Anda di halaman 1dari 2

Kemanfaatan Hukum

Kemanfaatan hukum adalah asas yang menyertai asas keadilan dan kepastian hukum.
Kemanfaatan hukum perlu diperhatikan karena semua orang mengharapkan adanya manfaat
dalam pelaksanaan penegakan hukum. Jika berbicara tentang hukum, maka kita cenderung
hanya melihat pada peraturan perundang-undangan, yang terkadang aturan itu tidak sempuma
adanya dan tidak aspiratif dengan kehidupan masyarakat. Sesuai dengan prinsip tersebut
diatas, dalam pernyataan Prof. Satjipto Rahado, yang menyatakan bahwa “keadilan memang
salah satu nilai utama, tetapi tetap disamping yang lain-lain, seperti kemanfaatan (utility,
doelmatigheid). Oleh karena itu, kemanfaatan merupakan salah satu dari tujuan
terbentuknya hukum, dalam suatu upaya penegakan hukum. Kemanfaatan inilah yang
dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan penerapan hukum di indonesia di dalam
penegakan hukum, perbandingan antara manfaat dengan pengorbanan harus dilaksanakan
dengan adil dan proporsional. Contoh konkret misalnya, dalam menerapkan ancaman pidana
mati kepada seseorang yang telah melakukan pembunuhan, hakim dapat mempertimbangkan
kemanfaatan penjatuhan hukuman kepada terdakwa sendiri dan masyarakat. Jika hukuman
mati dianggap lebih bermanfaat bagi masyarakat, maka hukuman mati itulah yang
dijatuhkan.1
Kemanfaatan hukum banyak diterapkan di negara-negara yang menerapkan sistem
muslim law. Sistem muslim law dipraktikkan oleh negara-negara Timur Tengah yang
sebagian besar berpenduduk muslim. Negara-negara tersebut di dalam tujuan hukum adalah
untuk kemanfaatan. Di dalam muslim law, penegakan hukum harus mewujudkan
kemanfaatan terhadap umat manusia.2 Kemanfaatan hukum didasari pada aliran
utilitarianisme. Utilitarianisme adalah aliran yang meletakkan kemanfaatan sebagai tujuan
utama dari pada hukum, dalam pandangan ini hukum haruslah mampu memberikan
manfaat bagi masyarakat yang didasari oleh falsafah sosial bahwa manusia selalu
mendambakan kehagiaan dan hukum berfungsi sebagai salah satu alat untuk
mewujudkan kebahagiaan tersebut.3 Kemanfaatan disini dapat diartikan sebagai
kebahagiaan (happiness) sehingga baik buruk atau adil tidak adil suatu hukum tergantung
kepada hukum itu memberikan kebahagiaan atau tidak. Bagi penganut utilitirianisme

1
Cahya Palsari, Kajian Pengantar Ilmu Hukum : Tujuan dan Fungsi Ilmu Hukum Sebagai Dasar Fundamental
Dalam Penjatuhan Putusan Pengadilan, Jurnal Komunitas Yustisia Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4 No. 3,
2021, hlm. 946
2
Fathor Rahman, Perbandingan Tujuan Hukum Indonesia Jepang dan Islam, Jurnal Khazanah Hukum, Vol. 2 No.
1, 2020, hlm. 36
3
Darji Darmodiharjo dalam Hyronimus Rhiti, Filsafat Hukum, Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
2011, hlm. 159
memiliki prinsip bahwa manusia akan selalu melakukan hal-hal yang mendatangkan
kebahagiaan yang sebesar-besarnya. Aliran ini dikemukakan oleh Jeremy Bentham yang
tidak puas dengan penjelasan dari aliran positivisme hukum.4
Jika mengacu pada teori utilitarianisme (Jeremy Benthan), bahwa cita-cita kemanfaatan
hukum itu adalah untuk menjamin suatu kebahagiaan yang mengesankan terhadap seluruh
manusia dengan sebanyak-banyaknya. Untuk itu, esensi dari teori ini bahwa tujuan hukum itu
harus bermanfaat demi kebahagiaan dan kesenangan bagi banyak orang. Hanya saja, teori ini
dianggap tidak berimbang. Maka, Utrecht memunculkan tiga teori mengenai kemanfaatan
hukum yaitu:
1. Tidak memberikan tempat untuk mempertimbangkan seadil-adilnya halhal yang
kongkret.
2. Hanya memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan karena itu isinya bersifat umum.
3. Sanat individualistis dan tidak memberi pada perasaan hukum seorang.5
Oleh sebab itu, Utrecht menyebut bahwa terjaminnya hukum itu bisa tercapai
manakala memberikan kepastian hukum tehadap kehidupan bermasyarakat. Dalam hal ini
Utrecht mengacu pada Vatikan, di mana Vatikan beranggapan bahwa hukum itu harus
melindungi setiap kepentingan umat manusia yang tak dapat diganggung-gugat.6
Dalam penerapan tujuan kemanfaatan hukum dalam produk hukum di Indonesia, maka
produk hukum yang dibuat oeh penguasa haruslah sesuai dengan hukum yang pro
masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan bagi masyarakat. Sehingga
pendapat Jeremy Bentham mengemukakan bahwa untuk dapat mencapai kebahagiaan
dalam hukum maka tidak hanya memperhatikan konsep keadilan dan kepastian, namun
juga kemanfaatan hukum di dalamnya, suatu norma yang di anggap baik apabila norma
tersebut berisikan kebahagiaan bagi semua masyarakat.7

4
H.R Otje Salman S, Filsafat Hukum (Perkembangan dan Dinamika Masalah), Jakarta: PT. Refika Aditama,
2010, hlm. 44
5
Fathor Rahman, Perbandingan Tujuan Hukum Indonesia Jepang dan Islam, Jurnal Khazanah Hukum, Vol. 2 No.
1, 2020, hlm. 37
6
Ibid.
7
Vera Rimbawani Sushanty, Telaah Perspektif Filsafat Hukum Dalam Mewujudkan Kepastian, Keadilan dan
Kemanfaatan Hukum di Indonesia, Jurnal Legisia Fakultas Hukum dan Sosial Universitas Sunan Giri Surabaya,
Vol. 14 No. 2, 2022, hlm. 201

Anda mungkin juga menyukai