Anda di halaman 1dari 9

Surat Kuasa Khusus dan

Kuasa Insidentil
• Gede Aditya Pratama,
S.H., LL.M.
• Dosen Tetap Fakultas
Hukum Universitas
Bhayangkara Jakarta Raya

1
SURAT KUASA KHUSUS
Dalam Pasal 57 ayat (1) Undang-Undang Peratun disebutkan bahwa Para pihak yang bersengketa
masing-masing dapat didampingi atau diwakili oleh seorang atau beberapa orang kuasa. Kegiatan
pendampingan dapat dilakukan setelah Pemberi Kuasa serta Penerima Kuasa menandatangani Surat
Kuasa Khusus, yang merupakan sebuah perikatan sebagaimana tertuang dalam Pasal 1792
KUHPerdata yang berbunyi:
“Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan yang berisikan pemberian kekuasaan kepada orang
lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas nama orang yang memberi kuasa.”

Pada praktek beracara, hakim wajib memastikan formalitas surat kuasa penggugat dan termasuk
surat kuasa Tergugat, tujuannya untuk memastikan kelengkapal legal standing pihak penggugat untuk
memenuhi prasyarat formal gugatan penggugat sebagaimana diatur dalam Pasal 53 UU Peratun.

Dalam Hukum acara Peratun, pemberian dan penerimaan kuasa tidak dalam setiap kondisi dapat
dilihat sebagai suatu hal yang didasari oleh hubungan keperdataan, seperti yang disampaikan Pasal 41
UU Administrasi Pemerintahan. Misalkan seorang Kepala Daerah digugat di Pengadilan TUN dan
kemudian yang bersangkutan memberikan kuasa kepada bagian Biro Hukum untuk mewakili
kepentingannya, maka pemberian kuasa tersebut bukan bagian dari hukum perdata melainkan bagian
hukum publik.

2
SURAT KUASA KHUSUS
Kemudian dalam Praktik pemeriksaan Perkara TUN, pada umumnya Pihak Penggugat dibuat dan
diwakili oleh kuasa hukum professional dalam artian kuasa yang dapat dibuktikan dengan Kartu Tanda
Advokat dan Berita Acara Sumpah. Pada tahap pemeriksaan kuasa disini merupakan kewajiban Majelis
Hakim untuk memeriksa masa berlaku izin beracara advokat yang bersangkutan.

Jika Kuasa terdiri atas beberapa orang, maka kuasa hukum tersebut harus hadir pada sidang
pertama atau diperintahkan untuk dihadirkan pada sidang kedua, guna memastikan keaktifannya
sebagai kuasa. Sementara pemberi kuasa tidak harus hadir dalam setiap persidangan, namun jika
dipandang perlu, pihak pemberi kuasa dapat dipanggil untuk hadir di persidangan.

Surat Kuasa harus ditandatangani oleh pihak pemberi kuasa sebagai bukti formal adanya
persetujuan antara pemberi kuasa dengan penerima kuasa disertai dengan materai serta tanggal Surat
Kuasa. Di dalam Surat Kuasa harus memuat secara jelas dan rinci mengenai hal-hal yang dikuasakan
dengan menyebutkan Pihak yang berperkara, objek sengketa dan tahapan pemeriksaannya (tingkat
pertama, banding atau kasasi).

3
Sebab-sebab berakhirnya
pemberian kuasa:
• Dicabut oleh Pemberi Kuasa;
• Meninggalnya salah satu pihak;
• Pemberi kuasa melepaskan kuasa atas
kemauannya sendiri; dan/atau
• Pemberi kuasa memberi kuasa kepada pihak
lain dalam perkara yang sama, maka dengan
sendirinya pemberian kuasa pertama berakhir,
kecuali ada klausul pada surat kuasa yang baru
bahwa kuasa yang lama tetap berlaku.

4
Contoh Surat Khusus

5
Surat Kuasa Insidentil
Kuasa insidentil adalah kuasa yang berasal dari kalangan keluarga pihak yang
mempunyai izin Ketua Pengadilan untuk berperkara setelah yang bersangkutan
mengajukan permohonan untuk beracara dengan melampirkan surat keterangan
lurah/kepala desa atau yang dipersamakan dengan itu menyatakan tentang
hubungan kekeluargaan antara pemberi kuasa dengan penerima kuasa.

Dalam praktik, pemaknaan kuasa insidentil ini cenderung berkembang dari kuasa
yang menyangkut izin dari Ketua Pengadilan kepada keluarga, menjadi fungsi
advokasi bagi kalangan non-advokat. Kuasa insidentil ini menjadi salah satu
alternatif tersendiri yang disediakan oleh organisasi yang menyediakan jasa advokasi
bagi anggotanya. Contoh: organisasi buruh, organisasi masyarakat, badan-badan
publik non-negara maupun badan publik negara, dan lembaga-lembaga bantuan
hukum.

6
Syarat-syarat pembuatan
Surat Kuasa Insidentil:
• Surat Permohonan Surat Kuasa Insidentiil;
• Fotokopi KTP Pemberi Kuasa dan Penerima
Kuasa;
• Surat Keterangan Wali Nagari/Kepala
Desa/Kelurahan yang menerangkan hubungan
Pemberi Kuasa dengan Penerima Kuasa;
• Fotokopi Kartu Keluarga atau Ranji;
• Materai Rp. 10.000; dan
• Biaya PNBP sebesar Rp. 10.000

7
Contoh Surat Permohonan Surat Kuasa Insidentil

8
DISCUSSION
9

Anda mungkin juga menyukai