Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

MATA KULIAH : HUKUM DAGANG


KELAS : HES/ III A, B
DOSEN : SUMIATI, SHI., MH
JURUSAN : HUKUM EKONOMI SYARIAH
WAKTU : 16 NOVEMBER 2020

A. Jelaskan kandungan beberapa pasal berikut ini, dan 5 pasal diantranya berikan contoh
implentasinya baik bagi pembantu perusahaan dari dalam maupun dari luar :
1. 1601 a
2. 1603 a
3. 1792
4. 1793
5. 1794
6. 1800
7. 1806
8. 1812
9. 1807
10. 1811
11. 1813
B. Buatkan sebuah ilustrasi mengenai kewajiban makelar berdasarkan pasal 66-67
KUHD

JAWABAN

A. Kandungan Pasal
1. 1601 a
Perjanjian kerja ialah suatu persetujuan pihak kesatu, yaitu buruh, mengikatkan
diri untuk menyerahkan tenaganya kepada pihak lain, yaitu majikan, dengan upah
selama waktu yang tertentu.
Jadi dalam pasal terebut berisi tentang perjanjian kerja antara pihak buruh dan
majikan dengan ketentuan upah yang mengikuti waktu kerja tertentu.
Contoh implementasi dari pasal 1601 a adalah ketika seseorang mendaftar kerja
ke suatu perusahaan. Jika perusahan itu menerima pegawai tersebut maka akan
terjadi perjanjian kerja yaitu pegawai atau buruh tersebut bekerja pada majikan
atau perusahaan dan dibayar dengan upah atau gaji dalam waktu tertentu.
2. 1603 a
Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya, hanya dengan seizin majikan ia
dapat menyuruh orang ketiga menggantikannnya.
Jadi dalam pasal tersebut memberikan informasi tentang pekerjaan yang wajib
dikerjakan pihak kesatu dengan tenaga, waktu, serta keahlian buruh itu sendiri dan
dibolehkan meminta bantuan pihak ketiga bilamana diizinkan oleh majikan.
3. 1792
Pemberian kuasa ialah suatu perjanjian dengan mana seseorang memberikan
kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan.
Pasal tersebut menjelaskan definisi dari pemberian kuasa. Contoh implementasi
dari pasal 1792 ini adalah surat kuasa tanah warisan dimana dalam surat tersebut
terdapat pemberian kuasa dari pihak pemberi kuasa terhadap penerima kuasa
dalam surat kuasa tersebut haruslah dicantumkan tanda tangan pemberi kuasa dan
penerima kuasa. Jadi dengan adanya surat kuasa tanah warisan tersebut maka
tanah tersebut menjadi milik penerima kuasa.

4. 1793
Kuasa dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta umum, dengan suatu surat
dibawah tangan bahkan dengan sepucuk surat ataupun dengan lisan. Penerimaan
suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan disimpulkan dari
pelaksanaan kuasa itu oleh yang diberi kuasa.
Dalam pasal tersebut mengandung tata cara pemberian kuasa yang mana dapat
dilakukan dengan surat dibawah tangan, sepucuk surat dan lisan, lalu pasal
tersebut juga menjelaskan tentang penerimaan suatu kuasa tersebut.
Contoh implementasi pasal tersebut adalah ketika pembagian hak waris tanah, ada
yang dinamakan surat kuasa tanah warisan. Surat kuasa tersebut berupa pemberian
kuasa dari pemilik waris atau orang yang sudah diberi tanggung jawab (notaris)
kepada penerima kuasa yaitu orang yang menerima hak waris tanah tersebut. Surat
tanah warisan tersebut dapat berupa akta umum, surat dibawah tangan, sepucuk
surat ataupun hanya dengan lisan sesuai dengan pasal 1793.
5. 1794
Pemberian kuasa terjadi dengan Cuma-Cuma, kecuali jika diperjanjikan
sebaliknya. Jika dalam hal yang terakhir upahnya tidak ditentukan dengan tegas,
maka penerima kuasa tidak boleh meminta upah yang lebih daripada yang
ditentukan oleh pasal 411 untuk wali.
Sehingga menurut ketentuan Pasal 1794 KUH Perdata tersebut, perjanjian
pemberian kuasa dapat terjadi dengan cuma-cuma tanpa imbalan upah, ataupan
dengan imbalan upah. Apabila pemberian kuasa tersebut dilakukan dengan
imbalan upah, maka besaran upah tersebut dapat ditetapkan dalam perjanjian yang
disepakati oleh pemberi kuasa dengan penerima kuasa atau berdasarkan ketentuan
undang-undang.
Implementasi dari pasal tersebut ialah pekerjaan notaris. Pada saat terjadi jual beli
tanah maka pihak pembeli ataupun pihak penjual memberi kuasa dan upah yang
telah ditentukan terhadap notaris untuk melakukan tugas tugas notaris contohnya
seperti membuat akta perikatan jual beli tanah. selanjutnya notaris atau pihak
penerima kuasa dapat meneima upah yang telah ditentukan dan tidak bisa
meminta lebih daripada yang sudah dijanjikan oleh pihak pemberi kuasa.
6. 1800
Penerima kuasa, selama kuasanya belum dicabut, wajib melaksanakan kuasanya
dan bertanggung jawab atas segala biaya, kerugian dan bunga yang timbul karena
tidak dilaksanakannya kuasa itu.
Begitu pula ia wajib menyelesaikan urusan yang telah mulai dikerjakannya pada
waktu pemberi kuasa meninggal dan dapat menimbulkan kerugian jika tidak
segera diselesaikannya.
Menurut pasal 1800 menjelaskan tentang kewajiban dari penerima kuasa yaitu
seperti menanggung segala biaya, kerugian dan bunga selama ia belum
dibebaskan dalam melaksanakan kuasa, menyelesaikan segala urusan yang telah
mulai dikerjakan, sedangkan pemberi kuasa meninggal dunia.
Contoh implementasi dari pasal tersebut adalah makelar atau bisa disebut juga
broker. Contoh implementasi spesifiknya adalah makelar saham dimana
pekerjaannya adalah sebagai perantara jual beli saham, makelar saham diberi
kuasa untuk memperjual belikan saham suatu perusahaan. Jika ia tidak melakukan
kuasa tersebut maka segala biaya, kerugian, dan bunga ditanggung oleh makelar
saham tersebut jika mengikuti pasal 1800 dan juga makelar saham sebagai
penerima kuasa wajib menyelesaikan segala urusan yang telah dilakukan
walaupun pengusaha tersebut meninggal.
7. 1806
Penerima kuasa yang telah memberitahukan secara sah hal kuasanya kepada orang
yang dengannya ia mengadakan suatu persetujuan dalam kedudukan sebagai
penerima kuasa, tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di luar batas kuasa
itu, kecuali jika ía secara pribadi mengikatkan diri untuk itu.
Dijelaskan oleh pasal tersebut masih tentang kewajiban penerima kuasa yaitu
penerima kuasa sepanjang bertindak dalam koridor batas kuasa yang diberikan
maka akibat hukum di luar kuasanya tidak menjadi tanggung jawab pemberi kuasa
atau tidak mengikat bagi pemberi kuasa.
8. 1812
Penerima kuasa berhak untuk menahan kepunyaan pemberi kuasa yang berada di
tangannya hingga kepadanya dibayar lunas segala sesuatu yang dapat dituntutnya
akibat pemberian kuasa.
Dalam pasal 1812 masih menjelaskan tentang kewajiban penerima kuasa yaitu
penerima kuasa dapat menahan barang kepunyaan pemberi kuasa yang berada di
tangannya, sampai dibayar lunas kepadanya segala sesuatu yang dapat dituntutnya
sebagai akibat pemberian kuasa tersebut. Atau biasa disebut hak retensi penerima
kuasa.
9. 1807
Pemberi kuasa wajib memenuhi perikatan-perikatan yang dibuat oleh penerima
kuasa menurut kekuasaan yang telah ía berikan kepadanya. Ia tidak terikat pada
apa yang telah dilakukan di luar kekuasaan itu kecuali jika ía telah menyetujui hal
itu secara tegas atau diam-diam.
Pasal ini menjelaskan kewajiban para pemberi kuasa yaitu seperti wajib
memenuhi perikatan yang dibuat oleh penerima kuasa, kecuali di luar tugas yang
diberikannya.
10. 1811
Jika seorang penerima kuasa diangkat oleh berbagai orang untuk
menyelenggarakan suatu urusan yang harus mereka selesaikan secara bersama,
maka masing-masing dari mereka bertanggung jawab untuk seluruhnya terhadap
penerima kuasa mengenai segala akibat dari pemberian kuasa itu.
Jadi dalam pasal tersebut menjelaskan jika penerima kuasa diangkat oleh bebrapa
pemberi kuasa maka tiap tiap pemberi kuasa tersebut memiliki tanggung jawab
terhadap penerima kuasa tersebut.
11. 1813
Pemberian kuasa berakhir: dengan penarikan kembali kuasa penerima kuasa;
dengan pemberitahuan penghentian kuasanya oleh penerima kuasa; dengan
meninggalnya, pengampuan atau pailitnya, baik pemberi kuasa maupun penerima
kuasa dengan kawinnya perempuan yang memberikan atau menerima kuasa.
Dalam pasal 1813 menjelaskan tentang kapan berakhirnya pemberian kuasa, pasal
tersebut menjelaskan bahwa berakhirnya kuasa apabila perjanjian pemberian
kuasa akan berakhir apabila; ditarik kembali kuasa tersebut oleh pemberi kuasa,
penerima kuasa atau pemberi kuasa meninggal dunia, pemberi kuasa atau
penerima kuasa berada di bawah pengampuan (curatele), pemberi kuasa atau
penerima kuasa pailit.

B. Buatkan sebuah ilustrasi mengenai kewajiban makelar berdasarkan pasal 66-67


KUHD

Pasal 66

Tiap-tiap makelar diwajibkan tiap-tiap kali setelah menutup sesuatu perbuatan segera
mencatan dalam buku sakunya dan tiap-tiap hari memindah bukukannya dalam buku
hariannya, tanpa sela-sela kosong, garis-garis- sela atau catatan-catatan dalam jihat
dan dengan penyebutan yang jelas tentang nama dari dengan penyebutan yang jelas
tentang nama dari pihak-pihak yang bersangkutan, tentang waktu perbuatan dan
penyeahan, tentang macam, jumlah dan syarat-syarat daripada perbuatan yang
ditutupnya.

Pasal 67

Tiap-tiap makelar diwajibkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sewaktu-


sewaktu dan apabila yang belakangan ini menghendakinya, memberi kutipan dari
bukunya, yang memuat segala apa tercatat didalamnya mengenai perbuatan yang
menyangkut pihak tersebut.

Dapat disimpulkan dalam kedua pasal diatas bahwa kewajiban seorang makelar
adalah sebagai berikut ;

1. Mengadakan buku catatan mengenai tindakannya sebagai makelar. Setiap hari


catatan ini disalin dalam buku harian dengan keterangan yang jelas tentang pihak-
pihak yang mengadakan transaksi, penyelenggaraan, penyerahan, kualitas, jumlah
dan harga, serta syarat-syarat yang dijanjikan. (Pasal 66 KUH Dagang).
2. Siap sedia tiap saat untuk memberikan kutipan/ikhtisar dari buku-buku itu kepada
pihak-pihak yang bersangkutan mengenai pembicaraan dan tindakan yang
dilakukan dalam hubungan dengan transaksi yang diadakan. (Pasal 67 KUH
Dagang).

Contoh makelar tanah saat

Anda mungkin juga menyukai