Disusun oleh :
***
Daftar isi
Contents
PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 3
1. Teori Etis ........................................................................................................................................... 4
2. Teori Utilitas (Utilitarianism)............................................................................................................. 5
3. Teori Campuran ................................................................................................................................ 6
Kesimpulan.................................................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka............................................................................................................................................... 9
2|ILMU HUKUM
PEMBAHASAN
1. Teori Etis, Teori ini menganggap bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai
keadilan. Lebih lanjut, teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata
untuk mencapai keadilan dan hukum yang dibuat harus diterapkan secara adil atau
untuk seluruh masyarakat agar masyarakat merasa terlindungi.yang menganggap
bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah mencapai keadilan.
. 2. Teori Utilitis, Teori ini menganggap bahwa tujuan hukum adalah untuk memberikan
kemanfaatan yang besar atau kebahagiaan yang sebanyak-banyaknya. Teori utilitas
dicetuskan oleh Jeremy Bentham dalam bukunya, Introduction to The Morals and
Legislation. yang menganggap bahwa asasnya tujuan hukum adalah semata-mata untuk
menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan warga.
Ketiga Teori-Teori Fungsi tersebut jelas bahwa hukum tidak terlepas untuk menjamin
kelangsungan ketertiban hukum bagi masyarakat. Untuk menegakkan asas-asas keadilan
dalam masyarakat secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :
3|ILMU HUKUM
1. Teori Etis
Teori Etis adalah Teori ini menganggap bahwa tujuan hukum adalah untuk mencapai keadilan.
Lebih lanjut, teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai
keadilan dan hukum yang dibuat harus diterapkan secara adil untuk seluruh masyarakat agar
masyarakat merasa terlindungi.
Salah satu penganut teori ini adalah Aristoteles yang membagi keadilan ke dalam dua
jenis, yakni keadilan distributif dan komunikatif.
1. Keadilan distributif: keadilan yang “jatahnya” diberikan sesuai dengan jasa seseorang.
Artinya, keadilan ini tidak menuntut agar semua orang diberikan bagian yang sama
banyak, namun diberikan berdasarkan jasa yang telah diberikan seseorang.
2. Keadilan komunikatif: keadilan yang diberikan sama banyaknya kepada setiap orang,
tanpa memperhitungkan jasa atau prestasi seseorang.
Teori etis kerap menuai banyak pertentangan. Salah satu yang menentangnya adalah
Sudikno Mertokusumo (dalam Effendy, 1991:80) yang menyatakan bahwa pada
hakikatnya hukum tidak lain adalah perlindungan masyarakat dalam bentuk kaidah atau
norma atau jika diartikan, hukum aturan yang dapat melindungi masyarakat.
Salah satu pendukung aliran etis adalah Geny, sedangkan salah seorang penentang dalam
aliran ini adalah Paton, yang mengatakan bahwa hukum tidak kehilangan sifatnya sebagai
hukum semata-mata karena hukum itu tidak adil, hukum adalah apa yang benar-benar
hukum tanpa memperdulikan apakah hukum itu baik atau buruk. Keadilan merupakan
suatu cita yang didasarkan pada suatu sifat moral manusia. Menurut Achmad Ali, yang
juga tidak mendukung pendapat yang mengatakan bahwa hukum hanyalah semata-mata
mewujudkan keadilan, karena bagaimanapun nilai keadilan terlalu bersifat subjektif dan
abstrak sehingga ia hanya sependapat kalau keadilan bersama-sama dengan kemanfaatan
dan kepastian hukum dijadikan tujuan hukum secara prioritas. Menurut Sudikno
4|ILMU HUKUM
Mertokusumo menyatakan bahwa pada hakekatnya hukum tidak lain adalah perlindungan
masyarakat yang berbentuk kaidah atau norma, artinya hukum itu sebagai aturan yang
dapat melindungi masyarakat. Kalau dikatakan bahwa hukum itu bertujuan mewujudkan
keadilan ini berarti bahwa hukum itu identik atau tumbuh dengan keadilan. Hukum
tidaklah identik dengan keadilan dengan demikian teori etis berat sebelah.1
Pelopor aliran utilitas (Utilitarianism) adalah Jeremy Bentham, yang karyanya antara lain
An Introduction to the Principles of Morals and Legislation, 1789. Utilitarianisme
merupakan filosofi yang menekankan pada manfaat berupa meningkatnya kesenangan
(pleasure). Menurut Betham , ada dua majikan (masters) dalam kehidupan manusia, yaitu
susah (pain) dan senang (pleasure). Dua hal ini menguasai semua yang kita lakukan,
semua yang kita lakukan.
3.Kesenangan dapat disamakan dengan kebahagiaan dan duka dapat disamakan dengan
kejahatan.
4.Suatu hal dikatakan memberikan keuntungan apabila hal tersebut menambah kebahagian
atau mengurangi penderitaan.2
Menurut Paton tentang tujuan hukum ia melihat bahwa hukum merupakan suatu alat
untuk mencapai tujuan sosial seperti memenangkan penerimaan atau toleransi dari
sebahagian besar masyarakat untuk memungkinkan pelaksanaan pemaksaan.3
1
Effendy, Rusli, dkk., 1991, Teori Hukum, Lephas, Ujung Pandang, Hal. 80
2
Curson, L. B. 1979, Jurisprudence, M & E Hand Book, Lephas, Ujung Pandang, hal. 94.
5|ILMU HUKUM
Selanjutnya Paton sependapat dengan Mac Iver yang mengemukakan bahwa setiap
negara mempunyai pekerjaan rangkap yaitu undang-undang/konstitusi dan yang diatur
oleh sebagai alat yang mengaturnya.4
Salah seorang penganut aliran utilitis adalah Curson, beliau mengatakan bahwa aliran
utilitis menempatkan hukum dengan menghubungkan langsung pada kenyataan
masyarakat pada kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangannya. Sangat
disayangkan bagi mereka, bilamana hukum berada pada dunia keadilan yang serba
abstrak. Menurut Bentham bahwa tujuan akhir dari suatu peraturan perundang-undangan
adalah kebahagiaan terbesar untuk orang banyak dan sasaran utamanya adalah sebagai
berikut :5
1. Menyediakan penghidupan.
2. Menyediakan keamanan, kebaikan dan hak milik sebagai suatu harapan yang senantiasa
memerlukan perlindungan.
3. Teori Campuran
Salah satu pakar hukum yang menganut teori tujuan hukum aliran campuran ini adalah
Mochtar Kusumaatmadja. Menurutnya tujuan pokok hukum adalah ketertiban. Lebih
lanjut, diterangkan bahwa kebutuhan akan ketertiban adalah syarat yang fundamental
bagi adanya masyarakat yang teratur dan damai. Kemudian, untuk mewujudkan
kedamaian masyarakat harus diciptakan kondisi masyarakat adil dengan
3
Paton, G.W., 1951, A Text Book of Jurisprudence, Oxford The Clarendon Press.hal. 69-88
4
Ibid
5
Curson, L. B.,Op.cit, Hal. 96
6|ILMU HUKUM
mempertimbangkan kepentingan satu sama lain dan mendapatkan apa yang sudah
menjadi haknya.6
6
https://www.hukumonline.com/berita/a/aliran-tujuan-hukum-lt62f116ec9a50c?page=2
7|ILMU HUKUM
Kesimpulan
Teori etis menekankan bahwa hukum semata-mata untuk mencapai keadilan, dimana
hukum berisikan pada adanya keyakinan yang etis tentang apa yang adil dan tidak adil.
Fokus utama dari teori ini adalah mengenai hakikat keadilan dan norma untuk berbuat
secara konkret dalam keadaan tertentu. Teori utilitas menekankan pada tujuan hukum
dalam memberikan kemanfaatan/faedah kepada orang terbanyak dalam masyarakat.
Sedangkan teori campuran menekankan pada tujuan hukum tidak hanya untuk keadilan
semata, melainkan pula untuk kemanfaatan orang banyak.
Sehingga tujuan hukum tidak bisa serta merta hanya untuk mewujudkan keadilan saja.
Indonesia juga sulit untuk menjalankan tujuan hukum dengan berdasarkan pada teori
utilitas, dimana teori tersebut menekankan pada tujuan hukum yang memberikan
kemanfaatan pada jumlah orang terbanyak.
Teori campuran merupakan model yang paling cocok dari ketiga model yang ada dalam
memberikan tujuan hukum. Bahwa hukum selayaknya memberikan keadilan bagi warga
Negara, dimana keadilan tersebut diwujudkan dengan memberikan kemanfaatan dalam
sebuah situasi yang tertib dan aman dan sebaliknya.
8|ILMU HUKUM
Daftar Pustaka
Effendy, Rusli, dkk., 1991, Teori Hukum, Lephas, Ujung Pandang, Hal. 80
Curson, L. B. 1979, Jurisprudence, M & E Hand Book, Lephas, Ujung Pandang,
hal. 94.
Paton, G.W., 1951, A Text Book of Jurisprudence, Oxford The Clarendon
Press.hal. 69-88
Ibid
Curson, L. B.,Op.cit, Hal. 96
https://www.hukumonline.com/berita/a/aliran-tujuan-hukum-
lt62f116ec9a50c?page=2
9|ILMU HUKUM