Anda di halaman 1dari 34

KEJAKSAAN NEGERI KEDIRI P-42

“UNTUK KEADILAN”

SURAT – TUNTUTAN

NO. REG PERKARA: AAH-23/Ip.2/GPR/2022

I. PENDAHULUAN

Majelis hakim yang terhormat,

Saudara Penasihat Hukum yang kami hormati,

Pengunjung Sidang yang berbahagia.

Pertama-tama sebagai insan beragama, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan
YME, karena petunjuk, tuntunan serta rahmatnya sampailah kita pada tahap akhir dari proses
pemeriksaan perkara ini.

Pengunjung Sidang yang berbahagia pada hari ini kami selaku Penuntut Umum telah
mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan “Surat Tuntutan” dalam perkara Tindak Pidana
Pemerkosaan subsidair Pembunuhan Berencana.

Jaksa Penuntut Umu pada Kejaksaan Negeri Kediri dengan memperhatikan hasil
pemeriksaan sidang dalam perkara atas nama TERDAKWA:

A. IDENTITAS TERDAKWA
Nama Lengkap : ZILDAN NURCAHYA bin YAHYA
Tempat Lahir : Kediri
Umur/Tanggal Lahir : 32 Tahun / 15 September 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Suko, Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten
Kediri
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Pendidikan : SMA

B. RIWAYAT PENAHANAN
Oleh Penyidik : Ditahan di Rutan kelas II B, Kediri, sejak
12 September 2021 – 31 Oktober 2021;
Diperpanjang oleh : Ditahan di Rutan kelas II B, Kediri, sejak
Penuntut Umum 1 November 2021 – 9 Desember 2021;
Oleh Hakim Pengadilan Negeri : Ditahan di Rutan kelas II B, Kediri, sejak
Kediri 10 Desember 2021 – 9 Januari 2022.

Atas kesempatan yang diberikan kepada kami dengan segala kerendahan hati
perkenankanlah kami menyampaikan rasa hormat, serta ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada Majelis Hakim yang telah memimpin persidangan dengan penuh kesabaran, ketelitian, dan
kecermatan serta sangat memperhatikan asas-asas Hukum Acara Pidana yang berlaku. Majelis
hakim berusaha untuk menemukan kebenaran materiil yang bernuansa pada satu tujuan yaitu
tegaknya hukum dan keadilan.

Betapa tinggi kadar kemanusiaan kita, sekalipun upaya penegakan hukum tetap
dilaksanakan dengan berintikan pada keadilan, rasanya kita sependapat bahwa perkara ini tidak
boleh dilihat dari sisi kepentingan TERDAKWA saja dengan mengutamakan rasa kemanusiaan
yang terlalu tinggi, sebab yang lebih utama daripada itu adalah kepentingan yang lebih besar lagi,
yaitu Masyarakat dan kepentingan Negara. Oleh karena itu perlulah kita memandang perkara ini
dari aspek kepentingan Negara dan Masyarakat terutama dalam rangka pemberantasan di bidang
Tindak Pidana Penggelapan dan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Majelis Hakim yang kami hormati,

Agar tuntutan pidana ini dapat lebih mudah diikuti dan dimengerti, maka penyusunanya
dibuat dengan sistematika :

I. PENDAHULUAN
II. SURAT DAKWAAN
III. FAKTA – FAKTA DI PERSIDANGAN
IV. FAKTA HUKUM
V. ANALISIS YURIDIS
VI. TUNTUTAN PIDANA

Berdasarkan Surat Penetapan Hakim Pengadilan Negeri Kediri Nomor


102/Pen.Pid.B/2022/PN Kdr tanggal 14 Januari 2022 dan Surat Pelimpahan Perkara Acara
Pemeriksaan Biasa Kepala Kejaksaan Negeri Banda Aceh tanggal 2 September 2021 Nomor:
APB-195/L.1.10/Eoh.2/09/2021, TERDAKWA dihadapkan ke persidangan dengan dakwaan
sebagai berikut:

II. SURAT DAKWAAN

PRIMAIR

Bahwa TERDAKWA, ZILDAN NURCAHYA bin YAHYA, pada hari Selasa 11


September 2021 sekitar pukul 17.30 WIB ataupun setidak-tidaknya pada suatu waktu di dalam
bulan September berada di Dusun Kec. Grogol Kab. Kediri ataupun setidaktidaknya pada suatu
tempat lain yang termasuk ke Daerah Hukum Pengadilan Negeri Kediri, telah melakukan
kekerasan,ancaman kekerasan dan ancaman pembunuhan serta memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut ini :

• Bahwa pada wkatu serta tempat seperti diatas, TERDAKWA, ZILDAN NUCAHYA
sedang berjalan-jalan di sekitaran daerah Grogol.
• Bahwa TERDAKWA, ZILDAN NURCAHYA melihat serta bertemu dengan korban
dengan inisial AS.
• Bahwa TERDAKWA, ZILDAN NURCAHYA, pada saat itu sedang dalam kondisi
mabuk, usai melakukan pesta miras bersama kawan-kawan lainnya.
• Bahwa TERDAKWA, ZILDAN NURCAHYA, tidak sengaja membawa kunci T
disakunya dan diapun mengambil kunci tersebut, kemudian mendekati korban AS
• Bahwa TERDAKWA, ZILDAN NURCAHYA, memaksa kepada korban AS untuk
ikut naik ke motor Terdakawa
• Bahwa TERDAKWA, ZILDAN NURCAHYA, kemudian memukulkan kunci T
kepada kepala Korban AS, hingga kepala korban berdarah.
• Bahwa TERDAKWA, ZILDAN NURCAHYA, memaksa membuka baju korban dan
melakukan tindakan kekerasan seksual kepada korban AS saat itu juga
• Bahwa saksi, TARMIDI, yang kebetulan melintas pulang dari sawah mendengar
tangisan korban AS
• Bahwa saksi, TARMIDI, kemudian mencari sumber suara dan menemukan korban AS
menangis dengan luka di kepala korban
• Bahwa saksi, TARMIDI, juga melihat TERDAKWA sedang memakai celana dan
hendak lari dari TKP
• Bahwa tidak lama kemudian terdengar suara teriakan dari saksi, TARMIDI, “Tolong-
tolong” untuk memanggil warga sekitar
• Bahwa TERDAKWA, ZILDAN NURCAHYA, kemudian hendak lari dengan menaiki
sepeda motor, berhasil dicegat oleh kerumunan warga yang mulai berdatangan.
• Bahwa atas petunjuk dari saksi, TARMIDI, diberitahukan soal keadaan korban AS dan
membawanya kepada rumah pengurus RT untuk mengamankan korban.
• Bahwa atas petunjuk dari saksi, TARMIDI, TERDAKWA, ZILDAN NURCAHYA,
dibawa ke Polsek terdekat untuk menjaga dari amukan warga yang mulai berdatangan.

---------------------Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam pidana sesuai dengan


Pasal 285 KUH Pidana jo. Pasal 354 ayat (1) KUH Pidana ----------------------------

SUBSIDAIR

Bahwa TERDAKWA pada waktu dan tempat yang telah disebutkan dalam dakwaan
primair, dengan sengaja telah melakukan rencana pembunuhan terhadap seorang yang bernama
AS,,alamat terakhir di Grogol, Kecamatan Kediri rencana pmbunuhan tersebut dilakukan oleh
TERDAKWA karena AS mengancam Si TERDAKWA untuk melapor kepada pihak berwajib
korban.Rencana Pembunuhan terhadap korban terjadi akibat si TERDAKWA melakukan
pemerkosaan terhadap si korban karena merasa terdesak dan hampir kalah, TERDAKWA
mengeluarkan pisau dan hamper mengenai korban, yang menyebabkan korban berlari keluar
dengan meminta pertolongan.kepada warga sekitar.

----------------Perbuatan TERDAKWA sebagaimana diatur dan diancam pidana sesuai dengan


Pasal 338 KUHP Pidana jo. 53 KUHP ----------------------------------------------------------------------

III. FAKTA – FAKTA DI PERSIDANGAN

Fakta-fakta yang terungkap di persidangan secara berturut-turut berupa keterangan Saksi dan
keterangan TERDAKWA sebagai berikut:

A. KETERANGAN SAKSI-SAKSI
1. Saks A Charge
1. Saksi yang berinisial AS, Jenis kelamin: Perempuan, Umur: 23 Tahun, Tempat, tanggal
lahir: Kediri, 7 Januari 1999, Agama: Islam, Kewarganegaraan: Indonesia, Tempat
Tinggal: Jl. Aladin 3 No. 4, Kabupaten Kediri, Pekerjaan: Mahasiswi, Pendidikan Terakhir:
SMA, di sidang pengadilan memberikan keterangan di bawah sumpah menurut agama
Islam yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa Saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
- Bahwa Saksi mengetahui tetapi tidak kenal dengan TERDAKWA.
- Bahwa Saksi merupakan Saksi korban.
- Bahwa pada hari Selasa, 11 September 2021 tepatnya pada pukul 17.30, Saksi
menerangkan pada saat itu Saksi baru saja pulang dari kos temannya di Jl. Indragiri,
Kec. Grogol, Kab. Kediri karena baru selesai mengerjakan tugas kuliahnya.
- Bahwa pada waktu yang bersamaan dan di tempat yang sama, Saksi yang sedang
berjalan di tepi jalan melihat ada beberapa gerombolan laki-laki yang sedang
minum minuman beralkohol bersama-sama di sebrang tepi jalan, di mana terdapat
TERDAKWA di antara kerumunan tersebut.
- Bahwa pada waktu dan tempat yang sama, Saksi diikuti menggunakan sepeda
motor oleh TERDAKWA kira-kira hingga sejauh 50 (lima puluh) meter dari
tempat TERDAKWA bersama teman-temannya berkumpul.
- Bahwa pada tanggal yang sama tepatnya pukul 17.45 WIB dan bertempatan 50
(lima puluh) meter dari tempat TERDAKWA bersama teman-temannya
berkumpul, Saksi langsung dipaksa untuk menaiki sepeda motor TERDAKWA
dengan berteriak.
- Bahwa setelah paksaan yang diberikan TERDAKWA, Saksi menolak dan hendak
berlari menjauh dari TERDAKWA, namun dengan cepat TERDAKWA
mengeluarkan Kunci T dari sakunya dan memukul ke kepala Saksi.
- Bahwa selanjutnya, Saksi merasakan pusing dan merasa ada aliran darah dari
kepala tepatnya bagian pelipis kiri Saksi sehingga Saksi tidak mampu untuk
memberikan perlawanan ataupun lari dari TERDAKWA.
- Bahwa tak lama berselang setelah Saksi terjatuh bersimbah darah, TERDAKWA
langsung membuka pakaian Saksi dan melakukan pemerkosaan dan tindakan
kekerasan seksual berdasarkan Barang Bukti Nomor
BB/01/I/2021/DITRESKRIMUM berupa hasil Visum et Repertum pada bagian
kemaluan dan perut bagian bawah Saksi.
- Bahwa selanjutnya Saksi tidak dapat melakukan apa-apa selain menangis, hingga
pada 5 menit berselang, tepatnya pada pukul 17.57 WIB, TERDAKWA terlihat
panik dan langsung bergegas menggunakan celananya kembali.
- Bahwa selanjutnya Saksi berusaha untuk bangkit dan berteriak minta tolong kepada
warga sekitar, tetapi TERDAKWA mengeluarkan pisau dan hamper dan langsung
diarahhkan kepada Saksi.
- Bahwa setelah melihat TERDAKWA mengarahkan pisau dan hamper kepada
Saksi, Saksi berhasil untuk lari dari jangkauan TERDAKWA dan langsung
berteriak minta tolong.
- Bahwa setelah Saksi berhasil melarikan diri, tepatnya pada pukul 18.15 WIB, Saksi
bertemu dengan Saksi TARMIDI dan langsung dibawa kepada rumah penurus RT
setempat.
Atas keterangan yang diberikan oleh Saksi berinisial AS, TERDAKWA menolak untuk
seluruhnya.

2. Saksi yang bernama TARMIDI, Jenis kelamin: Laki-laki, Umur: 43 Tahun, Tempat,
tanggal lahir: Kediri, 10 April 1979, Agama: Islam, Kewarganegaraan: Indonesia, Tempat
Tinggal: Jl. Masqurai No. 5, Kabupaten Kediri, Pekerjaan: Petani, Pendidikan Terakhir:
SMA, di sidang pengadilan memberikan keterangan di bawah sumpah menurut agama
Islam yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa Saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
- Bahwa Saksi mengetahui tetapi tidak kenal dengan TERDAKWA.
- Bahwa Saksi mengetahui Saksi korban merupakan mahasiswi yang tinggal tidak
jauh dari tempat kejadian perkara.
- Bahwa Saksi merupakan Saksi pelapor.
- Bahwa Saksi pada hari Selasa, 11 September 2021, sekitar pukul 15.00 WIB hingga
pukul 17.30 WIB sedang bekerja di sawahnya yang berlokasi tidak jauh dari tempat
kejadian perkara.
- Bahwa pada pukul 17.35 WIB, Saksi hendak pulang ke rumah setelah selesai
dengan pekerjaannya di sawah dengan mengendarai sepeda motor miliknya.
- Bahwa Saksi menerangkan setelah mengendarai sepeda motornya sekitar 20 menit
dari sawahnya, Saksi mendengar adanya suara tangisan dari sisi kiri jalan, di mana
tempat tersebut tertutupi oleh semak belukar yang cukup lebat.
- Bahwa selanjutnya karena Saksi merasa penasaran, Saksi langsung turun dari
motornya dan mencari sumber suara yang didengarnya tersebut, hingga pada
akhirnya setelah sekitar 3 (tiga) meter menelusuri semak belukar, Saksi melihat ada
perempuan berusia remaja yang diketahuinya merupakan Saksi korban dalam
posisi terungkur di tanah tanpa busana disertai darah yang keluar dari kepalanya
dan melihat TERDAKWA sedang memakai celana dan hendak lari dari tempat
kejadian perkara.
- Bahwa kemudian Saksi tanpa berbicara satu kata pun langsung diteriaki
TERDAKWA untuk pergi disertai dengan ancaman bahwa TERDAKWA akan
menusuk Saksi korban dengan pisau.
- Bahwa selanjutnya Saksi hanya bisa terdiam, hingga akhirnya datang suara
kerumunan warga sekitar yang kemudian membuat TERDAKWA panik dan
dilanjutkan dengan TERDAKWA melarikan diri menuju sepeda motornya yang
terletak di pinggir jalan sehingga membuat Saksi secara spontan berteriak ke arah
warga bahwa TERDAKWA yang sedang lari adalah pelaku pemerkosaan.
- Bahwa tak lama berselang, sekitar pukul 18.07 WIB, Saksi bersama warga sekitar
berhasil mencegat motor yang hendak dinaiki TERDAKWA untuk kabur dan
memberikan instruksi kepada warga untuk tidak diamuk dan segera membawa
TERDAKWA ke Polsek setempat.
- Bahwa setelah TERDAKWA dibawa ke Polsek setempat oleh warga, Saksi
mendatangi Saksi korban dan langsung membawanya ke kediaman pengurus RT
setempat.

Atas keterangan yang diberikan oleh Saksi TARMIDI, TERDAKWA menolak untuk
seluruhnya.

3. Saksi yang bernama TARMIDJI, S.I.Kom, Jenis kelamin: Laki-laki, Umur: 43 Tahun,
Tempat, tanggal lahir: Kediri, 8 Februari 1979, Agama: Islam, Kewarganegaraan:
Indonesia, Tempat Tinggal: Jl. Masqurai No. 8, Kabupaten Kediri, Pekerjaan: Karyawan
Swasta, Pendidikan Terakhir: Sarjana-1, di sidang pengadilan memberikan keterangan di
bawah sumpah menurut agama Islam yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa Saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
- Bahwa Saksi mengetahui dan mengenal TERDAKWA.
- Bahwa Saksi merupakan teman dekat dengan TERDAKWA.
- Bahwa Saksi pada hari Selasa, 11 September 2021 sekitar pukul 16.00 WIB sampai
dengan pukul 18.00 WIB berada di sekitaran Jl. Indragiri, Kec. Grogol, Kab. Kediri
dan tengah berkumpul sambil minum minuman beralkohol dan bermain kartu
dengan TERDAKWA beserta tiga kawannya yang lain.
- Bahwa Saksi pada tanggal dan tempat yang sama, tepatnya pukul 17.00 WIB
mendengar bahwa TERDAKWA sengaja membawa pisau dan hamper karena
sedang mengincar seseorang yang diketahuinya telah membuat kesal
TERDAKWA pada hari Minggu, 9 September 2021 karena telah menegur
TERDAKWA untuk tidak mabuk-mabukan dan mengganggu pejalan kaki di lokasi
yang sama di mana mereka berkumpul pada hari Selasa, 11 September 2021.
- Bahwa kemudian Saksi tidak mengetahui secara pasti siapa yang dimaksud oleh
TERDAKWA, tetapi Saksi berusaha untuk menghalangi rencana TERDAKWA
hingga akhirnya sempat terjadi adu mulut dengan TERDAKWA, tetapi Saksi
mengalah karena melihat TERDAKWA yang sudah terlalu mabuk.
- Bahwa pada tanggal yang sama tepatnya pada pukul 17.30 WIB, Saksi hampir
diancam akan ikut ditusuk dengan pisau, tetapi kemudian TERDAKWA langsung
meninggalkan tempat sesaat setelah melihat perempuan berusia sekitar 20 (dua
puluh) hingga 23 (dua puluh tiga) tahun tengah berjalan kaki di seberang jalan.
- Bahwa kemudian sesaat setelah TERDAKWA meninggalkan tempat, Saksi
bersama tiga kawan lainnya tidak mengetahui apa maksud TERDAKWA tersebut
dan mengira TERDAKWA meninggalkan tempat hanya karena sedang marah
setelah Saksi menghalangi niat balas dendam TERDAKWA.

Atas keterangan yang diberikan oleh Saksi TARMIDJI, S.I.Kom di atas, TERDAKWA
menerima untuk sebagian.

Bahwa dalam persidangan ini, TERDAKWA tidak mengajukan Saksi A De Charge (Saksi yang
meringankan).

B. KETERANGAN AHLI

Ahli A Charge

1. Ahli yang bernama Dr. SOEJATMO TASRI, S.H., M.H., Jenis kelamin : Laki-laki, Umur
: 51 tahun, Tempat / tanggal lahir : Medan, 5 Januari 1971, Agama :
Islam,Kewarganegaraan : Indonesia, Tempat tinggal : Jalan Teuku Lamgugop No.
31, Kabupaten Kediri, Pekerjaan: Dosen Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman,
Pendidikan : Strata-3, di sidang pengadilan memberikan penjelasan dibawah sumpah
menurut agama Islam yang pada pokoknya menjelaskan sebagai berikut:
- Bahwa Ahli dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
- Bahwa benar Ahli menempuh S1, S2, dan S3 di Fakultas Hukum Universitas
Jenderal Soedirman.
- Bahwa benar Ahli bekerja sebagai Dosen Ilmu Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman.
- Bahwa benar Ahli sudah dipanggil di persidangan sebanyak 4 (empat) kali.
- Bahwa benar Ahli dipanggil dalam persidangan sebagai Ahli Hukum Pidana.
- Bahwa judul disertasi Ahli adalah “Rekonstruksi Sanksi Pidana dalam Tindak
Pidana Kesusilaan”.
- Bahwa Ahli menjelaskan bahwa Tindak Pidana Kesusilan yang khususnya
menyangkut pada pemaksaan, pemerkosaan, yang disertai oleh kekerasan atau
ancaman kekerasan memiliki unsur di antaranya barang siapa, melakukan
pemaksaan, dengan ancaman atau kekerasan, melakukan persetubuhan di luar
perkawinan.
- Bahwa Ahli menjelaskan Tindak Pidana Kesusilaan termasuk tindak pidana
kejahatan terhadap orang dan harta benda yang dalam kata lain penyerangan atas
kepentingan hukum orang dan harta bendanya yang bukan milik dirinya sendiri.
- Bahwa Ahli menjelaskan dalam Pasal 285 KUHP, unsur dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan sebagai setiap perbuatan yang dilakukan dengan kekuatan badan
yang agak hebat, yang kemudian diperluas dalam Pasal 89 KUHP dengan pengertian
dari “kekerasan” itu sendiri sehingga membuat pingsan atau melemahkan orang
dapat disamakan dengan kekerasan. Sehingga dalam konteks pemerkosaan membuat
korban itu sendiri tidak memunginkan untuk melawan dan hanya dapat mmbiarkan
dirinya untuk disetubuhi.
- Bahwa Ahli menjelaskan titik perbedaan antara unsur dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan dengan unsur memaksa, yaitu pada unsur memaksa, berkaitan
dengan kehendak masing-masing pihak yang terkait, jadi apabila persetubuhan
tersebut tidak dikehendaki oleh korban atau bertentangan dengan kehendaknya
dapat dikatakan sebagai tindakan memaksa.
- Bahwa Ahli menjelaskan dalam perbuatan pemerkosaan khususnya untuk
membuktikan unsur bersetubuh dengan wanita, tidak perlu untuk membuktikan
apakah dalam persetubuhan tersebut terjadi pengeluaran air mani dalam kemaluan
permpuan, sebab sudah cukup baginya apabila terjadi penetrasi kelamin pria ke
dalam kelamin perempuan.
- Bahwa Ahli menjelaskan dalam tindak pidana pembunuhan, tepatnya pada bentuk
pembunuhan bentuk pokoknya dalam Pasal 338 KUHP memiliki unsur barang siapa,
merampas dan merampas nyawa orang lain.
- Bahwa Ahli menjelaskan maksud dari pasal 338 KUHP adalah sebagai delik
materiil, artinya perlu dilihat dampaknya bagi korban, apakah mengakibatkan
korban hilang nyawa atas tindakan seseorang, apabila terjadi barulah dikatakan
pembunuhan dalam bentuk pokok sebagaimana diatur dalam Pasal 338 KUHP itu
terjadi.
- Bahwa Ahli menjelaskan dalam KUHP, diatur mengenai percobaan dalam Pasal 53
ayat (1) KUHP yang di antaranya merupakan tindakan percobaan suatu tindak
pidana, tetapi tindak pidana tersebut tidak selesai pelaksanaannya oleh karena bukan
dari kehendaknya sendiri, atau dalam kata lain ada sesuatu dari luar dirinya yang
mengakibatkan seseorang tidak selesai melakukan suatu perbuatan pidana, salah
satu contohnya apabila orang tersebut terdesak oleh keadaan di mana orang lain telah
mengetahui apa yang diperbuatnya.

Terhadap penjelasan yang diberikan Ahli Dr. SOEJATMO TASRI, S.H., M.H.,
TERDAKWA tidak mengajukan pertanyaan.

Bahwa dalam persidangan ini, TERDAKWA tidak menghadirkan alat bukti Ahli,.

C. SURAT – SURAT
Di persidangan telah diajukan alat bukti berupa surat-surat sesuai Pasal 187 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang diperlihatkan kepada Majelis
Hakim, dan TERDAKWA beserta Penasihat Hukumnya, yaitu:
1. 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama ZILDAN NURCAHYA.
2. 1 (satu) lembar Surat Tanda Nomor Kendaraan atas nama ZILDAN
NURCAHYA.
3. 5 (lima) lembar hasil Visum et Repertum atas nama inisial AS mengenai hasil
pemeriksaan luka di bagian pelipis kiri.
4. 6 (enam) lembar hasil Visum et Repertum atas nama insial AS mengenai hasil
pemeriksaan alat kelamin dan perut bagian bawah.

D. KETERANGAN TERDAKWA
TERDAKWA yang bernama ZILDAN NURCAHYA bin YAHYA, Jenis Kelamin : Laki-
laki. Umur : 32 Tahun, Tempat / Tanggal lahir : Kediri, 15 September 1990, Agam : Islam,
Kewarganegaraan : Indonesia, Tempat tinggal : Suko, Menang, Kecamatan Pagu,
Kabupaten Kediri, Pekerjaan : Buruh Pabrik, Pendidikan terakhir : SMA, di sidang
pengadilan memberikan keterangan yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa TERDAKWA dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
- Bahwa TERDAKWA bekerja sebagai buruh pabrik di PT Maju Mundur.
- Bahwa TERDAKWA berada di Jl. Indragiri, Kec. Grogol, Kab. Kediri pada hari
Selasa, 11 September 2021.
- Bahwa TERDAKWA sedang mabuk-mabukan dengan kawan-kawannya setelah
sudah lama tidak berkumpul secara lengkap.
- Bahwa TERDAKWA tidak ada niat sama sekali untuk membunuh seseorang
maupun untuk memperkosa seseorang karena dalam kondisi mabuk sehingga tidak
dapat mengendalikan tindakannya.
- Bahwa TERDAKWA tidak kenal dengan Saksi korban, atau pun tidak pernah
merasa melihat apalagi ditegur oleh Saksi korban sebagaimana yang diterangkan
oleh Saksi TARMIDJI.
- Bahwa TERDAKWA melarikan diri karena merasa bersalah karena tidak sadar
telah menyetubuhi Saksi korban serta takut akan dihakimi warga sekitar.
- Bahwa TERDAKWA setelah motornya dicegat dipukuli dan ditendangi hingga
tidak berdaya oleh warga sekitar walaupun TERDAKWA telah berusaha meminta
maaf dan hendak memberikan penjelasan atas apa yang diperbuatnya.

Bahwa TERDAKWA membenarkan barang bukti yang dihadirkan di persidangan.


E. PETUNJUK

Dari alat bukti petunjuk sesuai yang dimaksud Pasal 188 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang dimaksud dengan “petunjuk” adalah
perbuatan, kejadian, dan keadaan yang karena persesuaiannya baik antara yang satu dengan
yang lain maupun dengan tindak pidana itu sendiri telah menandakan bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. Petunjuk sebagaimana dimaksud di atas hanyalah
dapat diperoleh dari ketentuan Pasal 188 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP) yaitu dari:

- Keterangan saksi;

- Surat; dan

- Keterangan Terdakwa

Dengan adanya persesuaian antara yang satu dengan yang lain melahirkan atau
menandakan terjadi suatu tindak pidana, dan dari persesuaiannya itu pula diketahui
pelakunya. Bahwa hasil pemeriksaan sidang telah diperiksa alat bukti saksi-saksi, surat,
dan keterangan terdakwa serta barang bukti, telah didapatkan petunjuk-petunjuk antara
lain:

1. Berdasarkan keterangan Saksi korban AS dan alat bukti berupa Visum et


Repertum mengenai hasil pemeriksaan pelipis kiri, kemaluan, dan perut bagian
bawah Saksi korban, didapatkan petunjuk bahwa TERDAKWA telah menganiaya
Saksi korban di bagian pelipis kiri dan terdapat tanda-tanda penetrasi kelamin
TERDAKWA di dalam kelamin Saksi korban.
2. Berdasarkan keterangan Saksi TARMIDI, dan Saksi TARMIDJI, S.I.Kom,
didapatkan petunjuk bahwa TERDAKWA memang mabuk akan tetapi masih
menyadari apa yang diperbuatnya, yaitu menyetubuhi Saksi korban dan hendak
membunuh Saksi korban.

F. BARANG BUKTI
- 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama ZILDAN NURCAHYA.
- 1 (satu) lembar Surat Tanda Nomor Kendaraan atas nama ZILDAN NURCAHYA.
- 5 (lima) lembar hasil Visum et Repertum atas nama inisial AS mengenai hasil
pemeriksaan luka di bagian pelipis kiri.
- 6 (enam) lembar hasil Visum et Repertum atas nama insial AS mengenai hasil
pemeriksaan alat kelamin dan perut bagian bawah.
- 1 (satu) buah sepeda motor merek Handa Beast.
- 5 (lima) buah botol minuman beralkohol merek Sans Whiskey.
- 1 (satu) buah pisau lipat.
- 1 (satu) buah hamper.
- 1 (satu) buah Kunci T.

IV. FAKTA HUKUM

Bahwa atas keseluruhan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan


berdasarkan keterangan para Saksi, surat dan keterangan TERDAKWA dan barang bukti
yang diperiksa secara sah dalam perkara ini untuk memperoleh alat bukti yang memenuhi
syarat sebagai alat bukti yang sah sebagaimana ditentukan dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sehingga dapat digunakan untuk
membuktikan unsur delik yang didakwakan kepada TERDAKWA, maka telebih dahulu
kami akan melakukan penilaian terhadap alat bukti sebagai berikut:

Di persidangan telah didengar keterangan Saksi-Saksi yakni sebagai berikut:

- Di persidangan telah didengar keterangan Saksi, yaitu Saksi AS. Saksi tersebut sebelum
memberikan keterangannya telah mengucapkan sumpah menurut agama Islam dan
keterangan yang diberikannya di persidangan secara bebas tanpa paksaan serta
merupakan keterangan berdasarkan peristiwa yang ia dengar, lihat, dan alami sendiri,
terkait Tindak Pidana Kesusilaan subsidair Percobaan Pembunuhan yang pada
pokoknya melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud “Melakukan
kekerasan,ancaman kekerasan dan ancaman pembunuhan serta memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan” subsidair “Mencoba melakukan
kejahatan secara sengaja merampas nyawa orang lain yang niat untuk itu telah
ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan dan tidak selesainya pelaksanaan
tersebut bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri” bahwa benar
Saks tidak memiliki hubungan keluarga dengan TERDAKWA, bahwa benar Saksi
merupakan Saksi korban, bahwa benar Saksi melihat TERDAKWA sedang mabuk-
mabukan di Jl. Indragiri, Kec. Grogol, Kab. Kediri bersama dengan keempat kawannya,
bahwa benar Saksi telah diikuti oleh TERDAKWA dan dipaksa untuk menaikki motor
TERDAKWA, bahwa benar Saksi dipukul pada bagian pelipis kiri oleh TERDAKWA
menggunakan Kunci T karena Saksi menolak perintah TERDAKWA untuk menaikki
sepeda motor, bahwa benar Saksi yang tidak berdaya setelah dipukul kemudian
langsung disetubuhi oleh TERDAKWA, bahwa benar Saksi diancam akan dibunuh
sesaat setelah TERDAKWA menyetubuhi Saksi namun tidak jadi karena warga banyak
yang berdatangan. Bahwa atas keterangan yang diberikan oleh Saksi korban AS,
TERDAKWA menolak untuk seluruhnya.
- Di persidangan Di persidangan telah didengar keterangan Saksi, yaitu Saksi
TARMIDI. Saksi tersebut sebelum memberikan keterangannya telah mengucapkan
sumpah menurut agama Islam dan keterangan yang diberikannya di persidangan secara
bebas tanpa paksaan serta merupakan keterangan berdasarkan peristiwa yang ia dengar,
lihat, dan alami sendiri, terkait Tindak Pidana Kesusilaan subsidair Percobaan
Pembunuhan yang pada pokoknya melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
“Melakukan kekerasan,ancaman kekerasan dan ancaman pembunuhan serta
memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan” subsidair
“Mencoba melakukan kejahatan secara sengaja merampas nyawa orang lain yang
niat untuk itu telah ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan dan tidak
selesainya pelaksanaan tersebut bukan semata-mata disebabkan karena
kehendaknya sendiri” bahwa benar Saksi tidak memiliki hubungan darah dengan
TERDAKWA, bahwa benar Saksi melihat adanya luka darah yang keluar dari pelipis
kiri Saksi korban, bahwa benar Saksi disuruh TERDAKWA untuk pergi ketika melihat
TERDAKWA bergegas memakai celana dan melihat Saksi korban tersungkur di tanah
tanpa busana, bahwa benar Saksi diancam oleh TERDAKWA bahwa TERDAKWA
akan membunuh Saksi korban apabila Saksi tidak segera meninggalkan tempat
kejadian perkara, bahwa benar Saksi mengetahui TERDAKWA yang hendak
membunuh Saksi korban dengan pisau mengurungkan niatnya setelah banyak
berdatangan warga di dekat tempat kejadian perkara setelah mendengar teriakan minta
tolong Saksi korban. Bahwa atas keterangan yang diberikan oleh Saksi TARMIDI,
TERDAKWA menolak untuk seluruhnya.
- Di persidangan telah didengar keterangan Saksi, yaitu Saksi TARMIDJI, S.I.Kom.
Saksi tersebut sebelum memberikan keterangannya telah mengucapkan sumpah
menurut agama Islam dan keterangan yang diberikannya di persidangan secara bebas
tanpa paksaan serta merupakan keterangan berdasarkan peristiwa yang ia dengar, lihat,
dan alami sendiri, terkait Tindak Pidana Kesusilaan subsidair Percobaan Pembunuhan
yang pada pokoknya melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud “Melakukan
kekerasan,ancaman kekerasan dan ancaman pembunuhan serta memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan” subsidair “Mencoba melakukan
kejahatan secara sengaja merampas nyawa orang lain yang niat untuk itu telah
ternyata dari adanya permulaan pelaksanaan dan tidak selesainya pelaksanaan
tersebut bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri” Bahwa benar
Saksi tidak memiliki hubungan darah dengan TERDAKWA, bahwa benar Saksi
merupakan teman dekat TERDAKWA, bahwa benar Saksi berada di tempat dan
meminum minuman beralkohol dengan TERDAKWA pada hari Selasa, 11 September
2021 di Jl. Indragiri, Kec. Grogol, Kab. Kediri, bahwa benar Saksi mendengar
TERDAKWA memiliki dendam oleh seseorang perempuan yang telah menegurnya
untuk tidak mabuk di tepi jalan dan menganggu pejalan kaki pada hari Minggu, 9
September 2021, bahwa benar Saksi melihat TERDAKWA membawa pisau untuk
membalaskan dendamnya, bahwa benar Saksi melihat TERDAKWA meninggalkan
tempat mereka berkumpul setelah melihat seorang perempuan yang diketahuinya
sebagai Saksi korban. Bahwa atas keterangan yang diberikan oleh Saksi TARMIDJI,
S.I.Kom, TERDAKWA menolak untuk sebagian.

Di persidangan telah didengar penjelasan Ahli sebagai berikut:


- Di persidangan telah didengar penjelasan Ahli yaitu Ahli Dr. SOEJATMO TASRI,
S.H., M.H., Ahli tersebut sebelum memberikan penjelasannya telah mengucapkan
sumpah menurut agama Islam, dan penjelasan yang diberikannya dalam persidangan
secara bebas tanpa paksaan, serta merupakan penjelasan berdasarkan kemampuan,
kapasitas, keilmuan, dan pengetahuan yang saudara Ahli miliki, yang menjelaskan
terkait Tindak Pidana Kesusilaan, Tindak Pidana Pembunuhan, dan Percobaan Tindak
Pidana, unsur subjektif dan unsur objektif dalam Tindak Pidana Pemerkosaan dan
Tindak Pidana Pembunuhan dalam bentuk pokok. Ahli juga menjelaskan mengenai
klasifikasi Percobaan Tindak Pidana dalam suatu perbuatan pidana. Terhadap
penjelasan Ahli Dr. SOEJATMO TASRI, S.H., M.H., TERDAKWA tidak
mengajukan pertanyaan.

Terhadap Surat-Surat:

Di persidangan telah diajukan alat bukti berupa surat-surat sesuai Pasal 187 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang diperlihatkan kepada Majelis Hakim dan TERDAKWA
beserta Penasihat Hukumnya, yaitu:

I. 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama ZILDAN NURCAHYA.


II. 1 (satu) lembar Surat Tanda Nomor Kendaraan atas nama ZILDAN NURCAHYA.
III. 5 (lima) lembar hasil Visum et Repertum atas nama inisial AS mengenai hasil
pemeriksaan luka di bagian pelipis kiri.
IV. 6 (enam) lembar hasil Visum et Repertum atas nama insial AS mengenai hasil
pemeriksaan alat kelamin dan perut bagian bawah.

Terhadap Petunjuk:

Bahwa berdasarkan Pasal 188 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP), Petunjuk adalah kejadian atau keadaan yang karena persesuaiannya, baik antara yang
satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana sendiri, menandakan bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

Menurut M. YAHYA HARAHAP, yang dimaksud “petunjuk” adalah suatu “isyarat” yang
dapat “ditarik” dari suatu perbuatan, kejadian, atau keadaan di mana isyarat tadi, mempunyai
“persesuaian” antara yang satu dengan yang lain maupun isyarat yang bersesuaian tersebut
melahirkan atau menjadikan suatu petunjuk yang membentuk “kenyataan” terjadinya suatu tindak
pidana dan TERDAKWA sebagai pelakunya (Pembahasan Pemasalahan Penerapan KUHAP,
1989, hal. 839).

Dari alat bukti Petunjuk sesuai yang dimaksud Pasal 188 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), bahwa keterangan para Saksi yang saling bersesuaian dan ada yang telah
dibenarkan oleh PARA TERDAKWA atas keterangannya dan didukung barang bukti yang
diajukan dalam persidangan serta alat bukti yang mendukung pembuktiannya, maka diperoleh
Petunjuk bahwa PARA TERDAKWA telah melakukan Tindak Pidana Pemerkosaan dan
Percobaan Tindak Pidana Pembunuhan.

Terhadap keterangan TERDAKWA

Di persidangan telah didengar keteranan TERDAKWA yang man di dalam keterangannya


tersebut merupakan keterangan TERDAKWA mengenai perbuatanya, yakni TERDAKWA yang
telah Melakukan kekerasan,ancaman kekerasan dan ancaman pembunuhan serta memaksa
seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan serta Mencoba melakukan kejahatan
secara sengaja merampas nyawa orang lain yang niat untuk itu telah ternyata dari adanya
permulaan pelaksanaan dan tidak selesainya pelaksanaan tersebut bukan semata-mata
disebabkan karena kehendaknya sendiri. Meski dalam keterangannya TERDAKWA tidak
secara serta merta mengakui perbuatannya, tetapi uraian yang dijelaskan TERDAKWA sejalan
dengan pembuktia dalam persidangan di mana TERDAKWA telah melakukan kekerasan dan
memaksa untuk kemudian pada akhirnya menyetubuhi Saksi korban dan kemudian hendak
membunuh Saksi korban tetapi perbuatannya tersebut digagalkan oleh banyaknya warga yang
berdatangan di tempat kejadian perkara.
Keterangan TERDAKWA tersebut diberikan secara bebas tanpa paksaan, sesuai dengan apa yang
mereka lihat, dengar, dan alami sendiri, sehingga telah memenuhi ketentuan Pasal 153 ayat (2)
huruf b, Pasal 189 ayat (1) dan (3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Dengan demikian, keterangan TERDAKWA tersebut sebagai alat bukti yang sah sebagaimana
ditentukan pada Pasal 184 ayat (1) huruf e Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

V. ANALISIS YURIDIS

Majelis Hakim yang terhormat,


Penasihat Hukum terdakwa yang kami hormati,
Pengunjung Sidang yang kami muliakan,

Setelah kami uraikan fakta-fakta yang terungkap di persidangan dari keterangan saksi-saksi
dan keterangan TERDAKWA, sebagaimana telah diuraikan di atas, maka tibalah kami
Penuntut Umum untuk membuktikan unsur-unsur pasal-pasal yang didakwakan kepada
TERDAKWA sebagaimana dalam dakwaan kami.
Berdasarkan fakta hukum yang terungkap dalam persidangan melalui keterangan para saksi,
ahli, surat keterangan terdakwa serta barang bukti yang diajukan dalam persidangan, unsur-
unsur tindak pidana yang kami dakwakan kepada TERDAKWA :

Sebelum kami sampai pada pembuktian unsur-unsur dalam dakwaan, terlebih dahulu perlu
kami kemukakan bahwa berhubung Surat Dakwaan kami susun secara SUBSIDAIR yaitu:

PRIMAIR : Melanggar Pasal 285 jo. Pasal 354 ayat (1) Kitab Undang-.
Undang Hukum Pidana (KUHP)
SUBSIDAIR : Melanggar Pasal 338 jo. Pasal 53 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP)

Oleh karena Dakwaa Kami berbentuk SUBSIDAIR, maka akan kami buktikan dakwaan kami
yang dimulai dari:
Dakwaan Primair : Melanggar Pasal 285 jo. Pasal 354 ayat (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP) denan unsur-unsur sebagai berikut:
1. Unsur “Barangsiapa”;
2. Unsur “Melakukan pemaksaan”;
3. Unsur “Dengan ancaman atau kekerasan”;
4. Unsur “Melakukan persetubuhan di luar perkawinan”

Pembuktian setiap Unsur-Unsur Delik dalam Surat Dakwaan Primair:

1. Unsur “Barangsiapa”

Barangsiapa merupakan unsur pelaku atau subjek dari tindak pidana (delik). Dengan
menggunakan kata “barangsiapa” berarti pelakunya adalah dapat siapa saja, siapa pun dapat
menjadi pelaku. Hal ini dengan mengingat bahwa dalam sistem Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang dapat menjadi subjek tindak pidana (pelaku) hanya manusia saja,
sebagaimana yang dikatakan oleh Mahrus Ali bahwa, “Subjek perbuatan pidana yang diakui oleh
KUHP adalah manusia (natuurlijk person). Oleh sebab itu, badan hukum (rechtpersoon) juga
korporasi (berbadan hukum atau tidak berbadan hukum) belum diakui sebagai subjek tindak
pidana (pelaku) dalam KUHP.

Unsur barangsiapa adalah subjek hukum orang yang merupakan dader, pembuat atau
pelaku tindak pidana yang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Unsur barangsiapa ini
menunjuk kepada pelaku dari tindak pidana yakni setiap orang sebagai pelaku tindak pidana yang
berdasarkan fakta-fakta di persidangan adalah Terdakwa yang identitasnya telah disebutkan oleh
Penuntut Umum dalam Surat Dakwaannya yang di persidangan telah dibenarkan oleh Terdakwa.

Siapa saja atau setiap orang yang dapat bertindak menurut hukum atau setiap pendukung
hak dan kewajiban atau disebut juga dengan istilah subjek hukum yang di dalam hukum pidana
adalah tiap orang yang cakap berbuat hukum, tidak termasuk dalam golongan sebagaimana diatur
dalam Pasal 44 KUHP, yaitu mereka yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum karena
terganggu jiwanya, Pasal 45 KUHP yaitu mereka yang dianggap belum cukup umur, Pasal 48 dan
Pasal 49 KUHP tentang daya paksa dan Pasal 50 dan Pasal 51 KUHP tentang perintah undang-
undang dan atau jabatan.
Menurut John Chipman Gray, “person is a subject of legal rights and duties”. Selain
manusia, maka tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana. Hal ini didasarkan pada kalimat “hij die” pada tiap-tiap pasal dalam KUHP,
walaupun dalam perkembangannya pidana juga dapat dijatuhkan kepada bukan manusia, seperti
badan hukum (korporasi). Hal ini juga diperkuat dengan pendapat dari Andi Hamzah yang
mengatakan bahwa ancaman pidana ditujukan terhadap orang ternyata dari rumusan tindak pidana
yang dimulai dengan kata “barangsiapa” yang menunjukan kepada siapa saja orang yang
melakukan perbuatan yang dirumuskan dalam pasal tersebut ‘diancam’ dengan pidana.

Orang perseorangan (natuurlijke persoon) sebagai subjek hukum sejak ia dilahirkan dan
berakhir pada saat ia meninggal dunia, bahkan seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya
dapat dianggap sebagai subjek hukum. Menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. dalam
bukunya Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia (halaman 59) dalam pandagan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) yang dapat menjadi subjek tindak pidana adalah seorang manusia
sebagai oknum. Terlihat pada perumusan dari tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang menampakkan daya berpikir sebagai syarat bagi subjek tindak pidana itu,
juga terlihat pada wujud hukuman yang termuat dalam pasal-pasal KUHP, yaitu hukuman penjara,
kurungan, dan denda.

➢ Bahwa dalam persidangan ini, orang yang didakwa telah melakukan tidnak pidana
adalah TERDAKWA ZILDAN NURCAHYA bin YAHYA oleh penyidik telah
ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara ini dan oleh Penuntut Umum
dihadapkan sebagai terdakwa di persidangan dalam kapasitasnya sebagai orang
perseorangan, dan pada awal persidangan telah dinyatakan tentang identitasnya
sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum, diakuinya sebagai dalam Surat
Dakwaan dan terbukti selama persidangan berlangsung TERDAKWA dengan
bebas memberikan keterangan yang timbul. TERDAKWA adalah orang yang sehat
jasmani dan rohani, sedang tidak terganggu ingatan/jiwanya, tidak juga ditemukan
alasan pemaaf maupun alasan pembenar dan mampu mempertanggungjawabkan
segala perbuatan pidana yang dilakukan.
➢ Bahwa dalam persidangan ini, para Saksi yang dibawa ke persidangan dan selama
proses pemeriksaan mengakui bahwa mengetahui dan mengenal TERDAKWA
sebagai orang yang sehat jasmani dan rohani serta tidak terganggu ingatan/jiwanya.
➢ Bahwa unsur “barangsiapa” dimaksudkan hanya untuk menentukan agar tidak
terjadi kesalahan subjek hukum yang dituntut (error in persona) bahwasannya yang
dimaksud TERDAKWA merupakan orang atau subjek hukum yang telah
melakukan tindak pidana sebagaimana yang telah didakwakan, maka harus
dibuktikan lebih lanjut syarat objektif pemidanaan yaitu terbuktinya seluruh unsur
pasal dalam Dakwaan.
➢ Berdasarkan penjabaran di atas, TERDAKWA yang dapat memikul tanggung
jawab hukum secara orang perseorangan merupakan subjek hukum yang dapat atau
mampu bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya (Toerekenings Vat
Baar Heid) dan atas diri TERDAKWA tidak ditemukan alasan pembenar maupun
pemaaf yang sifatnya dapat menghapus perbuatan pidana yang dilakukannya.

Bahwa berdasarkan Fakta Hukum, Fakta Persidangan, Alat-Alat Bukti, Teori, dan Doktrin
Hukum yang berlaku maka telah jelas TERDAKWA adalah subjek hukum yang tindakannya
dapat dipertanggungjawabkan.

2. Unsur “Melakukan Pemaksaan”

Memaksa menurut S.R. Sinturi merupakan suatu tin dakan yang memojokkan seseorang
hingga tiada pilihan lain yang lebih wajar baginya selain dari pada mengikuti kehendak dari
sipemaksa. Dengan perkataan lain tanpa tindakan sipemaksa itu siterpaksa tidak akan melakukan
atau melalaikan sesuatu sesuai dengan kehendak sipemaksa. Dalam hal ini tidak diharuskan bagi
siterpaksa u tuk mengambil risiko yang sangat merugikannya, misalnya lebih baik mati atau luka-
luka/keesakitan dari pada mengikuti kehendak si pemaksa. Di sini harus dinilai secara kasuistis
kewajarannya. Pemaksaan pada dasarnya dibarengi dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.

Atau dalam kata lain, “memaksa” itu sendiri sudah pasti bertentangan dengan kehendak
korban yang dipaksa, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki. Dalam hal ini, apabila
perbuatan tersebut adalah untuk menyetubuhi korban, maka pemaksaan akan terjadi apabila
korban tidak berkehendak untuk pasrah bahwa ia akan disetubuhi si pemaksa.

Bahwa berdasarkan uraian di atas yang juga dihubungkan dengan keterangan Saksi,
Keterangan Ahli, dan keterangan TERDAKWA serta dihubungkan dengan bukti-bukti berupa
dokumen, diperolah fakta hukum yaitu:

➢ Bahwa pada hari Selasa, 11 September 2021, TERDAKWA memukul Saksi korban
hingga mengalami pendarahan di bagian pelipis kiri menggunakan Kunci T
TERDAKWA.
➢ Bahwa kemudian setelah dilakukan pemukulan, Saksi korban yang tidak berdaya
setelah dipukul di bagian pelipis kiri menggunakan Kunci T pakaiannya dibuka
secara paksa oleh TERDAKWA yang kemudian TERDAKWA langsung
menyetubuhi Saksi korban.
➢ Bahwa Saksi berkali-kali menangis dan berteriak meminta pertolongan oleh warga
sekitar karena tidak berkehendak untuk disetubuhi oleh TERDAKWA.

Bahwa berdasarkan Fakta Hukum, Fakta Persidangan, Alat-Alat Bukti, Teori, dan Doktrin
Hukum yang berlaku maka telah jelas TERDAKWA melakukan perbuatan memaksa Ssaksi
korban untuk disetubuhi di luar perkawinan.

Dengan demikian, Unsur “Melakukan Pemaksaan” telah terbukti secara sah dan meyakinkan
menurut hukum.

3. Unsur “Dengan ancaman atau kekerasan”

KUHPidana tidak memberi definisi apa yang dimaksudkan dengan “kekerasan”. Dalam
Pasal 89 KUHPidana hanya dikatakan bahwa dipersamakan dengan melakukan kekerasan, yaitu
perbuatan membuat dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya.

Dengan demikian, yang ditentukan dalam pasal 89 KUHPidana adalah perluasan dari
pengertian melakukan kekerasan. Termasuk ke dalam pengertian “dengan kekerasan” pada pasal
285 KUHPidana adalah perbuatan membuat seseorang dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya.
Pingsan atau tidak berdaya itu adalah akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh si pelaku. Sebagai
contoh adalah pelaku membubuhkan obat tidur dengan kadar yang tinggi ke dalam minuman yang
akan diminum seseorang sehingga pada akhirnya yang bersangkutan tidak sadarkan diri.

Karena tidak adanya definisi “dengan kekerasan” dalam KUHP, maka para penulis hukum
pidana telah memberikan pandangannya tentang apa yang dimaksudkan dengan istilah tersebut.

S.R. Sianturi, misalnya menulis bahwa, “yang dimaksud dengan kekerasan, adalah setiap
perbuatan dengan menggunakan tenaga terhadap orang atau barang yang dapat mendatangkan
kerugian bagi siterancam atau mengagetkan yang dikerasi.”

Selanjutnya Sianturi memberikan beberapa contoh sebagai berikut, Suatu contoh tentang
kekerasan ialah : menarik sembari meluncurkan celana wanita, kemudian wanita tsb dibanting ke
tanah, tangannya dipegang kuat-kuat, dagunya ditekan lalu didimasukkan kemaluan si-pria tsb.
(Putusan Pengadilan Negeri Poso No.27/Pid/1971 tanggal 11 November 71).

Dalam hal ini, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, fakta hukum, serta
dihubungkan dengan alat-alat bukti serta barang bukti yang dihadirkan di persidangan, diperoleh
fakta hukum yaitu:

➢ Bahwa TERDAKWA memaksa Saksi korban untuk menaikki sepeda motornya,


tetapi Saksi korban menolak yang berujung pada pemukulan yang dilakukan oleh
TERDAKWA menggunakan Kunci T hingga Saksi korban tidak berdaya dan
mengalami pendarahan pada pelipis kirinya dan langsung menyetubuhi Saksi
korban.
➢ Bahwa ketika Saksi korban tidak berdaya tersebut, TERDAKWA memaksa
membuka pakaian Saksi korban dan memaksa untuk melakukan penetrasi ke dalam
kemaluan Saksi korban.

Bahwa berdasarkan Fakta Hukum, Fakta Persidangan, Alat-Alat Bukti, Teori, dan Doktrin
Hukum yang berlaku maka telah jelas TERDAKWA melakukan perbuatan dengan ancaman
atau kekerasan untuk menyetubuhi Saksi korban.

Dengan demikian, Unsur “Dengan ancaman atau kekerasan” telah terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum.
4. Unsur “Melakukan persetubuhan di luar perkawinan”

Apakah persetubuhan itu terjadi di dalam atau di luar perkawinan haruslah diperhatikan
peraturan perundangundangan yang berlaku di Indonesia mengenai hukum perkawinan, yaitu
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dan berbagai peraturan
pelaksanaannya, terutama Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan UU
No.1 Tahun 1974.

Mengenai arti istilah “persetubuhan” (Bld.: vleselijke gemeenschap), dijelaskan oleh S.R.
Sianturi, Yang dimaksud dengan bersetubuh untuk penerapan pasal ini ialah memasukkan
kemaluan si pria ke kemaluan si wanita sedemikian rupa yang normaliter atau yang dapat
mengakibatkan kehamilan. Jika kemaluan si pria hanya “sekedar menempel” di atas kemaluan si
wanita, tidak dapat dipandang sebagai persetubuhan, malainkan percabulan dalam arti sempit,
yang untuk itu diterapkan pasal 289. Persetubuhan tersebut harus dilakukan oleh orang yang
memaksa tsb. Jika ada orang lain (pria atau wanita) yang turut memaksa, maka mereka ini adalah
peserta petindak (mededader). Perbandingkanlah pengertian persetubuhan ini dengan yang
diuraikan pada pasal 284.

“Di luar perkawinan” berarti di luar perkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Undang-
undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam Pasal 2 ayat (1) undang-undang ini
ditentukan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut ketentuan masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, serta dihubungkan dengan alat


bukti berupa Kartu Tanda Penduduk dan identitas masing-masing TERDAKWA dan Saksi
korban, telah ditemukan bahwa TERDAKWA dan Saksi korban tidak memiliki hubungan atau
berada pada ikatan perkawinan secara sah sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Dengan demikian, TERDAKWA telah menyetubuhi seorang wanita yang
diketahuinya di luar perkawinan.

Bahwa berdasarkan Fakta Hukum, Fakta Persidangan, Alat-Alat Bukti, Teori, dan Doktrin
Hukum yang berlaku maka telah jelas TERDAKWA melakukan perbuatan persetubuhan di
luar perkawinan.
Dengan demikian, Unsur “Melakukan Persetubuhan di luar perkawinan” telah terbukti secara
sah dan meyakinkan menurut hukum.

Dakwaan Subsidair : Melanggar Pasal 338 jo. Pasal 53 ayat (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP).

Dengan unsur-unsur sebagai berikut:

1. Unsur “Barangsiapa”;
2. Unsur “Dengan sengaja”;
3. Unsur “Mencoba Merampas nyawa orang lain”;

Pembuktian setiap Unsur-Unsur Delik dalam Surat Dakwaan Subsidair:

1. Unsur “Barangsiapa”

Unsur barangsiapa adalah subjek hukum orang yang merupakan dader, pembuat atau
pelaku tindak pidana yang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Unsur barangsiapa ini
menunjuk kepada pelaku dari tindak pidana yakni setiap orang sebagai pelaku tindak pidana yang
berdasarkan fakta-fakta di persidangan adalah Terdakwa yang identitasnya telah disebutkan oleh
Penuntut Umum dalam Surat Dakwaannya yang di persidangan telah dibenarkan oleh Terdakwa.

Orang perseorangan (natuurlijke persoon) sebagai subjek hukum sejak ia dilahirkan dan
berakhir pada saat ia meninggal dunia, bahkan seorang anak yang masih dalam kandungan ibunya
dapat dianggap sebagai subjek hukum. Menurut Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H. dalam
bukunya Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia (halaman 59) dalam pandagan Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) yang dapat menjadi subjek tindak pidana adalah seorang manusia
sebagai oknum. Terlihat pada perumusan dari tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) yang menampakkan daya berpikir sebagai syarat bagi subjek tindak pidana itu,
juga terlihat pada wujud hukuman yang termuat dalam pasal-pasal KUHP, yaitu hukuman penjara,
kurungan, dan denda.

➢ Bahwa dalam persidangan ini, orang yang didakwa telah melakukan tidnak pidana
adalah TERDAKWA ZILDAN NURCAHYA bin YAHYA oleh penyidik telah
ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara ini dan oleh Penuntut Umum
dihadapkan sebagai terdakwa di persidangan dalam kapasitasnya sebagai orang
perseorangan, dan pada awal persidangan telah dinyatakan tentang identitasnya
sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum, diakuinya sebagai dalam Surat
Dakwaan dan terbukti selama persidangan berlangsung TERDAKWA dengan
bebas memberikan keterangan yang timbul. TERDAKWA adalah orang yang sehat
jasmani dan rohani, sedang tidak terganggu ingatan/jiwanya, tidak juga ditemukan
alasan pemaaf maupun alasan pembenar dan mampu mempertanggungjawabkan
segala perbuatan pidana yang dilakukan.
➢ Bahwa dalam persidangan ini, para Saksi yang dibawa ke persidangan dan selama
proses pemeriksaan mengakui bahwa mengetahui dan mengenal TERDAKWA
sebagai orang yang sehat jasmani dan rohani serta tidak terganggu ingatan/jiwanya.
➢ Bahwa unsur “barangsiapa” dimaksudkan hanya untuk menentukan agar tidak
terjadi kesalahan subjek hukum yang dituntut (error in persona) bahwasannya yang
dimaksud TERDAKWA merupakan orang atau subjek hukum yang telah
melakukan tindak pidana sebagaimana yang telah didakwakan, maka harus
dibuktikan lebih lanjut syarat objektif pemidanaan yaitu terbuktinya seluruh unsur
pasal dalam Dakwaan.
➢ Berdasarkan penjabaran di atas, TERDAKWA yang dapat memikul tanggung
jawab hukum secara orang perseorangan merupakan subjek hukum yang dapat atau
mampu bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya (Toerekenings Vat
Baar Heid) dan atas diri TERDAKWA tidak ditemukan alasan pembenar maupun
pemaaf yang sifatnya dapat menghapus perbuatan pidana yang dilakukannya.

Bahwa berdasarkan Fakta Hukum, Fakta Persidangan, Alat-Alat Bukti, Teori, dan Doktrin
Hukum yang berlaku maka telah jelas TERDAKWA adalah subjek hukum yang tindakannya
dapat dipertanggungjawabkan.

2. Unsur “Dengan sengaja”

Kesalahan (schuld) terdiri atas kesengajaan (dolus/opzet) atau kealpaan (culpa) dan kedua
melihat hubungan batin antara si pelaku terhadap perbuatan. Yang dimaksud dengan
“kesengajaan” (dolus/opzet) ialah perbuatan yang dikehendaki dan si pelaku menginsafi akan
akibat dari perbuatannya tersebut.

Definisi kesengajaan tersebut dapat dilihat dari Memorie Van Toeclichting (MvT) yang
isinya “Pidana pada umumnya hendaknya dijatuhkan hanya pada barang siapa melakukan
perbuatan yang dilarang, dengan dikehendaki dan diketahui”. Dalam pengertian ini “kesengajaan”
opzet diartikan sebagai “menghendaki dan mengetahui” (willens en wetens) terjadinya suatu
tindakan beserta akibatnya. Artinya seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan sengaja
harus menghendaki dan mengetahui tindakan tersebut dan/atau akibatnya dan niat atau maksud
dari tindakan tersebut dapat diketahui dari adanya perbuatan persiapan yang dilakukan oleh
terdakwa.

Kebanyakan rumusan tindak pidana, unsur kesengajaan atau yang disebut opzet merupakan
salah satu unsur terpenting (Pompe : 166). Jadi dapat dikatakan suatu kehendak yang diarahkan
pada terwujudnya perbuatan seperti yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan atau
kehendak untuk berbuat dengan mengetahui unsur-unsur yang diperlukan menurut rumusan
perundang-undangan. Dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan ini, maka apabila di dalam
suatu rumusan tindak pidana terdapat perbuatan “dengan sengaja” atau biasa disebut dengan
opzettelijk, maka unsur “dengan sengaja” ini menguasai atau meliputi semua unsur lain yang
ditempatkan di belakangnya dan harus dibuktikan

Menurut Prof. Wiryono Prodjodikoro, S.H. dalam literaturnya “Asas-Asas Hukum Pidana
Di Indonesia” halaman 13, teori-teori kesengajaan dihubungkan dengan keadaan batin orang yang
berbuat dengan sengaja, yang berisi “menghendaki dan mengetahui” itu, maka dalam ilmu
pengetahuan hukum pidana dapat disebut 2 (dua) teori sebagai berikut:

1. Teori Kehendak (wilstheorie)


Inti kesengajaan adalah kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam rumusan
undang-undang (Simons dan Zevenbergen). Teori kehendak (wilstheorie)
dikemukakan oleh Von Hippel dalam bukunya Die Grenze Vorsatz und Fahrlassigkeit
tahun 1903 yang menyatakan kesengajaan adalah kehendak membuat suatu tindakan
dan kehendak menimbulkan suatu akibat dari tindakan itu. Akibat dikehendaki apabila
akibat itu yang menjadi maksud dari tindakan tersebut. Teori tentang kehendak terbagi
menjadi 2 (dua) ajaran, yaitu:

a. Determinisme, berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai


kehendak bebas. Manusia melakukan suatu perbuatan didorong oleh
beberapa hal baik yang berasal dari dalam dirinya. Aliran
determinisme tidak dapat diterapkan dalam hukum pidana karena
akan menimbulkan kesulitan dalam hal pertanggungjawaban.
Sehingga muncul Determinisme Modern yang menyatakan bahwa
Manusia adalah anggota masyarakat dan sebagai anggota masyarakat
apabila melanggar ketertiban umum, maka ia bertanggung jawab atas
perbuatannya.

b. Indeterminisme, aliran ini muncul sebagai reaksi dari aliran


determinasi yang menyatakn bahwa walaupun untuk melakukan
sesuatu perbuatan dipengaruhi oleh bakat dan milieu, manusia dapat
menentukan kehendaknya secara bebas.

2. Teori Pengetahuan / membyangkan (voorstellingtheorie)


Sengaja berarti membayangkan akan akibat timbulnya akibat perbuatannya; orang tak
bisa menghendaki akibat, melainkan hanya dapat membayangkannya. Teori ini
menitikberatkan pada apa yang diketahui atau dibayangkan oleh si pelaku ialah apa
yang akan terjadi pada waktu ia akan berbuat (Frank).

Apabila dikaitkan dengan teori kehendak, TERDAKWA menghendaki hendak melakukan


pembunuhan terhadap Saksi Korban sehingga dapat diartikan bahwa TERDAKWA melakukan
perbuatannya itu dengan sengaja dilakukan dalam keadaan sangat perlu atau sengaja dilakukan
dengan kepastian dan kesadaran.

Dalam hal ini, TERDAKWA memenuhi unsur “dengan sengaja” dan unsur dengan sengaja
di sini adalah kesengajaan sebagai maksud untuk mencapai tujuannya, dalam hal ini
TERDAKWA mengetahui dan menghendaki untuk mencoba membunuh Saksi Korban.

3. Unsur “Mencoba merampas nyawa orang lain”


Percobaan dalam KUHP sebagaimana bersumber pada MvT hanya menentukan bila
(kapan) percobaan melakukan kejahatan itu terjadi atau dengan kata lain Pasal 53 KUHP hanya
menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seorang pelaku dapat dihukum karena bersalah
telah melakukan suatu percobaan. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

a. Adanya niat/kehendak dari pelaku;

b. Adanya permulaan pelaksanaan dari niat/kehendak itu;

c. Pelaksanaan tidak selesai semata-mata bukan karena kehendak dari pelaku.

Niat merupakan suatu keinginan untuk melakukan suatu perbuatan, dan ia berada di alam
bathiniah seseorang. Sangat sulit bagi seseorang untuk mengetahui apa niat yang ada di dalam hati
orang lain. Niat seseorang akan dapat diketahui jika ia mengatakannya kepada orang lain. Namun
niat itu juga dapat diketahui dari tindakan (perbuatan) yang merupakan permulaan dari
pelaksanaan niat. Menurut Loebby Loqman, adalah suatu hal yang musykil apabila seseorang akan
mengutarakan niatnya melakukan suatu kejahatan. Oleh karena itu dalam percobaan, niat
seseorang untuk melakukan kejahatan dihubungkan dengan permulaan pelaksanaan (1995: 18).

Syarat (unsur) kedua yang harus dipenuhi agar seseorang dapat dihukum karena
melakukan percobaan, berdasarkan kepada Pasal 53 KUHP adalah unsur niat yang ada itu harus
diwujudkan dalam suatu permulaan pelaksanaan (begin van uitvoering).

Berdasarkan Memori Penjelasan (MvT) mengenai pembentukan Pasal 53 ayat (1) KUHP,
dapat diketahui bahwa batas antara percobaan yang belum dapat dihukum dengan percobaan yang
telah dapat dihukum itu adalah terletak diantara voorbereidingshandelingen (tindakan-tindakan
persiapan) dengan uitvoeringshandelingen (tindakan-tindakan pelaksanaan). Selanjutnya MvT
hanya memberikan pengertian tentang uitvoeringshandelingen (tindakan-tindakan pelaksanaan)
yaitu berupa tindakan-tindakan yang mempunyai hubungan sedemikian langsung dengan
kejahatan yang dimaksud untuk dilakukan dan telah dimulai pelaksanaannya. Sedangkan
pengertian dari voorbereidingshandelingen (tindakan-tindakan persiapan) tidak diberikan.

Kemudian daripada itu, Unsur-unsur tindak pidana yang menyebabkan hilangnya nyawa
korban adalah sebagai berikut :

a) Adanya suatu perbuatan yang menyebabkan matinya orang lain;


b) Adanya kesengajaan yang tertuju pada terlaksananya kematian orang lain;
c) Kesengajaan merampas nyawa dilakukan segera setelah timbulnya niat untuk
membunuh;
d) Orang lain merupakan unsur yang menunjukkan bahwa merampas nyawa orang lain
merupakan perbuatan positif sekalipun dengan perbuatan kecil.

Oleh sebab itu, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di dalam persidangan, beserta
dikaitkan dengan alat bukti dan barang bukti yang dihadirkan dalam persidangan, dapat diketahui
bahwa TERDAKWA mencoba untuk membunuh Saksi korban karena kondisi mendesak, yaitu
perbuatan perkosaannya terhadap Saksi korban diketahui Saksi TARMIDI, tetapi percobaan itu
gagal oleh karena TERDAKWA menyadari bahwasannya sudah banyak warga setempat yang
mendatangi tempat kejadian perkara setelah mendengar teriakan-teriakan yang dilakukan oleh
Saksi korban.

Bahwa berdasarkan Fakta Hukum, Fakta Persidangan, Alat-Alat Bukti, Teori, dan Doktrin
Hukum yang berlaku maka telah jelas TERDAKWA melakukan perbuatan mencoba merampas
nyawa orang lain.

Dengan demikian, Unsur “Mencoba merampas nyawa orang lain” telah terbukti secara sah
dan meyakinkan menurut hukum.

VI. TUNTUTAN PIDANA

Majelis Hakim yang Terhormat,


Penasihat Hukum terdakwa yang kami hormati,
Pengunjung Sidang yang kami muliakan,

Menurut hemat kami Jaksa Penuntut Umum, unsur-unsur pada DAKWAAN kami dengan
No. Reg. Perkara AAH-23/Ip.2/GPR/2022 yang dibacakan di muka persidangan pada tanggal 28
Juni 2021 telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.
Memperhatikan keterangan TERDAKWA tersebut diberikan secara bebas tanpa paksaan
sesuai dengan apa yang mereka ketahui atau alami sendiri sehinngga telah memenuhi ketentuan
Pasal 153 ayat (2) huruf b, Pasal 189 (1) dan (3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP): Dengan demikian keterangan TERDAKWA tersebut sebagai alat bukti yang sah
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 184 ayat (1) huruf e Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.

Memperhatikan selama persidangan terhadap diri TERDAKWA tidak ditemukan adanya


alasan pemaaf dan pembenar yang dapat melepaskan dirinya dari pertanggungjawaban secara
pidana, maka terhadap TERDAKWA dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya.

Sebelum kami sampai pada tuntutan pidana atas diri TERDAKWA, perkenankanlah kami
mengemukakan hal-hal yang kami jadikan pertimbangan mengajukan tuntutan pidana, yaitu:

Hal-hal yang memberatkan :

1. TERDAKWA berbelit-belit dan tidak berterus terang dalam memberikan keteragannya


sehingga menyulitkan jalannya persidangan.
2. Bahwa sifat dari kejahatan yang dilakukan oleh TERDAKWA berdampak pada kesehatan
baik fisik maupun psikis korban serta keluarga dari korban.
3. Perbuatan TERDAKWA melukai rasa keadilan dan kesusilaan yang hidup dalam
masyarakan yang mendambakan kedamaian.

Hal-hal yang meringankan :

1. TERDAKWA belum pernah dipidana sebelumnya.

Berdasarkan uraian dimaksud, kami Jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini dengan
memperhatikan Undang-Undang yang bersangkutan.
---------------------------------------------- M E N U N T U T ----------------------------------------------

Supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Kediri yang memeriksa dan mengadili perkara ini
memutuskan :

1. Menyatakan TERDAKWA ZILDAN NURCAHYA bin YAHYA terbukti secarasah dan


meyakinkan bersalah melakukan Tindak Pidana Pemerkosaan yang disertai dengan
penganiayaan berat sebagaimana dalam Dakwaan Primair Jaksa Penuntut Umum.
2. Menjatuhkan pidana kepada TERDAKWA ZILDAN NURCAHYA bin YAHYA berupa
pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun dikurangi dengan masa selama TERDAKWA
berada di dalam tahanan.
3. Menetapkan barang bukti berupa:
- 1 (satu) buah Kartu Tanda Penduduk atas nama ZILDAN NURCAHYA.
- 1 (satu) lembar Surat Tanda Nomor Kendaraan atas nama ZILDAN NURCAHYA.

DIKEMBALIKAN KEPADA TERDAKWA ZILDAN NURCAHYA bin YAHYA

- 5 (lima) lembar hasil Visum et Repertum atas nama inisial AS mengenai hasil
pemeriksaan luka di bagian pelipis kiri.
- 6 (enam) lembar hasil Visum et Repertum atas nama insial AS mengenai hasil
pemeriksaan alat kelamin dan perut bagian bawah.

DIKEMBALIKAN KEPADA SAKSI KORBAN AS

- 1 (satu) buah sepeda motor merek Handa Beast.

DIRAMPAS UNTUK NEGARA

- 5 (lima) buah botol minuman beralkohol merek Sans Whiskey.


- 1 (satu) buah pisau lipat.
- 1 (satu) buah hamper.
- 1 (satu) buah Kunci T.

DIRAMPAS UNTUK DIMUSNAHKAN

4. Memerintahkan agar TERDAKWA tetap berada di dalam tahanan


5. Membebankan biaya perkara kepada TERDAKWA sebesar Rp10.000,- (sepuluh ribu
rupiah).

Demikian Surat Tuntutan ini kami bacakan dan diserahkan pada persidangan Pengadilan Negeri
Banda ceh, Semoga Tuhan YME dan Maha Adil memberikan petunjuk dan kekuatan iman kepada
kita semua dalam usaha menemukan kebenaran yang materiil terhadap suatu perbuatan dan atau
tindakan TERDAKWA setelahnya kami serahkan kepada Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Kediri, kami berharap dapat memberikan Putusan yang seadil-adilnya, hormat kami Jaksa
Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Kediri.

Kediri, 2 Juni 2022

Jaksa Penuntut Umum

DIO RAMA MAHENDRA, S.H., M.H.

JAKSA MUDA / NIP. 19840905 200012 1 001

Anda mungkin juga menyukai