Anda di halaman 1dari 17

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 18, No.

1, Maret 2011: 9 - 18

ANALISIS DAN PREDIKSI BEBAN PENCEMARAN LIMBAH CAIR


PABRIK PENGALENGAN IKAN
(Analysis and Prediction of Liquid Waste Pollutant Level in Fish Canning Plant)
Latif Sahubawa

Jurusan Ilmu Perikanan, Fakultas Pertanian UGM


e-mail: latifsahubawa2004@yahoo.com
Diterima: 2 November 2010

Disetujui: 20 Januari 2011


Abstrak

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kadar parameter pencemaran


serta beban pencemaran limbah cair pabrik pengalengan ikan sardin.
Manfaatnya adalah sebagai saran pertimbangan kepada industri untuk
mengelola limbah cair secara profesional, menjamin kelestarian dan
peruntukkan badan air penerima limbah cair, serta bahan informasi ilmiah
kepada pengambil kebijakan (terutama pejabat daerah) dalam pengelolaan
kualitas lingkungan hidup secara berkelanjutan. Metode analisis yang
digunakan adalah neraca masa, dengan parameter pengamatan yaitu:
debit limbah cair maksimum (DM) dan debit limbah cair sebenarnya (DA),
serta beban pencemaran maksimum (BPM) dan beban pencemaran
sebenarnya (BPA) dari parameter pH, TSS, BOD, COD, dan minyak/lemak
sesuai Kepmen LH. No. 06 Tahun 2007.
Berdasarkan hasil pengukuran, tercatat debit air limbah aktual (Dp) =
10,0 liter/detik, debit air limbah sebenamya (DA) = 2.880 m3, serta debit air
limbah maksimum (DM) = 720 m 3, (jadi DA > DM). Dan hasil analisis
laboratorium, kadar parameter indikator pencemaran limbah cair pabrik
ikan kaleng, masing-masing: pH = 6,5 ; TSS = 250 mg/1 ; BOD5 = 95,0 mg/1 ;
COD = 105 mg/1 ; dan minyak/lemak = 0,5 mg/l. Berdasarkan hasil
perhitungan, temyata beban pencemaran sebenamya dari masing-masing
parameter (BPA-TSS, BOD5, dan COD) lebih besar dari beban pencemaran
maksimum (BPM), kecuali lemak di mana BPA < BPM. Dengan demikian
beban pencemaran limbah cair industri pengalengan untuk parameter TSS,
BOD, dan COD telah melewati ambang batas baku mutu air limbah industri
perikanan (Kepmen LH No. 06 tahun 2007), dan dapat menimbulkan
pencemaran (merubah peruntukan) badan air penerima limbah.
Kata kunci: analisis, beban pencemaran, limbah cair, pabrik, ikan kaleng

Abstract
The objective of this research is to investigate pollution parameter level and wastewater pollution
charge in Sardine canning plant. The outcomes are to be used as consideration for industries to
manage wastewater professionally, as a guarantee for continuity and allocation water canal, and also
as scientific information substances for the legislator in managing environmental living sustainably.
Analysis methods used in this research is mass balance, which parameters are maximum wastewater
debit (MWD), substantive wastewater debit (SWD), maximum pollution load (MPL) and substantive
pollution load (SPL), in pH, TSS, BOD, COD and FFA parameters according to Kepmen LH
No. 06, 2007.
Based on the measuring result, actual wastewater debit (AWD) = 10 1/s, substantive waste-

water debit (SWD) = 2,880 m 3, and maximum wastewater debit (MWD) = 720 m 3, concluded
as SWD>MWD. Based on the laboratory analytical result, wastewater pollution indicator
parameters are, respectively, pH=6.5; TSS=250 mg/l; BOD 5=95.0 mg/1; COD=105 mg/l; and
oil/fat = 0.5 mg/1. Based on the measuring result, the substantive pollution load, respectively,
higher than maximum pollution load (SPL>MPL), except fat parameter, while SPL less than
MPL. We can conclude that wastewater pollution load produced by canning industries,
exceeded the allowed limit of wastewater quality for fisheries industries (Kepmen
LH No. 06 Year 2007), and also resulted pollution (changing the utilization) in the wasterevenue water canal.
Keyword: analysis, pollution load, wastewater, plant, canning fish

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Vol. 18, No.1

PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai
bidang pembanguan semakinmeningkat seiring denganpertumbuhan
penduduk dunia, kebutuhan hidup manusia, serta interaksi/aktivitas
sosial, ekonomi, teknologi, dan budaya manusia. Namun demikian,
perkembangan IPTEK yang begitu pesat tidak hanya menghasilkan
kemakmuran (dampak positif) suatu bangsa, tetapi juga menimbulkan
dampak negatif yang sangat luas terhadap lingkungan hidup, terutama
degradasi fisik lingkungan, pencemaran, pengurasan dan kerusakan
sumberdaya alam, kesehatan lingkungan dan manusia, serta
kemiskinan (Anonim., 2009). Dampak negatif (terutama pencemaran
lingkungan) bersumber dari aktivitas industri dalam eksploitasi sumber
daya alam dan proses produksi (pengolahan bahan baku menjadi produk)
serta aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam aktivitas industri dan manusia, selalu dihasilkan kenaikan
entropi (limbah), baik limbah cair, padat, gas, maupun bunyi yang
mengganggu keseimbangan ekologi dan atau merusak komponen
lingkungan (sumber daya air, lahan/tanah, udara, tumbuhan, biota air,
manusia, dan lain-lain). Untuk mengurangi dampak negatif limbah
industri terhadap kerusakan lingkungan hidup, pemerintah telah
mengeluarkan berbagai paket deregulasi, antara lain: UU RI No. 23 tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kepmen LH No. 06
Tahun 2007, Kepmen LH No. 142 Tahun 2003, Kepmen LH No. 115
Tahun 2003, Kepmen LH No. 115 Tahun 2003, Kepmen LH No. 114,
Tahun 2003, Kepmen LH No. 110 Tahun 2003, Kepmen LH No. 37 Tahun
2003, serta Kepmen LH No. 82 Tahun 2001. Peraturan perundangan ini
diundangkan
oleh
pemerintah
sebagai
wujud
pelaksanaan
pembangunan nasional dan internasional berwawasan lingkungan
(bertanggung jawab) (sustainable development).
Untuk
dapat
mengembangkan
azas/konsep
pembangunan
berkenaljutan, para pengambil kebijakan di pusat maupun daerah
harus mampu memahami dan menerapkan prinsipprinsip pengelolaan
dan pengendalian kualitas lingkungan hidup secara komprehensif. Prinsipprinsip dasar yang perlu difahami adalah: (1) teknik pengukuran dan
pengitungan debit limbah cair industri, (2) teknik pengukuran dan
penentuan
kualitas
air
limbah,
(3)
teknik
pengukuran
danpengitunganbebanpencemaran limbah cair industri, (4) teknik
pengukuran, pengitungan, serta pedoman penetapan beban pencemaran
air, (5) pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air, (6)
pedoman pembuangan air limbah dalam air atau sumber air, dan lain
sebagainya (Sahubawa, 2008).
Salah satu jenis industri yang menghasilkan limbah cair cukup besar dan
berdampak negatif luas terhadap kualitas air permukaan, air tanah,
kualitas udara, serta kehidupan biota air adalah industri pengolahan
hasil perikanan. Limbah industri perikanan (terutama industri
pengolahan kaleng) berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
karena mengandung protein dan lemak yang bersifat terlarut,
tersuspensi, dan mudah terurai, dengan berbagai parameter
indikator pencemaran penting. Di dalam Kepmen LH. No. 06 tahun 2007,

parameter penting limbah cair industri perikanan yang dipakai sebagai


indikator pencemaran lingkungan adalah: pH, DO. BOD, COD,
minyak/lemak, amonia, sufida, TSS, klor bebas, serta debit air limbah
industri yang dihasilkan dalam proses produksi.
Apabila limbah cair industri pengolahan hasil perikanan tidak
ditangani secara profesional dan berkelanjutan oleh pengembang
(industri), serta tidak dilakukan pengawasan
secara ketat dan tindakan secara nyata oleh pejabat berwewenang,
maka aktivitas industri dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
secara luas, serta konflik sosial berkepanjangan. Bentuk-bentuk
pencemaran dan kerusakan lingkungan penting yang sering timbul
dan dikeluhkan masyarakat adalah: (1) pencemaran air tanah dan air
permukaan, (2) pencemaran udara (bau busuk dan debu/partikel), (3)
perubahan peruntukan badan air (terutama air sungai untuk
kebutuhan minum, mandi, dan budidaya biota air; serta air laut untuk
usaha budidaya biota air), (4) kematian masal biota air budidaya (ikan
dan udang), (5) konflik kepentingan, serta bentuk pencemaran lainnya.
Oleh karena itu diperlukan tanggung jawab dan peranserta para
pengabil kebijakan, disertai kontrol masyarakat secara intensif dan ketat
terhadap kegiatan industri dan manusia. Untuk menegakkan
supremasi hukum di bidang pengelolaan lingkungan hidup serta
menciptakan rasa aman untuk masyarakat, maka peningkatan
pengetahuan pengelolaan dan pengendalian pencemaran lingkungan
menjadi kewajiban mutlak para pejabat pengambil kebijakan pusat
dan daerah.
Tujuan Penelitian

1). Analisis debit limbah cair maksimum dan debit limbah cair
sebenamya dan pabrik ikan kaleng berdasarkan baku mutu limbah
cair industri pengolahan hasil perikanan (Kepmen LH. No. 06 tahun
2007); 2). Mengkaji beban pencemaran sebenamya dan beban
pencemaran maksimum dan masing-masing parameter pencemar (pH,
TSS, BOD, COD, minyak/lemak) limbah cair pabrik ikan kaleng berdasarkan baku mutu limbah cair industri pengolahan hasil perikanan (Kepmen
LH. No. 06 tahun 2007).
Kegunaan Penelitian

1). Mengetahui cara pengukuran debit air Ern-bah maksimum yang


dihasilkan pabrik ikan kaleng; 2). Mengetahui karakteristik limbah cair
pabrik ikan kaleng yang dibuang ke badan air; 3). Mengetahui cara
penentuan beban pencemaran limbah cair pabrik ikan kaleng.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat

Bahan utama yang dipakai dalam analisis kualitas dan beban


pencemaran adalah air limbah pabrik pengalengan ikan sardin dan air
pada sumber air permukaan penerima limbah cair pabrik ikan sardin.
Bahan tambahan yaitu aquadestilata serta bahan-bahan kimia untuk
analisi sifat fisik dan kimia air limbah dan air pada sumber air
penerima limbah, seperti: kalium dikromat, asam sulfat, natruim
tiosulfat, kalsium klorida, besi klorida, fero amonium sulfat, tembaga

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Vol. 18, No.1

sulfat, natrium hidroksida, indikator amilum, asam nitrat dan lain


sebagainnya.
Alat yang dipakai yaitu: (1) stopwatch, (2) ember plastik (kap. 10 liter),
(3) jerigen plastik (kap. 5 liter), (4) pH meter, (5) seperangkat alat analisis
sampel air limbah pabrik ikan kaleng dan air pada sumber air
penerima limbah.
Metode Pengambilan Sampel

1). Pengambilan sampel air limbah untuk penentuan debit serta


kualitas air limbah, menggunakan Metode Volumetrik (Sahubawa,
2008); 2). Pengambilan sampel air pada sumber air penerima limbah
untuk penenentuan daya tampung beban pencemaran menggunakan
Metode Volumetrik (Sahubawa, 2008).
Metode Analisis Sampel

Indikator beban pencemaran limbah industri dan daya tampung


badan air penerima limbah yang dipakai adalah: (1) debit air limbah
industri, (2) karakteristik parameter pencemaran limbah industri, (3) beban
pencemaran limbah cair industri, serta (4) daya tampung beban
pencemaran badan air penerima limbah cair industri.
Analisis debit air limbah industri menggunakan Metode Neraca
Masa (Kepmen LH No. 06 Tahun 2007), seperti terlihat pada Persamaan
la dan lb.
Persamaan la
DM = (q x p) atau

= E (qi x pi)

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Vol. 18, No.1

Ket.:
DM = debit air limbah maksimum (satu industri maupun gabungan) (m3)
q = kuantitas air limbah yang berlaku untuk
jenis bahan baku (m3/ton) sesuai baku
mutu (Kepmen LH. No. 06 tahun 2007)
(lihat Tabel 1).
P =jumlah bahan baku yang dipakai (ton)
Persamaan lb
DA = Dp x h atau QA Dpi x hi
Ket.:
DA = debit limbah cair sebenamya (m3) (satu atau lebih gabungan
industri)
Dp = hasil pengukuran debit limbah cair di lapangan (m3/hari).
h =jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan (hari).
Analisis kualitas parameter sampel air limbah pabrik ikan kaleng
menggunakan Metode Laboratoris Standar Nasional Indonesia (Kempen
LH No. 111 Tahun 2003).
Analisis beban pencemaran (beban pencemaran maksimum, BPM
dan beban pencemaran sebenarnya, BPA) limbah cair pabrik ikan
kaleng menggunakan Metode Neraca Masa (Kepmen LH. No. 06
Tahun 2007), seperti pada
Persamaan 2a dan 2b.
BPM = (CM)j x Dm x f
Ket.:
BPM = beban pencemaran maksimum (kg) (CM)j = kadar maksimum
unsur pencemar-j (mg/1).
Dm = debit limbah cair maksimum seperti tercantum dalam Lampiran I
Kepmen LH No. 06 Tahun 2007, sesuai industri bersangkutan (m3)
(lihat Tabel 1).
f
= faktor konversi = (1.000L/m 3) x
(1 kg/1.000.000 mg) = 0,001
Persamaan 2b
BPA = (CA)j x (DA/Pb) x f Ket.:
BPA = beban pencemaran sebenamya (kg per satuan produk)
(CA)j = kadar unsur pencemar-j sebenarnya (mg/1)
DA = debit limbah cair sebenarnya
Pb = produksi sebenamya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan
produksi (Lam-piran I Kepmen LH No. 06 Tahun 2007).
F = 0,001
Metode Analisis Data

Maret 2011

SAHUBAWA, L.: ANALISIS DAN PREDIKSI

Data hasil analisis/pengukuran lapangan dan laboratorium dianalisis


dengan metode Deskriptif (Sumanto, 1995). Hasil analisis lapangan
dan laboratoris akan dibandingkan dengan baku mutu limbah cair
pabrik ikan kaleng (Anonim, 2007) serta baku mutu peruntukkan
badan air (sungai) penerima air limbah pabrik (Anonim, 2001).
Tata Laksana Penelitian
Analisis debit air limbah pabrik ikan kaleng

Siapkan teknisi lapangan serta alat dan bahan pengambilan debit


air limbah pabrik;
2; Pembentukan aliran air limbah secara baik sampai seluruh
volume air yang teralirkan dapat tertampung pada wadah (ember).
Catatan, fokuskan pembuangan air limbah pada satu aliran saja, cegah
kehilangan volume air melalui saluran lain; 3). Tampung air limbah
pada wadah (ember) yang telah disediakan sesuai kapasitas (daya
tampung), kemudian hitung volume air limbah yang tertampung pada
satu satuan waktu (detik). Ulangi cara ini 2 sampai 3 kali untuk meyakinkan ketepatan volume air yang tertampung; 4). Volume air limbah
yang tertampung, kemudian dihitung atau dikonversi ke satuan liter
atau meter kubik (m3) per waktu proses produksi (jam/hari/bulan).
Volume air limbah yang terukur, kemudian dikalikan dengan volume
bahan baku (m3) yang digunakan dalam satu kali proses produksi untuk
menetapkan debit limbah cair maksimum (DM) dan debit limbah cair
sebenamya (DA) yang dihasilkan.
Tabel 1. Lampiran I Kepmen LH No. 06 Tahun 2007

Parameter

(1)
1. pH
2. TSS
3. Sulfida
4. Amoniak
5. Klor Bebas
6. BOD5
7. COD
8.
Minyak/lemak
Debit Air
Limbah

Pembekuan Ikan
Pengalengan Ikan
Tepung Ikan
Beban Pencemaran
Beban Pencemaran
Beban
Kada (kg/ton bahan baku)
Kadar (kg/ton bahan baku)
Kadar Pencemarr
(mg/I) Ikan Udang LainIkan Udang Lain- (mg/I) an (kg/ton
(mg/I)
produk)
lain
lain

(2)

(3)

(4)

100

10
1
100
200
15

(5)

(6)

1,5 100

0,1 0,3 0,15 5


0,01 0,03 0,015 1
1
3
1,5 75
2
6
3 150
0,15 0,45 0,225 15
10
30
15

(7)
6-9
1,5
0,015
0,075
0,015
1,125
2,25
0,225
15

(8 )

(9 )

3
2
0,03 0,02
0,15 0,1
0,03 0,02
2,25 1,5
4,5 3,0
0,45 0,3
30
20

(10)

(11)

100
1
5

1,2
0,012
0,06

100
300
15

1,2
3,6
0,18
12

Analisis kualitas parameter sampel air limbah pabrik ikan kaleng

a). Siapkan teknisi lapangan serta perangkat alat dan bahan pengukur
debit air limbah pabrik; b). Ambil cuplikan air limbah pabrik pada saluran
pembuangan (saat pengukuran debit air limbah, poin a), masukkan dalam
botol plastik atau kaca berwarna gelap untuk menghindari penetrasi sinar
matahari; c). Analisis air limbah tersebut di laboratorium untuk maingmasing parameter/indikator pencemaran (pH, TSS, BOD, COD, dan
minyak/lemak); d). Pengukuran parameter pH dapat dilakukan secara in
si tu (saat debit air limbah diukur); e). Data kualitas air limbah ini, akan
dipakai untuk menentukan beban pencemaran limbah cair pabrik ikan
kaleng (lihat poin c berikut).
1). Analisis beban pencemaran limbah cair pabrik ikan kaleng: (a)
Siapkan data volume debit limbah cair sebenamya (DA) yang dihasilkan
pabrik; (b). Siapkan data parameter pencemaran (pH, TS, BOD, COD,
minyak/ lemak) limbah cair pabrik ikan kaleng seperti teruang dalam
baku mutu (Kempen LH No. 06 tahun 2007); (c) Tentukan beban pencemaran masing-masing parameter dengan cara mengalikan kadar
parameter pencemar (DA) dengan debit limbah cair sebenarnya (DA)
yang dihasilkan.
2). Parameter Pengamatan: (a) Debit air limbah: debit air limbah maksimum
(DM) dan debit air limbah sebenamya (DA), (m3); (b) Karakteristik air
limbah (pH, TSS, BOD, COD, dan minyak/lemak), (mg/liter); (c) Beban
pencemaran maksimum (BPM) dan beban pencemaran sebenamya (BPA)
limbah cair pabrik ikan kaleng dari masing-masing parameter pencemar
(pH, TSS, BOD, COD, minyak/lemak), (kg).
-

HASIL DAN PEMBEHASAN


Debit Limbah Cair (QM dan QA) Pabrik Ikan Kaleng

Jumlah bahan baku ikan per hari = 2,0 ton, jumlah hari kerja per bulan
= 24 hari, jumlah bahan baku per bulan = 2 ton x 24 hari = 48 ton,
jumlah waktu kerja efektif per hari = 8 jam, debit limbah cair pabrik
ikan kaleng yang diperbolehkan sesuai baku mutu (Kepmen LH No. 06
Tahun 2007) = 15 m3 per ton bahan baku (lihat Tabel 1) Hasil perhitungan
debit limbah cair maksimum (DM) dan debit limbah cair sebenamya
(DA) sebagai berikut.
Debit limbah cair maksimum (DM) (lihat Persaman la)
DM = Dm x Pb

= 15,0 m3/ton bahan baku x (2 ton x 24 hari/bulan)


= 720 m3

14

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN

b. Debit limbah cair sebenarnya (DA)


(lihat Persaman lb)
DA = Dp x h
Dp = 10 ltr/det
10 ltr x (3.600) x 8 jam
= 288.000 ltr/hari
288,0 m3/hari
h
= 10 hari

Vol. 18,No.1

Beban pencemaran maksimum (BPM) TSS,


BOD, COD, lemak bulanan (kg).
BPM.TSS = (CM.TSS) x (Dm) x (f)
= (100,0 mg/1) x (15,0 m3/ton) x
(0,001 1/m3 x kg/mg)
= 100,0 x 15,0 x 0,001 kg
= 1,5 kg

Maret 2011
SAHUBAWA, L.: ANALISIS DAN PREDIKSI
DA = 288,0 m3/hari x 10 hari
BPM.BOD = 1,125 kg
= 2.880 m3
BPM.COD = 2,250 kg
Jadi DA > DM
BPM.lemak = 0,225 kg

Beban Pencemaran Limbah Cair


Untuk menentukan status pencemaran pabrik ikan kaleng yang
membuang limbah cair ke lingkungan, akan dianalisis dan
dibandingkan beban pencemaran maksimum (BPM) dan beban
pencemaran sebenarnya (BPA) bulanan dari masing-masing parameter
penting (pH, TSS, BOD, COD, lemak/minyak)
seperti
yang
direkomendasikan dalam Kepmen LH No. 06 tahun 2007. Jika BPA >
BPM untuk masing-masing parameter, maka pabrik dinyatakan
menimbulkan pencemaran lingkungan, sebaliknya jika BPA < BPM,
maka pabrik dinyatakan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan,
Hasil analisis BPM dan BPA limbah cair dapat dilihat pada Tabel 2.
Beban pencemaran sebenarnya (BPM) TSS, BOD, COD, lemak
bulanan (kg).
BPA.TSS = CA.TSS x (DA/Pb) x f
=250,0 mg/lx 2.880m3 x 0,0011/m3 xkg/mg) 48,0
= 250,0 x 0,829 x 0,001 kg
= 15,0 kg BPA.BOD = 5,7 kg BPA.COD = 6,3
kg BPA.lemak = 0,03 kg
Jadi : BPA.TSS, BOD, dan COD > BPM. TSS, BOD, COD
BPA.lemak < BPM.lemak

Tabel 2. Hasil pengukuran/analisis debit, kualitas, beban


pencemaran limbah cair pabrik ikan kaleng
No
1
2

3
4
5
6

1
2
3

Parameter/Indikator Pencemaran
Hasil Perhitungan
Keterangan
A. JUMLAH HARI KERJA dan VOLUME PRODUKSI
Jumlah hari kerja per bulan
24 hari
1 bulan = 30 hari
Jumlah jam kerja per hari
8 jam
Jam kerja 07.00
16.00 dan 1 jam
istirahat
Jumlah hari kerja efektif per bulan (h)
10 hari
Jumlah bahan baku per hari
2,0 ton
Jumlah bahan baku per bulan (Pb)
48 ton
15 m3/ton bahan baku
Debit limbah cair yang diperbolehkan sesuai baku mutu
Kepmen LH. No. 06
(Dm)
Tahun 2007
B. DEBIT LIMBAH CAIR
288,0 m3
Debit limbah cair terukur per hari (Dp)
720,0 m3
Debit limbah cair maksimum (DM)
Debit limbah cair sebenamya (DA)
2.880,0 m3

Lanjutan Tabel 2

C. BEBAN PENCEMARAN LIMBAH CAIR


Indikator Pencemaran
PH

1
2
3
4

Kadar unsur pencemar (baku


Kadar sebenarnya unsur
pencemar
BPM limbah cair pabrik (kg)
BPA limbah cair pabrik (kg)

6-9
6,5
6-9
6,5

Parameter Pencemar (mg/1)


TSS
BOD
COD

100
250
1,5
15,0

75
95
1,125
5,7

150
105
2,250
6,5

Lemak

15
0,05
0,225
0,03

Keterangan:
BPA. TSS, BOD, COD > BPM. TSS, BOD, COD BPA. Lemak < BPM. Lemak
BPA. pH zi BPM. pH

Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan debit air limbah,


tercatat debit limbah cair terukur (Dp) = 288,0 m3 per hari, Debit Limbah
Cair Maksimum (DM) = 720m3, dan Debit Limbah Cair Sebenarnya (DA)
= 2.880 m3 (lihat Tabel 2), dengan jumlah bahan baku yang dipakai per
bulan mencapai 48 ton. Dan hasil perhitungan tersebut, terlihat bahwa
Debit Limbah Cair Sebenarnya lebih besar dari Debit Limbah Cair
Maksimum (DA > DM). Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah air
limbah yang dihasilkan dan dibuang ke lingkungan (badan air) dari
pabrik ikan kaleng berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan
(badan air penerima). Namun demikian, jika manajemen perusahaan
memberikan perlakuan penanganan melalui instalasi pengolahan air
limbah (IPAL) atau sejensinya, maka potensi pencemaran dapat
dikendalikan.
Berdasarkan Tabel 2 di atas, terlihat bahwa kadar unsur
pencemar (pH) masih berada pada ambang batas baku mutu, unsur
pencemar minyak/lemak lebih kecil dari nilai baku mutu, sedangkan
kadar unsur pencemar TSS, BOD, dan COD lebih besar dari nilai baku
mutu. Kondisi ini juga diikuti dengan nilai Beban Pencemaran
Sebenarnya/BPA unsur pencemar TSS, BOD, dan COD yang lebih besar
dari BPM masing-masing unsur pencemar, sedangkan BPA. minyak/lemak
lebih rendah dari BPM.
Penentuan pencemaran lingkungan akibat pembuangan limbah cair
industri, sangat tergantung pada perbandingan nilai DA dan DM, serta
BPA dan BPM. Jika DA > DM serta

BPA > BPM dari sebagian besar parameter pencemaran, maka


dipastikan bahwa limbah cair yang dibuang ke lingkungan berpotensi
besar menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan
dapat berupa perubahan peruntukan komponen lingkungan (seperti
perubahan fungsi badan air dari kondisi aslinya), yang memungkinan badan
air tersebut tidak dapat digunakan sebagai bahan baku air minum, air
mandi, air cuci, rekreasi, budidaya perikanan dan peternakan.
Pengendalian beban pencemaran limbah cair industri untuk
mengurangi dampak negatif yang lebih luas dilakukan melalui
beberapa pilihan pendekatan, yakni: (1) penggunaan kembali air limbah
untuk berbagai peruntukan (reuses), terutama untuk pengairan lahan
pertanian atau pembuangan pada lahan kosong sebagai upaya
peningkatan cadangan air tanah, (2) pengolahan dalam IPAL untuk
mengurangi konsentrasi bahan organik terlarut dan tersuspensi, serta (3)
pengurangan kapasitas produksi terpasang. Cara lain yang penting
untuk diterapkan adalah recovery dan atau pemanfaatan kembali bahanbahan sisa menjadi produk turunan bernilai ekonomis selama proses
produksi (Anonim, 2003b ; Bapedal, 1999 ; Bappedal 2001).
Industri merupakan kelompok kegiatan utama yang menimbulkan

Maret 2011

SAHUBAWA, L.: ANALISIS DAN PREDIKSI

13

dampak pencemaran yang luas terhadap lingkungan (badan air


permukaan, air tanah, lahan, biota air (flora dan fauna), atmosfer serta
manusia dibandingkan dengan kegiatan lainnya, tidak terkecuali
industri pengolahan hasil perikanan. Dalam peraturan perundangundangan, setiap industri
yang memiliki potensi pencemaran harus memiliki dan dapat
menerapkan teknologi pengolahan limbah (terutama limbah cair)
secara baik dan profesional sehingga tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan dan konflik sosial dengan penduduk.
Dengan demikian diharapkan adanya perhatian serius dari manajemen
perusahaan untuk mengelola limbah cair yang dihasilkan secara
bertanggung jawab. Selain itu, diperlukan pehatian serta peranserta
pemerintah dan masyarakat dalam monitoring, evaluasi, dan
pengawasan secara ketat kegiatan industri, termasuk pemberian izin
operasional dan tatacara pembuangan limbah ke lingkungan
(Anonim, 2003a ; Bapedal, 2001).
Dampak Pembuangan Limbah Cair terhadap Lingkungan
Pembuangan limbah cair ke lingkungan, terutama ke badan air
permukaan (air sungai dan air laut) memiliki implikasi yang luas terhadap
pemanfaatan/penggunaan serta kehidupan biota air di dalamnya karena
mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya. Limbah cair
industri perikanan (terutama pengolahan ikan kaleng) tidak
mengandung senyawa kimia yang beracun dan berbahaya karena
dalam proses pengolahan tidak menggunakan senyawa kimia
tambahan. Senyawa kimia yang dihasilkan dalam proses pengolahan
ikan kaleng yaitu protein dan lemak hasil proses penyiangan dan
pencucian, yang terdapat dalam bentuk tersuspensi dan larut air
(terlarut). Protein dan lemak adalah kelompok senyawa organik yang
mudah terurai (biodegradable pollutans), sehingga berpengaruh terhadap
ketersediaan oksigen badan air (anoksid). Selain itu, protein dan
lemak memiliki potensi besar terhadap penyuburan perairan yang
berlebihan (eutrification). Kondisi ini sangat tergantung pada kapasitas
badan air untuk memurnikan senyawa organik terlarut dan atau
tersuspensi.
Keterbatasan oksigen badan air pada satu sisi, akan
menimbulkan kematian masal biota air (terutama ikan dan udang),
sedangkan penyuburan perairan berlebihan akan berdampak pada
pertumbuhan masal populasi fitoplankton (blooming) di permukaan
perairan. Bl000ming fitoplankton berpengaruh luas terhadap kualitas
badan air, yakni: (1) menimbulkan kondisi anoksid dalam badan air
karena pertumbuhannya menutupi permukaan perairan yang dapat
menghambat difusi oksigen, (2) mengeluarkan racun terakumulasi
dalam daging ikan yang bebahaya terhadap kesehatan manusia, (3)
bau busuk, serta (4) kematian masal biota laut (Levenson dan
Barnard, 1988; Kennis, 1993 ; Pillay, 1996 ; Yusuf et.al., 1996;
Sidabutar, 1997). Secara ekonomi, bentuk pencemaran ini menimbulkan
kerugian skala besar terhadap pembudidaya ikan jika terjadi kematian
masal biota budidaya (terutama ikan dan udang) (Pillay, 1996 ;
Sahubawa dan Sukiman, 2007 dan 2008). Dampak lain dari limbah cair
ikan kaleng dalam badan air adalah timbulnya bau amis serta bau busuk
dari hasil penguraian protein dan lemak oleh bakteri pembusuk.

Manajemen Industri
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan
tangungjawab mutlak setiap industri (pengembang), sebagai upaya
untuk mempertahankan kelestarian dan fungsi lingkungan dalam
menopang kehidupan di dalamnya. Oleh karena itu, pengembang
harus menerapkan program proses produksi bersih (clean production)
dan minimasi limbah, prosedur pelaksanaan baku (Standard Operational
Procedure) pembuangan air limbah dalam badan air, serta pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air (Bapedal, 1999).
Proses produksi bersih dilakukan melalui penyusunan strategi proaktif
dan preventif melalui langkah pereventif dengan cara mengurangi
produksi air sebanyak mungkin. Konsep minimasi limbah
dilaksanakan melalui : (1) perencanaan yang cermat dan terperinci, (2)
penyelesaian alternatif yang kreatif, (3) perubahan sikap/ perilaku,
serta (4) komitmen atau keterlibatan yang konsisten (Bapedal, 1999).
Konsep pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran
air diarahkan pada:

Maret 2011

SAHUBAWA, L.: ANALISIS DAN PREDIKSI

15

(1) pengelolaan dan pengendalian pencemaran air secara terpadu oleh pengembang dengan
pendekatan ekosistem, (2) pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air dilakukan mulai
pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi, serta (3) kewajiban pencegahan
pembuangan air limbah ke dalam badan air serta penanggulangan pencemaran oleh pengembang.
Setiap pengembang yang akan membuang air limbah ke dalam air atau sumber air, hams
mendapat izin resmi dari pemerintah daerah, disertai dengan data dan informasi secara jelas dan
lengkap (Anonim, 2003a ; Anonim, 2003b).

Peran Pemerintah dalam Pengendalian Pencemaran


Untuk meningkatkan perhatian dan tanggung jawab pengembang terhadap pengelolaan
kualitas lingkungan (badan air dan tanah/lahan), diperlukan pengetahuan, komitmen, dan
peranserta pejabat pengambil kebijakan secara lebihnyata. Setiap pengembang yang akan membuang
air limbah ke air atau somber air wajib mencegah dan menaggulangi terjadinya pencemaran air.
Untuk menunjang hal ini, pemerintah daerah akan melakukan pembinaan untuk meningkatkan
ketaatan pengembang dalam pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran.
Pembinaan dilakukan melalui penyuluhan peraturan perundang-undangan pengelolaan limbah
cair industri dan pengendalian pencemaran air, serta penerapan kebijakan insentif dan atau
disinsentif (Anonim, 2001 ; Anonim, 2003b ; Bapedal 1999 ; Bapedal, 2001).
Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukan agar tetap dalam kondisi alami. Pengendalian pencemaran air dilakukan untuk
menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran serta pemulihan kualitas air. Setiap perbuatan melanggar
ketentuan berupa pencemaran air dan atau sumber air, mewajibkan pengembang untuk
membayar ganti rugi dan atau melakukan tindakan pengendalian pencemaran air
(Anonim, 2001 ; Bapedal, 1999).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Debit limbah cair terukur pabrik ikan kaleng mencapai 10 liter per detik atau 288,0 m3
per hari. Debit Limbah Cair Sebenamya (DA) lebih besar dari Debit Limbah Cair
Maksimum (DM); 2). Kadar parameter pencemar TSS, BOD, COD terukur lebih besar dari nilai
baku mutu, kecuali pH masih berada pada kisaran baku mutu, dan lemak/minyak lebih kecil
dari nilai baku mutu (Beban Pencemaran Sebenarnya (BPA) dari parameter TSS, BOD, dan COD
lebih besar dari Beban Pencemaran Maksimum (BPM), sebaliknya BPA.minyald lemak
lebih kecil dari BPM.minyalc/lemak; 3). Parameter pencemar TSS, BOD, COD, minyak/ lemak
berpotensi menimbulkan pencemaran badan air, berupa pengayaan perairan (nutrifikasi), perubahan
peruntukan badan air sebagai sumber air minum dan rekreasi. Peruntukan badan air terebut lebih
difokuskan sebagai tempat budidaya ikan atau petemakan.
Saran
Untuk mempertahankan fungsi dan kelestarian badan air atau sumber air penerima limbah,
pemerintah daerah hams melakukan pengawasan secara ketat terhadap pembuangan limbah
cair industri, serta sosialisasi peraturan perundang-undangan pemanfaatan air limbah industri,
pengendalian pencemaran badan air, serta pedoman tatacara pembuangan air limbah ke lingkungan

16

J. MANUSIA DAN LINGKUNGAN

Vol. 18, No.1

(badan air dan sumber air serta lahan/tanah); 2). Untuk meningkatkan kualitas lingkungan,
pemerintah hams memberikan insentif kepada industri yang mampu mengelola limbah dan
kualitas lingkungan dengan baik dan bertanggung jawab. Sebaliknya kepada industri yang
melakukan pelanggaran (pencemaran lingkungan), pemerintah juga hams memberikan sanksi
berat.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI. No.


82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup
Jakarta.
Anonim, 2003a. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI. No.
110 Tahun 2003 tentang Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban
Pencemaran Air pada Sumber Air. Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup Jakarta.
Anonim, 2003b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI. No.
111 Tahun 2003 tentang Pedoman Persyaratan dan Tatacara Perizinan
serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air atau Sumber
Air. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Jakarta.
Anonim, 2007. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI. No.
06 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Air Limbah Kegiatan
Pengolahan Hasil Perikanan. Kantor Menteri Negara Lingkungan
Hidup Jakarta.
Anonim., 2009. Program Bersih Pantai dan Program Kali Bersih
Kementerian Negera Lingkungan Hidup RI Jakarta.
Bapedal, 1999. Materi Kursus pengelolaan Limba h B3. Kerjasa ma
Badan Pengendalian Pencemaran (Bapedal) Jakarta dan
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam Proyek Pelaksanaan
Pengendalian Pencemaran.
Bapedal, 2001. Kursus Pengelolaan Lingkungan, Panduan untuk Fasilitator.
Kerjasama Bapedal Jakarta, PPLH UGM, dan CEPI UCE. Edisi 1 tahun
2001.
Kennis, M.J.,1993. Marine Biology, Chemistry and Pollution. Practical Hand-book of
Marine Science, 2nd Ed. CRC Press, London, Tokyo.
Levenson, H., dan W.D. Barnard ,1988. Wastes in Marine Environmental. CIRC
Press Hemispire Publishing Coorporation, New York.
Pillay, T.V.R.,1992. Aquaculture and the Environment. Fishing News Books.
Osney Mead. Oxpord, England.
Sahubawa, L., 2008. Teknik Analisis Beban Pencemaran Lingkungan
Industri Pengolahan Hasil Perikanan. Bahan Ajar Manajemen
Limbah Industri Perikanan, Jurusan Perikanan dan Kelautan,
Fakultas Pertanian UGM.
Sahubawa. L., dan S. Wirosaputra, 2007. Teknik Budidaya Udang Ramah
Lingkungan serta Strategi Pengendalian Pencemaran. Laporan
Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi XV Tahun ke-1, LPPM
UGM Yogyakarta.
, 2 0 0 8 . T e k n i k B u d i d a y a Udang Ramah Lingkungan serta

Maret 2011

SAHUBAWA, L.: ANALISIS DAN PREDIKSI

17

Strategi Pengendalian Pencemaran. Laporan Penelitian Hibah


Bersaing Perguruan Tinggi XV Tahun ke-2, LPPM UGM
Yogyakarta.
Sidabutar, T.,1997. Monitoring Red-tide di Teluk Ambon. Jurnal Penelitian Status
Ekosistem Pesisir. Buku I, Editor Susetiono. Balitbang SDL.
LIPIAmbon, pp:108-117.
Sumanto, 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Aplikasi
Metode Kuantitatifdan Statistik dalam Penelitian. Edisi Kedua
Cetakan Pertama, 1995. Penerbit ANDI Offset Yogyakarta.
Yusuf, S.A., T. Sidabutar, dan A. Sediadi, 1996. Kondisi Kesuburan Perairan
Teluk Ambon Ditinjau dari Kandungan Klorofil Fitoplankton tahun 1985 dan 1995 dalam
Seminar dan Lokakarya Pengelolaan Teluk Ambon 1996. Kerjasama Balitbang

SDL. P30. LIPIAmbon, Bappeda Tk. I Maluku, dan Unpatti Ambon.

Anda mungkin juga menyukai