Anda di halaman 1dari 4

MAZHAB UTILITARIANISME

Utilitarianism e adalah suatu teori dari segi etika normatif yang menyatakan bahwa suatu
tindakan yang patut adalah yang memaksim alkan penggunaan (utility), biasanya didefinis i kan
sebagai memaksim alkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. "Utilitarianism e" berasal
dari kata Latin utilis, yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan .
Utilitarianism e atau Utilisme adalah aliran yang meletakan kemanfaatan sebagai tujuan utam a
hukum. Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness). Jadi baik buruk atau adil
tidaknya suatu hukum, tergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada
manusia atau tidak. Kebahagiaan ini selayakn ya dapat dirasakan oleh setiap individu. Tetapi jika
tidak mungkin tercapai (dan pasti tidak mungkin), diupayakan agar kebahagiaan itu dinikm at i
oleh sebanyak mungkin individu dalam masyarakat (bangsa) tersebut (the greatest happiness for
greatest number of people). Aliran ini sesungguhnya dapat pula dimasukan kedalam Positivism e
Hukum, mengingat faham ini pada akhirnya sampai pada kesimpulan tujuan hukum adalah
menciptakan ketertiban masyarakat, di samping untuk memberikan manfaat yang sebesa r -
besarnya kepada jumlah orang yang terbanyak. Ini berarti hukum merupakan pencerm in an
perintah penguasa juga, bukan pencerminan dari rasio semata.

Pendukung Utilitarianism e yang paling penting adalah :

a. Jeremy Bentham (1748-1832)


Bentham berpendapat bahwa alam memberikan kebahagian dan kesusahan. Manu sia
selalu berusaha memperban yak kebahagiaan dan mengurangi kesusahannya. Kebaikan
adalah kebahagian, dan kejahatan adalah kesusahan. Ada keterkaitan yang erat antara

kebaikan dan kejahatan dengan kebaikan dan kesusahan. Tugas hukum adalah memlih ara
kebaikan dan mencegah kejahatan. Tegasnya, memelihara kegunaan.
Pandangan Bentham sebenarnya beranjak dari perhatiannya yang besar terhadap
individu. Ia menginginkan agar hukum pertama-tam a dapat memberikan jamin an
kebahagiaan individu-in dividu, bukan langsung ke masyarakat secara keseluru h an .
Walaupun demikian, Bentham tidak menyangkal bahwa di samping kepentin gan
individu, kepentingan masyarakat pun perlu diperhatikan. Agar tidak terjadi bentrokan ,
kepentingan individu dalam mengejar kebahagiaan sebesar - besarnya itu perlu dibatasi.
Jika tidak, akan terjadi apa yang disebut homo homini lupus (manusia menjadi serigala

bagi manusia lain). Untuk menyeimban gkan antar kepentingan (individu dan
masyarakat), Bentham menyarankan agar ada “simpati” dari tiap-tiap individu .
Walaupun demikian, titik berat perhatian harus tetap pada individu itu, karena apabila
setiap individu telah memperoleh kebahagiaann ya, dengan sendirinya kebahag ia an
(kesejahteraan ) masyarakat akan dapat diwujudkan secara simultan.
b. Jhon Stuar Mill (1806-1873)

Ia menyatakan bahwa tujuan manusia adalah kebahagiaan. Manusia berusah a


memperoleh kebahagiaan itu melalui hal-hal yang membangkitkan nafsunya. Jadi yang
ingin dicapai oleh manusia bukan benda atau sesuatu hal tertentu, melain kan
kebahagiaan yang dapat ditimbulkann ya.
c. Rudolf von Jhering (1818-1892)
Baginya tujuan hukum adalah untuk melindungi kepentingan kepentingan. Dalam
mendefinisikan “kepentingan” ia mengikuti Bentham, dengan melukiskannya sebagai
pengejaran kesenangan dan menghindari penderitaan. 1

Ajaran Pokok dalam Utilitarianisme

Dalam mazhab Utilitarianism e, terdapat beberapa ajaran-ajaran pokok, antara lain:

• Seseorang hendaknya bertindak sedemikian rupa, sehingga memajukan kebahagi a an


(kesenangan ) terbesar dari sejumlah besar orang.

• Tindakan secara moral dapat dibenarkan jika ia menghasilkan lebih banyak kebaikan
daripada kejahatan, dibandingkan tindakan yang mungkin diambil dalam situasi dan
kondisi yang sama.

• Secara umum, harkat atau nilai moral tindakan dinilai menurut kebaikan dan keburukan

akibatnya.
• Ajaran bahwa prinsip kegunaan terbesar hendaknya menjadi kriteria dalam perkara etis.
Kriteria itu harus diterapkan pada konsekuen si-konseku ensi yang timbul dari keputusan -
keputusan etis.

Relevan si Aliran Utilitarianism e Pada Hukum di Indonesia

Sebelum membahas relevansi aliran Utilitarianism e pada hukum di Indonesia, kiranya


terlebih dahulu akan di uraikan kembali prinsip-prin sip aliran Utilitarianisme yang
berkeyakin an bahwa hukum mesti dibuat secara utilitaristik. Hukum yang seperti ini dapat
dicapai dengan menggunakan seni dari legislasi yang membuat kita bisa meramalkan hal man a
yang akan memaksim alkan kebahagiaan dan meminimalkan penderitaan masyarakat. Aliran in i
memperkenalkan kemanfaatan hukum sebagai tujuan hukum yang ketiga, disamping keadilan
dan kepastian hukum. Tujuan hukum bukan hanya untuk kepastian hukum dan

keadilan, tetapi juga ditujukan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Disam pin g
menyatakan tentang tujuan hukum yang ketiga tersebut, aliran ini juga berbicara tentang
keadilan. Penganut aliran ini mendefenisikan keadilan dalam arti luas, bukan untuk peroran g an
atau sekedar pendistribu sian barang seperti pendapat Aristoteles. Adil atau tidaknya suatu
kondisi diukur dari seberapa besar dampaknya bagi kesejahteraan manusia (human welfare).

Aliran Utilitarianism e mempunyai pandangan bahwa tujuan hukum adalah haru s


ditujukan untuk mencapai kebahagiaan tertinggi dengan cara melengkapi kehidu pan ,
mengendalikan kelebihan, mengedepan kan persamaan dan menjaga kepastian. Sehingga, huku m
itu pada prinsipnya ditujukan untuk menciptakan ketertiban masyarakat, disamping untuk
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada jumlah orang yang terbanyak. Dalam
mencapai tujuan hukum yang telah dirumuskan tersebut peranan proses legislasi sangat
menentukan dapat atau tidaknya dicapai tujuan hukum tersebut. Bagaiman a setiap produ k
perundang-un dangan yang dihasilkan memberikan ruang bagi setiap orang untuk mengejar
kebahagiaann ya. Dalam hal ini, tugas legislator adalah menghasilkan keserasian antara
kepentingan publik dan kepentingan pribadi. Dengan demikian, legislasi merupakan proses
kunci untuk mewujudkan hukum yang dapat mendatangkan manfaat bagi individu. Proses
legislasi akan menghasilkan hukum yang akan dipatuhi oleh semua warga negara, termasu k
penyelenggara negara sendiri. Hukum inilah nantinya yang akan dijadikan alat untuk
memberikan ruang bagi individu mencapai kebahagiaann ya.

Di indonesia hingga saat ini berkembang aliran positivism e hukum selama hampir
setengah abad lebih undang-undang sebagai hukum negara menjadi hukum utama yan g
diberlaku kan dalam masyarakat. Hukum ini sebagaim ana sifatnya memiliki unsur pemaksa dari
pembuat dan pelaksana undang-undang. Untuk itu, aliran Utilitarianism e memberikan
sumbangsih pemikiran hukum pada hukum, dalam hal ini hukum di Indonesia. Relevansin ya itu
merupakan salah satu pemikiran yang mengkaji bagaiman a tujuan hukum itu sendiri yakn i
memberi kemanfaat an kepada sebanyak-ban yakn ya orang. Kemanfaatan di sini diartikan sebagai
kebahagiaan (happines). Jadi baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, bergantung kepada
apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Kebahagiaan
ini selayakn ya dapat dirasakan oleh setiap individu. Tetapi jika tidak mungkin tercapai dan past i
tidak mungkin diupayakan agar kebahagiaan itu dinikmati oleh sebanyak mungkin individu
dalam masyarakat (bangsa) Indonesia tersebut.

Melihat keadaan Indonesia yang sedang menuju negara moderen, hal itu dapat dilihat
dengan ikut campur tangan negara dalam mengurusi kepentingan masyarakat. Negara berper an
aktif mengatur urusan rakyat. Begitu banyak produk hukum yang tercipta untuk mengat u r
kepentingan warga negara dengan tujuan hukum yang ingin dicapai adalah menjaga kestabilan
dan ketertiban hukum. Perkem ban gan yang berlangsun g mengakibatkan perubahan secara
mendasar atas peranan dan fungsi-fungsi yang diselenggarakan pemerintah. Negara selaku
integritas kekuasaan, sudah tentu membutuhkan suatu tingkat kestabilan khusus dalam sist em
sosialnya untuk tetap mempertahan kan keseimban gan antara peranan atau penyelenggar a an
fungsi-fungsinya dengan tujuan yang dicapai. Dalam upaya mencapai hal tersebut, tidak saja
diperlukan keselarasan atas tujuan tujuan yang dikehendaki oleh kelompok kelompok sosial
maupun kelompok ekonomi yang terdapat pada negara, akan tetapi juga kreativitas untuk
menciptakan secara terarah berbagai kondisi kesejahteraan sosial yang dikehendaki masyarakat .

Pemerintah Indonesia diharapkan dapat mengimplem entasikan prinsip aliran


Utilitarianism e dalam setiap produk hukum yang ingin dibuat dengan senantiasa
mempertimban gkan tujuan hukum kemanfaatan untuk masyarakat. Meskipun kenyataan yan g
terjadi saat ini pencapaian tujuan hukum modern di Indonesia menurut aliran Utilitarian is m e
mengarah ke arah yang lebih baik namun dinilai masih kurang efektif. Hal itu dikarenakan negara
tidak mungkin bisa menjamin kesehjateraan tiap rakyatnya (tiap indivudu), dan dalam
pembentukan hukum masih banyak dipengaruh i oleh kepentingan elit politik atau kepentin gan
penguasa sehingga hukum tidak dapat menjalankan fungsi sebagaim ana mestinya dan tidak
dapat sepenuhnya memberi kemanfaatan. Olehnya, dalam setiap proses pembentukan hukum
kiranya pemerintah dan legislatif lebih mengedepan kan tujuan kemanfaatan dan kebahagi a an
masyarakat seluruhnya sebagai tujuan utama dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yan g
adil, makmur dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai