Anda di halaman 1dari 8

Surat Kuasa Khusus

Pengertian
 Surat kuasa khusus ialah surat kuasa ialah surat kuasa yang dibuat untuk suatu
perkara tertentu dan untuk satu tingkatan pengadilan pada lingkup badan
peradilan tertentu.
Ketentuan umum pemberian surat kuasa
 Pemberian surat kuasa diatur dalam Bab XVI Buku III B.W. Pasal 1792 BW:
“Pemberian kuasa ialah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan
kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya, untuk dan atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan.”
↘ Unsur-unsur dari pemberian surat kuasa:
1. Perjanjian.
2. P emberi kuasa.
3. Penerima kuasa.
4. Urusan yang dikuasakan.
 Jenis pemberian kuasa yang dituangkan dalam surat kuasa, dalam BW., yaitu:
1. Kuasa secara khusus, yaitu apabila dituangkan dalam surat kuasa disebut
sebagai surat kuasa khusus. Kuasa khusus imi menurut pasa 1795 B.W. hanya
mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih saja sebagaimana dinyatakan
secara tegas dalam pemberian kuasa.
2. Kuasa secara umum, yaitu meliputi segala kepentingan si pemberi kuasa . Pasal
1796 B.W. Menyatakan bahwa pemberian kuasa secara umum ini cukuplah
dirumuskan dalam kata-kata umumnya, dan perbuatannya hanya meliputi
perbuatan-perbuatan pengurusan saja (daden van beheer).
 Kewajiban penerima kuasa:
1. Melaksanakan dan menyelesaikan urusan yang dikuasakan kepadanya dengan
baik.
2. Memberikan laopran secara berkala kepada pemberi kuasa mengenai
pelaksanaan urusan yang dikuasakan kepadanya.
3. Bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatan yang ia lakukan di luar
pemberian kuasa atau yang timbul akibat kelalaiannya.
4. Bertanggung jawab atas pelaksanaan urusan yang dilakukan oleh orang yang
ia tunjuk sebagai penerima kuasa pengganti , sedangkan ia tidak dikuasakan
untuk itu.
 Kewajiban pemberi kuasa:
1. Memenuhi perikatan-perikatan yang dibuat oleh penerima kuasa sepanjang
dalam rangka pelaksanaan kuasa.
2. Memberikan penggantian segala biaya atau kerugian yang dikeluarkan oleh
penerima kuasa dalam rangka pelaksanaan kuasa.
3. Membayar upah penerima apabila memang diperjanjikan suatu upah.
 Syarat-syarat seorang kuasa/wakil dalam berperkara perdata di pengadilan:
1. Harus mempunyai surat kuasa khusus.
2. Ditunjuk sebagai kuasa atau wakil dalam surat gugat.
3. Ditunjuk sebagai kuasa atau wakil dalam catatan gugatan apabila gugatan
diajukan sebagai lisan .
4. Ditunjuk oleh penggugat sebagai kuasa atauwakil di dalam persidangan.
5. Penerima kuasa adalah advokat yang telah memiliki ijin praktik beracara
menurut UU No. 18 Tahun 2003 Tentang Advokat.
 Penerima penguasa dari pihak yang berperkara antara lain:
1. Jaksa Pengacara Negara, sebagai kuasa dar negara c.q. Pemerintah Republik
Indonesia.
2. Keluarga sedarah/semenda mewakili angkota anggota keluarga yang sedang
berperkara.
3. Pegawai/karyawan dalam hubungan kerja mewakili instansi/perusahaan yang
sedang berperkara.
 Pihak-pihak yang dapat maju dipersidangan perkara perdata sebagai seorang
kuasa tanpa melalui suatu surat kuasa.
↘ Pihak-pihak yang termasuk sebagai kuasa menurut undang-undang (wettelijke
vertegenwoordger), yaitu:
1. Orang tua yang maju dipersidangan pengadilan sebagai wakil dari anaknya
menurut ketentuan Pasal 47 UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
2. Wali yang mewakili orang yang diampunnya atau seorang anak yang tidak lagi di
bawah kekuasaan orang tua nya, menurut Pasal 50 UU No. 1 Tahun 1974.
3. Direktur atau pengurus badan hukum berdasarkan ketentuan dalam anggaran
dasarnya.
4. Kurator mewakili kepentingan boedel pailit menurut ketentuan undang-undang
kepailitan dan pengangkatannya berdasarkan putusan pailit.

 Unsur-unsur surat kuasa khusus.


↘ Di dalam praktik pengadilan ada beberapa unsur yang biasanya harus ada
dalam surat kuasa khusus tersebut, yaitu:
1. Kepala surat.
2. Identitas pemberi dan penerima kuasa.
3. Unsur kekhususan dari surat kuasa khusus,yang meliputi:
 Jenis perkara/objek perkara/nomor perkara (bila sudah didaftarkan di PN).
 Kedudukan pemberi kuasa.
 Identitas pihak lawan.
 Pengadilan yang memeriksa perkara.
4. Tindakan-tindakan yang dikuasakan kepada peneria kuasa.
5. Tanda tangan dari pemberi dan penerima kuasa.
6. Materai secukupnya (Rp. 6.000.,-)
Surat kuasa khusus merup. dokumen litigasi yg paling sederhana namun kekeliruan dlm mengformulasikannya dpt berakibat fatal.
Apabila surat kuasa khusus itu berkaitan dgn pemberian kuasa o/penggugat, kekliruan dlm mengformulasikannya dpt dijadikan
objek eksepsi bagi tergugat sehingga berakibat gugatan dpt dinyatakan tdk dpt diterima (niet ontvkelijkeverklaard).
GUGATAN

Tuntutan Hak
 Tuntutan hak ada 2 (dua) macam:
1. Persoalan yang mengandung konflik.
2. Persoalan yang tidak mengandung konflik.
 Pasal 142 ayat (1) Rbg/pasal 118 ayat (1) HIR, disebut tuntutan/gugatan perdata
(burgerlijke vordering), merupakan tindakan yang bertujuan memperoleh
perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan untuk mencegah “eigenrichting”
atau main hakim sendiri.
 Peradilan lazim dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu:
1. Peradilan sukarela/peradilan volunter (voluntaire jurisdictie/jurisdictio
voluntaria) atau biasa disebut peradilan tidak sesungguhnya.
2. Peradilan contensius (contentieuse jurisdictie/jurisdictio contentiosa) atau
biasa disebut peradilan sesungguhnya.
↘ Perbedaan dari kedua jenis peradilan tersebut, yaitu:
1. Pihak yang berperkara.
2. Aktivitas pengadilan yang memeriksa.
3. Kebebasan pengadilan.
4. Kekuatan mengikat keputusan pengadilan.
 Isi gugatan:
 Bentuk gugatan adalah surat.
 Harus memenuhi syarat sebagai surat.
 Pasal 8 Rv menentukan bahwa gugatan memuat:
1. Identitas para pihak.
2. Posita (fundmentum petendi, midden van eis).
3. Petitum (tuntutan, onderwerp van den eis meteen didelijke en bepaalde
conclutie).
 Kompetensi/Kewenangan:
1. Kompetensi/kewenangan absolut (atribute van rechtspraak).
2. Kompetensi/kewenangan relatif (distributive van rechtspraak).
 Pasal 50 UU No. 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum:
“Peradilan negeri bertugas memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara
pidana dan perkara perdata di tingkat banding”.
 Pasal 142 Rbg/118 HIR., sebagai berikut:
1. Gugatan diajukan ke pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi
tempat tinggal tergugat. Atau jika tidak diketahui tempat tinggalnya,
gugatan diajukan ke pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi
tempat kediaman senyatanya dari tergugat.
2. Apabila tergugat lebih dari satu, yang tempat tinggalnya tidak terletak dalam
wilayah satu pengadilan negeri, gugatan diajukan ke pengadilan negeri yang
wilayah hukumnya meliputi salah satu tempat tinggal tergugat yang dipilih
penggugat. Apabila para tergugat berkedudukan sebagai debitur dan
penanggungnya, maka gugatan diajukan ke pengadilan negeri yang wilayah
hukumnya meliputi tempat tinggal yang berhutang pokok (debitur).
3. Jika tempat tinggal tergugat tidak diketahui demikian juga tempat tinggal
senyatanya tidak diketahui, atau tergugat tidak dikenal, gugatan diajukan ke
pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal penggugat
atau salah satu penggugat.
4. Apabila telah dilakukan pilihan tempat tinggal dengan suatu akta, gugatan
diajukan ke pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal
yang dipilih tersebut.
5. Dalam hal gugatannya mengenai barang tetap, gugatan diajukan ke pengadilan
negeri yang wilayah hukumnya meliputi letak barang tetap tersebut. Jika barang
tetap itu terletak di dalam wilayah beberapa pengadilan negeri, gugatan
diajukan ke salah satu pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi letak
barang tetap itu.
 Kumulasi atau penggabungan gugatan.
 Apabila pihak terdiri dari lebih dari satu orang atau tuntutannya lebih dari satu,
maka disebut telah terjadi kumulasi atau penggabungan gugatan.
 Apabila pihak terdiri dari lebih dari satu orang atau tuntutannya lebih dari satu,
maka disebut telah terjadi kumulasi atau penggabungan gugatan.
 Kumulasi ini ada 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Kumulasi objektif.
2. Kumulasi subjektif.
 Terdapat 3 (tiga) hal kumulasi objektif tidak dibolehkan, yaitu:
1. Kalau untuk suatu tuntutan (gugatan) tertentu diperlukan suatu acara khusus,
sedangkan tuntutan yang lain harus diperiksa menurut acara biasa, maka kedua
tuntutan itu tidak boleh digabung dalam satu gugatan.
2. Demikian pula, jika hakim tidak berwenang (secara relatif) untuk memeriksa
salah satu tuntutan yang diajukan bersama-sama dalam satu gugatan.
3. Tuntutan tentang “bezit” tidak boleh diajukan bersama dengan tuntutan
tentang “eigendom” dalam satu gugatan.

Anda mungkin juga menyukai