1, Maret 2011: 9 - 18
Abstract
The objective of this research is to investigate pollution parameter level and wastewater pollution
charge in Sardine canning plant. The outcomes are to be used as consideration for industries to
manage wastewater professionally, as a guarantee for continuity and allocation water canal, and also
as scientific information substances for the legislator in managing environmental living sustainably.
Analysis methods used in this research is mass balance, which parameters are maximum wastewater
debit (MWD), substantive wastewater debit (SWD), maximum pollution load (MPL) and substantive
pollution load (SPL), in pH, TSS, BOD, COD and FFA parameters according to Kepmen LH
No. 06, 2007.
Based on the measuring result, actual wastewater debit (AWD) = 10 1/s, substantive waste-
water debit (SWD) = 2,880 m 3, and maximum wastewater debit (MWD) = 720 m 3, concluded
as SWD>MWD. Based on the laboratory analytical result, wastewater pollution indicator
parameters are, respectively, pH=6.5; TSS=250 mg/l; BOD 5=95.0 mg/1; COD=105 mg/l; and
oil/fat = 0.5 mg/1. Based on the measuring result, the substantive pollution load, respectively,
higher than maximum pollution load (SPL>MPL), except fat parameter, while SPL less than
MPL. We can conclude that wastewater pollution load produced by canning industries,
exceeded the allowed limit of wastewater quality for fisheries industries (Kepmen
LH No. 06 Year 2007), and also resulted pollution (changing the utilization) in the wasterevenue water canal.
Keyword: analysis, pollution load, wastewater, plant, canning fish
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai
bidang pembanguan semakinmeningkat seiring denganpertumbuhan
penduduk dunia, kebutuhan hidup manusia, serta interaksi/aktivitas
sosial, ekonomi, teknologi, dan budaya manusia. Namun demikian,
perkembangan IPTEK yang begitu pesat tidak hanya menghasilkan
kemakmuran (dampak positif) suatu bangsa, tetapi juga menimbulkan
dampak negatif yang sangat luas terhadap lingkungan hidup, terutama
degradasi fisik lingkungan, pencemaran, pengurasan dan kerusakan
sumberdaya alam, kesehatan lingkungan dan manusia, serta
kemiskinan (Anonim., 2009). Dampak negatif (terutama pencemaran
lingkungan) bersumber dari aktivitas industri dalam eksploitasi sumber
daya alam dan proses produksi (pengolahan bahan baku menjadi produk)
serta aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam aktivitas industri dan manusia, selalu dihasilkan kenaikan
entropi (limbah), baik limbah cair, padat, gas, maupun bunyi yang
mengganggu keseimbangan ekologi dan atau merusak komponen
lingkungan (sumber daya air, lahan/tanah, udara, tumbuhan, biota air,
manusia, dan lain-lain). Untuk mengurangi dampak negatif limbah
industri terhadap kerusakan lingkungan hidup, pemerintah telah
mengeluarkan berbagai paket deregulasi, antara lain: UU RI No. 23 tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kepmen LH No. 06
Tahun 2007, Kepmen LH No. 142 Tahun 2003, Kepmen LH No. 115
Tahun 2003, Kepmen LH No. 115 Tahun 2003, Kepmen LH No. 114,
Tahun 2003, Kepmen LH No. 110 Tahun 2003, Kepmen LH No. 37 Tahun
2003, serta Kepmen LH No. 82 Tahun 2001. Peraturan perundangan ini
diundangkan
oleh
pemerintah
sebagai
wujud
pelaksanaan
pembangunan nasional dan internasional berwawasan lingkungan
(bertanggung jawab) (sustainable development).
Untuk
dapat
mengembangkan
azas/konsep
pembangunan
berkenaljutan, para pengambil kebijakan di pusat maupun daerah
harus mampu memahami dan menerapkan prinsipprinsip pengelolaan
dan pengendalian kualitas lingkungan hidup secara komprehensif. Prinsipprinsip dasar yang perlu difahami adalah: (1) teknik pengukuran dan
pengitungan debit limbah cair industri, (2) teknik pengukuran dan
penentuan
kualitas
air
limbah,
(3)
teknik
pengukuran
danpengitunganbebanpencemaran limbah cair industri, (4) teknik
pengukuran, pengitungan, serta pedoman penetapan beban pencemaran
air, (5) pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air, (6)
pedoman pembuangan air limbah dalam air atau sumber air, dan lain
sebagainya (Sahubawa, 2008).
Salah satu jenis industri yang menghasilkan limbah cair cukup besar dan
berdampak negatif luas terhadap kualitas air permukaan, air tanah,
kualitas udara, serta kehidupan biota air adalah industri pengolahan
hasil perikanan. Limbah industri perikanan (terutama industri
pengolahan kaleng) berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
karena mengandung protein dan lemak yang bersifat terlarut,
tersuspensi, dan mudah terurai, dengan berbagai parameter
indikator pencemaran penting. Di dalam Kepmen LH. No. 06 tahun 2007,
1). Analisis debit limbah cair maksimum dan debit limbah cair
sebenamya dan pabrik ikan kaleng berdasarkan baku mutu limbah
cair industri pengolahan hasil perikanan (Kepmen LH. No. 06 tahun
2007); 2). Mengkaji beban pencemaran sebenamya dan beban
pencemaran maksimum dan masing-masing parameter pencemar (pH,
TSS, BOD, COD, minyak/lemak) limbah cair pabrik ikan kaleng berdasarkan baku mutu limbah cair industri pengolahan hasil perikanan (Kepmen
LH. No. 06 tahun 2007).
Kegunaan Penelitian
= E (qi x pi)
Ket.:
DM = debit air limbah maksimum (satu industri maupun gabungan) (m3)
q = kuantitas air limbah yang berlaku untuk
jenis bahan baku (m3/ton) sesuai baku
mutu (Kepmen LH. No. 06 tahun 2007)
(lihat Tabel 1).
P =jumlah bahan baku yang dipakai (ton)
Persamaan lb
DA = Dp x h atau QA Dpi x hi
Ket.:
DA = debit limbah cair sebenamya (m3) (satu atau lebih gabungan
industri)
Dp = hasil pengukuran debit limbah cair di lapangan (m3/hari).
h =jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan (hari).
Analisis kualitas parameter sampel air limbah pabrik ikan kaleng
menggunakan Metode Laboratoris Standar Nasional Indonesia (Kempen
LH No. 111 Tahun 2003).
Analisis beban pencemaran (beban pencemaran maksimum, BPM
dan beban pencemaran sebenarnya, BPA) limbah cair pabrik ikan
kaleng menggunakan Metode Neraca Masa (Kepmen LH. No. 06
Tahun 2007), seperti pada
Persamaan 2a dan 2b.
BPM = (CM)j x Dm x f
Ket.:
BPM = beban pencemaran maksimum (kg) (CM)j = kadar maksimum
unsur pencemar-j (mg/1).
Dm = debit limbah cair maksimum seperti tercantum dalam Lampiran I
Kepmen LH No. 06 Tahun 2007, sesuai industri bersangkutan (m3)
(lihat Tabel 1).
f
= faktor konversi = (1.000L/m 3) x
(1 kg/1.000.000 mg) = 0,001
Persamaan 2b
BPA = (CA)j x (DA/Pb) x f Ket.:
BPA = beban pencemaran sebenamya (kg per satuan produk)
(CA)j = kadar unsur pencemar-j sebenarnya (mg/1)
DA = debit limbah cair sebenarnya
Pb = produksi sebenamya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan
produksi (Lam-piran I Kepmen LH No. 06 Tahun 2007).
F = 0,001
Metode Analisis Data
Maret 2011
Parameter
(1)
1. pH
2. TSS
3. Sulfida
4. Amoniak
5. Klor Bebas
6. BOD5
7. COD
8.
Minyak/lemak
Debit Air
Limbah
Pembekuan Ikan
Pengalengan Ikan
Tepung Ikan
Beban Pencemaran
Beban Pencemaran
Beban
Kada (kg/ton bahan baku)
Kadar (kg/ton bahan baku)
Kadar Pencemarr
(mg/I) Ikan Udang LainIkan Udang Lain- (mg/I) an (kg/ton
(mg/I)
produk)
lain
lain
(2)
(3)
(4)
100
10
1
100
200
15
(5)
(6)
1,5 100
(7)
6-9
1,5
0,015
0,075
0,015
1,125
2,25
0,225
15
(8 )
(9 )
3
2
0,03 0,02
0,15 0,1
0,03 0,02
2,25 1,5
4,5 3,0
0,45 0,3
30
20
(10)
(11)
100
1
5
1,2
0,012
0,06
100
300
15
1,2
3,6
0,18
12
a). Siapkan teknisi lapangan serta perangkat alat dan bahan pengukur
debit air limbah pabrik; b). Ambil cuplikan air limbah pabrik pada saluran
pembuangan (saat pengukuran debit air limbah, poin a), masukkan dalam
botol plastik atau kaca berwarna gelap untuk menghindari penetrasi sinar
matahari; c). Analisis air limbah tersebut di laboratorium untuk maingmasing parameter/indikator pencemaran (pH, TSS, BOD, COD, dan
minyak/lemak); d). Pengukuran parameter pH dapat dilakukan secara in
si tu (saat debit air limbah diukur); e). Data kualitas air limbah ini, akan
dipakai untuk menentukan beban pencemaran limbah cair pabrik ikan
kaleng (lihat poin c berikut).
1). Analisis beban pencemaran limbah cair pabrik ikan kaleng: (a)
Siapkan data volume debit limbah cair sebenamya (DA) yang dihasilkan
pabrik; (b). Siapkan data parameter pencemaran (pH, TS, BOD, COD,
minyak/ lemak) limbah cair pabrik ikan kaleng seperti teruang dalam
baku mutu (Kempen LH No. 06 tahun 2007); (c) Tentukan beban pencemaran masing-masing parameter dengan cara mengalikan kadar
parameter pencemar (DA) dengan debit limbah cair sebenarnya (DA)
yang dihasilkan.
2). Parameter Pengamatan: (a) Debit air limbah: debit air limbah maksimum
(DM) dan debit air limbah sebenamya (DA), (m3); (b) Karakteristik air
limbah (pH, TSS, BOD, COD, dan minyak/lemak), (mg/liter); (c) Beban
pencemaran maksimum (BPM) dan beban pencemaran sebenamya (BPA)
limbah cair pabrik ikan kaleng dari masing-masing parameter pencemar
(pH, TSS, BOD, COD, minyak/lemak), (kg).
-
Jumlah bahan baku ikan per hari = 2,0 ton, jumlah hari kerja per bulan
= 24 hari, jumlah bahan baku per bulan = 2 ton x 24 hari = 48 ton,
jumlah waktu kerja efektif per hari = 8 jam, debit limbah cair pabrik
ikan kaleng yang diperbolehkan sesuai baku mutu (Kepmen LH No. 06
Tahun 2007) = 15 m3 per ton bahan baku (lihat Tabel 1) Hasil perhitungan
debit limbah cair maksimum (DM) dan debit limbah cair sebenamya
(DA) sebagai berikut.
Debit limbah cair maksimum (DM) (lihat Persaman la)
DM = Dm x Pb
14
Vol. 18,No.1
Maret 2011
SAHUBAWA, L.: ANALISIS DAN PREDIKSI
DA = 288,0 m3/hari x 10 hari
BPM.BOD = 1,125 kg
= 2.880 m3
BPM.COD = 2,250 kg
Jadi DA > DM
BPM.lemak = 0,225 kg
3
4
5
6
1
2
3
Parameter/Indikator Pencemaran
Hasil Perhitungan
Keterangan
A. JUMLAH HARI KERJA dan VOLUME PRODUKSI
Jumlah hari kerja per bulan
24 hari
1 bulan = 30 hari
Jumlah jam kerja per hari
8 jam
Jam kerja 07.00
16.00 dan 1 jam
istirahat
Jumlah hari kerja efektif per bulan (h)
10 hari
Jumlah bahan baku per hari
2,0 ton
Jumlah bahan baku per bulan (Pb)
48 ton
15 m3/ton bahan baku
Debit limbah cair yang diperbolehkan sesuai baku mutu
Kepmen LH. No. 06
(Dm)
Tahun 2007
B. DEBIT LIMBAH CAIR
288,0 m3
Debit limbah cair terukur per hari (Dp)
720,0 m3
Debit limbah cair maksimum (DM)
Debit limbah cair sebenamya (DA)
2.880,0 m3
Lanjutan Tabel 2
1
2
3
4
6-9
6,5
6-9
6,5
100
250
1,5
15,0
75
95
1,125
5,7
150
105
2,250
6,5
Lemak
15
0,05
0,225
0,03
Keterangan:
BPA. TSS, BOD, COD > BPM. TSS, BOD, COD BPA. Lemak < BPM. Lemak
BPA. pH zi BPM. pH
Maret 2011
13
Manajemen Industri
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan
tangungjawab mutlak setiap industri (pengembang), sebagai upaya
untuk mempertahankan kelestarian dan fungsi lingkungan dalam
menopang kehidupan di dalamnya. Oleh karena itu, pengembang
harus menerapkan program proses produksi bersih (clean production)
dan minimasi limbah, prosedur pelaksanaan baku (Standard Operational
Procedure) pembuangan air limbah dalam badan air, serta pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air (Bapedal, 1999).
Proses produksi bersih dilakukan melalui penyusunan strategi proaktif
dan preventif melalui langkah pereventif dengan cara mengurangi
produksi air sebanyak mungkin. Konsep minimasi limbah
dilaksanakan melalui : (1) perencanaan yang cermat dan terperinci, (2)
penyelesaian alternatif yang kreatif, (3) perubahan sikap/ perilaku,
serta (4) komitmen atau keterlibatan yang konsisten (Bapedal, 1999).
Konsep pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air diarahkan pada:
Maret 2011
15
(1) pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara terpadu oleh pengembang dengan
pendekatan ekosistem, (2) pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air dilakukan mulai
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi, serta (3) kewajiban pencegahan
pembuangan air limbah ke dalam badan air serta penanggulangan pencemaran oleh pengembang.
Setiap pengembang yang akan membuang air limbah ke dalam air atau sumber air, hams
mendapat izin resmi dari pemerintah daerah, disertai dengan data dan informasi secara jelas dan
lengkap (Anonim, 2003a ; Anonim, 2003b).
16
(badan air dan sumber air serta lahan/tanah); 2). Untuk meningkatkan kualitas lingkungan,
pemerintah hams memberikan insentif kepada industri yang mampu mengelola limbah dan
kualitas lingkungan dengan baik dan bertanggung jawab. Sebaliknya kepada industri yang
melakukan pelanggaran (pencemaran lingkungan), pemerintah juga hams memberikan sanksi
berat.
DAFTAR PUSTAKA
Maret 2011
17