dapat lebih difungsikan ke arahpeningkatan kesejahteraan sosial ekonomi umat. Dari sini nampak jelas bagaimanakepentingan kesejahteraan sosial sangat kuat mempengaruhi proses regulasi dibidang perwakafan. Semangat pemberdayaan potensi wakaf secara produktif danprofesional yang dikumadangkan undang-undang wakaf adalah untuk kepentingankesejahteraan umat manusia di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, maupunbidang sosial keagamaan lainnya. DAFTAR REFERENSI Agama RI, Departemen. 2005. Wakaf Tunai Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Islam, Dirjen Bimas dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI. 2004. UU RI No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Jakarta: Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, M, Nurfaidah Wakaf Dan Pemberdayaan Ekonomi Syariah. Jurnal Al-‘adl. Vol. 9 No. 1, Januari 2016 Qahaf, Mundzir. 2004. Manajemen Wakaf Produktif Cet; I. Jakarta: Khalifa Zuhaili, Wahbah. 1985. Al-fiqh Al-islamiy Wa ‘Adillatuhu Juz 8. Damsyiq: Dar al-Fikr