Anda di halaman 1dari 9

SURAT KUASA

Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Hukum Acara Perdata
Dosen Pengampu Komariah, S.H., M.Si., M.Hum

Disusun Oleh :

Zahrotun Nisa’ (201910110311212)

Kelas Hukum Acara Perdata E

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
I. Pengertian surat kuasa
Surat Kuasa adalah surat yang berisi pemberian wewenang dari seseorang atau
lebih kepada orang lain yang menerimanya (penerima kuasa) guna
menyelenggarakan atau melaksanakan sesuatu pekerjaan atau urusan (perbuatan
hukum) untuk dan atas nama (mewakili /mengatasnamakan) orang yang
memberikan kuasa (pemberi kuasa). Menurut Pasal 1792 Bab XVI buku ketiga
tentang perikatan, pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
memberikan kekuasaan kepada seorang lain yang menerimanya, untuk atas
namanya menyelenggarakan suatu urusan.
Pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus yaitu mengenai hanya satu
kepentingan tertentu atau lebih. Selain itu, pemberian kuasa dapat dilakukan
secara umum yaitu meliputi segala kepentingan si pemberi kuasa (pasal 1795)
II. Jenis-jenis surat kuasa
Ada beberapa macam surat kuasa sebagai berikut :
1) Surat Kuasa Perseorangan
surat kuasa perseorangan adalah surat kuasa yang dibuat oleh seseorang
(pemberi kuasa) dan diberikan kepada orang lain sebagai penerima kuasa
untuk melakukan suatu hal yang berhubungan dengan kepentingan si pemberi
kuasa. Sebagai contoh surat kuasa perseorangan seperti surat kuasa
pengambilan barang, gaji pensiun dan dokumen kependudukan.

2) Surat Kuasa Kedinasan


Surat kuasa kedinasan adalah surat kuasa yang dibuat oleh suatu instansi atau
perusahaan kepada seorang pegawainya (pejabat tertentu) untuk melakukan
pekerjaan yang berhubungan dengan kepentingan instansi atau perusahaan
tersebut. Sebagai contoh surat kuasa kedinasan seperti seorang pejabat tertentu
ditugaskan ke daerah atau luar kota untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan
dan nantinya pihak instansi akan membuat surat kuasa untuk seorang pejabat
tersebut. Tidak hanya itu, surat kuasa kedinasan dapat diberikan kepada
karyawan atau pegawai yang menghadiri atau mengisi workshop sosial media
baik di sekolah maupun perguruan tinggi.

3) Surat Kuasa Istimewa


surat kuasa istimewa adalah surat kuasa yang diberikan kepada pihak lain
untuk mewakili pemberi kuasa. Istimewa ini merupakan surat kuasa khusus
yang berhubungan erat dengan hukum. Misalnya seseorang yang memberikan
kuasa kepada pengacaranya dalam penyelesaian masalah yang berhubungan
dengan pengadilan.
III. Isi surat kuasa
Dalam pembuatan surat kuasa terdapat beberapa hal yang ada pada isi surat kuasa
antara lain :
 Kop atau kepala surat
Kepala surat atau kop surat biasanya berguna jika surat tersebut berasal
dari perusahaan, lembaga, atau instansi pemerintah. Umumnya, kepala
atau kop surat terdiri dari nama perusahaan, lembaga, atau instansi, alamat
lengkap, kode pos, alamat email, nomor telepon atau fax, serta logo
perusahaan.
 Nomor surat
Nomor surat ini diterbitkan oleh perusahaan, instansi, atau organisasi
pembuat surat tersebut.
 Judul surat
 Identitas pemberi kuasa
 Identitas penerima kuasa
 Isi kuasa atau hal yang dikuasakan
Dalam isi kuasa perlu menyebutkan apa saja yang dikuasakan. Contoh
pengambilan uang maka akan tertulis, “Pemberi kuasa memberikan
wewenang pada penerima kuasa untuk mengambil uang sebesar X rupiah
berbentuk deposito pada bank Y.”
 Keterangan waktu dan lokasi dibuat
 Tanda tangan
Pihak pemberi dan pihak penerima kuasa perlu untuk menandatangani
surat ini di atas materai yang notaris dan pihak ketiga saksikan. Bagian ini
bertujuan untuk memastikan bahwa tidak ada unsur pemaksaan dalam
pemberian kuasa ataupun menerima kuasa. Tanda tangan tersebut juga
sebagai bukti surat ini sah di mata hukum dan peradilan.
IV. Hak dan kewajiban para pihak (pemberi kuasa dan penerima kuasa)
Hak pemberi kuasa
 Pasal 1799 KUHPerdata
si pemberi kuasa dapat menggugat secara langsung orang dengan siapa si
penerima kuasa telah bertindak dalam kedudukannya dan menuntut
daripadanya pemenuhan perjanjiannya.
Kewajiban penerima kuasa
 Pasal 1800 KUHPerdata
bahwa si penerima kuasa diwajibkan selama ia belum dibebaskan
melaksanakan kuasanya, dan ia menanggung segala biaya, kerugian dan
bunga yang sekiranya dapat timbul karena tidak dilaksanakannya kuasa
itu.
Begitu pula ia diwajibkan menyelesaikan urusan yang telah mulai
dikerjakannya pada waktu si pemberi kuasa meninggal jika dengan tidak
segera menyelesaikannya dapat timbul sesuatu kerugian.
 Pasal 1801 KUHPerdata
Si penerima kuasa tidak saja bertanggung jawab tentang perbuatan-
perbuatan yang dilakukan dengan segaja, tetapi tentang kelalaian-kelalaian
yang dilakukan dalam menjalankan kuasanya.
Namun itu tanggung jawab tentang kelalaian-kelalaian bagi seorang yang
dengan cuma-cuma menerima kuasa adalah tidak sebegitu berat seperti
yang dapat diminta dari seorang yang untuk itu menerima upah.
 Pasal 1802 KUHPerdata
Penerima kuasa wajib memberikan laporan kepada si pemberi kuasa
tentang apa yang telah dilakukan serta memberikan perhitungan tentang
segala sesuatu yang diterimanya berdasarkan kuasanya, sekalipun apa
yang diterima itu tidak harus dibayar kepada pemberi kuasa.
 Pasal 1803 KUHPerdata
Penerima kuasa bertanggung jawab atas orang lain yang ditunjuknya
sebagai penggantinya dalam melaksanakan kuasanya:
1. Jika ia tidak diberikan kuasa untuk menunjuk orang lain sebagai
penggantinya.
2. Jika kekuasaan itu diberikan tanpa menyebutkan orang tertentu
sedangkan orang yang dipilihnya ternyata orang yang tidak cakap
atau tidak mampu.
Pemberi kuasa senantiasa dianggap telah memberi kuasa kepada
penerima kuasanya untuk menunjuk seorang lain sebagai
penggantinya untuk mengurus barang-barang yang berada di luar
wilayah Indonesia atau di luar pulau daripada tempat tinggal si
pemberi kuasa.
Dalam segala hal, si pemberi kuasa dapat secara langsung menuntut
orang yang ditunjuk oleh si penerima kuasa sebagai penggantinya.
 Pasal 1804 KUHPerdata
Jika dalam satu akta diangkat beberapa penerima kuasa untuk suatu
urusan, maka terhadap mereka tidak terjadi suatu perikatan tanggung-
menanggung kecuali jika hal itu ditentukan dengan tegas dalam akta.
 Pasal 1805 KUHPerdata
Penerima kuasa harus membayar bunga atas uang-uang pokok yang
dipakainya guna keperluannya sendiri, terhitung mulai saat ia mamakai
uang-uang itu dan mengenai uang-uang yang harus diserahkannya pada
penutupan perhitungan bunga itu dihitung mulai hari ia dinyatakan lalai.
 Pasal 1806 KUHPerdata
Si penerima kuasa telah memberitahukan secara sah tentang hal kuasanya
kepada orang dengan siapa ia mengadakan suatu perjanjian dalam
kedudukannya sebagai kuasa itu, tidaklah bertanggungjawab tentang apa
yang terjadi diluar batas kuasa itu kecuali jika ia secara pribadi telah
mengikatkan diri untuk itu.
Hak si pemberi kuasa
 Pasal 1812 KUHPerdata
Si penerima kuasa adalah berhak untuk menahan segala apa kepunyaan si
pemberi kuasa yang berada ditanganya sekian lamanya, hingga kepadanya
telah dibayar lunas segala apa yang adapat dituntutnya sebagai akibat
pemberi kuasa.
Kewajiban si pemberi kuasa
 Pasal 1807 KUHPerdata
Si pemberi kuasa diwajibkan memenuhi perikatan-perikatan yang
diperbuat oleh si kuasa menurut kekuasaan yang ia telah berikan
kepadanya.
Ia tidak terikat pada apa yang telah diperbuat selebihnya dari pada itu,
selain sekedar ia telah menyetujuinnya secara tegas atau secara diam-diam.
 Pasal 1808 KUHPerdata
Si pemberi kuasa wajib mengembalikan persekot dan biaya yang telah
dikeluarkan oleh penerima kuasa untuk melaksanakan kuasanya, begitu
pula membayar upahnya bila tentang hal ini telah diadakan perjanjian.
Jika penerima kuasa tidak melakukan suatu kelalaian, maka pemberi kuasa
tidak dapat menghindarkan diri dari kewajiban mengembalikan persekot
dan biaya serta membayar upah tersebut di atas, sekalipun penerima kuasa
tidak berhasil dalam urusannya itu.
 Pasal 1809 KUHPerdata
Begitu pula pemberi kuasa harus memberikan ganti rugi kepada penerima
kuasa atas kerugian-kerugian yang dideritanya sewaktu menjalankan
kuasanya asal dalam hal itu penerima kuasa tidak
bertindak kurang hati-hati.
 Pasal 1810 KUHPerdata
Pemberi kuasa harus membayar bunga atas persekot yang telah
dikeluarkan oleh penerima kuasa, terhitung mulai hari dikeluarkannya
persekot itu.
 Pasal 1811 KUHPerdata
Jika seorang penerima kuasa diangkat oleh berbagai orang untuk mewakili
suatu urusan yang merupakan urusan mereka bersama, maka masing-
masing dari mereka adalah bertanggung jawab untuk seluruhnya terhadap
si penerima kuasa mengenai segala akibat dari pemberian kuasa itu.
V. Berakhirnya surat kuasa
Bermacam-macam cara berakhirnya surat kuasa sebagai berikut :
 Pasal 1813 KUHPerdata
Pemberian kuasa berakhir: dengan penarikan kembali kuasanya si
penerima kuasa; dengan pemberitahuan penghentian kuasanya oleh
penerima kuasa; dengan meninggalnya, pengampuan atau pailitnya, baik
pemberi kuasa maupun penerima kuasa dengan kawinnya perempuan yang
memberikan atau menerima kuasa.
 Pasal 1814 KUHPerdata
Pemberi kuasa dapat menarik kembali si penerima kuasa bila hal itu
dikehendakinya dan jika ada alasan untuk itu, memaksa penerima kuasa
untuk mengembalikan kuasa yang dipegangnya.
 Pasal 1815 KUHPerdata
Pemberi kuasa dapat menarik kembali kuasanya bila hal itu
dikehendakinya dan dapat memaksa pemegang kuasa untuk
mengembalikan kuasa itu bila ada alasan untuk itu.
 Pasal 1816 KUHPerdata
Pengangkatan seorang penerima kuasa baru untuk menjalankan suatu
urusan yang sama, menyebabkan ditariknya kembali kuasa penerima kuasa
yang pertama, terhitung mulai hari diberitahukannya pengangkatan itu
kepada orang yang disebut belakangan.
 Pasal 1817 KUHPerdata
Pemegang kuasa dapat membebaskan diri dari kuasanya dengan
memberitahukan penghentian kepada pemberi kuasa. Akan tetapi bila
pemberitahuan penghentian ini, baik karena Ia tidak mengindahkan waktu
maupun karena sesuatu hal lain akibat kesalahan pemegang kuasa sendiri,
membawa kerugian bagi pemberi kuasa, maka pemberi kuasa ini harus
diberikan ganti rugi oleh pemegang kuasa itu kecuali bila pemegang kuasa
itu tak mampu untuk meneruskan kuasanya tanpa mendatangkan kerugian
yang berarti bagi dirinya sendiri.
 Pasal 1818 KUHPerdata
Jika pemegang kuasa tidak tahu tentang meninggalnya pemberi kuasa atau
tentang suatu sebab lain yang menyebabkan berakhirnya kuasa itu, maka
perbuatan yang dilakukan dalam keadaan tidak tahu itu adalah sah.
Dalam hal demikian, segala perikatan yang dilakukan oleh penerima kuasa
dengan pihak ketiga yang beritikad baik, harus dipenuhi terhadapnya.
 Pasal 1819 KUHPerdata
Bila pemegang kuasa meninggal dunia, maka para ahli warisnya harus
memberitahukan hal itu kepada pemberi kuasa jika mereka tahu pemberian
kuasa itu, dan sementara itu mengambil tindakan-tindakan yang perlu
menurut keadaan bagi kepentingan pemberi kuasa, dengan ancaman
mengganti biaya, kerugian dan bunga, jika ada alasan untuk itu.
VI. Bentuk kuasa didepan pengadilan
Bentuk kuasa yang sah di depan pengadilan untuk mewakili kepentingan pihak
yang berperkara , di atur dalam Pasal 123 ayat (1) HIR, yaitu :
1. Kuasa secara Lisan;
Kuasa ini dinyatakan secara lisan oleh Penggugat di hadapan Ketua
Pengadilan Negeri, dan pernyataan pemberian kuasa secara lisan tersebut
dinyatakan dalam catatan gugatan yang dibuat oleh Ketua Pengadilan
Negeri. Misalnya, untuk mewakili seseorang mendaftarkan permohonan
balik nama sertifikat tanah.
2. Kuasa yang ditunjuk dalam Surat Gugatan
Penggugat dalam surat gugatannya, dapat langsung mencantumkan dan
menunjuk Kuasa Hukum yang dikehendakinya untuk mewakili dalam
proses pemeriksaan perkara. Dalam praktek, cara penunjukan seperti itu
tetap saja didasarkan atas Surat Kuasa Khusus yang telah dicantumkan dan
dijelaskan pada surat gugatan.
3. Surat Kuasa Khusus.
Pengertian dan definisi dari Surat Kuasa Khusus tidak di atur secara jelas
dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (“KUH Perdata”) maupun
HIR, akan tetapi dapat diikhtisarkan esensi dari Surat Kuasa Khusus yaitu :
(i) Yang meliputi pencantuman kata-kata “Khusus” dalam surat kuasa,
(ii) Yang berisikan pengurusan kepentingan tertentu pemberian kuasa
yang dibuat dan ditandatangani khusus untuk itu. Hal tersebut sesuai
dengan Pasal 1795 KUH Perdata.

Anda mungkin juga menyukai