Anda di halaman 1dari 10

Hukum Acara Perdata

(M.Yahya Harahap)
Christopher Kendrick Adam/205180244
Ruang Lingkup Surat Kuasa
Khusus
• Surat Kuasa khusus seringkali dibuat tanpa memenuhi semua syarat yang memenuhi surat kuasa yang sah
sehingga seringkali dalam pembuatanya sehingga hal tersebut mempunyai beberapa dampak negative yaitu:

1.Surat gugatan tidak sah sehingga sehingga kedua belah pihak tidak dapat mengajukan dan mendatangani
surat kuasa tersebut,dan
2.Segala proses pemeriksaan tidak sah, atas alasan pemeriksaan kuasa tidak didukung oleh surat kuasa yang
memenuhi syarat.

• Apabila hal tersebuit terjadi maka kejadian ini akan menjadi sia-sia karena banyak biaya dan waktu yang
terbuang sia-sia tanpa memperoleh hasil penyelesaian yang positif,oleh karena itu perlu diperhatikan syarat
yang harus dipenuhi.
• Secara umum surat kuasa diatur dalam Buku III KUHPerdata ,sedangkan aturan khusus diatur dan tunduk pada
ketentuan hokum acara yang digariskan HIR dan RBG ,oleh karena itu perlu disinggung beberapa prinsip
hokum pemberi kuasa,yang dianggap berkaitan dengan kuasa khusus
Pengertian Kuasa Pada Umumnya
“Pemberian kuasa asalah suatu persetujuan dengan mana seorang
memberikan kekuasaan kepada orang lain,yang menerimanya, untuk
dan atas namanyamenyelenggarakan suatu urusan”

Pasal 1792 KUH Perdata


Bertitik tolak dari ketentuan pasal tersebut,dalam perjanjian kuasa, terdapat dua pihak, yang terdiri atas:
• Pemberi kuasa atau lastgever(instruction,mandate)
• penerima kuasa atau disingkat kuasa, yang diberi perintah atau mandate melakukan sesuatu untuk dan atas
nama pemberi kuasa.
Lembaga hukumnya disebut pemberian kuasa atau lastgever(volnacht,full power),jika:
• pemberi kuasa melimpahkan perwakilan atau mewakilkan kepada penerima kuasa untuk mengurus
kepentinganya ,sesuai dengan fungsi dan kewenangan dengan fungsi dan kewenangan yang ditentukan
dalam surat kuasa;
• dengan demikian, penerima kuasa (lasthebber,mandatory)berkuasa penuh,bertindak penuh, bertindak
mewakili pemberi kuasa terhadap pihak ketiga untuk dan atas nama pemberi kuasa;
• oleh karena itu,pemberi kuasa bertanggung jawab atas segala perbuatan kuasa, sepanjang perbuatan yang
dilakukan kuasa tidak melebihi wewenang yang diberikan pemberi kuasa.
Pada dasarnya pasal-pasal yang mengatur pemberian kuasa, tidak bersifat imperatif.Apabila para pihak menghendaki,
dapat menyepakati agar pemberian kuasa tidak dapat dicabut kembali(irrevocable). Hal ini dimungkinkan, karena
pada umumnya pasal-pasal hokum perjanjian, bersifat mengatur (aanvullend recht)
Sifat Pemberian Kuasa
A. Penerima kuasa langsung berkapasitas sebagai wakil pemerintah
Pemberian kuasa bersifat memberikan ksdudukan dan kapasitas kepada kuasa menjadi wakil penuih (full power),dan
Mengatur hubungan internal para pihak pemberi dan penerima kuasa yaitu:
• memberi hak dan kewenangan penuh kepada kuasa,bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa pada
pihak ketiga
• tindakan kuasa tersebut mengikat kepada diri pemberi kuasa tidak melampaui batas kewenangan pemberi
kuasa.
B. Berkarakter Garansi-Kontrak
Ukuran untuk mengikat tindakan kuasa kepada principal (pemberi kuasa), hanya terbatas:
• sepanjang kewenangan atau mandate yang diberikan pemberi kuasa
• apabila kuasa bertindak melampaui batas mandate, tanggung jawab pemberi kuasa sepanjang tindakan
sesuai dengan asas “garansi-kontrak” sesuai pasal 1806 KUH Perdata.
Pasal 1792 maupun pasal 1793 ayat (1) KUH Perdata menyatakan, pemberi kuasa selain didasarkan atas persetujuan
Kedua belah pihak, dapat dituangkan dalam bentuk otentik atau dibawah tangan maupun dengan lisan sedangkan
kuasa khusus harus disepakati secara tegas dan harus dituangkan dalam bentuk akta atau surat kuasa khusus.
C. Bersifat Garansi-Kontrak
Ukuran untuk menentukan kekuatan mengikat tindakan kuasa kepada principal (pemberi kuasa), hanya terbatas:
• sepanjang kewenangan (volmacht) atau mandate yang diberikan oleh pemberi kuasa
• apabila kuasa bertindak melampaui batas mandate,tanggung jawab pemberi kuasa hanya sepanjang
tindakan, yang sesuai dengan mandate yang diberikan sesuai pasal 1806 KUH Perdata yaitu asas “garansi
-kontrak”.
Dengan demikian, hal-hal dapat diminta tanggung jawab pelaksanaanya kepada pemberi kuasa, hanya sepanjang
Tindakan yang sesuai dengan mandate atau instruksi yang diberikan.Di luar itu, menjadi tanggung jawab kuasa,
sesuai dengan anggapan hukum
Berakhirnya Kuasa

Anda mungkin juga menyukai