Anda di halaman 1dari 35

~Pengenalan Ilmu Hukum~

RANGKUMAN
TUGAS PENGENALAN ILMU HUKUM

1. DIKTAT P.I.H UNPAR


A. Arti dan Tujuan hukum

Tentang tujuan hukum, seperti juga tentang pelbagai aspek


antara lain dari hukum, terdapat banyak pendapat atau teori.
Namun, dalam pelbagai pendapat atau teori tentang tujuan hukum
itu dapat kita temukan adanya dua teori dasar tentang tujuan
hukum yang melandasi pelbagai teori atau pendapat yang
dimaksud tadi, yakni teori etis dan teori utilitas. Teori-teori yang lain
itu merupakan varian atau kombinasi dari teori etis dan atau teori
utilitas.

1. Teori Etis
Ariestoteles yang pertama kali mengemukakan teori etis
berpendapat bahwa tujuan hukum adalah untuk mewujudkan
keadilan. Menurut Aristoteles, keadilan berarti memberikan kepada
setiap orang ada yang menjadi bagian atau haknya. Ariestoteles
membedakan adanya dua jenis keadilan, yaitu keadilan distributif
dan keadilan komutatif.
o Keadilan distributif adalah keadilan yang memberikan
kepada setiap orang bagian atau jatah sesuai dengan
jasanya. Yang menjadi asas pada keadilan distributif bukanlah
persamaan bagian, melainkan kesebandingan.
o Keadilan komutatif adalah keadilan yang memberikan
kepada tiap orang bagian yang sama banyak tanpa

1
~Pengenalan Ilmu Hukum~

memperhatikan jasanya. Yang menjadi asas dalam keadilan


komutatif adalah asas persamaan.
2. Teori Utilitas
Hukum bertujuan untuk mewujudkan apa yang berfaedah atau
kegunaan (doelmatig) bagi orang, yakni mewujudkan kebahagiaan
sebanyak-banyaknya bagi sebanyak mungkin orang (the greatest
happiness for the greatest number). Teori ini sangat mementingkan
faktor kepastian hukum. Pelopor teori utilitas adalah Jeremy
Bentham.

Catatan : kedua teori diatas mengandung kelemahan yang sama,


yakni terlalu berat sebelah.

3. Teori Pengayoman
Hukum bertujuan untuk memberikan pengayoman atau untuk
mengayomi manusia, yang berarti melindungi manusia dalam arti
pasif dan aktif.
 Melindungi secara pasif yang artinya mencegah tindakan
sewenang-wenang dan pelanggaran hak.
 Melindungi secara aktif artinya meliputi usaha untuk
menciptakan kondisi kemasyarakatan yang membuka jalan
seluas mungkin serta mendorong manusia untuk terus-menerus
memanusiakan diri. Maksudnya, hukum bertujuan untuk
menciptakan kondisi kemasyarakatan yang manusiawi yang
memungkinkan proses-proses kemasyarakatan berlangsung
secara wajar.
Usaha mewujudkan pengayoman itu mencakup usaha
mewujudkan :
1. ketertiban dan keteraturan,
2. perdamaian sejati,

2
~Pengenalan Ilmu Hukum~

3. keadilan yang meliputi : keadilan distributif,


komutatif, vindikatif dan protektif,
4. kesejahteraan dan keadilan social
5. pemeliharaan dan pengembangan akhlak

Definisi keadilan ialah secara sukarela tetap dan terus menerus


memberikan kepada setiap orang apa yang sudah menjadi begian
atau haknya. Keadilan vindikatif adalah memberikan ganjaran
atau hukuman yang sesuai dengan kesalahan yang dilakukan.
Keadilan protektif adalah memberikan perlindungan kepada setiap
manusia sehingga tidak seorang pun akan mendapat perlakuan
sewenang-wenang.

B. Kaidah hukum
Usaha untuk memperoleh pengertian kaidah hukum berarti
mengajukan pertanyaan “apakah hukum itu?” beberapa
contoh definisi tentang hukum :

1. Marcus Tullius Cicero (Romawi) mengatakan :


Hukum adalah akal tertinggi ( the highest reason) yang
ditanamkan oleh alam dalam diri manusia untuk menetapkan
apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Hugo Grotius (Hugo de Grooot) dari Belanda, mengatakan :
Hukum adalah aturan tentang tindakan moral yang mewajibkan
apa yang benar.
3. Thomas Hobbes (inggris) mengatakan :
Hukum adalah perintah-perintah dari orang yang memiliki
kekuasaan untuk memerintah dan memaksakan perintahnya
kepada orang lain.
4. Mochtar Kusumaatmadja (Indonesia) mengatakan :

3
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Pengertian hukum yang memadai harus tidak hanya


memandang hukum itu sebagai suatu perangkat kaidah dan
asas-asa yang mengatur kehidupan menusia dalam masyarakat,
tapi harus pula mencakup lembaga (institusi) dan proses yang
diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan.

Dari beberapa contoh definisi tentang hukum tadi terdapat


perbedaaan yang disebabkan oleh perbedaan sudut pandang dari
mana pertanyaan tentang arti hukum itu didekati.
Kaidah atau norma adalah pedoman perilaku manusia. Isi dari
setiap kaidah adalah berupa ketentuan tentang prilaku apa dan
bagaimana yang boleh atau dilarang (tidak boleh dijalankan oleh
orang didalam suatu masyarakat).

Hans kelsen mengatakan bahwa fungsi dari kaidah itu meliputi ;


1. memerintah
2. memberikan kewenangan
3. mengizinkan
4. menderogasi (mengesampingkan berlakunya suatu kaidah atau
aturan tertentu)

Klasifikasi kaidah

Menurut J. Van Kan


1. Kaidah agama, yakni peraturan hidup yang yang berasal dari
Tuhan.
2. Kaidah Kesusilaan, yakni peraturan hidup yang digariskan
oleh suara hati
3. Kaidah Kesopanan, yakni peraturan hidup yang timbul dalam
kelompok tertentu dalam kehidupan sehari-hari
4. Kaidah hukum

4
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Menurut Soediman Kartohadiprodjo

Beliau membagi kaidah menjadi dua kelompok besar, yakni


kaidah sosial dan kaidah bukan kaidah sosial
A. kaidah sosial timbul karena disebabkan oleh pergaulan hidup
manusia
kaidah sosial terdiri atas ; kaidah kesopanan, kesusilaan dan
hukum
B. kaidah bukan kaidah sosial adalah kaidah agama

Kaidah bukan kaidah hukum

1. Kaidah Agama
Pada hakikatnya agama itu bukan gejala sosial (fenomena
sosial). Gejala sosial adalah sesuatu atau peristiwa yang terjadi
dan hanya terjadi di dalam dan disebabkan oleh hubungan antar
manusia. Tuhan juga menurunkan kaidah-kaidah agama yang
memuat aturan yang harus jadi pedoman bagi perilaku manusia
dalam hubungan kemasyarakatannya.
2. Kaidah Budi Nurani
Budi nurani adalah sesuatu dalam diri manusia yang selalu
menilai dan menyatakan penilaian apa yang baik dan apa yang
buruk tentang sikap prilaku manusia. Kaidah budi nurani
bertujuan untuk membuat manusia menjadi manusia yang ideal
atau sempurna.
3. Kaidah Moral Positif (kaidah kesusilaan)
Kaidah moral positif adalah pendapat masyarakat. Yang
menentukan adalah pendapat umum. Kaidah moral positif

5
~Pengenalan Ilmu Hukum~

mempunyai kekuatan objektif, yakni berlaku bagi setiap terlepas


dari keyakinan dan perasaan pribadi. Kaidah moral positif
dinamakan kode etik. Kode etik adalah seperangkat kaidah
moral positif yang berlaku dalam suatu kelompok anggota
masyarakat yang memiliki ciri-ciri atau kesamaan dalam hal
tertentu.
4. Kaidah Kesopanan
Kaidah Kesopanan adalah kaidah kaidah pergaulan
antarmanusia yang timbul dari kebutuhan manusia pada
kesamaan bentuk serta kebutuhan dan keramah-tamahan dan
keluwesan dalam mewujudkan hubungan kemasyarakatan
sehari-hari. Kaidah kesopanan bertujuan untuk menghindarkan
adanya perasaan yang tersinggung.
5. Kaidah Kebiasaan
Kaidah Kebiasaan adalah tuntutan untuk melakukan
prilaku tertentu. Kebiasaan adalah perulangan perilaku yang
sama setiap kali terjadi situasi kemasyarakatan yang sama.
Teori wilayah berlakunya kaidah hukum

Berdasarkan wilayah berlakunya kaidah hukum, dikenal


beberapa penggolongan atau klasifikasi. Pandangan tradisional
yang umumnya digunakan adalah penggolongan ke dalam :
a. Hukum Nasional , yaitu yang berlaku di dalam wilayah
suatu negara tertentu dan
b. Hukum Internasional, yaitu hukum yang berlaku dalam
mengatur hubungan-hubungan yang berlangsung dengan melampaui
batas-batas wilayah Negara.

Hans kelsen beranggapan bahwa wilayah berlaku suatu aturan


hukum dapat ditinjau dari 4 lingkungan , yaitu ;
a. Lingkungan Waktu (sphere of time)

6
~Pengenalan Ilmu Hukum~

b. Lingkungan Ruang (sphere of space)


c. Lingkungan Personal ( personal sphere)
d. Lingkungan Material (Material sphere)

Dari pandangan kelsen dapat disimpulkan bahwa dari segi wilayah


berlakunya hukum suatu kaidah hukum, orang dapat
memasalahkan :
- Bagaimana suatu kaidah/aturan hukum berlaku
- Dimana suatu kaidah/ atutan hukum berlaku.
- Terhadap siapa kaidah hukum/ aturan hukum itu hendak
diberlakukan
- Apa objek atau materi yang diatur di dalam suatu kaidah atau
aturan hukum.

Prof Soerjono Soekanto menganggap bahwa dengan kriteria


“wilayah belakunya suatu aturan hukum” orang dapat membuat
klasifikasi kaidah hukum ke dalam :
a. Kaidah Hukum Alam, yaitu kaidah-kaidah hukum yang
dianggap ada dan mengatasi hukum positif, karena di dalamnya
terkandung nilai-nilai tentang keadilan yang bersifat mutlak dan
universal;
b. Kaidah Hukum Positif , yaitu kaidah kaidah hukum yang ada
dan berlaku di tempat tertentu dan pada waktu tertentu.

C. Sumber hukum formal

Undang-undang
Ialah semua undang-undang adalah keputusan pemerintah.
Keputusan pemerintah dapat dibedakan kedalam tiga jenis, yaitu :
1. Peraturan (regel), yakni putusan pemerintah yang isinya
berlaku atau mengikat secara umum ; jadi berlaku bagi umum.

7
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Pada dasarnya peraturan itu mengatur keadaan pada waktu


sekarang dan yang akan dating.
2. Penetapan atau ketetapan (beschikking), yakni keputusan
pemerintah yang hanya berlaku bagi orang-orang tertentu saja ;
jadi tidak berlaku umntuk umum.
3. Vonis, yakni keputusan badan peradilan (hakim) yang
menetapkan apa hukumnya bagi kasus konkret tertentu untuk
menyeleseikannya.

Undang-undang dibedakan dalam dua macam, yakni ;


1. Undang-undang dalam arti Materiil
2. Undang-undang dalam arti Formal

Undang-undang dalam arti materiil adalah keputusan


pemerintah yang isinya mengikat dan berlakunya bagi umum..
undang-undang dalam arti materiil ini dapat berbentuk undang-
undang dalam arti formal (undang-undang), peraturan Pemerintah,
Peraturan daerah dan keputusan pejabat yang berwenang.
Undang-undang dalam arti Formal adalah keputusan
pemerintah karena proses pembentukannya serta bentuk
perumusannya
Keseluruhan undang-undang dalam arti materiil yang berlaku dalam
suatu Negara disebut perundang-undangan.

Sumber hukum dalam arti formal dan materiil


Adalah peristiwa-peristiwa dari mana atau dengan apa
terbentuk kaidah hukum yang berlaku (kaidah hukum positif). Yang
penting disini adalah cara, yakni prosedur terbentuknya serta
bentuk yang didalamnya kaidah hukum tersebut dirumuskan. Dapat
dikatakan juga, bahwa sumber hukum dalam arti formal itu adalah
sumber hukum yang didalamnnya kita dapat menemukan kaidah

8
~Pengenalan Ilmu Hukum~

hukum positif. Secara umum (tradisional) sumber hukum dalam arti


formal itu meliputi :
a. Undang-undang
b. Kebiasaan
c. Traktat
d. Yurisprudensi

Secara umum dapat kita bedakan adanya dua ssumber hukum,


yakni sumber hukum formal dan sumber hukum materiil.
Yang dimaksud dengan “sumber hukum materiil” adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi atau turut menentukan isi dari hukum
atau kaidah-kaidah hukum. Faktor tesebut dapat dibedakan dalam
faktor idiil dan kemasyarakatan. Faktor idiil adalah patokan-
patokan yang tetap (tidak berubah), yakni keadilan,asas-asas
kesusilaan yang paling dasar, dan kesejahteraan masyarakat.
Faktor kemasyarakatan merujuk pada kenyataan masyarakat
yang aktual dan yang menjadi landasan pengaturan hidup
kemasyarakatan. Faktor kemasyarakatan meliputi, struktur dan
kondisi ekonomi, proses politik, kebiasaan, tata hukum yang ada,
pandangan hidup, keyakinan kesusilaan dll.

Kebiasaan
Sebagai sumber hukum formal, perlu dibedakan antara
pengertian “kebiasaan” dan pengertian “adat”
Kebiasaan adalah perulangan perilaku yang sama setiap kali terjadi
situasi kemasyarakatan yang sama. Suatu kebiasaan baru menjadi
Hukum Kebiasaan apabila kebiasaan itu diyakini oleh masyarakat
sebagai suatu kewajiban hukum karena dirasakan sesuai dengan
tuntutan keadilan..
Secara umum dapat dibedakan adanya tiga jenis Hukum Kebiasaan,
yaitu ;

9
~Pengenalan Ilmu Hukum~

1. Hukum Kebiasaan Umum yang berlaku untuk seluruh wilayah


Negara.
2. Hukum Kebiasaan setempat yang belaku dalam lingkungan
wilayah yang lebih kecil
3. Hukum khusus atau Kebiasaan Kelompok yang berlaku
dalam lingkungan kelompok tertentu.

Adat adalah sekumpulan kaidah yang secara tradisional yang


turun menurun hidup di dalam masyarakat dan dimaksudkan untuk
mengatur tata tertib masyarakat yang bersangkutan.

Traktat
Traktat adalah perjanjian antarnegara.
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, terdapat dua cara
pembentukan traktat, yaitu :
A. Pembentukan 2 tahap
1. Perundingan atau negosiasi yaitu kedua pihak saling
merundingkan perjanjian yang telah dibuat.
2. Penandatangannan yaitu penandatangannan hasil perundingan
tersebut.

B. Pembentukan 3 tahap
1. Perundingan atau negosiasi yaitu kedua pihak saling
merundingkan perjanjian yang telah dibuat.
2. Penandatangannan yaitu penandatanganan hasil perundingan
tersebut.
3. Ratifikasi yaitu pengesahan oleh masing-masing Negara peserta
perjanjian.

Yurisprudensi

10
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Yurisprudensi adalah keputusan hakim (vonis) dalam suatu kasus


yang dijadikan dasar untuk menyelesaikan kasus-kasus serupa di
kemudian hari.

D. Penafsiran Hukum (rechtsinterpretatie)


Dalam melakukan penafsiran hukum terhadap suatu peraturan
perundang-undangan yang dianggap tidak lengkap atau tidak jelas,
hakim tidak dapat bertindak sewenang-wenang.. prof J.H.A
Logemann berpendapat bahwa :
“Dalam melakukan penafsiran hukum, seorang hakim diwajibkan
untuk mencari maksud dan kehendak Pembuat UU dan ia tidak
dapat melakukan penafsiran terhadap UU sedemikian rupa
sehingga menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh pembuat UU
itu.
Prof J.H.A Logemann menganggap bahwa kehendak pembuat UU
itu adalah :
“Segala sesuatu yang berdasarkan cara penafsiran yang baik, dapat
disimpulkan secara logikal sebagai kehendak pembuat UU”
Dalam usaha mencari dan menentukan “kehendak Pembuat UU”
itulah maka dalam ilmu hukum dikembangkan beberapa metoda
atau cara menafsirkan peraturan perUUan. Yang dapat digunakan
seorang hakim yaitu ;
1. Penafsiran berdasarkan arti kata/gramatikal
Yaitu penafiran yang dilakukan terhadap peristilahan/ kata-kata
atau tata kalimat yang digunakan pembuat UU di dalam
peratutan perUUAn tertentu.
2. Penafsiran Sejarah/Historis
Penafsiran Sejarah dilakukan terhadap isi suatu peraturan
perUUan dengan meninjau latar belakang sejarah dari
pembentukan atau terjadinya peraturan UU yang bersangkutan.
3. Penafsiran Sistematis

11
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Yaitu penafsiran terhadap suatu peratuaran perUUan, dengan


cara menyelidiki suatu sistem tertentu yang terdapat di dalam
suatu tata hukum.
4. Penafsiran Sosiologis
Salah satu tugas hakim ialah menyesuaikan peraturan perUUan
dengan hal-hal yang konkrit yang ada di dalam masyarakat.
5. Penafsiran Otentik (tambahan)
Yaitu penafsiran terhadap kata, istilah atau pengertian di dalam
peraturan perUUan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
pembuat UU sendiri.

Konstruksi hukum (rechtsconstructie)


Dalam usaha menyelesaikan suatu perkara adakalanya hakim
menghadapi masalah belum adanya peraturan perUUan yang dapat
langsung digunakan untuk menyelesaikan perkara yang
bersangkutan, walaupun semua metode penafsiran telah
digunakan.
Pada dasarnya konstruksi hukum dinamakan Analogi , tetapi di
dalam ilmu hukum dikembangkan beberapa bentuk konstruksi
hukum yang sebenarnya merupakan variasi dari analogi itu, yaitu
konstruksi penghalusan hukum dan konstruksi Argumentum a
contrario
a. analogi
b. penghalusan hukum
c. Argumentum a contrario

H. Peristiwa hukum
Peristiwa hukum adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam
masyarakat yang dapat menimbulkan akibat-akibat yang diatur
oleh kaidah-kaidah hukum.

12
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Menurut Prof. Van Apeldoorn : “peristiwa hukum adalah peristiwa


yang berdasarkan hukum menerbitkan atau menghapuskann hak
dan atau kewajiban”.
Peristiwa hukum dibedakan menjadi :
Peristiwa hukum yang merupakan Perbuatan Subjek Hukum,
yaitu :
Semua perbuatan yang dilakukan manusia atau badan hukum yang
dapat menimbulkan akibat hukum.
Perbuatan Subjek Hukum dapat dibedakan antara :
a. Perbuatan Subjek Hukum yang merupakan Perbuatan Hukum,
yaitu perbuatan-perbuatan subjek hukum yang menimbulkan
akibat-akibat hukum dan akibat hukum itu memang
dikehendaki timbulnya oleh si pelaku perbuatan.
b. Perbuatan Subjek Hukum yang merupakan Bukan Perbuatan
Hukum, yaitu perbuatan-perbuatan subjek hukum yang
menimbulkan akibat-akibat hukum dan akibat hukum itu
memang tidak dikehendaki timbulnya oleh si pelaku
perbuatan.

Peristiwa hukum yang Bukan Perbuatan Subjek Hukum, yaitu :


Semua peristiwa hukum yang tidak timbul karena perbuatan
subjek hukum atau badan hukum, tetapi dapat menimbulkan
akibat-akibat hukum tertentu bila terjadi.

Perbuatan hukum dapat dibedakan antara :


a. Perbuatan hukum bersegi satu, yaitu perbuatan-perbuatan
hukum yang akibat hukumnya yang timbul karena kehendak dari
satu subjek hukum, misalnya
1. pembuatan surat wasiat (testament)
2. penerimaan atau penolakan wasiat
3. hak untuk melepaskan hak atas harta perkawinan.

13
~Pengenalan Ilmu Hukum~

b. Perbuatan hukum bersegi dua, yaitu perbuatan hukum yang


akibat-akibat hukumnya timbul karena kehendak dari dua atau lebih
subjek hukum yang melakukan perbuatan itu.

Perbuatan subjek hukum yang bukan perbuatan hukum dapat


dibedakan menjadi :
1. Perbuatan yang tidak melawan hukum, yaitu : perbuatan-
perbuatan yang akibat-akibatnya di atur oleh hukum walaupun
akibat-akibat hukumnya tidak dikehendaki oleh pelakunya,
namun perbuatan ini tidak melanggar kaidah dan asas-asas
hukum dan bagi hukum “kehendak” si pelaku tidak
dipersoalkan. Misalnya : Zaakwaarneming
2. Perbuatan yang merupakan perbuatan yang melawan hukum
(onrechtmatigedaad), yaitu : perbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan kaidah-kaidah atau asas-asas hukum atau
bertentangan dengan kepatutan, kesusilaan yang dapat
menimbulkan akibat hukum tertentu bagi pelakunya.

2. Prof.Dr.Mr.L.J Van Apel Dorn

A. Arti Dan Tujuan Hukum

Pendahuluan pelajaran hukum memang harus dimulai dengan


yang tersukar, dengan mencari jawaban dari pertanyaan “apa yang
dimaksud hukum itu?” bahkan seorang ahli hukum pun sangat
kesulitan untuk memaparkan apa yang dimaksud dengan hukum
itu.
Setiap saat hidup kita dikuasai oleh hukum, hukum mencampuri
urusan manusia sebelum ia lahir dan masih mencampurinya

14
~Pengenalan Ilmu Hukum~

sesudah meninggal. Dari mulai hubungan antara manusia-manusia


hubungan langsung dari asal-usul, pertalian darah, perkawinan,
tempat tinggal, kebangsaan, perdagangan, pemberian jasa yang
beraneka ragam (sewa menyewa, pengangkutan, penyimpanan,
pinjaman uang , asuransi) semua hubungan itu diatur oleh hukum.
Hukum ditilik dari sudut pandang ilmu pengetahuan adalah
sebagian dari kebudayaan, tiap-tiap bangsa mempunyai
kebudayaan sendiri-sendiri akan tetapi ada terdapat kebudayaan
Eropah. Bukankah sumber-sumber hukum yang penting, dari mana
timbul kebudayaan bangsa-bangsa Eropah, adalah sama? Dan
demikian juga sumber-sumber hukum Belanda, sama dengan
sumber-sumber hukum dari kebanyakan negara Eropah lainnya :
Hukum Romawi, Hukum Kanonik, dan hukum Germania.
Jadi dapat disimpulkan bahwa hukum itu ialah segala peraturan
tingkah laku dalam melakukan hubungan manusia didalam
kehidupannya setiap saat.

Tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup secara damai


dan adil.
Hukum menghendaki perdamaian (Franka Salis. 500th SM) jika ia
menuju peraturan yang adil, artinya peraturan pada mana
didalamnya terdapat keseimbangan dan keselarasan antar
kepentingan-kepentingan yang dilindungi haknya, pada mana
setiap orang memperoleh sebanyak mungkin yang menjadi
bagianya.
Aristoteles mengajarkan ia mengenal dua macam keadilan,
keadilan yang pertama ialah keadilan distributif dan keadilan yang
kedua ialah keadilan Komutatif. Keadilan distributif ialah keadilan
yang memberikan kepada tiap-tiap orang jatah menurut jasanya.
Keadilan komutatif ialah keadilan yang memberikan pada setiap

15
~Pengenalan Ilmu Hukum~

orang sama banyaknya dengan tidak memandang dan mengingat


jasa-jasa seorang.
Hukum ingin menjamin kebahagiaan yang besar untuk jumlah
manusia yang terbesar (eudaemanisme atau utilitarisme).
Pandangan ini bercorak sepihak karena barulah sesuai dengan daya
guna atau berfaedah jika sebanyak mungkin mengejar keadilan.
Jadi adapun tujuan hukum ialah tata tertib masyarakat yang damai
dan adil. Meniadakan pandangan keadilan hukum berarti
menyamakan hukum dengan kekuasaan. Yang pada dasarnya
keduanya memiliki hubungan yang sangat erat.

B. Hukum Dan Kaidah-Kaidah Etika Lainya

Segala peraturan-peraturan yang mengandung petunjuk-


petunjuk bagaimana manusia bertingkah laku, menimbulkan
kewajiban-kewajiban bagi manusia kita tangkap dengan nama
“Etika” (kaidah) meliputi peraturan-peraturan agama, kesusilaan,
hukum dan adat. Tujuan kaidah kesusilaan ialah menyempurnakan
seseorang , dengan melakukan kehendak baik didalam batin
maupun diluar batin (Hanz welzel . Das gesinnungsmoment im
Recht . Berlin 1950).
Perbedaan hukum dan kesusilaan (Kant). Kesusilaan adalah
otonom, sedangkan hukum menurut (Kant) bersifat heteronom,
dalam hukum kekuasaan dari luarlah yang meletakkan kemauaanya
pada kita, sedangkan kekuatan diluar diri sendiri yakni masyarakat.
Sebaliknya kesusilaan suatu tuntutan yang dilakukan orang
terhadap dirinya sendiri.

16
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Agama :kaidah agama ialah kewajiban menuruti kehendak tuhan


itu sendiri maka manusia merasa terikat untuk melakukan kegiatan
yang bersifat pribadi serta mengikuti perintah tuhanya itu. Baik
secara langsung (kepada mereka yang menempatkan dirinya
langsung dibawah pimpinan tuhan) seperti pemuka agama,
pendeta. Ustad dll, maupun secara tidak langsung (melalui ajaran
kitab suci)
Hukum dan adat (kebiasaan) :kaidah adat (kebiasaan) ialah
menyatakan tingkah laku anggota-anggota lingkungan atau
masyarakat tertentu, walaupun tidak mempunyai pegangan pada
suatu kewajiban, adat (kebiasaan) adalah sesuatu hal yang berarti
lazim dipakai atau digunakan. Hukum dan adat (kebiasaan)
ditunjukan pada manusia sebagai makluk sosial, jadi mengenai
pergaulan hidup dan tidak semata-mata mengenai individu, tetapi
kehidupan bermasyarakat yang lebih luas. Banyak yang
menyangkal bahwa mode termasuk adat (kesiasaan). Menurut
(Rudolf Von Ihering . Leipzig 1904), tetapi siapa yang akan
menyangkal bahwa mode itu adalah kebiasaan belaka. Perbedaan
hukum dan adat (kebiasaan) terletak pada paksaan, hukum
mempunyai sifat jika tidak diikuti akan mendapat sanksi, melainkan
adat (kebiasaan) akan mendapatkan kucilan dari masyarakat
setempat dan perasan bersalah didalam hatinya.
Kaidah-kaidah etika yang beragam itu saling memperkuat daya
guna masing-masing, peraturan-peraturan hukum diikuti tidak
semata-mata bersandarkan pada kekuasaan yang memaksa dari
pihak pembuaat hukum atau pemerintah, melainkan harus juga
bersandar pada hal bahwa banyak orang merasa terdorong
mengikuti segala peraturan-peraturan berdasarkan kaidah-kaidah
agama, kesusilaan, dan kesopanan.

C. Sumber-Sumber Hukum (Formal Dan Materil)

17
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Sumber hukum dalam arti formil adalah peristiwa-peristiwa, dari


mana timbul hukum yang berlaku (mengikat hakim dan penduduk).
Hal itu kita sebut sebagai sumber hukum dalam arti formil, karena
kita semata-mata mengingat cara dan bentuk dalam mana timbul
hukum positif, dengan tidak menanyakan asal-usul isi peraturan-
peraturan hukum.

Adapun sumber-sumber hukum formil ialah :


1.Undang-undang
2. Kebiasaan
3. Traktat

Peraturan-peraturan dapat menjelma menjadi undang-undang


atau kebiasaan, diikuti atau dilakukan sebagai kaidah yang sangat
mengikat, dikarenakan kesadaran hukum yang berlaku memberikan
kekuasaan yang mengikat pada undang-undang dan kebiasaaan.
Jadi undang-undang dan kebiasaan adalah sumber hukum (sumber
berlakunya hukum) berhubung dengan kesadaran hukum yang
berlaku, bahwa kita harus tunduk pada pembentuk undang-undang
dan bahwa kebiasaan harus ditaati. Traktat adalah sumber hukum
berhubungan dengan kesadaran hukum yang berlaku, bahwa
perjanjian harus dipenuhi dan ditaaati (pasta servanda sunt).
Undang-undang
Undang-undang dibagi menjadi dua bagian. Undang-undang
dalam arti materiil ialah suatu keputusan pemerintah, mengigat
isinya disebut undang-undang, yaitu tiap-tiap keputusan
pemerintah, yang menetapkan peraturan-peraturan yang sifatnya
mengikat secara umum. Sedangkan undang-undang dalam arti
formil adalah tiap-tiap keputusan yang ditetapkan raja dan staten-
generaal nya bersama-sama, harus juga ditaaati.

18
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Adapun yang termasuk sumber hukum formal dalam undang-


undang di Indonesia:
1. Undang-undang dasar
2. Ketetapan MPR
3. Undang-undang
4. Peraturan pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan pelaksanaan

Kebiasaan
Kebiasaan ialah peraturan yang timbul dari pergaulan hidup
sendiri. Syarat-syarat yang terutama untuk terbentuknya hukum
kebiasaan adalah kebiasaan biasanya menimbulkan kesadaran,
bahwa mereka sudah semestinya berbuat begitu ,jadi berdasarkan
keyakinan bahwa mereka memenuhi kewajiban hukum.
Jadi untuk terbentuknya hukum kebiasaan terdapat dua syarat :
Satu yang bersifat materiil, yakni dari peraturan-peraturan yang
terbentuk dari tindakan menurut garis tingkah laku yang tetap,
dengan kebiasaaan menghendaki demikian.
Dua yang bersifat psikhologis (bukan psikhologis perorangan,
melainkan psikhologis golongan atau kelompok) keyakinan akan
kewajiban hukum sudah melekat sejak dini pada kebiasaan dan
biasaanyapun tidak semudah demikian.
Kebiasaan rakyat kini sudah hampir tak merupakan sumber
hukum lagi. Dasar hukum kebiasaaan ialah kesadaran hukum
bersama. Kesadaran hukum pada seluruh rakyat yang demikian itu
hanya terdapat terhadap peristiwa-peristiwa hukum yang terjadi
dalam kehidupan hampir tiap-tiap orang : kelahiran, perkawinan,
pewarisan, jual beli dsb. Dan peristiwa-peristiwa hukum ini
semuanya diatur oleh undang-undang. Dalam pada itu janganlah

19
~Pengenalan Ilmu Hukum~

kita lupakan, bahwa undang-undang itu untuk sebagian besar


adalah hukum kebiasaan yang bertulis.

TRAKTAT
Traktat antara dua negara atau lebih, biasaanya memuat
berbagai peraturan-peraturan hukum, maka dengan demikian
merupakan sumber hukum dalam arti formil. Menurut hukum antara
negara traktat itu baru mengikat sesudah dikukuhkan atau ratifisir
dengan suatu peryataan resmi dari kepala negara (yang mewakili
negara terhadap negara lain), bahwa perjanjian tersebut harus
dipandang sebagai hal yang mengikat.
Pertanyaan adakah negara traktat yang diratifisir oleh kepala
negara, dengan tiada persetujuan perwakilan rakyat sebagai yang
diharuskan oleh hukum negara, mengikat terhadap negara asing
dengan mana perjanjian tersebut diadakan, itu masih merupakan
soal yang dipertikaikan orang-orang di seluruh penjuru bumi.
Traktat acapkali diadakan antara lebih dari dua negara, lebih-
lebih pada waktu ini. Traktat-traktat kolektif tersebut, biasanya
membuka kemungkinan untuk masuknya negara-negara yang tidak
merupakan pihak pada pembentukannya. Berhubungan dengan hal
tersebut, undang-undang dasar menentukan, bahwa ikut serta
dalam dan pembatalan perjanjian, hanya dapat dilakukan oleh Raja
berdasarkan undang-undang (pasal 60 ayat 3).

D. Ajaran Hukum

Yang dimaksud dengan ajaran hukum ialah apa yang biasanya


disebut ilmu pengetahuan hukum dogmatis atau sistimatis.

20
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Maksudnya ialah pencatatan sistimatis dari kaidah-kaidah hukum


yang berlaku pada waktu yang ditentukan dalam masyarakat yang
tertentu. Untuk sebagian kaidah-kaidah menjelma dalam perkataan-
perkataan (undang-undang, keputusan-keputusan dsb) atau dalam
perbuatan-perbuatan (kebiasaan-kebiasaan) yang dapat dilihat
sebagai kenyataan, dan dapat diuraikan serta ditafsirkan secara
ilmiah.
Pada bangsa Rumawi, ajaran hukum adalah sumber hukum
dalam arti formil. Sejarah tentang terjadinya hukum yuris Rumawi
dan peranan yang dipegang hukum itu, sangat terkenal, sehingga
tak ada seorang pun yang meragukan kehebatan sumber hukum
Rumawi. Pemberian kekuasaan yang mengikat kepada ajaran
hukum seluruhnya (yang diwakili oleh para ahli hukum yang
ternama) , sebagai dahulu dilakukan di Roma, kemudian berulang
sekali lagi di Eropah. Sesudah zaman kemunduran, sejak abad ke-
12, usaha mempelajari hukum Rumawi secara ilmiah berkembang
pesat, mula-mula di Bologna, kemudian juga di Perancis, atara
usaha glossateron dan post-glossatoren.
Dalam sejarah hukum dapat juga kita beberapa contoh bahwa
karangan beberapa orang yuris memperoleh kekuasaan kitab
undang-undang. Hasil utama ajaran hukum dari zaman menengah,
adalah kitab-kitab hukum, itupun sepanjang tidak mengenai hukum
Rumawi, melainkan hukum asli. Di Inggris tulisan-tulisan beberapa
para ahli hukum, pada abad menengah dan kemudian memperoleh
kekuasaan mengikat untuk hakim dengan melalui hukum
kebiasaan. Yang tertua ialah karangan-karangan tentang hukum
Inggris (de legibus et consuetudinibus Angliae) dari Ranulf de
Glanvil (abad ke-12) dan Heri Bracton (abad ke-13), yang termuda
adalah Commentaries on the Laws of England dari Sir william
Blackstone (1723-1780) . Juga kini tulisan-tulisan tersebut sebagai
book of authority di samping decisions of the superior courts of

21
~Pengenalan Ilmu Hukum~

justice masih mengambil tempat dalam sumber-sumber common


law Inggris dan mempunyai kekuasaan bagi hakim, setidak-
tidaknya sepanjang isinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan
zaman modern.
Di Afrika Selatan Regtsgeleerd, practicaal en
koopmanshandboek (1806) dari Joannes van der Liden, diberi
kekuasaan undang-undang dengan keputusan Dewan Rakyat
tertanggal 19 September 1859, dan bila ia bungkam terhadap
sesuatu hal, maka kekuasaan itu diberikan kepada Roomsch
Hollandsch recht dari Simon van Leeuwen dan Inleiding tot de
Hollandsche rechts-geleer-theyd dari Hugo de Groot.
Di Nederland, ajaran hukum bukan sumber hukum dalam arti
formil. Hukum yuris Rumawi, yang sebenarnya bukan ilmu
pengetahuan, melainkan agak merupakan sesuatu hasil keseniaan
yang gemilang perihal praktek hukum (ars boni aequi) dalah
tersusun dari nasehat-nasehat yang diberikan oleh para ahli hukum
mengenai peristiwa-peristiwa yang diacarakan dan karena itu dapat
dipakai untuk praktek. Di Inggris Books of authority” dari yuris-yuris
Inggris yang termashur lebih-lebih berdasarkan pada keputusan-
keputusan, peristiwa demi peristiwa, yang diberikan oleh ,,courts of
justice”, ,,and digested for general use in the authoriative
wrinting’’ .
Dengan keputusan tertanggal 31 Januari 1919 (N.J.1919, hal.161)
, misalnya H.R. menerima pentafsiran yang luas dari pasal 1401
B.W. dan setelah mula-mula ditentang oleh beberapa orang, segera
umum diterima oleh para ahli hukum sipil yang terkemuka. Ajaran
itu mempunyai pengaruh yang terbesar didalam praktek pada
lapangan hukum, dimana undang-undang terbanyak kali tidak
memberikan petunjuk kepada haklim, yakni dalam lapangan hukum
perdata internasional.

22
~Pengenalan Ilmu Hukum~

3. Van Kan
A. Arti hukum dan Tujuan hukum

Orang mempergunakan perkataan denga berbagai arti, baik


dalam bahasa sendiri maupun bahasa orang lain, dengan tiada
sadar akan perbedaan-perbedaan dan arti-arti yang berbagai itu.
Hal ini mengeruhkan tijauan sendiri dan seringkali mengabaikan
pertukaran pikiran. Tetap dalam arti subyektif dapat kita
pergunakan pula dalam arti abstrak sebagai kekuasaan potensil,
yang terdapat dalam kaidah.
Tujuan hukum Keberadaan hukum dalam masyarakat,
sebenarnya tidak hanya dapat diartikan sebagai sarana untuk
mentertibkan kehidupan masyarakat, melainkan juga dijadikan
sarana yang mampu mengubah pola pikir dan pola perilaku warga
masyarakat. Perubahan sosial warga masyarakat yang semakin
kompleks, juga mempengaruhi bekerjanya hukum dalam mencapai
tujuannya.
Perubahan masyarakat yang sangat semakin pesat dalam setiap
aspek kehidupannya, membawa dampak terhadap keberadaan dan
berlakunya hukum, dampak itu juga dapat mempengaruh tujuan-
tujuan hukum itu sendiri.
Aliran normative-dogmatik yang dianut oleh Van Kan
menganggap bahwa pada asasnya hukum adalah semata-mata
untuk menciptakan kepastian hukum. Pemikiran Van Kan ini
bersumber dari pemkiran positivistis yang lebih melihat hukum
dalam bentuk peraturan tertulis. Artinya, karena hukum itu otonom
sehingga tujuan hukum semata-mata untuk kepastian hukum dalam

23
~Pengenalan Ilmu Hukum~

melegalkan kepastian hak dan kewajiban seseorang. Van Kan


berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap
kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjamin
kepastiannya.

B. Kaidah-kaidah hukum dan kaidah sosial lainnya.

Hukum sebagai suatu rumpunan kaidah-kaidah yang bersifat


memaksa atau dengan perkataan lain suatu rumpunan peraturan
hidup yang bersifat memaksa. Peraturan itu itu diadakan untuk
melindungi kepentingan-kepentingan manusia, yang dalam kontak
dari pergaulan hidup terancam akan tergencet. Jadi, peraturan
hukum akan menjamin suatu kepentingan tertentu bagi setiap
orang yang bersangkutan yang karena terikat pada suatu peraturan
hukum bersama.
Dalam suatu masyarakat terdapat suatu jaring peraturan-
peraturan atau kaidah-kaidah yang sangat rapatnya :
1. Kaidah hukum, yaitu peraturan-peraturan yang bersifat
memaksa dan hukum adalah serumpunan peraturan-
peraturan yang bersifat memaksa, yang diadakan untuk
melindungi kepentingan-kepentingan orang dalam
masyarakat. Tugas dari tata hukum ialah mengadakan
kaidah-kaidah untuk melindungi kepentingan, yang
menghendaki perlindungan yang dapat dipaksakan.
2. kaidah agama, peraturan-peraturan yang oleh yang bertaat
padanya dianggap sebagai perintah Tuhan. Ada kalanya
bahwa orang berangapan, bahawa semua peraturan yang
ditaati adalah peraturan-peraturan Tuhan. Dalam zaman yang
lampau agama sekali-sekali merupakan satu-satunya tenaga

24
~Pengenalan Ilmu Hukum~

pendorong yang mengatur tingkah laku manusia, meskipun


saat ini agama sudah tidak berpengaruh banyak, namun kini
pun agama agama masih memainkan peranan yang sangat
penting. Banyak manfaat dari peraturan-peraturan agama
seperti,’kamu tidak boleh mencuri”, kamu tidak boleh
bezina”.
3. kaidah kesusilaan, yang timbul dari akhlak manusia.
Peraturan-peraturan diakui dan ditaati oleh kebanyakan dari
mereka yang tidak mau mengakui perintah-perintah Tuhan
atau hubungan yang bersifat yang mengatur dan yang diatur
diantara Tuhan dan manusia., yang menghauskan mereka
melakukan tindakan tertentu. Isi dari kaidah kesusilaan dapat
bersamaan dengan isi dari kaidah agama, tetapi tata agama
dan kesusilaan hanya sebagian persamaannya.
4. kaidah kesopanan, ialah peraturan-peraturan yang terdapat
didalam lingkungan-lingkungan pergaulan besar dan kecil
yang sering kali bersimpang siur, dimana hampir setiap orang
hidup. Juga kaidah-kaidah ini ikut membantu pula dalam
usaha untuk mencapai tujuan yang sama, ialah perlindungan
dan perkembangan kepentingan-kepentingan orang dalam
masyarakat.

C. Sumber-sumber hukum

Sumber hukum materill

Sumber hukum materill adalah sumber hukum yang


menentukan isi suatu peraturan atau kaidah hukum yang mengikat
setiap orang. Sumber hukum materill berasal dari perasaan hukum
masyarakat seperti kondisi sosial ekonomi masyarakat. Sumber

25
~Pengenalan Ilmu Hukum~

hukum ini juga menentukan materi berlakunya hukum ini


seyogyanya ditinjau dari beberapa aspek cabang ilmu pengetahuan
seperti sejarah, sosiologi, agama, dan psikologi.

Sumber hukum formil

Sumber hukum formil yang dikenal dalam ilmu hukum berasal


dari enam jenis yaitu, undang-undang, kebiasaan, traktat,
yurisprudensi, doktrin, dan hukum agama, hukum formil bisa di
artikan merupakan sumber hukum yang menentukan bentuk dan
sebab terjadinya suatu peraturan atau kaidah hukum. Faktor yang
menjadi sumber sumber hukum formil merupakan sumber hukum
dalam bentuk tertentu yang menjadi dasar sah dan berlakunya
hukum secara formal.

D. Penafsiran

Memaksudkan kaidah-kaidah, yang bersifat abstrak, peraturan-


peraturan yang tidak tertujukan pada seseorang atau orang-orang
yang tertentu berkenaan dengan suatu hal yang konkrit, tetapi
peraturan-peraturan yang bersifat abstrak dan ditujukan kepada
kumpulan yang tidak tertentu.
Salah satu masalah yang terpenting dari hukum ialah mengenai
cara, bagaimana peraturan-peraturan hidup yang abstrak itu harus
dilaksanakan dalam hal-hal yang konkrit, yang timbul didalam
masyarakat.

E. Peristiwa hukum

Peristiwa hukum adalah semua kejadian atau fakta yang terjadi


dalam kehidupan masyarakat yang mempunyai akibat hukum,

26
~Pengenalan Ilmu Hukum~

sebagai contoh’orang menikah otomatis menimbulkan akibat-akibat


hukum dikarenakan adanya hak dan kewajiban. Adanya peristiwa
hukum menyebabkan hukum akan bergerak untuk menyelesaikan
masalah yang timbul.

4. E. Utrecht
A. Arti hukum dan Tujuan Hukum

Tujuannya hukum harus membuat peraturan umum. Kaidah


hukum tidak diadakan untuk menyelesaikan hanya satu perkara
yang tersendiri. Kaidah hukum hanya mampu membuat suatu
kualifikasi tertentu atau suatu kategori tertentu. Oleh karena itu
maka setiap hukum umum harus disusun sedemikian sehingga
hakim diberikan kesempatan menggolongkan kejadian-kejadian
didalam satu golongan yakni golongan peraturan hukum itu. Setiap
peraturan hukum itu ialah abstrak dan hipotesis.

B. Kaidah

Sebagai kaidah hukum ialah himpunan petunjuk hidup atau


perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu
masyarakat yang harus ditaati oleh anggota masyarakat
bersangkutan. Hukum merupakan suatu himpunan kaidah-kaidah,
dan kaidah itu bermacam-macam tetapi merupakan kesatuan.
Kaidah adalah petunjuk hidup yang memaksa . Pada umumnya
tiada kaidah yang tidak memuat anasir yang memaksa, demikian
peraturan hukum adalah terutama peraturan yang memaksa orang
berkelakuan seperti yang dianggap patut oleh masyarakat.

c. Sumber-Sumber Hukum Formal dan Materiil

27
~Pengenalan Ilmu Hukum~

 Sumber hukum materiil yaitu perasaan hukum individu dan


pendapat umum , yang menjadi determinan materiil membentuk
hukum , menentukan isi dari hukum.
 Sumber hukum formal yaitu menjadi determinan formil
membentuk hukum, menentukan berlakunya dari hukum.

D. Penafsiran dan Konstruksi Hukum

Konstruksi tidak boleh diadakan secara sewenang-


wenang.Konstruksi itu harus didasarkan atas pengertian-pengertian
hukum yang memang ada dalam Undang-undang yang
bersangkutan dan yang menjadi dasar UU yang bersangkutan itu.
Konstruksi itu tidak boleh didasarkan atas anasir-anasir yang diluar
sistem material positif.
Ada tiga Sendi Konstruksi, yaitu :
 Analogi.
 Menghaluskan hukum.
 Argumentum a Contario.

5. Drs.C.S.T Kansil
A. Arti hukum dan Tujuan hukum

Definisi tentang hukum, menurut Prof.Van Apeldorn, adalah


sangat sulit untuk dibuat, karena tidak mungkin untuk
mengadakannya yang sesuai dengan kenyataan.
Pendapat para sarjana tentang hukum :
1. Prof. Mr.E.M Meyers,
Hukum adalah “semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan, ditunjukan kepada tingkah laku

28
~Pengenalan Ilmu Hukum~

manusia dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi


penguasa Negara dalam melakukan tugasnya”
2. Leon Duguit,
Hukum ialah “aturan tingkah laku para anggota masyarakat,
aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu
diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari
kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan
reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran
itu”.
3. Immanuel Kant
Hukum adalah “ keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini
kehendak dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri
dengan bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum
tentang kemerdekaan”.

Tujuan Hukum
Untuk menjaga agar peraturan hukum itu dapat berlangsung
terus dan diterima oleh seluruh anggota masyarakat, maka
peraturan hukum yang ada harus sesuai dan tidak boleh
bertentangan dengan asas-asas keadilan dari masyarakat tersebut.
Dengan demikian hukum itu bertujuan menjamin adanya
kepastian hukum dan hukum itu harus pula bersendikan pada
keadilan, yaitu asas keadilan dari masyarakat itu.
Beberapa pendapat yang berkenaan dengan tujuan hukum:
1. Prof. Subekti S.H ,
Hukum melayani tujuan Negara tersebut dengan
menyelenggarakan “ Keadilan “ dan “ ketertiban “, syarat
yang pokok untuk mendatangkan kemakmuran dan
kebahagiaan.
2. Teori Etis

29
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Menurut teori etis isi hukum itu semata-mata harus ditentukan


oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang adil dan yang tidak
adil.
3. Geny
“ Hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Dan
sebagai Unsur daripada keadilan disebutkannya “ kepentingan
daya guna dan kemanfaatan “.
4. Bentham ( Teori Utilitis)
Berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan
semata-mata apa yang berfaedah bagi orang.

Jelaslah disini, bahwa hukum mempunyai tugas untuk menjamin


adanya kepastian hukum dalam masyarakat.

B. Kaidah
Kehidupan manusia didalam pergaulan masyarakat diliputi oleh
norma/kaidah, yaitu peraturan hidup yang mempengaruhi tingkah
laku manusia didalam masyarakat.
Dalam pergaulan hidup dibedakan 4 macam norma/kaidah yaitu :
1. Norma agama ialah peraturan yang diterima sebagai
perintah, larangan, dan anjuran yang berasal dari Tuhan.
2. Norma kesusilaan ialah peraturan hidup yang dianggap
sebagai suara hati sanubari manusia ( insane – kamil ).
3. Norma kesopanan ialah peraturan hidup yang timbul dari
pergaulan segolongan manusia.
4. Norma hukum ( kaidah hukum ) ialah peraturan yang timbul
dari norma hukum yang dibuat oleh penguasa Negara.

C. Sumber- Sumber Hukum

30
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Sumber hukum adalah segala apa yang menimbulkan aturan-


aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa yakni
aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan
nyata.
Sumber hukum itu dapat kita tinjau dari segi Materiil dan
Formal :
1. Sumber hukum materiil dapat ditinjau dari berbagai sudut ,
misalnya
 Ekonomi
 Sejarah
 Sosiologi
 Filsafat
2. Sumber hukum formal antara lain :
 Undang-undang ( Statue )
Suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh
penguasa Negara.
 Kebiasaan ( Costum )
Perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang
dalam hal yang sama.
 Keputusan hakim (Jurispudentie)
Keputusan hakim terdahulu yang sering diikuti dan
dijadikan dasar keputusan oleh hakim kemudian mengenai
masalah yang sama.
 Traktat ( treaty )
Perjanjian yang dilakukan oleh dua Negara.
 Pendapat sarjana Hukum ( Doktrin )
Pendapat para sarjana yang ternama juga mempunyai
kekuasaan dan berpengaruh dalam pengambilan
keputusan oleh hakim.

31
~Pengenalan Ilmu Hukum~

D. Penafsiran hukum ( Interpretasi Hukum )

Ada beberapa macam penafsiran, antara lain :


1. Penafsiran tata bahasa , yaitu cara penafsiran berdasarkan pada
bunyi ketentuan undang-undang , dengan berpedoman pada arti
perkataan dalam hubungan dalam kalimat yang digunakan
undang-undang.
2. Penafsiran sahih ( autentik, resmi ) ialah penafsiran yang pasti
terhadap arti kata itu sebagaimana yang diberikan oleh
pembentuk undang-undang
3. Penafsiran histories, yaitu penafsiran berdasarkan sejarah
terjadinya hukum tersebut.
4. Penafsiran Sistematis, yaitu penafsiran menilik susunan yang
berhubungan dengan bunyi pasal lainnya baik dalam undang-
undang itu maupun undang-undang yang lain.
5. Penafsiran nasional ialah penafsiran menilik sesuai tidaknya
dengan sistem hukum yang berlaku.
6. Penafsiran Teologis, yaitu penafsiran dengan mengingat maksud
dan tujuan undang-undang itu.
7. Penafsiran Ekstensip yaitu tafsiran dengan memperluas arti kata-
kata dalam peraturan itu sehingga sesuatu peristiwa dapat
dimasukkan.
8. Penafsiran Resktriktif ialah penafsiran dengan membatasi arti
kata dalam peraturan itu.
9. Penafsiran Analogis yaitu memberi tafsiran pada suatu peraturan
hukum dengan memberi ibarat pada kata-kata tersebut sesuai
dengan asas hukumnya.
10. Penafsiran a Contrario ialah suatu cara menafsirkan undang-
undang yang didasarkan pada perlawanan pengertian antara
soal yang dihadapi dan soal yang diatur dalam pasal undang-
undang.

32
~Pengenalan Ilmu Hukum~

E. Peristiwa Hukum

Anggota masyarakat setiap hari mengadakan hubungan satu


dengan yang lainnya yang menimbulkan peristiwa kemasyarakatan.
Peristiwa kemasyarakatan yang oleh hukum diberikan akibat-akibat
dinamakan Peristiwa Hukum atau kejadian hukum (rechtsfeit )

6. Mochtar. Kusumaatmadja dan Prof. Arief Sidarta


A. Arti Hukum Dan Tujuan Hukum

Hukum adalah perangkat asas dan kaidah-kaidah yang


mengatur hubungan antar manusia dalam masyarakat, baik yang
merupakan kekerabatan, kampung atau desa, atau suatu Negara.
Tujuan Hukum adalah untuk memahami dan “menguasai”
pengetahuan tentang kaidah dan asas-asas itu untuk kemudian
dapat mengambil keputusan berdasarkannya.

B. Kaidah
Manusia dapat hidup bermasyarakat tanpa diatur oleh hukum
yang pembentukan dan penegakannya dilakukan oleh Negara. Hal
ini hanya mungkin apabila selain hukum, kehidupan manusia
bermasyarakat itu juga diatur oleh kaidah-kaidah lain. Ada
beberapa kaidah yaitu: kaidah agama, kebiasaan, moral positif dan
kesopanan.

33
~Pengenalan Ilmu Hukum~

1. Kaidah agama : kaidah yg mengatur hubungan antar


manusia dalam masyarakat, juga dirasakan sebagai kaidah
yg patut dituruti.
2. Kebiasaan : pola tindak yang berulang mengenai
peristiwa yang sama berkenaan dengan hal yang
bersamaan pula
3. Kewajiban moral baru mengikat apabila kewajiban moral
itu oleh masyarakat dianggap mengikat, artinya harus
dituruti.
4. Kaidah sopan santun sering tidak mengikat Karena
kaidah kesopanan itutidak hanya berbeda dari satu
lingkungan masyarakat ke lingkungan masyarakat lain,
namun ukuran kesopanan itu sering juga berlain-lain di
dalam suatu masyarakat yang sama namun berbeda
menurut generasi.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian mengenai kaidah


sosial dan mengikat atau tidaknya terhadap anggota masyarakat
atau individu adalah bahwa perlu atau tidaknya seseorang anggota
masyarakat tunduk pada suatu aturan.

C. Sumber-Sumber Hukum
Materiil
Penjelasan mengapa orang mentaati hukum atau tunduk pada
hukum bisa juga diberikan berdasarkan teori-teori hukum. Teori
mengatakan bahwa orang mentaati hukum karena Tuhan atau alam
menghendakinya. Penjelasan aliran-aliran hukum ala mini ditentang
oleh kaum positivisme yang mengatakan bahwa orang tunduk pada
hukum karena hukum itu merupakan kehendak penguasa yang
dapat dipaksakan.

34
~Pengenalan Ilmu Hukum~

Formal
Sumber hukum dalam arti formal bertalian dengan masalah
dimana kita bisa mendapatkan ketentuan-ketentuan atau kaidah-
kaidah hukum yang mengatur kehidupan manusia dalam
bermasyarakat.

D. Peristiwa Hukum
Peristiwa hukum adalah peristiwa yang oleh kaidah hukum diberi
akibat hukum, yakni berupa timbulnya atau hapusnya hak dan atau
kewajiban tertentu bagi subjek hukum tertentu yang terkait pada
peristiwa tersebut.

35

Anda mungkin juga menyukai