Anda di halaman 1dari 19

PERWUJUDAN KEADILAN DAN KEADILAN SOSIAL

DALAM NEGARA HUKUM INDONESIA:


Perjuangan yang Tidak Mudah Dioperasionalkan.

Purwanto
Fakultas Hukum Univesitas Panca Bhakti Pontianak

Email korespondensi: purwantoupb@gmail.com

Abstrak

Keadilan dan keadilan sosial memiliki sejarah pemikiran yang panjang dalam
diskursus hukum dan negara. Negara merupakan figur sentral dalam perwujudan
keadilan dan keadilan sosial. Dalam negara hukum Indonesia perwujudan
keadilan dan keadilan sosial merupakan perjuangan yang tidak mudah
dioperasionalkan. Metode`yang dipergunakan dalam kajian ini adalah yuridis
normatif, dengan titikberat pada penulusuran studi pustaka. Dalam
pembahasannya mengkonfirmasikan bahwa keadilan dan keadilan sosial
memiliki pertemalian yang erat. Perwujudannya merupakan unsur utama,
mendasar, paling rumit, luas, struktural dan abstrak. Keadilan sebagai kemauan
yang bersifat tetap dan terus-menerus untuk memberikan kepada setiap orang,
apa yang seharusnya diterima. Keadilan sosial selalu ditujukan untuk
mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, melalui
pemerataan sumber daya agar kesenjangan sosial ekonomi di tengah-tengah
masyarakat dapat dikurangi.

Kata Kunci: Keadilan, Keadilan Sosial, Konstitusi

A. Pendahuluan individu, kepentingan sosial dan


negara. Keadilan dan keadilan
Perwujudan keadilan dan sosial tidak selalu dapat dilahirkan
keadilan sosial dalam Negara dari rasionalitas, tetapi juga
hukum merupakan unsur utama, ditentukan oleh atmosfir sosial yang
mendasar, sekaligus unsur yang dipengaruhi oleh tata nilai dan
paling rumit, luas, struktural dan norma lain dalam masyarakat.
abstrak. Kondisi ini karena konsep
keadilan dan keadilan sosial, Dalam posisi apapun,
terkandung didalamnya makna menurut menurut Gustav Radburg1
perlindungan hak, persamaan derajat
dan kedudukan di hadapan hukum, 1
Sudikno Mertokusumo, Penemuan
kesejahteraan umum, serta asas Hukum: Sebuah Pengantar,
proporsionalitas antara kepentingan Liberty,Yogyakarta, 1993, hal 1-2.
kehadiran hukum harus dapat menyebutkan pertentangan tersebut
mewujudkan 3 (tiga) nilai dasar, terjadi, karena ketiga unsur hukum
yaitu: (i) nilai keadilan (justice), (ii) tersebut, sejatinya telah
kepastian (certainty), dan (iii) nilai mengandung potensi pertentangan
kemanfaatan (utility). Aplikasi (tegangan) antara nilai-nilai
secara sinergi dari ketiganya idealnya (das sollen) dan nilai-nilai
tentulah tidak mudah, namun kenyataannya (das sein). Hukum
demikian idealnya dalam setiap dan keadilan memiliki pertemalian
penyusunan produk hukum maupun yang sangat erat, menurutnya:
penegakan hukum, kehadiran “Setiap pembicaraan
ketiganya harus mendapatkan mengenai hukum (baik secara
proporsi yang seimbang. Di samping jelas maupun samar)
pemenuhan secara seimbang ketiga senantiasa merupakan
unsur dasar tersebut. Sudharto P. pembicaraan tentang
Hadi2, mengkonstatasikan bahwa keadilan. Membicarakan
hukum yang baik (good norm) hukum tidak cukup hanya
adalah hukum yang memuat prinsip- sampai wujudnya sebagai
prinsip keberlanjutan, suatu bangunan yang formal,
keadilan dan demokrasi. Sementera tetapi perlu juga melihatnya
itu FX. Adji Samekto3, mengartikan sebagai ekspresi dari cita-
keadilan sebagai kemauan yang cita-cita keadilan
bersifat tetap dan terus-menerus masyarakat.”
untuk memberikan kepada setiap
orang, apa yang seharusnya Idealnya hukum yang pasti,
diterima. Peran hukum dalam seharusnya juga adil, dan hukum
persoalan keadilan adalah yang adil, juga seharusnya
mewujudkan ide keadilan kedalam memberikan kepastian. Di sinilah
bentuk kongkret, agar dapat kedua nilai itu mengalami situasi
memberi manfaat bagi hubungan yang antinomis, karena menurut
antar manusia. derajat tertentu, nilai-nilai kepastian
dan keadilan, harus mampu
Implementasi ketiga nilai memberikan kepastian terhadap hak
dasar keadilan, kepastian dan tiap orang secara adil. Untuk itu
kemanfaatan, seringkali terdapat dalam membuat dan melaksanakan
suatu pertentangan/antinomi, antara hukum harus benar-benar
unsur yang satu dengan unsur yang mempertimbangkan bahwa
lainnya. Satjipto Rahardjo 4 dibuatnya hukum adalah untuk
kebahagiaan dan kesejahteraan,
2
Sudharto P. Hadi, Dimensi Hukum tidak hanya mengandalkan pada
Pembangunan , UNDIP, Semarang, 2002, landasan pemikiran dari perilaku
hal. v manusia yang rasional-formal
3
FX.Adji Samekto, Ilmu Hukum
Dalam Perkembangan Pemikiran Menuju belaka. Jika hal tersebut terjadi,
Post Modernisme, Indepth Publising, maka tujuan hukum untuk
Bandar Lampung, 2012, hal 1. mewujudkan keadilan menjadi
4
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, tereliminasi dan yang muncul
Citra Aditya Bhakti, Bandung, cetakan adalah kekuatan otoritas dari
ketiga, 2000, hal 19.
pemegang kekuasaan. hidup dengan seenaknya karena
mereka menguasai sebagian besar
Apabila perwujudan dari hasil kerja dan hak-hak
keadilan menurut Theo Huijbers 5 golongan yang miskin.
diserahkan pada penguasa negara, Dalam perkembangnnya
maka unsur keadilan dalam hukum pengertian keadilan dan keadilan
sangat ditentukan oleh jiwa baik sosial, selalu mengikuti
dari para penguasa Negara, baik perkembangan kondisi kehidupan
jiwa pikirannya (logistikon), jiwa masyarakat dan struktur kekuasaan
perasaan dan nafsunya dan otonomi. Oleh karena itu
(epithumetikon), maupun jiwa perwujudan keadilan dan keadilan
perasaan baik dan jahat sosial dalam negara hukum
(thumoedes). Indonesia merupakan perjuangan
yang tidak mudah dioperasionalkan,
Sementara itu, menurut Frans karena dalam praktiknya secara
Magnis Suseno6, ada beberapa kata politis seringkali diaktualisasikan
kunci yang terkait dengan dalam bentuk dominasi kekuatan-
perwujudan keadilan serta keadilan kekuatan yang saling bertarung.
sosial, seperti: hak, kewajiban,
kontrak, fairness, ketimbalbalikan,
struktur kekuasaan dan otonomi. Metode
Semua tindakan yang cenderung
untuk memproduksi dan Mempergunakan metode
mempertahankan kebahagiaan dan yuridis normatif, dengan titikberat
kesejahtaraan masyarakat adalah pada penulusuran studi pustaka,
adil. membangun keadilan sosial dengan cara menelaah (terutama)
berarti menciptakan struktur yang data sekunder yang berupa: bahan
memungkinkan pelaksanaan hukum primer, yiatu UUD NRI
keadilan sosial. Masalah keadilan 1945 dan bahan hukum sekunder
sosial ialah bagaimanakah diperoleh melalui pengkajian hasil
mengubah struktur-struktur penelitian, seminar, buku-buku,
kekuasaan yang seakan-akan sudah jurnal ilmiah yang memuat doktrin
memastikan ketidakadilan , artinya dari para pakar. Proses analisis
yang memastikan bahwa pada saat digunakan metode analisis
yang sama dimana masih ada kualitatif.
golongan-golongan miskin dalam
masyarakat, terdapat juga
kelompok-kelompok yang dapat Hasil dan Pembahasan

5
Penulusuran Makna Keadilan: Asal-
Theo Hujbers, Filsafat Hukum Usul dan Sejarah Pemikirannya
Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius,
Yogyakarta, 1995, hal 23.
6
Frans Magnis Suseno, Pijar-Pijar Penulusuran terhadap asal-
Filsafat: dari Gatholoco ke Filsafat usul katanya, keadilan berasal dari
Perempuan Dari Adam Muller ke kata “adil” dari bahasa Arab al-
Postmodernism, Kanisius, Yogyakarta, adl, yang berarti lurus dalam jiwa,
2005, hal 238.
tidak dikalahkan oleh hawa napsu, kebijaksanaan 9 . Basis pandangan
berhukum dengan kebenaran, tidak Plato tersebut, mengkonsepsikan
zalim, seimbang, setara dan keadilan pada tataran moral,
sebagainya. Dalam bahasa Inggris, dimana keadilan menjadi nilai yang
istilah keadilan, disebutkan dengan sangat dijunjung tinggi oleh segenap
berbagai term, seperti: justice lapisan masyarakat.
(diterjemahkan: keadilan,
kepantasan, ketepatan dan Keadilan yang rasional
peradilan), fairness (diterjemahkan mengambil sumber pemikirannya
dengan keadilan, kejujuran, dari prinsip-prinsip umum dari
kewajaran), equaty (diterjemahkan: rasionalitas tentang keadilan.
keadilan, kewajaran dan hak Keadilan yang rasional pada
menurut keadilan) dan impartiality dasarnya mencoba menjawab
(diterjemahkan dengan keadilan, perihal keadilan dengan cara
sifat tidak memihak, sikap jujur, menjelaskannya secara ilmiah, atau
sikap adil, kejujuran dan sikap setidak-tidaknya kuasi-ilmiah, dan
netral)7. Dalam bahasa Indonesia, itu semua harus didasarkan pada
keadilan adalah sifat tidak berat alasan-alasan yang rasional.
sebelah, tidak memihak, berpihak Sementara keadilan yang metafisik,
kepada yang benar, berpegang mempercayai eksistensi keadilan
kepada kebenaran, sepatutnya dan sebagai sebuah kualitas atau suatu
tidak sewenang-wenang. Secara fungsi di atas dan di luar mahkluk
etimologis, keadilan adalah kondisi hidup, dan oleh sebab itu tidak dapat
kebenaran ideal secara moral dipahami menurut kesadaran
mengenai sesuatu hal, baik manusia berakal.
menyangkut benda atau oran.8
Pengertian keadilan memiliki
Perdebatan mengenai keadilan sejarah pemikiran yang panjang,
terbagi atas 2 arus pemikiran, dalam diskursus hukum, sifat dari
pertama adalah keadilan yang Keadilan itu dapat dilihat dalam 2
metafisik, sedangkan yang kedua, arti pokok, yakni dalam arti formal
keadilan yang rasional. Keadilan yang menuntut bahwa hukum itu
yang metafisik, diwakili oleh Plato, berlaku secara umum, dan dalam
sedangkan Keadilan yang rasional arti materil, yang menuntut agar
diwakili oleh pemikiran Aristoteles. setiap hukum itu harus sesuai
Keadilan yang metafisik, dengan cita-cita keadilan
sebagaimana diutarakan oleh Plato masyarak10.
menyatakan bahwa keadilan itu
asalnya dari inspirasi dan intuisi. 9
Maryanto, Refleksi dan Relevansi
dapat diperoleh dengan Pemikiran Filsafat Hukum Bagi
Pengembangan Ilmu Hukum, Jurnal
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam
7
Sulhani Hermawan, Tinjauan Sultan Agung Semarang, Vol. 13 (1) tahun
Keadilan Sosial Terhadap Hukum Tata 2003, hal 52-54.
10
Pangan Indonesia, Mimbar Hukum Frans Magnis Suseno, Etika
Volume 24, Nomor 3 Oktober 2012, hal Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar
491. Kenegaraan Modern, Gramedia Pustaka
8
Ibid, hal 491. Utama, 1991, hal 81.
Namun apabila ditinjau dalam berbasis balasan dan terakhir prinsip
konteks yang lebih luas, pemikiran libertanian. Penekanan arti keadilan
mengenai keadilan itu berkembang yang berbeda-beda tersebut dengan
dengan pendekatan yang berbeda- sangat baik dipetakan oleh Markus
beda, karena perbincangan tentang Y Hage12:
keadilan yang tertuang dalam
banyak literatur. Sehingga Perbandingan Prinsip-prinsip
perbincangan tentang keadilan, Keadilan Kontemporer
tidak mungkin tanpa melibatkan Aliran konsep Pokok ajaran
tema-tema moral, politik dan teori keadilan tentang keadilan,
hukum. Menjelaskan mengenai dalil-dalil keadilan
keadilan secara tunggal hampir- yang kedepankan
hampir sulit untuk dilakukan. Pengusung (1) Keadilan sosial
Egalitarianisme berkenaan
Thomas W Simon 11 , dengan
menyatakan bahwa para pembuat kedudukan
teori mendefinisikan keadilan atau ting-katan
(justice) dalam istilah (term) yang yang setiap
berbeda-beda. Kelompok orang yang
libertarian, mendefinisikan dengan seharusnya
istilah kebebasan (liberty), sama dalam
kelompok sosalis mendefinisikan distribusi
dengan istilah kesetaraan, kelompok barang dan
liberal mendefinisikan dengan jasa;
gabungan istilah kebebasan dan (2) Jika setiap
keseteraan, sedangkan kaum orang itu sama,
communitarian melihat keadilan maka
dengan istilah commod good diperlukan
(kebaikan umum). pembatasan
bagi kebebasan
individu agar
Konsepsi Ajaran Keadilan dan kedudukan
Keadilan Sosial sama
(masyarakat
Ditelisik dari aspek lintas tanpa
ruang dan waktu, awalnya ajaran perbedaan)
keadilan bertumpu pada prinsip tata terwujud.
kelola masyarakat egalitarianism,
menyusul prinsip perbedaan, prinsip Pengusung (1) Keadilan sosial
berbasis sumberdaya, prinsip Prinsip berkenaan
berbasis kesejahteraan, prinsip Perbedaan dengan
Dalam masalah
11
Sulhani Hermawan, Tinjauan
12
Keadilan Sosial Terhadap Hukum Tata Markus Y. Hage, Kepentingan
Pangan Indonesia, Mimbar Hukum Ekonomi dan Komodifikasi Dalam Hukum,
Volume 24, Nomor 3 Oktober 2012, hal. Disertasi Pada PDIH UNDIP, 2011, hal.
490. 278.
Kesederajatan distrubusi maksimum
primary social pada
good; masyarakat
(2) Pendistribusian miskin.
beban dan Pengusung (1) Setiap orang
keuntungan Prinsip harus dibuat
sosial itu harus Berbasis menerima
berdasarkan Sumber Daya akibat-akibat
prinsip dari pilihannya,
kesederajatan karenanya
(equality) setiap orang
(3) Tidak ada yang memilih
diskriminasi bekerja keras
yang untuk
dibolehkan memperoleh
kecuali hal itu pendapatan
menguntungka lebih tidak
n semua pihak, dikehendaki
dan terutama untuk
segmen mensubsidi
masyarakat mereka yang
yang paling malas dan
tertinggal atau karenanya
kurang kurang
beruntung pendapatan.
standard
hidupnya. (2) Setiap orang
(4) Situasi tidak boleh
ketidaksamaan merasakan
harus diatur penderitaan
melalui akibat dari
prosedur lingkungan
standard yang berada
sehingga diluar kendali
menguntungka mereka,
n segmen karenanya
masyarakat setiap orang
yang kurang yang terlahir
beruntung dengan cacat,
melalui sakit atau
jaminan anugerah
maxsimum alamiah yang
minimoru. rendah tidak
Suatu jaminan bertanggung-
hukum yang jawab atas
total, dan lingkungan.
Pengusung (1) kondisi orang
Prinsip Memaksimalka lain.
Berbasis n (3) Setiap orang
Kesejahteraan kesejahteraan relative mudah
masyarakat untuk
secara memperoleh
keseluruhan. hak-hak
(2) Utiltarianisme, obsolut atas
the great pembagian
happiness for dunia yang
the grat tidak
number proporsional,
Pengusung (1) Setiap orang karenanya,
Prinsip harus diberi kepemilikan
Berbasis balasan/upah pribadi sangat
Balasan berdasarkan: layak, pasar
Kontribusi bebas dalam
actual dan akumulasi
usahanya; capital dan
(2) Mengangkat pekerjaan
standar hidup secara moral,
dengan sangat tepat
membayar dan
usaha dan dikehendaki.
capaian.
(3) Hanya Keadilan merupakan salah
diterapkan satu tujuan hukum yang paling
pada pekerjaan banyak dibicarakan sepanjang
dewasa. perjalanan sejarah filsafat hukum.
Pengusung (1) Setiap orang Aristoteles 13 dalam tulisannya
Prinsip memiliki Retorica membedakan keadilan
Libertarian dirinya sendiri dalam dua macam yaitu keadilan
karena pada distributif (justitia distributiva)
dasarnya dunia sebagai keadilan yang memberikan
ini tidak ada kepada setiap orang didasarkan atas
yang memiliki. jasa-jasanya atau pembagian
(2) Setiap orang menurut haknya masing-masing,
dapat serta keadilan komulatif (justitia
memperoleh cummulativa) sebagai keadilan
hak-hak mutlak yang diterima oleh masing-masing
atas pembagian anggota tanpa memperdulikan jasa
dunia yang
tidak 13
Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim
proporsional, Barkatullah, Filsafat, Teori, dan Ilmu
asalkan tidak Hukum, Pemikiran Menuju Masyarakat
yang Berkeadilan dan Bermartabat,
memperburuk
Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hal. 367-368.
masing-masing. keadilan sebagai kesetaraan
diulas oleh Thomas Aquinas, yang
Dimensi kedua cakupan membedakan keadilan dalam dua
keadilan Aristoteles tersebut, kelompok yaitu keadilan umum
dapat katagorikan sebagai keadilan (justitia generalis) dan keadilan
hukum dan keadilan kesetaraan. khusus (justitia specialis). Keadilan
Aristoteles membuat pembedaan umum adalah keadilan menurut
penting antara kesamaan numerik kehendak undang-undang yang
dan kesamaan proporsional. harus ditunaikan demi kepentingan
Kesamaan numerik umum, sedangkan keadilan khusus
mempersamakan setiap manusia adalah keadilan atas dasar
sebagai satu unit. Inilah yang kesamaan atau proporsional.
sekarang biasa dipahami tentang Keadilan khusus kemudian
kesamaan atau persamaan di depan dijabarkan dalam tiga bentuk, yaitu:
hukum. Kesamaan proporsional 1. Keadilan distributif (justitia
atau kesetaraan memberi tiap distributiva) adalah keadilan
orang apa yang menjadi haknya yang secara proporsional yang
sesuai dengan kemampuan, diterapkan dalam lapangan
prestasi, dan sebagainya. Tidak hukum publik secara umum;
semua yang adil menurut hukum 2. Keadilan komutatif (justitia
adalah setara dan tidak semua commutativa) adalah keadilan
ketidak-setaraan tidak adil menurut dengan mempersamakan
hukum. antara prestasi dengan
kontraprestasi.
Makna keadilan sebagai 3. Keadilan vindikatif (justitia
kesetaraan menurut aristoteles ini, vindicativa) adalah keadilan
dipertegas dan dikembangkan lebih dalam hal menjatuhkan
lanjut oleh Cicero dengan menolak hukuman atau ganti kerugian
hukum positif dari suatu dalam tindak pidana.
masyarakat sebagai standar Seseorang akan dianggap adil
keadilan mutlak. Menurut Cicero14 apabila dipidana badan atau
keadilan itu satu, mengikat semua denda sesuai dengan besarnya
masyarakat dan bertumpu diatas hukuman yang telah
satu sumber, yaitu akal budi yang ditentukan atas tindak pidana
benar. Pengesampingan nilai yang dilakukannya15.
keadilan demi kepastian hukum
merupakan suatu ironi. Cecero, Hans Kelsen sebagai
pernah berucap “Summum Ius penganut mazhab Analitical
Summa Iniuria (hukum tertinggi Jurisprudence dalam Andi Ryza
adalah ketidak adilan tertinggi). Fardiansyah16 , menyebutkan:

Perkembangan berikutnya 15
.
pada abad pertengahan, makna http://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila#Sila_
kedua, diakses, 10 Nopember 2014.
14 16
Theo Huijbers, Filsafat Hukum . Andi Ryza Fardiansyah, Keadilan
Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Menurut Hans Kelsen,
Yogyakarta, 1999, hal. 32-33. https://ryzafardiansyah.wordpress. com/
“Bahwa keadilan sebagai meminjam istilah Bertens 18 ,
kesetaraan dapat Keadilan sosial merupakan cita-cita
dipersamakan dengan yang bisa dihampiri semakin dekat,
perwujudan kebahagiaan tapi tidak pernah bisa direalisasikan
secara umum, yaitu hadirnya dengan sempurna.
sebuah kondisi sosial dimana
setiap orang mendapatkan Suteki 19 mengkonstasikan
kepuasan dan kebahagiaan perbedaan antara keadilan sosial
secara umum. Kelsen melihat dan keadilan individual, sebagai
bahwa keadilan adalah berikut:
sesuatu yang sangat subjektif. “Keadilan individual adalah
Keadilan adalah sesuatu hal keadilan mikro, yaitu suatu
yang memiliki makna yang keadilan yang pelaksanaannya
sangat identik dengan tergantung pada kehendak
kebahagiaan umum”. pribadi. Bentuk yang
dituntutpun jelas,
Konsep keadilan sosial (social “perlakukanlah setiap orang
justice) berbeda dari ide keadilan secara adil”. Jika yang
hukum, keadilan politik, keadilan dibicarakan adalah keadilan
ekonomi, keadilan individual dan sebagai fenomena sosiologis,
sebagainya. Tetapi konsep keadilan maka keadilan itu sudah tidak
sosial tentu juga tidak hanya lagi bersifat individual,
menyangkut persoalan moralitas melainkan sosial bahkan
dalam kehidupan bermasyarakat struktural. Oleh karena itu,
yang berbeda-beda dari satu disebut dengan keadilan sosial
kebudayaan ke kebudayaan lain. atau keadilan makro.
Namun, keseluruhan ide tentang Keadilan sosial adalah
keadilan itu pada akhirnya dapat keadilan yang
dicakup oleh dan berujung pada ide pelaksanaarmya tidak lagi
keadilan sosial 17 . Meskipun tergantung pada kehendak
pribadi, atau pada kebaikan-
kebaikan individu yang
tag/keadilan- menurut-hans-kelsen, diakses
tanggal 4 Januari 2015. bersikap adil, tetapi sudah
17
Keadilan sosial memang harus bersifat struktural”.
dibedakan dari pelbagai dimensi keadilan,
seperti keadilan hukum, keadilan politik,
keadilan ekonomi, dan sebagainya, dan kekayaan sosial (societal good), dan
meskipun dapat juga dipahami bahwa (iii) Negara c.q. Pemerintah
keseluruhan ide tentang keadilan itu pada bertanggungjawab, pemerintahan untuk
akhirnya dapat dicakup oleh dan berujung memastikan kualitas dasar kehidupan bagi
pada ide keadilan sosial. Karena pada seluruh warga negaranya. Hakekatnya,
akhirnya, keadilan hukum dan keadilan keadilan sosial sebagai pucuk kesejateraan
ekonomi harus membuahkan hasil akhir sosial kolektif dalam suatu negara dan/atau
pada perwujudan keadilan sosial bagi dalam suatu daerah.
18
semua. Di dalamnya, terkandung pengertian Bertens, K. Pengantar Etika
bahwa (i) Ketidakadilan yang ada selama Bisnis, Penerbit Kanisius, Yogyakarta,
ini harus ditanggulangi sampai ke titik yang 2000, hal. 93-94
19
terendah, (ii) Redistribusi kekayaan, Suteki, Desain Hukum di Ruang
kekuasaan dan status individu, komunitas, Sosial….., Op. Cit., hal. 249.
Pelaksanaan keadilan sosial Adapun syarat yang harus
tersebut sangat tergantung kepada dipenuhi terlaksananya keadilan
penciptaan struktur-struktur sosial adalah sebagai berikut: (1)
sosial yang adil. Jika ada Semua warga wajib bertindak,
ketidakadilan sosial, bersikap secara adil, karena
penyebabnya adalah struktur keadilan sosial dapat tercapai
sosial yang tidak adil. apabila tiap individu bertindak
Mengusahakan keadilan sosial dan mengembangkan sikap adil
pun berarti harus dilakukan terhadap sesame; (2) Semua
melalui perjuangan memperbaiki manusia berhak untuk hidup
struktur-struktur sosial yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
adil. manusiawi, maka berhak pula
untuk menuntut dan mendapatkan
Keadilan sosial berarti segala sesuatu yang bersangkutan
keadilan yang berlaku dalam dengan kebutuhan hidupnya.
masyarakat di segala bidang
kehidupan, baik materil maupun
spiritual. Hal ini berarti keadilan Makna Perwujudan Keadilan dan
itu tidak hanya berlaku bagi Keadilan Sosial dalam Negara
orang kaya saja, tetapi berlaku Hukum
pula bagi orang miskin, bukan
hanya untuk para pejabat, tetapi Makna Perwujudan Keadilan
untuk rakyat biasa pula, dengan
kata lain seluruh rakyat Indonesia Secara lebih operasional
baik yang berada di wilayah perwujudan dari keadilan menurut
kekuasaan Republik Indonesia Satjipto Rahardjo 20 terkait dengan
maupun bagi Warga Negara pendistribusian yang ada didalam
Indonesia yang berada di negara masyarakat. Pendistribusian ini
lain. tidak selalu bersifat fisik tetapi juga
non fisik (intangible), antara lain:
Konsep keadilan sosial barang, jasa, modal usaha
merupakan simpul dari semua kedudukan, peranan sosial,
dimensi dan aspek kemanusiaan kewenangan, kekuasaan,
tentang keadilan. Istilah keadilan kesempatan dan sebagainya yang
sosial tersebut terkait erat dengan memiliki nilai-nilai tertentu bagi
pembentukan struktur kehidupan kehidupan manusia. Untuk itu
masyarakat yang didasarkan atas cakupan hakekat dari keadilan,
prinsip-prinsip persamaan menurut beliau meliputi:
(equality) dan solidaritas. Dalam a. memberikan kepada setiap
konsep keadilan sosial orang yang seharusnya
terkandung pengakuan akan diterima;
martabat manusia yang memiliki b. memberikan kepada setiap
hak-hak yang sama yang bersifat orang yang menurut aturan
asasi dalam hubungan antar
20
pribadi terhadap keseluruhan baik Satjipto Rahardjo Satjipto Rahardjo,
material maupun spiritual. Hukum Dalam Jagat Ketertiban, UKI
Press, Jakarta, 2006, hal. 56.
hukum menjadi haknya; dan rewards (ganjaran). Prinsip
c. kebajikan untuk memberikan kebebasan mengacu kepada
hasil yang telah menjadi kebebasan yang bersifat merata
bagiannya; (equal liberty) di mana prinsip hak
d. memberikan sesuatu yang dan kewajiban menjadi dasar
dapat memuaskan utama bagi kebebasan. Prinsip
kebutuhan orang; kesamaan (equality), bukan berarti
e. persamaan pribadi; bahwa Rawls menolak sama sekali
f. pemberian kemerdekaan ketidaksamaan dalam masyarakat
kepada individu untuk (misal kaya-miskin, atasan-
mengejar kemakmurannya; bawahan, dsb), melainkan bahwa
g. pemberian peluang kepada Rawls menerima ketidaksamaan
setiap orang untuk mencari sosial dan ekonomis dengan dua
kebenaran; syarat: ketidaksamaan itu
h. memberikan sesuatu secara diperoleh demi keuntungan pihak
layak. yang paling lemah dalam
masyarakat (the difference
Terkait dengan hal tersebut principle) dan merupakan hasil
Satjipto Rahardjo 21 mensyaratkan dari kompetisi terbuka dan fair
pentingnya konsistensi Negara, (fair equality of opportunity) atas
untuk menjalankan tugas posisi-posisi dan jabatan-jabatan
penyelenggaraan Negara, yang ada dalam masyarakat.
sebagaimana diamanatkan oleh
konstitusinya, agar keadilan benar- Menurut Rawl 23 ,
benar terwujud. Suatu ketidaksamaan dalam beberapa hal
pemerintahan yang adil adalah harus dapat diterima, seperti
pemerintahan yang menjalankan perbedaan terhadap perolehan
roda pemerintahan dengan keuntungan dalam hubungan
memenuhi kewajibannya sesuai atasan-bawahan, di mana prinsip
dalam konstitusi dengan sebaik- ganjaran (rewards) menjadi acuan
baiknya. dalam melihat hubungan ini. Bagi
Rawls selama setiap individu dapat
Sementera itu, John Rawls22 memperoleh keuntungan melalui
dalam karya monumentalnya A cara yang fair, maka pada level ini
Theory of Justice, membagi prinsip keadilan telah berjalan
konsepsi keadilan berdasarkan tiga sebagaimana mestinya. Dengan
prinsip utama yakni: liberty kata lain hal prinsipil yang paling
(kebebasan), equality (kesamaan) masuk akal dalam konsep keadilan
adalah: keadilan sebagai tujuan
21
dari pencapaian kesepakatan
Satjipto Rahardjo, Membedah bersama antar individu dalam
Hukum Progresif, Editor I Gede
A.B.Wiranata, Joni Emirzon, Firman
kondisi yang fair. Terkait prinsip
Muntaqo, Penerbit Buku Kompas, Jakarta
23
Maret 2007, hlm.18 Zainal Asikin,
22
John Rawls, A Theory of Justice http://asikinzainal.blogspot.com/2012/01/te
(Oxford: Oxford University Press, 2000), ori-keadilan.html, diakses tanggal 11
hlm: 52-65. Nopember 2014
demokrasi dapat berjalan dengan atas intepretasi dan aplikasi
baik, jika prinsip pencapaian mengenai kriteria distribusi,
keadilan yang fair telah berjalan melainkan juga perbedaan-
dengan baik. Proyek pemikiran perbedaan dan batas-batas di
Rawls dalam konspesinya tentang antara ruang-ruang yang berbeda.
liberalisme adalah mencari titik Bagi Walzer sangatlah pokok,
temu antara kebebasan (liberty) bahwa tidak ada barang sosial
dan kesamaan (equality). Namun yang boleh digunakan dalam artian
prinsip kebebasan sebagai prinsip dominasi, dan karena itu Walzer
utama tidak boleh dikalahkan oleh menolak pandangan bahwa
prinsip kesamaan. konsentrasi kekuasaan politik,
kekayaan, kehormatan dan
Mencermati begitu luas dan terutama pemerintahan, berada di
abstraknya konsep keadilan, satu tangan.
Michael Walzer dalam Suharto 24
mencoba untuk memetakan watak Kesetaraan dan kebebasan
atau karakteristik dari keadilan, yang merupakan landasan utama
sebagai berikut: praktik hukum, sebenarnya juga
“Bahwa konsep keadilan tidak dapat dilepaskan dari ideologi
watak atau karakteristiknya tertentu, yaitu ideologi liberalisme
adalah pluralistik-radikal, atau neoliberalisme. Dalam konteks
tidak ada suatu hukum hukum internasional, yang mengatur
universal tentang keadilan. masalah ekonomi, konsep
Keadilan harus dilihat kesetaraan ini juga ditekankan
sebagai ciptaan dari suatu sedemikian rupa, sehingga negara-
komunitas politik dalam negara dengan latar belakang
suatu kurun waktu tertentu, ekonomi yang berbeda-beda, bahkan
dan penilaiannya haruslah yang sangat jauh berbeda, dianggap
berdasarkan yang diberikan memiliki posisi setara. Penyetaraan
dari dalam komunitas ini tentu saja sangat merugikan
tersebut sendiri. Sangatlah negara-negara miskin dan negara
tidak masuk akal, untuk berkembang seperti Indonesia. Sama
menyatakan bahwa seperti hukum nasional, hukum
masyarakat yang memiliki internasional juga tidak bebas
tipe yang hirarkis bersifat kepentingan.
tidak-adil (unjust), karena
distribusi kebutuhan sosial Kesetaraan di hadapan
tidaklah berlangsung hukum, mengandaikan bahwa
menurut prinsip kesetaraan”. subjek hukum adalah individu-
individu yang dalam dunia sosial
Pendapat Walzer diatas memiliki posisi yang juga setara,
menekankan, bahwa keadilan yang dalam pandangan filsafat
bukanlah hanya sebuah pertanyaan Negara barat disebut dengan
egaliterial. Paham demikian sangat
24
Edi Suharto, Negara Kesejahteraan absurd, mengingat kesenjangan
Sosial Indonesia: Antara Hasrat dan Jerat merupakan fakta yang tidak dapat
Globalisasi Neoliberal, 2010, hlm: 43
disangkal lagi. Konsep kesetaraan untuk berguna bagi orang lain.
di hadapan hukum, sejatinya Keadilan sosial dirumuskan
merupakan penyeragaman apa sebagai sila kelima dalam
yang sebenarnya tidak seragam Pancasila, namun maknanya
(mis: aspirasi buruh vs menjadi lebih terasa, apabila kita
kepentingan pemilik pabrik, langsung membacanya dari
pemodal kebun vs buruh kebun). rumusan Alinea IV Pembukaan
Penyeragaman ini pada akhirnya UUD NRI 1945. Dalam Alinea IV
hanya menguntungkan kelompok Pembukaan UUD 1945 itu, sila
sosial yang kuat dan pertama, kedua, ketiga, dan
meminggirkan yang lemah. keempat dirumuskan secara statis
sebagai objek dasar negara,
Merujuk pada argumen sebaliknya keadilan sosial
Walzer diatas, maka intervensi dirumuskan dengan kalimat aktif.
negara dimungkinkan dan sejauh Rumusan Alinea IV Pembukaan
dalam melindungi keadilan dan UUD NRI 1945 tersebut tertulis
pluralisme. Pandangan tersebut sebagai berikut: “…. Susunan
dikenal dengan istilah negara Republik Indonesia yang
komunitarian Walzer. Inti berkedaulatan rakyat dengan
ajarannya menolak model berdasar kepada Ketuhanan Yang
pandangan liberal dan libertarian Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
yang mengandaikan bahwa dan Beradab, Persatuan Indonesia,
keadilan dan kebijakan ekonomi Kerakyatan yang dipimpin oleh
neoliberal bisa diberlakukan secara Hikmat Kebijaksanaan dalam
universal, tanpa campur-tangan Permusywaratan/Perwakilan, serta
negara dalam perekonomian dan dengan mewujudkan suatu
kebebasan individu. keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.

Makna Perwujudan Keadilan Sosial Memperhatikan rumusan


Dalam Konstitusi diatas dapat diketahui, bahwa:
Pertama, keadilan sosial itu
Dalam konstitusi kata dirumuskan sebagai “suatu” yang
keadilan yang kemudian diikuti sifatnya konkrit, bukan hanya
kata sosial seperti termatub pada abstrak-filosofis yang tidak
Alinea IV Pembukaan UUD NRI sekedar dijadikan jargon politik
1945, bukan sebuah kebetulan tanpa makna; Kedua, keadilan
karena kelaziman, melainkan sosial itu bukan hanya sebagai
lebih sebagai aktualisasi norma subjek dasar negara yang bersifat
yang mengatur hubungan sosial final dan statis, tetapi merupakan
antar orang-orang dalam sebuah sesuatu yang harus diwujudkan
ruang sosial. Hal ini merupakan secara dinamis dalam suatu bentuk
manifestasi prinsip kesederajatan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
dalam kehidupan bersama secara
wajar, yang dalam kehidupan
keseharian berwujud kesediaan
25
Indonesia. Yudi Latif Apabila ditelusuri makna
menegaskan, satu-satunya sila keadilan sosial dalam Pasal 33
Pancasila yang dirumuskan dalam UUD NRI 1945 sebelum
Pembukaan UUD NRI 1945 amandemen dan setelah
dengan menggunakan kata kerja, amandemen mengalami
adalah pernyataan tentang salah pergeseran. Sebelum amandemen
satu tujuan negara dalam rangkaian UUD NRI 1945, keadilan sosial
kata mewujudkan suatu keadilan lebih diartikan pada pemaknaan
sosial bagi seluruh rakayat sistem perekonomian yang bersifat
Indonesia. Suatu konstruksi sosialis atau lebih tepat dikatakan
keadilan sosial sebagai kristalilasi sosialisme Indonesia. Sedangkan
moral. setelah diamandemen, makna
keadilan sosial di bidang
Sejatinya keadilan sosial perekonomian lebih diarahkan
menurut UUD NRI 1945 pada pengertian yang bersifat Neo-
mengusung kredo equalitarianism sosialisme Indoenesia karena
(paham masyarakat dengan penambahan ayat (4) pada Pasal 33
perbedaan yang oleh karena itu UUD NRI 1945. Pada ayat (4) ini
perlu diasumsikan sama atau telah diintroduksi prinsip-prinsip
sederajat), bukannya kredo baru sistem perekonomian
egalitarianism (faham tentang ”liberal” bukan lagi komunal-
masyarakat tanpa perbedaan dan seperti demokrasi, efisiensi,
oleh karena itu semua orang sama kemandirian dan sebagainya yang
tanpa kecuali). Makna asasi dari seringkali memarginalkan spirit
kredo kesederajatan dalam konteks kebersamaan sebagai esensi dari
ke-Indonesia-an adalah ajaran keadilan sosial27.
untuk tidak menyamakan sesuatu
yang berbeda dan tidak Sementara itu, menurut Darji
memaksakan persamaan untuk
mengatasi perbedaan 26 . Keadilan
sosial haruslah diartikan dengan 27
Keadilan sosial acapkali
sikap untuk .memperlakukan sama
disamakan dengan sosialisme, padahal
terhadap hal-hal yang sama dan keduanya terdapat perbedaan yang
memperlakukan berbeda terhadap mendasar. Sosialisme lebih
hal-hal yang memang berbeda mementingkan sifat kebersamaan dalam
karena apabila terhadap hal-hal persaudaraan, sedangkan keadilan sosial
lebih mementingkan perlakuan hak
yang berbeda diperlakukan sama
manusia sebagaimana mestinya. Tetapi
justru akan menjadi tidak adil. kedua-duanya bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan bersama, tetapi
kesejahteraan bersama dalam keadilan
sosial jelas untuk mencapai masyarakat
25
Yudi Latif, Negara Paripurna: yang adil dan makmur spiritual maupun
Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas material. Irwan Soleman, Keadilan Sosial
Pancasila, PT. Gramedia, Jakarta, Sebagai Amanah Konstitusi,
hlm:606 http://morotaiprogres.blogspot.com
26
Markus Y. Hage, Kepentingan /2013/03/keadilan-sosial-sebagai-
Ekonomi dan Komodifikasi, Op Cit., hlm: amanah.html, diakses tanggal 12
358 Nopmber 2014
Darmodiharjo 28 , keadilan sosial orang (equal opportunity), baik
menuntut supaya manusia hidup untuk memperoleh hak milik
dengan layak dalam masyarakat. pribadi ataupun terlibat dalam
Masing-masing harus diberi pekerjaan produktif. Prinsip
kesempatan menurut menselijke partisipasi ini tentu belum atau
waardigheid (kepatutan tidak menjamin hasil yang sama
kemanusiaan). Pelaksanaan (equal results). Prinsip partisipasi
pembangunan tidak hanya perlu hanya membuka akses bagi semua
mengandalkan dan mewujudkan untuk ikut serta dalam proses
keadilan, melainkan juga produksi, baik dengan dirinya
kepatutan. Istilah kepatutan sebagai pekerja (as a worker)
kemanusiaan dapat pula disebut ataupun dengan kekayaannya
dengan kepatutan yang wajar atau sebagai pemilik (as an owner).
proporsional. Karena itu, keadilan ekonomi
menolak monopoli, hak-hak
Merujuk ketentuan Pasal khusus dan rintangan-rintangan
33 UUD NRI 1945, meskipun yang bersifat eksklusif lainnya.
tanpa mengurangi keterkaitan Sedangkan prinsip distribusi
dengan dimensi keadilan yang berurusan dengan soal hasil, soal
lainnya. Tampaknya makna keluaran (output) yang diperoleh
keadilan sosial yang tersirat lebih dari sistem ekonomi bagi setiap
dominan keterkaitannya dengan orang (worker) dan bagi setiap
keadilan ekonomi. Louis Kelso capital (owner). Melalui pola
dan Mortimer Adler yang distribusi kekayaan pribadi dalam
pemikirannya dikutip Jimly pasar yang bebas dan terbuka,
Asshiddiqie29, menyebutkan ada 3 keadilan distributif (distributive
(tiga) prinsip esensial yang bersifat justice) secara otomatis terkait dan
interdependen dalam konsep harus terkait secara berimbang
keadilan ekonomi, yaitu: dengan keadilan.

Pertama, prinsip partisipasi, Kedua, prinsip distribusi,


bahwa setiap orang bebas prinsip distribusi berurusan dengan
berpartisipasi untuk memberikan soal hasil, soal keluaran (output)
masukan (input) ke dalam proses yang diperoleh dari sistem
ekonomi untuk membangun ekonomi bagi setiap orang
kehidupan bersama. Harus ada (worker) dan bagi setiap capital
kesempatan yang sama bagi semua (owner). Melalui pola distribusi
kekayaan pribadi dalam pasar yang
28
Darji Darmodiharjo dan bebas dan terbuka, keadilan
Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat distributif (distributive justice)
Hukum, Apa dan Bagaimana Filsafat secara otomatis terkait dan harus
Hukum Indonesia, Jakarta: Gramedia
terkait secara berimbang dengan
Pustaka Utama, 2008, hlm. 156-157.
29
. Jimly Asshiddiqie, Pesan Konstitusional keadilan partisipatif (participative
Keadilan Sosial, Makalah Seminar justice), dan pendapatan menjadi
Nasional disampaikan di Universitas terkait dengan peranserta dalam
Brawijaya Malang, tanggal 12 April 2011, proses produksi (productive
hlm: 4-5
contributions). Dalam keadilan monopoli, penerapan sistem checks
distributif, yang diutamakan adalah and balances di antara institusi-
bekerjanya sistem pasar bebas dan institusi sosial, dan sinkronisasi
terbuka (feee and open kembali antara distribusi (out-take)
marketplace), bukan pemerintah. dengan partisipasi (in-take).
Pasar bebas dan terbuka itulah
yang dianggap merupakan sarana Selanjutnya dalam rumusan
paling objektif dan demokratis Pasal 33 Ayat (2) UUD NRI 1945
dalam menentukan harga (price), menyebutkan: “Cabang-cabang
upah (wage), dan keuntungan produksi yang penting bagi negara
(profit) yang adil. Namun dan yang menguasai hajat hidup
demikian, tanpa peran negara orang banyak dikuasai oleh
sebagai pengendali, distorsi dalam negara”. Frasa tersebut, merupakan
sistem pasar yang bebas akan dasar pemikiran agar “sesuatu
menciptakan ketidakadilan dalam yang menguasai hajat hidup orang
dirinya sendiri. banyak” (public goods) tidak boleh
didominasi oleh individu,
Ketiga, prinsip harmoni. melainkan oleh negara, untuk
Perlunya prinsip harmoni, karena kepentingan masyarakat secara
pada prinsip partisipasi dan adil dan merata.
distribusi itu sendiri dalam praktik
tidak pernah bersesuaian secara Ketentuan Pasal 33 Ayat (2)
penuh, sehingga selalu saja timbul UUD NRI 1945 tersebut
konflik sebagai akibat merupakan wujud demokrasi
ketidakseimbangan dalam ekonomi, yang merupakan
kehidupan bermasyarakat. Prinsip landasan tata kelola Sistem
harmoni merupakan prinsip Ekonomi Pancasila . Dalam
pengimbang yang sangat demokrasi ekonomi, produksi
diperlukan untuk mengatasi dikerjakan oleh semua, untuk
distorsi baik dalam input maupun semua, di bawah pimpinan dan
output ekonomi dan melakukan atau pemilikan masyarakat.
koreksi yang diperlukan untuk Konsepsi ini yang sejalan dengan
memulihkan tata ekonomi yang visi transformasi struktur ekonomi
adil dan seimbang bagi semua di mana tidak akan ada lagi
orang (justice for all). segelintir elit yang menguasai
mayoritas asset (omset) ekonomi
Prinsip keseimbangan ini, nasional.
akan menjadi rusak jika diganggu
oleh adanya pelbagai kendala yang Konsepsi demokrasi
tidak adil yang membatasi ekonomi sebagai suatu bentuk
partisipasi dengan monopoli atau usaha bersama dan didasarkan asas
dengan menggunakan kekayaan, kekeluargaan, merupakan antitesa
untuk merugikan atau dari ekonomi kolonial yang
mengeksploitasi hak-hak orang individual dan eksploitatif.
lain. Prinsip ini memberikan Semangat inilah yang mendorong
panduan untuk pengendalian pemikiran bahwa negara harus ikut
campur dalam perekonomian. sosial ekonomi kelompok yang
Pemikiran bahwa negara miskin sehingga tingkat
merupakan figur sentral dalam kesenjangan sosial ekonomi antar
perekonomian didasarkan pada kelompok masyarakat dapat
pandangan bahwa hanya jika dikurangi.
perekonomian berada di bawah
kontrol negara, sekalipun tidak Tujuan keadilan sosial
sepenuhnya maka kesejahteraan adalah tersusunnya suatu
rakyat mungkin akan tercapai, masyarakat yang berkeadilan,
karena jika perekonomian tertib dan teratur, dimana setiap
diserahkan sepenuhnya pada orang mendapatkan kesempatan
kalangan swasta dan individu, membangun kehidupan yang
maka pemenuhan kesejahteraan layak sehingga tercipta
rakyat akan sulit tercapai. kesejahteraan umum.
Kesejahteraan umum berarti
Keadilan sosial selalu bahwa diakui dan dihormati hak
ditujukan untuk mewujudkan atau asasi manusia setiap warga
terciptanya kesejahteraan sosial Negara dan tersedianya barang
bagi seluruh rakyat Indonesia. dan jasa keperluan hidup
Sebagaimana yang dikatakan oleh terjangkau oleh daya beli
Mahfud MD30, bahwa: masyarakat. Perwujudan keadilan
sosial adalah perilaku untuk
Keadilan sosial dalam negara memberikan kepada orang lain apa
hukum pancasila mempunyai yang menjadi haknya demi
makna bahwa pendistribusian terwujudnya masyarakat yang
sumber daya ditujukan untuk sejahtera.
menciptakan kesejahteraan sosial
terutama bagi kelompok
masyarakat terbawah atau Simpulan dan Saran
masyarakat yang lemah sosial
ekonominya. Selain itu keadilan Perwujudan keadilan dan
sosial juga menghendaki upaya keadilan sosial dalam Negara
pemerataan sumber daya agar hukum Indonesia merupakan
kelompok masyarakat yang lemah unsur utama, mendasar, sekaligus
dapat dientaskan dari kemiskinan unsur yang paling rumit dan luas
dan agar kesenjangan sosial dimensinya. Keadilan sebagai
ekonomi di tengah-tengah kemauan yang bersifat tetap dan
masyarakat dapat dikurangi. terus-menerus untuk memberikan
Dengan demikian, distribusi kepada setiap orang, apa yang
sumber daya yang ada dapat seharusnya diterima. Untuk itu
dikatakan adil secara sosial jika semua tindakan yang cenderung
dapat meningkatkan kehidupan untuk memproduksi dan
mempertahankan kebahagiaan dan
30
Mahfud MD, Perdebatan kesejahtaraan masyarakat adalah
Hukum Tata Negara Pasca adil. Keadilan dan keadilan sosial
Amandemen Konstitusi, Rajawali Pers, memiliki pertemalian yang erat,
Jakarta, 2010, hlm. 10-11
dalam konteks negara hukum Hadi, Sudharto P. 2002.
Indonesia. Terwujudnya keadilan Dimensi Hukum
sosial, harus didasarkan atas Pembangunan. Semarang:
keadilan, ketertiban dan UNDIP, Semarang, 2002
keteraturan, dimana setiap orang Hage, Markus Y. 2011
mendapatkan kesempatan Kepentingan Ekonomi
membangun kehidupan yang dan Komodifikasi Dalam
layak sehingga tercipta Hukum, Disertasi Pada
kesejahteraan umum. Amanat PDIH UNDIP, 2011.
Konstitusi menegaskan Keadilan Hermawan, Sulhani. 2012.
sosial selalu ditujukan untuk Tinjauan Keadilan Sosial
mewujudkan atau terciptanya Terhadap Hukum Tata
kesejahteraan sosial bagi seluruh Pangan Indonesia,
rakyat Indonesia. Perwujudan Mimbar Hukum Volume
keadilan sosial menghendaki 24, Nomor 3 Oktober
upaya pemerataan sumber daya 2012.
agar kelompok masyarakat yang http://morotaiprogres.blogspot.c
lemah dapat dientaskan dari om /2013/03/keadilan-
kemiskinan dan agar kesenjangan sosial-sebagai-
sosial ekonomi di tengah-tengah amanah.html.
masyarakat dapat dikurangi. http://id.wikipedia.org/wiki/Pan
casila#Sila_kedua.
http://asikinzainal.blogspot.com
DAFTAR PUSTAKA /2012/01/teori-
keadilan.html.
Ali, Assad Said. 2009. Negara Huijbers, Theo, 1999. Filsafat
Pancasila Jalan Hukum Dalam Lintasan
Kemaslahatan Berbangsa. Sejarah. Yogyakarta:
Jakarta: LP3ES. Kanisius.
Asshiddiqie, Jimly. Pesan Latif, Yudi. 2012. Negara
Konstitusional Keadilan Paripurna: Historisitas,
Sosial, Makalah Seminar Rasionalitas, dan
Nasional disampaikan di Aktualitas Pancasila.
Universitas Brawijaya Jakarta: PT. Gramedia.
Malang, tanggal 12 April Mahfud MD, Moh. 2009.
2011. Penegakan Hukum Dan
Bertens, K. 2000. Pengantar Tata Kelola
Etika Bisnis. Yogyakarta: Pemerintahan Yang Baik,
Penerbit Kanisius. Seminar Nasional.
Darmodiharjo, Darji dan , 2010. Perdebatan
Shidarta. 2008. Pokok- Hukum Tata Negara
Pokok Filsafat Hukum, Pasca Amandemen
Apa dan Bagaimana Konstitusi. Jakarta:
Filsafat Hukum Rajawali Pers.
Indonesia. Jakarta: Maryanto. 2003. Refleksi dan
Gramedia Pustaka Utama. Relevansi Pemikiran
Filsafat Hukum Bagi , 2006. Hukum Dalam
Pengembangan Ilmu Jagat Ketertiban. Jakarta:
Hukum, Jurnal Hukum, UKI Press.
Fakultas Hukum , 2007. Membedah
Universitas Islam Sultan Hukum Progresif, Jakarta:
Agung Semarang, Vol. 13 Penerbit Buku Kompas.
(1). Rawls, John. 2000. A Theory of
Mertokusumo, Sudikno. 1993 Justice. Oxford: Oxford
Penemuan Hukum: University Press.
Sebuah Pengantar. Samekto, FX.Adji. 2012. Ilmu
Yogyakarta: Liberty. Hukum Dalam
Prasetyo, Teguh dan Abdul Perkembangan Pemikiran
Hakim. 2012. Menuju Post Modernisme.
Barkatullah, Filsafat, Bandarlampung: Indepth
Teori, dan Ilmu Hukum, Publising.
Pemikiran Menuju Suharto, Edi. 2010. Negara
Masyarakat yang Kesejahteraan Sosial
Berkeadilan dan Indonesia: Antara Hasrat
Bermartabat. Jakarta: dan Jerat
Rajawali Pers. Globalisasi Neoliberal.
Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu Suseno, Frans Magnis. 2001.
Hukum. Bandung: Citra Kuasa dan Moral.
Aditya Bhakti. Jakarta: PT. Gramedia
, 2005. Hukum Progresif, Pustaka Utama.
Hukum Yang , 2005. Pijar-Pijar
Membebaskan:, edisi Filsafat: dari Gatholoco
Perdana Majalah Hukum ke Filsafat Perempuan
Progresif, Program Dari Adam Muller ke
Doktor Ilmu Hukum, Postmodernism.
UNDIP. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai