Anda di halaman 1dari 16

SURAT KUASA

Afdil Azizi, SH., M.Kn


Pengaturan Kuasa
• Secara Umun Surat
Kuasa diatur dalam Bab
Keenam Belas, Buku III
KUH Perdata, Pasal
1792 – 1819, sedangkan
aturan khususnya diatur
pada ketentuan hukum
acara yang digariskan
oleh HIR dan RBG
PENGERTIAN KUASA SECARA UMUM
• Pasal 1792 KUH Perdata:
Pemberian kuasa adalah
suatu persetujuan
dengan mana seorang
memberikan kekuasaan
kepada orang lain, yang
menerimanya, untuk dan
atas namanya
menyelenggarakan suatu
urusan;
TERDAPAT DUA PIHAK
1. Pemberi Kuasa;
Subjek Hukum yang
memiliki Kewenangan
atau Hak;
2. Penerima kuasa atau
disingkat kuasa, yang
diberi perintah atau
mandate melakukan
sesuatu untuk dan atas
nama pemberi kuasa;
Kosekuensi diberikan kuasa, :
• Pemberi kuasa melimpahkan
perwakilan atau mewakilkan kepada
penerima kuasa untuk mengurus
kepentingannya, sesuai dengan fungsi
dan kewenangan yang ditentukan
dalam surat kuasa;
• Penerima kuasa, berkuasa penuh
bertindak mewakili pemberi kuasa
terhadap pihak ketiga untuk dan atas
nama pemberi kuasa oleh karena itu,
pemberi kuasa bertanggung jawab
atas segala perbuatan penerima kuasa
sepanjang perbuatan yang dilakukan
kuasa tidak melebihi wewenang yang
diberikan pemberi kuasa;
JENIS KUASA;
1. Kuasa Umum
• Kuasa umum bertujuan memberi
kuasa kepada seseorang untuk
mengurus kepentingan pemberi
kuasa yaitu:
• Melakukan tindakan pengurusan
harta kekayaan pemberi kuasa;
• Pengurusan itu meliputi segala
sesuatu yang berhubungan dengan
kepentingan pemberi kuasa atas
harta kekayaannya;
• Titik berat kuasa umum hanya
meliputi perbuatan atau tindakan
pengurusan kepentingan pemberi
kuasa
Lanjutan Jenis Kuasa
2. Kuasa Khusus
• Pasal 1795 KUH Perdata juga menjelaskan,
pemberian kuasa dapat dilakukan secara
khusus, yaitu hanya mengenai satu kepentingan
tertentu atau lebih. Bentuk inilah yang menjadi
landasan pemberian kuasa untuk bertindak di
depan pengadilan mewakili kepentingan
pemberi kuasa sebagai pihak principal
• Contoh: surat kuasa khusus untuk menjual
rumah, meskipun bersifat khusus, surat kuasa
tersebut tidak dapat dipergunakan untuk tampil
di depan persidangan mewakili kepentingan
pemberi kuasa, alasannya sifat khusus yang
dimilikikan bukan untuk tampil di Pengadilan,
tetapi hanya untuk menjual rumah;
Dampak yang timbul dari surat kuasa khusus tidak memenuhi syarat,
yaitu:

a. Surat gugatan tidak sah, apabila


pihak yang mengajukan dan
menandatangani gugatan adalah
kuasa berdasarkan surat kuasa
tersebut, dan;
b. Segala proses pemeriksaan tidak sah,
atas alasan pemeriklsaan dihadiri
oleh kuasa yang tidak didukung oleh
surat kuasa yang memenuhi syarat;
c. Apabila terjadi hal seperti ini,
gugatan dinyatakan tidak dapat
diterima, keadaan ini menimbulkan
kerugian waktu dan biaya dari
Penggugat;
Lanjutan Jenis Kuasa
3. Kuasa Istimewa;
a. Untuk memberikan kuasa melakukan
tindakan tertentu yang sangat penting,
yang tidak adapat dilakukan penerima
kuasa berdasarkan surat kuasa biasa,
seperti:
b. Untuk memindahkan benda-benda milik
pemberi kuasa ayau untuk meletakkan
Hak tanggungan diatas benda tersebut;
c. Untuk membuat perdamaian dengan
pihak ketiga;
d. Untuk mengucapkan sumpah penentu
atau sumpah tambahan sesuai ketentuan
Pasal 157 HIR atau Pasal 184 RBg;
Tindakan yang tidak memerlukan Surat Kuasa,
karena sudah memiliki kuasa menurut hukum
Undang-undang sendiri telah menetapkan
seseorang atau badan hukum untuk dengan
sendirinya menurut hukum bertindak mewakili
orang atau badan tersebut tanpa memerlukan
surat kuasa:
Contoh:
1. Orang tua terhadap anak yang belum dewasa
(Pasal 45 ayat (2) UU No. 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan;
2. Wali terhadap anak dibawah perwalian (pasal
51 UU No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan Jo
UU Tentang Perlindungan anak)
3. Direksi atau Pengurus Badan Hukum (UU
Tentang Perseroan Terbatas)
4. Pengurus Yayasan (UU Tentang Yayasan)
BENTUK KUASA DI DEPAN PENGADILAN

1. Kuasa lisan;
• Dinyatakan lisan oleh Penggugat di
Hadapan Ketua Pengadilan, dengan
catatan orang tersebut tidak dapat
menulis, biasanya sebelum
memasukkan gugatan;
• Dinyatakan Lisan pada persidangan
pengadilan, pernyataan harus tegas
dan terhadap itu Majelis Hakim
memerintahkan Panitera
mencatatnya di berita acara sidang;
Lanjutan Bentuk Kuasa
2. Kuasa yang ditunjuk dalam
surat gugatan;
• Dalam surat gugatan,
dicantumkan kuasa akan
bertindak mewakili
Penggugat, dan antara
pemberi Kuasa dengan
Penerima Kuasa wajib
bertanda tangan di surat
Gugatan
Lanjutan Bentuk Kuasa
3. Surat Kuasa Khusus;
Syarat-syaratnya:
1. Menyebut dengan jelas dan spesifik
surat kuasa, untuk berperan di
Pengadilan
2. Menyebut Kompetensi relative
3. Menyebut identitas dan kedudukan
Para Pihak
4. Menyebut secara ringkas dam
kontret pokok dan objek sangketa
yang diperkarakan;
Bentuk Formil surat kuasa khusus:
1. Akta Notaris;
2. Akta yang dibuat di depan
Panitera;
3. Akta dibawah tangan;

Permasalahan surat kuasa


khusus dengan Cap jempol:
harus dilegalisasi
BERAKHIRNYA KUASA;
1. Pemberi Kuasa menarik kembali secara
sepihak; (Pasal 1814 KUH Perdata)
a. Pencabutan tanpa memerlukan persetujuan
penerima kuasa;
b. Pencabutan dapat dilakukan secara tegas
dalam bentuk tertulis atau meminta kembali
surat kuasa dari penerima kuasa;
c. Pencabutan secara diam-diam, berdasarkan
Pasal 1816 KUH Perdata, yaitu pemberi
kuasa mengangkat atau menunjuk kuasa
baru untuk melaksanakan urusan yang sama.
Tindakan itu berakibat, kuasa yang pertama
terhitung sejak tanggal pemberian kuasa
kepada kuasa yang baru, ditarik secara diam-
diam;
BERAKHIRNYA KUASA;
2. Salah satu pihak meninggal dunia (Pasal
1813 KUH Perdata);
• Berakhir demi hukum, dan tidak berlaku
terhdap ahli warisnya;
3. Penerima kuasa melepas kuasanya (Pasal
1817 KUH Perdata)
• Pasal 1817 KUH Perdata memberikan hak
secara sepihak kepada penerima kuasa
untuk melepaskan kuasa yang diterimanya,
dengan syarat:
• Harus memberitahu kehendak pelepasan
itu kepada pemberi kuasa;
• Pelepasan tidak boleh dilakukan pada saat
yang tidak layak;

Anda mungkin juga menyukai