Anda di halaman 1dari 9

Nama : Dio Rama Mahendra

NIM : 205010107111109

Resume Perjanjian Pemberian Kuasa


I. Pengertian
Surat Kuasa adalah Naskah Dinas sebagai alat pemberitahuan dan tanda bukti yang berisi
pemberian mandat, hak, kewajiban dan kewenangan dari pihak pejabat yang memberikan kuasa
kepada pejabat yang diberi kuasa untuk bertindak dalam penyelesaian suatu urusan. Misalnya
Menjual rumah atau tanah, mengambil tabungan, mendatangani akta jual beli, dan mewakilkan
sidang di Pengadilan.

Menurut Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian ialah : suatu perbuatan hukum dimana satu
orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih. Selanjutnya Pasal
1338 ayat I KUHPerdata, memberikan kebebasan kepada para pihak untuk antara lain
menentukan isi perjanjian dan memilih dengan siapa ia akan membuat suatu perjanjian.

Pengalihan hak dari penerima kuasa semula pada pihak ketiga dapat dilakukan untuk
seluruhnya atau sebagian saja, bergantung pada bunyi klausula pada surat kuasa
tersebut. Jika isi klausula memberikan sebagian saja, maka harus ditegaskan dalam surat
kuasa semula. Demikian juga apabila kewenangan itu dapat dilimpahkan seluruhnya,
maka harus disebutkan pula dalam surat kuasa. Apabila telah terdapat pengalihan kuasa
substitusi seluruhnya, maka si pemberi kuasa substitusi tidak dapat menggunakan kembali
kuasanya, kecuali pengalihan kuasa tersebut hanya sebagian.

Sedangkan perjanjian antara pemberi kuasa dengan penerima kuasa dituangkan dalam
Surat Kuasa, Ketentuan mengenai pemberian kuasa secara tersirat dapat kita temui dalam
Pasal 1792 KUH Pdt Pemberian kuasa ini dapat diberikan dan diterima dengan suatu akta
umum, dengan surat di bawah tangan bahkan dengan sepucuk surat ataupun dengan
lisan. Penerimaan suatu kuasa dapat pula terjadi secara diam-diam dan disimpulkan dari
pelaksanaan kuasa itu oleh yang diberi kuasa

Definisi Surat Kuasa adalah: Surat kuasa adalah Surat yang berisi pelimpahan
wewenang dari seseorang atau pejabat tertentu kepada seseorang atau pejabat lain.
Pelimpahan wewenang dapat mewakili pihak yang memberi wewenang.

Perjanjian pemberian kuasa merupakan suatu perjanjian dengan siapa seseorang


memberikan kekuasaan atau kewenangan kepada orang lain yang menerimanya untuk
melakukan suatu urusan dan untuk atas nama pihak yang memberikan kekuasaan atau
kewenangan tersebut. Seseorang yang telah menerima kuasa tersebut akan melakukan
suatu perbuatan hukum atas nama orang yang memberinya kuasa. Yang berarti bahwa,
apa yang dilakukan pihak penerima kuasa merupakan tanggungan dari pihak pemberi
kuasa, serta mengenai hak dan kewajiban yang timbul dikemudian hari atas segala yang
dilakukan pihak penerima kuasa, merupakan hak dan kewajiban pihak pemberi kuasa,
atau apabila yang dilakukannya membuat atau menutup suatu perjanjian maka pemberi
kuasalah yang menjadi pihak dalam perjanjian tersebut. 1

II. Bentuk Kuasa

Bentuk kuasa ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu kuasa lisan dan kuasa tertulis.
Mengenai perbedaan antara keduanya tersebut dapat dilihat dari komparisi dalam suatu
kontrak.2

a. Kuasa Lisan

Kuasa lisan merupakan kuasa yang diberikan secara lisan dan tidak dapat digunakan
untuk perbuatan yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan hukum untuk
mengalihkan hak, seperti membeli sepeda motor atau membeli rumah.

b. Kuasa Tertulis

Kuasa tertulis merupakan suatu kuasa yang diberikan untuk melakukan suatu
perbuatan hukum tertentu dan mengenai pemberian kuasa inipun diberikan atau
dilakukan dengan mengikuti peraturan perundang-undangan. Kuasa tertulis digunakan
untuk melakukan suatu perbuatan hukum seperti, pemberian kuasa untuk mewakili
seseorang dalam rangka mendaftarkan permohonan balik nama sertifikat hak atas
tanah.

III. Jenis Kuasa

Menurut jenisnya, pemberian kuasa ini dibedakan menjadi dua, yakni:

a. Kuasa Dibawah Tangan

Kuasa dibawah tangan merupakan suatu kuasa yang dibuat dalam bentuk tertulis
yang dibuat sendiri oleh para pihak atau dengan kata lain tidak dibuat oleh dan/atau
dihadapan pejabat yang berwenang untuk itu yaitu notaris. Kuasa dibawah tangan
tidak dapat memberikan bukti yang sempurna, karena kuasa dibawah tangan hanya
dianggap sebagai suatu penuturan yang dituturkan oleh para pihak dan apa yang
dituturkan tersebut hanya berhubungan dengan isi pokok mengenai hal apa yang
diperjanjikan.

b. Kuasa Notariil

Kuasa notariil atau Akta Kuasa merupakan kuasa yang dibuat dalam bentuk tertulis.
Kuasa notariil biasa disebut dengan akta kuasa yang merupakan akta yang dibuat oleh
dan atas buah pikiran dari pejabat yang berwenang untuk itu yaitu notaris. Proses

1Djaja S. Meliala, Penuntun Praktis Perjanjian Pemberian Kuasa Menurut KUHPerdata, Nuansa Alulia,
Bandung, 2008, hlm. 1. 2 Wicaksono, 2009, Panduan Lengkap Membuat Surat-Surat Kuasa, Jakarta,
Visimedia, hlm. 17
pembuatan kuasa ini, terlebih dahulu biasanya seorang notaris akan menanyakan
alasan kepentingan dibuatnya akta kuasa tersebut dan seorang notaris juga akan
meminta data-data identitas para pihak seperti, kartu tanda penduduk (KTP) pihak
pemberi kuasa maupun pihak penerima kuasa, kartu tanda penduduk (KTP) suami
atau istri dari pihak pemberi kuasa, serta kartu keluarga (KK) pihak pemberi kuasa
atau surat nikah.

Perbedaan antara keduanya, dapat diketahui dari susunan dan redaksi yang ada dalam
surat kuasa tersebut.2

IV. Jenis-jenis Pemberian Kuasa di Pengadilan

Isi perjanjian yang dibuat oleh Pemberi kuasa dengan Penerima kuasa adalah bebas dan
mengikat kedua belah pihak serta memenuhi unsur subjektif dan objektif syarat Sah
perjanjian, Bentuk perjanjian menurut pasal 1793 KUH Perdata bentuk perjanjian
pemberian kuasa. Pemberian kuasa dapat dilakukan dengan akta autentik, dalam bentuk
tulisan di bawah tangan, dan dengan lisan. Bentuk kuasa di depan pengadilan menurut
Yahya Harahap antara lain antara lain:

A. Kuasa Secara Lisan. Pasal 120, 123 ayat (1) HIR / pasal 147 ayat (1)
 Dinyatakan Penggugat/Pemohon secara lisan di hadapan Ketua
Pengadilan.
1. Maksudnya kuasa yang dilakukan oleh seorang yang buta huruf
yang mengajukan gugatan secara lisan kepada ketua
pengadilan, sehingga ketua pengadilan mencatat gugatan dan
pemberian kuasa tersebut dan memformulasikan nya dalam
bentuk gugatan tertulis.
 Kuasa yang ditunjuk secara lisan di Persidangan.
1. Maksudnya kuasa yang ditunjuk oleh pihak secara lisan di
sidang pengadilan pada Saat proses pemeriksaan berlangsung.
B. Kuasa yang ditunjuk dalam Surat Gugatan. (Pasal 118, 123 ayat (1) HIR / Pasal
147 ayat 1 (Rbg).
 Dalam praktik pencantuman kuasa dalam Surat Gugatan berdasarkan
Surat Kuasa Khusus yang dibuat sebelum diajukannya gugatan. Oleh
karena itu tanggal Surat Kuasa khusus dibuat sebelum atau minimal
Sama dengan tanggal diajukannya gugatan.
C. Surat Kuasa Khusus / bizondere schriftelijke machtiging . (Pasal 123 HIR)
 Surat Kuasa Khusus harus dilakukan secara tertulis (In writing). Bentuk
Surat kuasa khusus bersifat bebas (vrij vorm) artinya para pihak bebas
memilih bentuk yang diinginkannya. Adapun Bentuk Surat Kuasa khusus
adalah sebagai berikut:
1. Akta Notaris Berbentuk akta otentik yaitu Surat Kuasa Khusus
yang dibuat dihadapan notaris yang dihadiri oleh pemberi dan
penerimka kuasa

2 Ibid, hlm. 19.


2. Akta yang Dibuat di Depan Panitera. Surat Kuasa Khusus ini
dibuat dihadapan panitera sesuai dengan kompetensi relatif
pengadilan tersebut. Agar Surat Kuasa khusus ini berlaku
sebagai akta otentik maka Surat Kuasa Khusus yang dibuat
dihadapan panitera tersebut harus dilegalisir oleh Ketua
pengadilan atau hakim pengadilan tersebut.
3. Akta Dibawah Tangan. (Underhands akte) Adalah akta yang
dibuat para pihak (pemberi dan penerima kuasa) tanpa
perantaraan seorang pejabat, ditandatangani oleh kedua belah
pihak serta mencantumkan tanggal penandatanganan. Surat
kuasa ini tidak memerlukan legalisasi (Putusan MA No. 779
K/Pdt/1992), sehingga dianggap Surat Kuasa yang paling efektif
dan efisien karena biaya murah dan dibuat dalam waktu yang
relatif singkat.

V. Jenis-Jenis Surat Kuasa

A.Surat Kuasa Umum


Surat kuasa ini bertujuan memberikan kuasa kepada seseorang untuk mengurus
kepentingan pemberi kuasa, yaitu:
1. Melakukan tindakan pengurusan harta kekayaan pemberi kuasa.
2. Pengurus itu berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepentingan pemberian kuasa atas harta kekayaan.
3. Titik berat kuasa hanya meliputi perbuatan atau tindakan pengurusan kepentingan
pemberi kuasa.
b.Surat Kuasa Khusus
Dalam surat kuasa ini, pemberian kuasa dapat dilakukan secara khusus, yaitu
hanya mengenai suatu kepentingan atau lebih. Bentuk inilah yang menjadi landasan
pemberian kuasa untuk bertindak didepan pengadilan mewakili kepentingan pemberian
kuasa sebagai pihak. Namun, agar bentuk kuasa yang disebut dalam pasal sah sebagai
surat kuasa khusus di depan pengadilan. Surat kuasa harus dilakukan hanya untuk
mengenai suatu kepentingan tertentu atau lebih. Harus disebutkan secara terperinci
tindakan apa yang harus dilakukan oleh penerima kuasa. misalnya kuasa untuk
melakukan penjualan rumah hanya untuk mewakili kepentingan pemberi kuasa untuk
menjual rumah. Demikian pula, jika untuk mewakili pemberi kuasa untuk tampil di
pengadilan, surat kuasa khusus harus mencantumkan secara terperinci tindakan-tindakan
yang dapat dilakukan penerima kuasa di pengadilan.
c. Surat Kuasa Istimewa
Surat kuasa ini mengatur perihal pemberian surat kuasa istimewa dengan syarat-
syarat yang harus dipenuhi agar sah menurut hukum, yakni:

1. Bersifat Limitatif.
Kebolehan memberi kuasa istimewa hanya terbatas untuk tindakan tertentu yang
sangat penting dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang bersangkutan secara
pribadi. Lingkup tindakannya hanya terbatas misalnya, untuk memindahtangankan
benda-benda milik pemberi kuasa, untuk membuat perdamaian, dan untuk
mengucapkan sumpah tertentu atau sumpah tambahan sesuai Aturan perundang-
undangan.
2. Harus Berbentuk Akta Otentik (Akta Notaris).
Surat kuasa istimewa hanya dapat diberikan dalam bentuk surat yang sah.

D.Surat Kuasa Perantara


Surat kuasa perantara disebut juga agen (agent). Dalam hal ini pemberi kuasa
sebagai principal memberi  perintah (instruction) kepada pihak kedua dalam
kedudukannya sebagai agen atau perwakilan untuk melakukan perbuatan hukum tertentu
dengan pihak ketiga. Apa yang dilakukan agen, mengikat principal sebagai pemberi kuasa,
sepanjang tidak bertentangan atau melampaui batas Kewenangan yang diberikan.
Fungsi Surat Kuasa
Ada beberapa macam fungsi yang di kategorikan sebagai surat kuasa di antaranya
adalah:
1. Surat kuasa yang berfungsi untuk pengambilan dokumen kependudukan.
2. Surat kuasa yang berfungsi untuk pengambilan gaji/pembayaran.
3. Surat kuasa yang berfungsi untuk mencairkan uang.
4. Surat kuasa yang berfungsi untuk penjualan.
5. Surat kuasa yang berfungsi untuk pengambilan keputusan usaha.
6. Surat kuasa yang berfungsi untuk pengambilan keputusan politik.

VI. Sifat Pemberian Kuasa

Sifat pemberian kuasa berdasarkan pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
tercantum dalam Bab XVI tentang Pemberian kuasa yaitu Pasal 1792-1819 ada dua
macam, yakni:

a. Kuasa Umum

Kuasa umum ini diatur dalam Pasal 1795 KUHPerdata. disebutkan bahwa untuk dapat
mewakili di depan pengadilan sebagai seorang penerima kuasa harus mendapatkan
kuasa yang bersifat khusus dan dinyatakan secara tegas mengenai apa yang
dikuasakan kepadanya. b. Kuasa Khusus

Kuasa khusus merupakan suatu kuasa yang diberikan untuk melakukan perbuatan
hukum tertentu yang disebutkan secara tegas dan khusus, seperti untuk mengalihkan
barang, meletakkan hak tanggungan atas barang, serta untuk melakukan tindakan lain
yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik. Kuasa khusus ini diatur juga di
dalam Pasal 1795 KUHPerdata.

Pasal 1795 KUHPerdata dapat diketahui mengenai macammacam pemberian kuasa


yang dalam hal ini pemberian kuasa yang diberikan secara khusus, yaitu mengenai
suatu kepentingan tertentu yang memang bersifat khusus. Pemberian dan penerimaan
kuasa yang diatur dalam pasal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam cara,
antara lain dengan akta otentik yang dibuat oleh notaris, dengan akta dibawah
tangan, surat biasa dan/atau dengan lisan.

VII. Syarat Sah Pemberian Kuasa

Syarat sahnya pemberian kuasa diberikan secara formil sesuai dengan ketentuan yang
ada dalam peraturan perundang-undangan, yaitu baik yang dibuat oleh notaris maupun
yang dibawah tangan. Pemberian kuasa merupakan perjanjian konsensuil yang artinya
sudah mengikat (sah) pada detik tercapainya sepakat antara pihak pemberi kuasa dan
pihak penerima kuasa.3

VIII. Hak dan Kewajiban Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa

Hubungan hukum yang terjadi antara pemberi kuasa dan penerima Akan menimbulkan
akibat hukum. Akibat hukum, yaitu timbulnya hak dan kewajiban para pihak. Kewajiban
penerima kuasa disajikan berikut ini.

1. Melaksanakan kuasanya dan bertanggung jawab atas segala biaya, kerugian,


dan bunga yang timbul dari tidak dilaksanakannya kuasa itu.
2. Menyelesaikan urusan yang telah mulai dikerjakannya pada waktu pemberi
kuasa meninggal dan dapat menimbulkan kerugian jika tidak segera diselesaikan.
3. c. Bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan dengan sengaja dan
kelalaian-kelalaian yang dilakukan dalam menjalankan kuasanya.
4. Memberi laporan kepada pemberi kuasa tentang apa yang telah dilakukan,
sertamemberi perhitungan segala sesuatu yang diterimanya.
5. Bertanggung jawab atas orang lain yang ditunjuknya sebagai penggantinya
dalam melaksanakan kuasanya

IX. Kewajiban Pemberi Kuasa


a. Memenuhi setiap perjanjian yang dibuatnya antara pihak pemberi kuasa dengan
pihak penerima kuasa.
b. Harus melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal sesuai dengan hal-hal apa saja
yang terdapat dalam perjanjian.
c. Mengembalikan atau mengganti biaya-biaya atau uang muka yang telah
dikeluarkan oleh penerima kuasa.

3 Steviyanti Veronica Mongdong, “Eksistensi Surat Kuasa Terhadap Peralihan Hak Atas Tanah Ditinjau Dari
KUHPerdata”, Lex Privatum, Volume V, Nomor 5 (Juli 2017), hlm. 108.
d. Jika diperjanjikan mengenai upah dalam melakukan suatu hal yang dikuasakan
kepada penerima kuasa, maka sebagai seorang pemberi kuasa wajib untuk
membayarkan upah tersebut.
X. Kewajiban Penerima Kuasa
a. Tidak boleh melakukan hal-hal yang melampaui mengenai apa saja yang
dikuasakan kepadanya.
b. Melaksanakan hal-hal yang dikuasakan kepadanya termasuk wajib untuk
menanggung atas semua biaya, kerugian dan bunga yang dimungkinkan timbul
apabila kuasa tersebut tidak dilaksanakan.
c. Melaporkan apapun yang ia lakukan kepada pemberi kuasa.

Pemberian kuasa ini ada pula yang dikenal dengan kuasa substitusi. Kuasa substitusi
adalah pemberian kuasa yang dapat digantikan atau dilanjutkan oleh orang lain sebagai
pengganti dari penerima kuasa awal. Penerima kuasa awal ini bertanggung jawab
terhadap penerima kuasa pengganti.

XI. Pembuatan Kuasa yang Dilarang

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri tanggal 6 Maret 1982 Nomor 14/1982
juncto Yurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 14 April 1988 Nomor 2584, diatur
mengenai surat kuasa yang tidak diperbolehkan lagi untuk dibuat, yaitu surat kuasa
mutlak yang berkaitan dengan tanah. Pelarangan ini dikarenakan dalam hal jual beli tanah
banyak pihak-pihak yang menyalahgunakannya. Karena di dalam klausul kuasa mutlak
selalu dicantumkan kalimat “kuasa yang tidak dapat dicabut kembali”, sehingga dengan
adanya klausul tersebut penerima kuasa dapat dengan bebas melakukan perbuatan
apapun, baik tindakan pengurusan maupun tindakan kepemilikan atas tanah yang
dimaksud.

XII. Berakhirnya Pemberian Kuasa

Berdasakan ketentuan Pasal 1813 KUHPerdata, berakhirnya pemberian kuasa


disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.

a. Penarikan kembali kuasa dari penerima kuasa oleh pemberi kuasa


b. Pemberitahuan tentang penghentian pemberian kuasa oleh penerima kuasa
c. Meninggalnya Pemberi Kuasa atau Penerima Kuasa
d. Menikahnya Perempuan Pemberi Kuasa atau Penerima Kuasa
XIII. Contoh Perjanjian Pemberian Kuasa

SURAT PERNYATAAN DAN KUASA

Yang bertandatangan dibawah ini :

I.                 Nama : Kresno Widyaningrat


Umur/ Tanggal Lahir : 23 Th/ Kebumen, 20 Mei 1992
NIK : 3305192005920001
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kedung Puji rt 004/003 Gombong

Selanjutnya disebut pihak I pemberi kuasa.

II.           Nama : Alpin Rahmat


Umur/ Tanggal Lahir : 26 Th/ Jakarta, 27 September 1989
NIK : 3173062709890008
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Kp Gaga rt 008/003 Kalideres Jakarta-Barat

Selanjutnya disebut pihak II dan yang diberi kuasa.

Pihak I sebelumnya menerangkan dengan sesungguhnya bahwa, korban telah


dirawat di RS SENTRA MEDIKA Cibinong-Bogor selama 6 hari dari tanggal 27-
Desember 2015 s/d 01 Januari 2016 dengan total biyaya Rp 6.698.000,00
terbilang (Enam juta enam ratus sembilan puluh delapan ribu rupiah).
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, dengan ini PIHAK I memberi kuasa kepada
PIHAK II untuk menagih biyaya perawatan/ santunan kepada PT. JASA
RAHARJA (PERSERO).
Demikian surat pernyataan dan pemberian kuasa in di buat dengan sebenar-
benarnya apabila dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang tidak benar atas
isi surat pernyataan dan pemberian kuasa ini, maka PIHAK I dan PIHAK II
bersedia untuk dituntut sesuai dengan ketetntuan Undang-Undang yang berlaku.

Jakarta, 02 Januari 2016


PIHAK II PIHAK I
Yang Diberi Kuasa Pemberi Kuasa

Kresno Widyaningrat Alpin Rahmat


DAFTAR PUSTAKA

Djaja S. Meliala, Penuntun Praktis Perjanjian Pemberian Kuasa Menurut KUHPerdata,


Nuansa Alulia, Bandung, 2008, hlm. 1.

Meliala, Djaja S. 2008. “Penuntun Praktis Perjanjian Pemberian Kuasa Menurut Kitab
UndangUndang Hukum Perdata”. Bandung: Nuansa Aulia.

Richars Eddy. 2010. “Aspek Legal Properti-Teori, Contoh, dan Aplikasi”. Yogyakarta, CV.
Andi Offset, hlm. 33.

Wicaksono. 2009. “Panduan Lengkap Membuat Surat-Surat Kuasa”. Jakarta, Visimedia,


hlm. 17

Steviyanti Veronica Mongdong, “Eksistensi Surat Kuasa Terhadap Peralihan Hak Atas
Tanah Ditinjau Dari KUHPerdata”, Lex Privatum, Volume V, Nomor 5 (Juli 2017), hlm.
108.

Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum, Yogyakarta,Cahaya Atma Pustaka, hlm.87.

Anda mungkin juga menyukai