Anda di halaman 1dari 6

Surat Kuasa dan Gugatan dalam Perkara

Perdata || contoh format surat


kuasa khusus

1. Surat Kuasa

Secara umum surat kuasa diatur dalam bab ke enambelas, buku III KUH Perdata
dan secara khusus diatur dalam hukum acara perdata HIR dan RBG. Pemberian kuasa
merupakan perjanjian sebagaimana secara jelas daitur dalam pasal 1792 KUH Perdata
yang berbunyi : Pemberian kuasa adalah suatu perstujuan dengan mana seorang
memberikan kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk dan atas
namanya menyelenggarakan suatu urusan.

1. Jenis Surat Kuasa

Pemberian kuasa terbagi atas 2 (dua) jenis, yakni: pemberian kuasa secara umum
dan pemberian kuasa secara khusus (Pasal 1795 KUHPerdata).

 Surat Kuasa Umum

Pemberian kuasa yang meliputi pelaksanaan segala kepentingan dari pemberi kuasa,
kecuali perbuatan hukum yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik (Pasal 1796
KUHPerdata). Kuasa diberikan seluas-luasnya sehingga nyaris tanpa ada pengecualian,
termasuk terhadap hal-hal yang tidak disebutkan dalam surat kuasa.

Kuasa umum sebagaimana pasal 1795 disebutkan bahwa : “ Pemberian kuasa


dapat dilakukan secara khusus yaitu mengenai hanya satu kepetingan tertentu atau
lebih, atau secara umum yaitu meliputi segala kepentingan sipemberi kuasa”.

Berdasarkan pasal tersebut kuasa umum bertujuan pemberian kuasa pada


seseorang adalah untuk mengurus kepentingannya, yaitu :

1. melalukan tindakan pengurusan yang diberikan kepadanya;


2. pengurusan yang berhubungan dengan kepentingan pemberi kuasa;
3. dan titik berat kuasa umum hanya meliputi perbuatan penguruan pemberi kuasa.

Ditinjau dari segi hukum surat kuasa umum ini tidak dapat dipergunakan di
depan pengadilan untuk mewakili pemberi kuasa, karena sifatnya umum meskipun
hanya satu persoalan yang dikuasakan secara khsus namun bukan untuk tampil di depan
sidang Pengadilan.
 Surat Kuasa Khusus

Pemberian kuasa yang hanya meliputi pelaksanaan satu/lebih kepentingan


tertentu dari pemberi kuasa. Perbuatan hukum/kepentingan dimaksud harus
disebutkan/dirumuskan secara tegas dan detail/terperinci (Pasal 1975KUHPerdata).

Sebagaimana pasal 123 HIR disebutkan bahwa : ” Bila dikehendaki, kedua belah
pihak dapat dibantu atau diwakili oleh kuasa, yang dikuasakannya untuk melakukan itu
dengan surat kuasa teristimewa, kecuali kalau yang memberi kuasa itu sendiri hadir,
Penggugat dapat juga memberi kuasa itu dalam surat pemintaan yang
ditandatanganinya dan dimasukkan menurut ayat pertama pasal 118 atau jika gugatan
dilakukan dengan lisan menurut pasal 120 maka dalam hal terakhir ini, yang demikian itu
harus disebutkan dalam catatan yang dibuat surat gugat ini”.

1. Isi Surat Kuasa

Isi dari surat kuasa secara umum yaitu berisi tentang pemberian kuasa kepada
seseorang untuk mengurus suatu kepentingan, dan bahasa yang digunakan
singkat, lugas, efektif, dan tidak terbelit-belit. Maka apabila dikategorikan pembedaan
antara isi dari jenis surat kuasa yaitu :

Surat Kuasa Umum Surat Kuasa Khusus


Isi :
Isi :
“Meliputi 1 kepentingan atau lebih
dari pemberi kuasa yang diperinci “Meliputi pengurusan segala
mengenai hal-hal yang boleh kepentingan pemberian kuasa”.
dilakukan oleh penerima kuasa”.

1. Contoh Surat Kuasa Khusus

SURAT KUASA

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Pekerjaan :

Alamat : ;untuk selanjutnya

sebagai Pemberi Kuasa.

Dalam hal ini memilih domisili hukum di Kantor Kuasanya tersebut di bawah ini,
menerangkan dengan ini memberikan kuasa kepada :
Advokat, pengacara dan Penasehat hukum pada Kantor Pengacara ……., beralamat di ……
yang bertindak baik bersama-sama atau sendiri-sendiri; untuk selanjutnya sebagai
Penerima Kuasa.

KHUSUS:

Untuk dan atas nama pemberi kuasa sebagai .(Penggugat)….. lawan …(nama)….. yang
beralamat sebagai Tergugat di …….mengenai(perkara apa) ……., di Pengadilan Negeri
…… .

Penerima Kuasa diberi hak untuk menghadap di muka Pengadilan Negeri serta Badan-
badan Kehakiman lain, Pejabat-pejabat sipil yang berkaitan dengan perkara tersebut,
mengajukan permohonan yang perlu, mengajukan dan menanda tangani gugatan,
Replik, Kesimpulan,perdamaian/dading, mengajukan dan menerima Jawaban, Duplik,
saksi-saksi dan bukti-bukti, mendengarkan putusan, mencabut perkara dari
rol, menjalankan perbuatan-perbuatan, atau memberikan keterangan-keterangan yang
menurut hukum harus dijalankan atau diberikan oleh seorang kuasa, menerima uang
dan menandatangani kuitansi-kuitansi, menerima dan melakukan pembayaran dalam
perkara ini, mempertahankan kepentingan pemberi kuasa, mengajukan banding, kasasi,
minta eksekusi, membalas segala perlawanan, mengadakan dan pada umumnya
membuat segala sesuatu yang dianggap perlu oleh Penerima kuasa.

Surat kuasa dan kekuasaan ini dapat dialihkan kepada orang lain dengan hak substitusi
serta secara tegas dengan hak retensi dan seterusnya menurut hukum seperti yang
dimaksudkan dalam pasal 1812 KUHPerdata dan menurut syarat-syarat lainnya yang
ditetapkan dalam undang-undang.

Jakarta,

Pemberi Kuasa Penerima kuasa

(…………………..) (. . . . . . . . . . . . .)

1. Hak dan Kewajiban Para Pihak (Pemberi dan Penerima Kuasa)

KUHPerdata tidak memerinci hak-hak pemberi kuasa dan penerima kuasa, hanya
mengenai kewajiban-kewajiban penerima kuasa dan pemberi kuasa (Pasal 1800-1803,
Pasal 1805 dan Pasal 1807-1811 KUHPerdata). Namun demikian, dari ketentuan-
ketentuan mengenai kewajiban-kewajiban tersebut, mengandung pemahaman
sebaliknya mengenai hak-hak pemberi kuasa dan penerima kuasa. Khusus untuk hak
penerima kuasa sebagai berikut :

 Penerima kuasa berhak untuk memperhitungkan/memperoleh upah meskipun


hakekat pemberian kuasa terjadi secara cuma-cuma/gratis (Pasal 1794
KUHPerdata). Jika diperjanjikan, besarnya upah sesuai dengan yang disebutkan
dalam perjanjian antara pemberi kuasa dan penerima kuasa. Sebaliknya, jika tidak
diperjanjikan, maka berlaku Pasal 411 KUHPerdata, yang berbunyi “Semua wali,
kecuali bapak atau ibu dan kawan wali, diperbolehkan memperhitungkan sebagai
upah tiga perseratus dari segala pendapatan, dan dua perseratus dari segala
pengeluaran dan satu setengah perseratus dari jumlah-jumlah uang modal yang
mereka terima, kecuali mereka lebih suka menerim upah yang kiranya disajikan
bagi mereka dengan surat wasiat, atau dengan akta otentik tersebut dalam Pasal
355; dalam hal demikian mereka tidak boleh memperhitungkan upah yang lebih”.
 Penerima kuasa berhak untuk menahan kepunyaan pemberi kuasa yang berada
ditangannya hingga kepadanya dibayar lunas segala sesuatu yang dapat
dituntutnya akibat pemberian kuasa (Pasal 1812 KUHPerdata). Hak ini disebut
dengan hak retensi.

Adapun kewajiban-kewajiban penerima kuasa dan pemberi kuasa


berdasarkan Pasal 1800-1803, Pasal 1805 dan Pasal 1807-1811 KUHPerdata, sebagai
berikut:

Kewajiban penerima kuasa

 Melaksanakan kuasanya dan bertanggung jawab atas segala biaya, kerugian dan
bunga yang timbul karena tidak dilaksanakannya kuasa serta wajib menyelesaikan
urusan yang telah mulai dikerjakannya pada waktu pemberi kuasa meninggal
dunia dan dapat menimbulkan kerugian jika tidak segera diselesaikannya.
 Bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
dan atas kelalaian-kelalaian yang dilakukan dalam menjalankan kuasanya.
 Memberi laporan kepada penerima kuasa tentang apa yang telah dilakukan serta
memberikan perhitungan tentang segala sesuatu yang diterimanya berdasarkan
kuasanya, sekalipun apa yang diterima itu tidak harus dibayar kepada penerima
kuasa.
 Bertanggung jawab atas orang lain yang ditunjuknya sebagai penggantinya
dalam melaksanakan kuasanya bila tidak diberikan kuasa untuk menunjuk orang
lain sebagai penggantinya dan bila kuasa itu diberikan tanpa menyebutkan orang
tertentu, sedangkan orang yang dipilihnya ternyata orang yang tidak cakap atau
tidak mampu.
 Membayar bunga atas uang pokok yang dipakainya untuk keperluannya sendiri,
terhitung dari saat ia mulai memakai uang itu, begitu pula bunga atas uang yang
harus diserahkan pada penutupan perhitungan, terhitung dari saat ia dinyatakan
lalai melakukan kuasa.

Kewajiban Pemberi Kuasa


 Memenuhi perikatan-perikatan yang dibuat oleh penerima kuasa menurut
kekuasaan yang telah diberikannya kepada penerima kuasa. Jika sebaliknya
(kecuali disetujuinya), maka pemenuhan beserta segala sebab dan akibat dari
perikatan-perikatan tersebut menjadi tanggung jawab penerima kuasa
sepenuhnya.
 Mengembalikan persekot dan biaya yang telah dikeluarkan oleh penerima kuasa
untuk melaksanakan kuasanya, begitu pula membayar upahnya bila tentang hal
ini telah diadakan perjanjian, sekali pun penerima kuasa tidak berhasil dalam
urusannya, kecuali jika penerima kuasa melakukan suatu kelalaian.
 Memberikan ganti rugi kepada penerima kuasa atas kerugian-kerugian yang
dideritanya sewaktu menjalankan kuasanya, asal dalam hal itu penerima kuasa
tidak bertindak kurang hati-hati.
 Membayar bunga atas persekot yang telah dikeluarkan oleh penerima kuasa,
terhitung mulai hari dikeluarkannya persekot itu.
 Bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung renteng/tanggung
menanggung) mengenai segala akibat dari pemberian kuasa terhadap penerima
kuasa yang diangkat oleh beberapa orang pemberi kuasa untuk
menyelenggarakan suatu urusan yang harus mereka selesaikan secara bersama.

1. Berakhirnya Surat Kuasa

Berdasarkan Pasal 1813 KUHPerdata, pemberian kuasa berakhir :

Dengan Penarikan Kembali Kuasa Penerima Kuasa;

Pemberi kuasa bukan hanya dapat menarik kembali kuasanya bila dikehendakinya, tapi
dapat pula memaksa pengembalian kuasa tersebut jika ada alasan untuk itu. Terhadap
pihak ketiga yang telah mengadakan persetujuan dengan pihak penerima kuasa,
penarikan kuasa tidak dapat diajukan kepadanya jika penarikan kuasa tersebut hanya
diberitahukan kepada penerima kuasa. Pengangkatan penerima kuasa baru untuk
menjalankan urusan yang sama menyebabkan penarikan kembali kuasa atas penerima
kuasa sebelumnya terhitung sejak hari (tanggal) diberitahukannya pengangkatan
penerima kuasa baru tersebut.

Dengan Pemberitahuan Penghentian Kuasanya Oleh Penerima Kuasa;

Pemegang kuasa dapat membebaskan diri dari kuasanya dengan memberitahukan


penghentian kuasanya kepada pemberi kuasa dan pemberitahuan tersebut tidak
mengesampingkan kerugian bagi pemberi kuasa kecuali bila pemegang kuasa tidak
mampu meneruskan kuasanya tersebut tanpa mendatangkan kerugian yang berarti.

Dengan Meninggalnya, Pengampuan Atau Pailitnya, Baik Pemberi Kuasa Maupun


Penerima Kuasa;
Setiap perbuatan yang dilakukan pemegang kuasa karena ketidaktahuannya tentang
meninggalnya pemberi kuasa adalah sah dan segala perikatan yang dilakukannya
dengan pihak ketiga yang beritikad baik, harus dipenuhi terhadapnya.

Dengan Kawinnya Perempuan Yang Memberikan Atau Menerima Kuasa (sudah tidak
berlaku lagi).

Selain karena alasan-alasan yang disebutkan dalam Pasal 1813 KUHPerdata, berakhirnya
pemberikan kuasa dapat pula terjadi karena telah dilaksanakannya kuasa tersebut dan
karena berakhirnya masa berlaku atau jangka waktunya.

Anda mungkin juga menyukai