PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum, surat kuasa tunduk pada prinsip hukum yang di atur
dalam Bab Keenam Belas, Buku III KUH Perdata, sedang aturan
khususnya di atur dan tunduk pada ketentuan hukum acara yang
digariskan HIR dan RGB. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan
membahas tentang kuasa pada umumnya serta kedudukannya sebagai
pihak-pihak berberpara. Dan perlu disinggung juga secara ringkas
beberapa prinsip hukum pemberian kuasa, yang dianggap berkaitan
dengan kuasa khusus.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Kuasa dalam pengadilan?
2. Bagaimana kedudukan Kuasa dalam pengadilan?
3. Apa dasar hukum Kuasa dalam pengadilan?
4. Bagaiman bentuk atau jenis-jenis Kuasa?
5. Bagaimana format resmi dari surat kuasa?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kuasa itu sendiri
2. Untuk mengethui kedudukan kuasa dalam pengadilan
3. Mengetahui dasar hukum kuasa dalam pengadilan
4. Mengetahui jenis-jenis kuasa
5. Mengetahui format resmi dari surat kuasa
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Surat kuasa ini bertujuan memberikan kuasa kepada seseorang untuk
mengurus kepentingan pemberi kuasa, yaitu:
a. Melakukan tindakan pengurusan harta kekayaan pemberi kuasa.
b. Pengurus itu berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan
dengan kepentingan pemberian kuasa atas harta kekayaan.
c. Titik berat kuasa hanya meliputi perbuatan atau tindakan
pengurusan kepentingan pemberi kuasa.
4
hanya terbatas misalnya, untuk memindahtangankan benda-benda
milik pemberi kuasa, untuk membuat perdamaian, dan untuk
mengucapkan sumpah tertentu atau sumpah tambahan sesuai
Aturan perundang-undangan.
b. Harus Berbentuk Akta Otentik (Akta Notaris).
Surat kuasa istimewa hanya dapat diberikan dalam bentuk surat
yang sah.
5
M. Yahya Harapah , op.cit., hlm 6-8
5
- Memberi hak dan kewenangan (authority) kepada kuasa, bertindak
untuk dan atas nama pemberi kuasa terhadap pihak ketiga.
- Tindakan kuasa tersebut langsung mengikat kepada diri pemberi
kuasa, sepanjang tindakan yang dilakukan kuasa tidak melampui
batas kewenangan yang dilimpahkan pemberi kuasa kepadanya.
- Dalam ikatan hubungan hukum yang dilakukan kuasa dengan pihak
ketiga, pemberi kuasa berkedudukan sebagai pihak materiil atau
principal atau pihak utama, dan penerima kuasa berkedudukan dan
berkapasitas sebagai pihak formil.
Itu sebabnya pasal 1792 maupun pasal 1793 ayat (1) KUH Perdata
menyatakan, kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta
umum, dengan suatu surat dibawah tangan bahkan dengan sepucuk
surat ataupun dengan lisan.7 Namun demikian, tanpa mengurangi
penjelasan di atas, berdasarkan pasal 1793 ayat (2) KUH Perdata,
6
Ibid., hlm 2-3
7
Grahamedia Press, loc.cit, hlm 381
6
penerimaan kuasa dapat terjadi secara diam-diam, dan hal itu dapat
disimpulkan dari pelaksanaan kuasa itu oleh pemberi kuasa.8 Akan
tetapi, cara diam-diam ini, tidak dapat diterapkan dalam pemberian
kuasa khusus. Kuasa khusus harus disepakati secara tegas dan harus
dituangkan dalam bentuk akta surat kuasa khusus.
c. Berkarakter garansi-kontrak
Ukuran untuk menentukan kekuatan mengikat tindakan kuasa
kepada principal (pemberi kuasa), hanya terbatas :
- Sepanjang kewenangan (volmacht) atau mandat yang diberikan
oleh pemberi kuasa
- Apabila kuasa bertindak melampui batas mandat, tanggung jawab
pemberi kuasa hanya sepanjang tindakan, yang sesuai dengan
mandat yang diberikan. Sedangkan pelampauan itu menjadi
tanggung jawab kuasa, sesuai dengan asas garansi-kontrak yang
di gariskan pasal 1806 KUH Perdata.
8
Ibid., hlm 381
7
2. Salah satu pihak meninggal
Pada pasal 1813 KUH Perdata menegaskan, dengan
meninggalnya salah satu pihak dengan swndirinya pemberian
kuasa berakhir demi hukum.
3. Penerima kuasa melepas kuasa
Pada pasal 1817 KUH Perdata, memberi hak secara sepihak
kepada kuasa untuk melepaskan (op zegging) kuasa yang
diterimanya, dengan syarat :
- Harus memberitahu kehendak pelepasan itu kepada pemberi kuasa
- Pelepasan tidak boleh dilakukan pada saat yang tidak layak.9
9
M. Yahya Harapah , op.cit., hlm 3-4
10
Ibid., hlm 12-17
8
Bentuk ini tidak di atur secara jelas dalam undang-undang.
Meskipun demikian secara implisit dianggap tersirat dalam
pasal 123 ayat (1) HIR yang bunyinya:
Bilamana dikehendaki, kedua belah pihak dapat dibantu atau
diwakili oleh kuasa, yang dikuasakannya untuk melakukan itu
dengan surat kuasa teristimewa, kecuali kalau yang memberi
kuasa itu sendiri hadir. Penggugat dapat juga memberi kuasa
itu dalam surat permintaan yang ditandatanganinya dan
dimasukkan menurut ayat pertama pasal 118 atau jika
gugatan dilakukan dengan lisan menurut pasal 120, maka
dalam hal terakhir ini, yang demikian itu harus disebutkan
dalam catatan yang dibuat surat gugat ini.11
Penunjukan kuasa secara lisan di sidang pengadilan pada
saat proses pemeriksaan berlangsung diperbolehkan, dengan
syarat :
- Penunjukan secara lisan itu, dilakukan dengan kata-kata
tegas (expresis verbis)
- Selanjutnya, majelis memerintahkan panitera untuk
mencatatnya dalam berita acara sidang.
2. Kuasa yang ditunjuk dalam surat gugatan
Penunjukan kuasa dalam surat gugatan diatur dalam pasal 123
ayat (1) HIR (pasal 147 ayat (1) RGB). Cara penunjukan ini
dikaitkan dengan pasal 118 HIR (pasal 142 RGB)
3. Surat kuasa khusus
Pasal 123 ayat (1) HIR mengatakan, selain kuasa secara lisan
atau kuasa yang ditunjuk dalam surat gugatan, pemberi kuasa
11
Rahmat, Pengertian, Dasar Hukum dan Jenis-Jenis Surat Kuasa Khusus, di akses dari
https://hukumacaraperdata.id/pengertian-dasar-hukum-contoh-surat-kuasa-khusus/
pada tanggal 21 september 2017 pukul 23:11
9
dapat diwakili oleh kuasa dengan surat kuasa khusus atau
bijzondere schriftelijke machtiging.
Dalam hal ini, surat kuasa di anggap sah apabila memenuhi syarat
dan format sebagai berikut :
a. Syarat dan formulasi surat kuasa khusus
Pada pasal 123 ayat (1) HIR, hanya menyebut syarat pokok
saja, yaitu kuasa khusus berbentuk tertulis atau akta yang
disebut surat kuasa khusus. Dalam SEMA No. 2 Tahun 1959,
tanggal 19 Januari 1959, MA telah menetapkan syarat sah
sebuah surat kuasa yang isinya :
i. Menyebutkan kopentensi relatif, di PN mana kuasa itu
dipergunakan mewakili kepentingan pemberi kuasa
ii. Menyebutkan identitas dan kedudukan para pihak
(sebagai penggugat dan tergugat)
iii. Menyebutkan secara ringkas dan konkret pokok dan
objek sengketa yang diperkarakan antara pihak yang
berperkara. Paling tidak, menyebut jenis atau
masalah perkaranya. Misalnya, perkara warisan atau
transaksi jual beli.
Itulah syarat formil surat kuasa khusus yang disadur dari huruf
(a) SEMA dimaksud. Syarat itu bersifat kumulatif. Jika salah
satu syarat tidak terpenuhi dapat mengakibatkan :
10
Surat kuasa khusus dapat berbentuk antara lain sebagai
berikut :
1. Akta Notaris
Boleh berbentuk akta otentik, berupa akta notaris yaitu
surat kuasa itu dibuat di hadapan notaris yang dihadiri
pemberi kuasa dan penerima kuasa.
2. Akta yang dibuat di depan panitera
Biasanya bentuk surat kuasa khusus ini adalah sebagai
berikut:
- Dibuat di hadapan penitera PN sesuai dengan
kopetensi relatif
- Dilegalisir oleh ketua PN atau hakim.
3. Akta dibawah tangan
Keabsahan surat kuasa khusus yang berbentuk akta
dibawah tangan, tercipta terhitung sejak tanggal
penandatanganan oleh para pihak.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
12