Anda di halaman 1dari 9

1).

Hakikat Hukum

HAKIKAT : Sebab terdalam dari segala sesuatu, yaitu adanya sesuatu itu. Bukan Sifat
dan Bukan Bentuk.

Imanuel Kant : Hakikat adalah keberadaan obyektif dari substansi itu sendiri yang tidak
dapat diketahui oleh subyek, being in it self.

Hakikat Hukum dapat diketahui dari definisi hukum (Bruggink)

- Definisi kausal, sebab hukum itu menjadi ada.

- Definisi fungsional, kegunaan atau tujuan.

- Definisi fenomenologis, gejala sebagaimana gejala itu ada dan dipersepsikan.

- Definisi sinonim, persamaan kata.

- Definisi etimologis.

- Definisi konotatif, jenis dan sifat khusus dari yang didefinisikan.

Hakikat hukum dalam aliran-aliran filsafat hukum :

- Aliran Hukum Alam/Kodrat : Akal, moral, keadilan

- Idealisme/Rasionalisme : Rasio, kewajiban etis, negara

- Marxisme : Perjuangan kelas

- Positivisme : Perintah penguasa, kenyataan positif

- Utilitarianisme : Kemanfaatan

Setiap orang akan berurusan atau terikat dengan hukum. Sulit untuk mendefinisikan Hukum
secara lengkap. Hal itu dikarenakan hukum memiliki pengertian yang luas. Banyak ahli
hukum memberikan pengertian hukum secara berbeda-beda, tetapi belum ada satu pengertian
yang mutlak dan memuaskan semua pihak tentang hukum itu. Berikut ini akan dijelaskan
pengertian hukum.
Beberapa pengertian hukum menurut para ahli hukum adalah sebagai berikut :

1. E. Utrecht (Utrecht : 1962)

Hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib
masyarakat sehingga harus ditaati.

2. J.C.T. Simorangkir (J.C.T. Simorangkir : 2006)

Hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa dan menentukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat dan dibuat oleh lembaga berwenang.

3. S.M. Amin (S. M. Amin: 1978)

Dalam bukunya yang berjudul Bertamasya ke Alam Hukum, hukum dirumuskan sebagai
berikut: Kumpulankumpulan peraturan yang terdiri atas norma dan sanksisanksi. Tujuan
hukum itu adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan dan
ketertiban terpelihara.

4. P. Borst (P. Borst : 1973)

Hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam
masyarakat. Yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau
keadilan.

5. Prof. Dr. Van Kan (Van Kan : 1968)

Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia di dalam masyarakat.
6. Mochtar Kusumaatmaja (Mochtar Kusumaatmaja : 1976)

Hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang mengatur pergaulan hidup
dalam masyarakat yang bertujuan memelihara ketertiban yang meliputi lembaga-lembaga
dan proses-proses guna mewujudkan berlakunya kaidah itu sebagai kenyataan dalam
masyarakat .

7. Sudikno Mertokusumo (Sudikno Mertokusumo : 1986)

Hukum adalah sekumpulan peraturan-peraturan atau kaidah dalam suatu kehidupan bersama;
keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam kehidupan bersama yang
dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

8. Achmad Ali (Achmad Ali : 1999)

Hukum adalah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa yang salah, yang dibuat
atau diakui eksistensinya oleh pemerintah, yang dituangkan baik dalam aturan tertulis
(peraturan) ataupun yang tidak tertulis, yang mengikatdan sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya secara keseluruhan, dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan itu.

Berdasarkan beberapa pengertian hukum di atas dapat disimpulkan bahwa hukum memiliki
beberapa unsur sebagai berikut :

1. Peraturan tentang perilaku manusia dalam pergaulan di lingkungan masyarakat.

2. Peraturan tersebut dibuat oleh lembaga resmi yang berwenang.

3. Peraturan tersebut memiliki sifat memaksa.

4. Sanksi atau hukuman pelanggaran bersifat tegas.


2). Tujuan Hukum

Adapun tujuan hukum menurut para ahli adalah sebagai berikut :

Prof. Subekti, S.H.

Dalam bukunya "Dasar-dasar Hukum & Pengadilan", Prof. Subekti, SH mengemukakan


bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang intinya adalah mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan rakyat-nya. Pengabdian tersebut dilakukan dengan cara
menyelenggarakan "keadilan" dan "ketertiban". Keadilan ini digambarkan sebagai suatu
keseimbangan yang membawa kententraman di dalam hati orang yang apabila melanggar
menimbulkan kegelisahan dan guncangan. Kaidah ini menurut "dalam keadaan yang sama
dan setiap orang menerima bagian yang sama pula"

Menurut Prof. Subekti, SH, keadilan berasal dari Tuhan Yang Maha Esa dan setiap orang
diberi kemampuan dan kecakapan untuk meraba dan merasakan keadaan adil itu. Dan segala
apa yang ada didunia ini sudah semestinya menimbulkan dasar-dasar keadilan pada manusia.

Dengan demikian hukum tdak hanya mencarikan keseimbangan antara berbagai kepentingan
yang bertentangan satu sama lain, akan tetapi juga untuk mendapatkan keseimbangan antara
tuntutan keadilan tersebut dengan "ketertiban" atau "kepastian hukum".

Prof. Mr. Dr. L.J. Apeldoorn

Dalam bukunya "Inleiding tot de studie van het Nederlandserecht", Apeldoorn menyatakan
bahwa tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil.

Untuk mencapai kedamaian hukum harus diciptakan masyarakat yang adil dengan
mengadakan pertimbangan antara kepentingan yang bertentangan satu sama lain, dan setiap
orang harus memperoleh (sedapat mungkin) apa yang menjadi haknya. Pendapat Van
Apeldoorn ini dapat dikatakan jalan tengah antara dua teori hukum, teori etis dan utilitis.
Aristoteles

Dalam bukunya "rhetorica" mencetuskan teorinya bahwa, tujuan hukum menghendaki


keadilan semata-mata dan isi daripada hukum ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa
yang dikatakan adil dan apa yang tidak adil.

Menurut teori ini hukum mempunyai tugas suci & luhur, ialah keadilan dengan memberikan
kepada tiap-tiap orang apa yang berhak ia terima yang memerlukan peraturan tersendiri bagi
tiap-tiap kasus. Oleh karenanya hukum harus membuat apa yang dinamakan "Algemeene
regels" (peraturan/ ketentuan2 umum). Peraturan ini diperlukan oleh masyarakat teratur demi
kepentingan kepastian hukum, meskipun pada suatu waktu dapat menimbulkan ketidakadilan.

Berdasarkan peraturan-peraturan umum pada kasus-kasus tertentu hakim diberi wewenang


untuk memberikan keputusan. Jadi penerapan peraturan umum pada kasus-kasus yang
konkret diserahkan pada hakim, maka dari itu tiap-tiap peraturan umum harus disusun
sedemikian rupa sehingga hakim dapat/ diberi kesempatan untuk melakukan penafsiran di
pengadilan.

Jeremy Bentham

Dalam bukunya "Introduction to the morals and legislation", yg mengatakan bahwa tujuan
hukum semata-mata apa yang berfaedah bagi orang. Pendapat ini dititikberatkan pada hal-hal
yang berfaedah bagi orang banyak dan bersifat umum tanpa memerhatikan soal keadilan.
Teori yang berhubungan dengan kefaedahan ini dinamakan teori utilitis, yang berpendapat
bahwa hukum pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan apa yang berfaedah bagi orang
yang satu dapat juga merugikan orang lain, maka tujuan hukum ialah untuk memberikan
faedah sebanyak-banyaknya. Disini kepastian melalui hukum bagi perorangan merupakan
tujuan utama daripada hukum.

Mr. J.H.P. Bellefroid


Bellefroid menggabungkan dua pandangan ekstrem tersebut. Ia menyatakan dalam bukunya
"Inleiding tot de Rechtswetenshap in Nederland" bahwa isi hukum harus ditentukan manurut
dua asas ialah asas keadilan dan faedah. (De inhoud van het recht dient te worden bepaald
onder leiding van twee grondbeginselen t.w. de recht-vaardigheid en de doelmatigheid).

Prof. Mr. J Van Kan

Ia berpendapat bahwa tujuan hukum menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya


kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu. Disini jelaslah bahwa tujuan hukum
bertugas untuk menjamin kepastian hukum di dalam masyarakat dan juga menjaga serta
mencegah agar setiap orang tidak menjadi hakim sendiri (eigenrichting is verboden). Akan
tetapi tiap2 perkara harus diselesaikan melalui proses pengadilan berdasarkan hukum yang
berlaku.

UUD 1945

Tujuan Hukum dalam UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian
abadi dan keadilan sosial.

Dalam literatur terdapat tiga teori tujuan hukum, yaitu :

1. Teori Etis (ethische theori)

Teori tujuan hukum yang pertama adalah teori etis. Teori etis memandang bahwa hukum
ditempatkan pada perwujudan keadilan yang semaksimal mungkin dalam tata tertib
masyarakat. Dalam arti kata, tujuan hukum semata-mata untuk keadilan. Menurut Hans
Kelsen, suatu peraturan umum dikatakan adil jika benar-benar diterapkan kepada semua
kasus, yang menurut isinya peraturan ini harus diterapkan. Suatu peraturan umum dikatakan
tidak adil jika diterapkan kepada suatu kasus dan tidak diterapkan kepada kasus lain yang
sama.

2. Teori Utilitis (utiliteis theori)


Teori tujuan hukum yang kedua ialah teori utilitis. Teori utilitis dari Jeremy
Bentham berpendapat bahwa tujuan hukum adalah untuk memberikan kepada manusia
kebahagiaan yang sebesar-besarnya. Pandangan teori tujuan hukum ini bercorak sepihak
karena hukum barulah sesuai dengan daya guna atau bermanfaat dalam menghasilkan
kebahagiaan dan tidak memperhatikan keadilan. Padahal kebahagiaan itu tidak mungkin
tercapai tanpa keadilan.

3. Teori Gabungan atau Campuran

Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai
dan adil. Mochtar Kusumaatmadja menjelaskan bahwa kebutuhan akan ketertiban ini adalah
syarat pokok (fundamental) bagi adanya masyarakat yang teratur dan damai. Dan untuk
mewujudkan kedamaian masyarakat maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil
dengan mengadakan perimbangan antara kepentingan satu dengan yang lain, dan setiap orang
(sedapat mungkin) harus memperoleh apa yang menjadi haknya. Dengan demikian pendapat
ini dikatakan sebagai jalan tengah antara teori etis dan utilitis.
HAKIKAT HUKUM
DAN
TUJUAN HUKUM

OLEH :
I MADE ARIEF MAHARDYAN
1416051091

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM NON REGULER (EKSTENSI)
UNIVERSITAS UDAYANA
2015

Anda mungkin juga menyukai