ALIRAN UTILITARIAN/UTILITARIANISME
Aliran Utilitarian merupakan reaksi terhadap ciri metafisis dan abstrak dari filsafat
hukum pada abad ke delapan belas. Jeremy Bentham sebagai penemunya menunjuk
banyak dari karyanya pada kecaman-kecaman yang hebat atas seluruh konsepsi
hukum alam. Bentham tidak puas dengan kekaburan dan ketidaktetapan teori-teori
tentang hukum alam, dimana Utilitarianisme mengetengahkan salah satu dari gerakan-
gerakan periodik dari yang abstrak hingga yang konkret, dari yang idealitis hingga yang
materialistis, dari yang apriori hingga yang berdasarkan pengalaman. Gerakan aliran ini
merupakan ungkapan-ungkapan/tuntutan-tuntutan dengan ciri khas dari abad
kesembilan belas. [1] Menurut aliran ini, tujuan hukum adalah memberikan
kemanfaatan dan kebahagiaan sebanyak-banyaknya kepada warga masyarakat yang
didasari oleh falsafah sosial yang mengungkapkan bahwa setiap warga negara
mendambakan kebahagiaan, dan hukum merupakan salah satu alatnya. [2]
Aliran Utilitarianisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan
utama hukum. Adapun ukuran kemanfaatan hukum yaitu kebahagian yang sebesar-
besarnya bagi orang-orang. Penilaian baik-buruk, adil atau tidaknya hukum tergantung
apakah hukum mampu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak.[3]
Utilitarianisme meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan utama dari hukum,
kemanfaatan di sini diartikan sebagai kebahagiaan (happines), yang tidak
mempermasalahkan baik atau tidak adilnya suatu hukum, melainkan bergantung
kepada pembahasan mengenai apakah hukum dapat memberikan kebahagian kepada
manusia atau tidak. [4] Penganut aliran Utilitarianisme mempunyai prinsip bahwa
manusia akan melakukan tindakan-tindakan untuk mendapatkan kebahagiaan yang
sebesar-besarnya dan mengurangi penderitaan.
Dengan kata-kata Bentham sendiri, inti filsafat disimpulkan sebagai berikut : [6]
Alam telah menempatkan manusia di bawah kekuasaan, kesenangan dan kesusahan.
Karena kesenangan dan kesusahan itu kita mempunyai gagasan-gagasan, semua
pendapat dan semua ketentuan dalam hidup kita dipengaruhinya. Siapa yang berniat
untuk membebaskan diri dari kekuasaan ini, tidak mengetahui apa yang ia katakan.
Tujuannya hanya untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan... perasaan-
perasaan yang selalu ada dan tak tertahankan ini seharusnya menjadi pokok studi para
moralis dan pembuat undang-undang. Prinsip kegunaan menempatkan tiap sesuatu di
bawah kekuasaan dua hal ini.
Penutup
Aliran Utilitarian mempunyai pandangan bahwa tujuan hukum adalah
memberikan kemanfaatan kepada sebanyak-banyaknya orang. Kemanfaatan di sini
diartikan sebagai kebahagiaan (happines), sehingga penilaian terhadap baik-buruk atau
adil-tidaknya suatu hukum bergantung kepada apakah hukum itu memberikan
kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Dengan demikian berarti bahwa setiap
penyusunan produk hukum (peraturan perundang-undangan) seharusnya senantiasa
memperhatikan tujuan hukum yaitu untuk memberikan kebahagiaan sebanyak-
banyaknya bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Bernard et all, Teori Hukum : Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi,
Yogyakarta : Genta Publishing, 2013.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum; Apa dan Bagaimana
Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum; Edisi lengkap (Dari Klasik sampai Post-Moderenisme),
Jogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2011.
H.R Otje Salman, S, Filsafat Hukum (Perkembangan & Dinamika Masalah), Bandung:
PT. Refika Aditama, 2010.
Lilik Rasyidi dan Ira Thania Rasyidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung:
PT. Citra Aditya Bhakti, 2004.
Muh. Erwin, Filsafat Hukum; Refleksi Kritis Terhadap Hukum, Jakarta: Rajawali Press,
2011.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2006.
Soedjono Dirdjosisworo, Filsafat Hukum dalam Konsepsi dan Analisa, Bandung:
Alumni, 1984.
Teguh Prasetyo dan Abdul Alim, Ilmu Hukum & Filsafat Hukum, Yokyakarta : Pustaka
Pelajar, 2007.
W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum; Idealisme Filosofis dan Problema Keadilan,
diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhamad Arifin, Disunting oleh
Achmad Nasir Budiman dan Suleman Saqib, Jakarta: Rajawali, 1990.
Zainuddin Ali, Filsafat Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
[1] W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum; Idealisme Filosofis dan Problema
Keadilan, diterjemahkan dari buku aslinya Legal Theory oleh Muhamad Arifin, Disunting
oleh Achmad Nasir Budiman dan Suleman Saqib, Jakarta: Rajawali, 1990, hlm 111.
[2] Darji Darmodihardjo dalam Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum ; Edisi lengkap
(Dari Klasik sampai Postmoderenisme), Jogyakarta : Penerbit Universitas Atma Jaya
Yogyakarta, 2011, hlm 159.
[3] Lilik Rasyidi dalam Zainuddin Ali, Filsafat Hukum, Jakarta : Sinar Grafika,
2010, hlm 59.
[4] Muh. Erwin, Filsafat Hukum; Refleksi Kritis Terhadap Hukum, Jakarta :
Rajawali Press, 2011, hlm 179.
[5] H.R Otje Salman, S, Filsafat Hukum (Perkembangan & Dinamika Masalah),
Bandung: PT. Refika Aditama, 2010, hlm 44.
[6] W. Friedman, Op Cit, hlm 112.
[7] Muh.Erwin, Op Cit, hlm 180-181.
[8] Lilik Rasyidi dan Ira Thania Rasyidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum,
Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 2004, hlm 64.
[9] Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum; Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm,
118.
[10] Soedjono Dirdjosisworo, Filsafat Hukum dalam Konsepsi dan Analisa,
Bandung: Alumni, 1984, hlm, 118-120.
[11] W. Friedman, Op Cit, hlm 15-117.
[12] Ibid, hlm 119-120.
[13] H.R. Otje Salman, S, Loc Cit hlm 44.
[14] Bodenheimer dalam Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2006, Hlm 277.
[15] Muh. Erwin, Op Cit, hlm 183-184.
[16] W. Friedman, Op Cit, hlm 120.
[17] Ibid, hlm 121.
[18] H.R. Otje Salman, S, Loc Cit hlm 44.
[19] Teguh Prasetyo & Abdul Alim, Ilmu Hukum & Filsafat Hukum, Yogyakarta :
Pustaka pelajar, 2007, Hlm 100.
[20] Bodenheimer dalam Satjipto Rahardjo, Loc Cit.
[21] Bernard et all, Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan
Generasi, Yogyakarta: Genta Publishing, 2013, Hlm 98-99.
[22] W. Friedman, Op Cit, hlm 122-123.
[23] Bernard et all, Op Cit, Hlm 98-99.
[24] W. Friedman, Loc Cit.