PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
B. Macam-Macam Etika
1) Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika Deskriptif
memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
prilaku atau sikap yang mau diambil.
2) Etika Normatif, yaitu etika yang mengajarkan berbagai sikap dan pola
prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Etika Normatif juga memberi penilaian sekaligus memberi
norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan dilakukan.
Secara umum etika dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Etika Umum, mengajarkan tentang kondisi-kondisi & dasar-dasar
bagaimana seharusnya manusia bertindak secara etis, bagaimana pula
manusia bersikap etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar
yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolok ukur
dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat
pula dianalogikan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas
mengenai pengertian umum dan teori-teori etika.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana seseorang
bersikap dan bertindak dalam kehidupannya dan kegiatan profesi
khusus yang dilandasi dengan etika moral. Namun, penerapan itu
dapat juga berwujud Bagaimana manusia bersikap atau melakukan
tindakan dalam kehidupan terhadap sesama. Etika Khusus dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri.
b. Etika sosial, yaitu mengenai sikap dan kewajiban, serta pola perilaku
manusia sebagai anggota bermasyarakat.
2.1.3 Hukum
Hukum adalah peraturan perilaku atau tindakan yang dikenal mengikat
atau ditegakkan oleh pihak berwenang, seperti pemerintah lokal, negara bagian,
atau nasional. Hukum dirancang untuk mencegah tindakan satu pihak yang
mengganggu pihak- pihak lain. Seluruh hukum pada dasarnya berasal dari hukum
dasar, kecenderungan pembawaan lahir manusia untuk melakukan hal yang baik
dan menghindari hal yang buruk. Pemerintah Federal Amerika Serikat dan negara-
negara bagiannya memegang konstitusi untuk membuat dan menegakkan hukum.
Sistem hukum menyusun pedoman, bukan menetapkan peraturan yang kaku untuk
praktek. Semua hukum, tidak peduli asal usulnya, adalah subyek terhadap
perubahan dan interpretasi. Ellis etal. (1995) menyatakan bahwa etik dan hukum
dapat berjalan berdampingan dan saling mendukung. Jika, seseorang individu
memilih untuk mencuri uang dari majikannya, prilaku tersebut bukan saja tidak
etis, tetapi juga melanggar hukum. Banyak hukum ditulisuntuk menyediakan
sebuah dasar untuk menegakan prinsip etik yang dianggap perlu untuk
kesejahteraan sebagian besar masyarakat.
A. Bentuk-Bentuk Hukum
1. Hukum Publik
Hukum publik mengatur hubungan antara warga negara dengan
negara yang menyangkut kepentingan umum tertentu yang mempelajari
bentuk negara, bentuk pemerintahan, hak-hak asasi warga negara, dan
sebagainya.Yang menitikberatkan hal-hal yang bersifat mendasar
(fundamental) dari negara.
2. Hukum Tata Negara
Hukum tata negara adalah serangkaian peraturan hukum yang
mengatur bentuk negara, susunan dan tugas-tugas serta hubungan antara
alat-alat perlengkapan negara. Hukum Tata Negara hanya khusus
menyoroti negara menitikberatkan pada hal-hal yang bersifat teknis yang
dibuat berdasarkan wewenang yang diberikan oleh Hukum Tata Negara.
3. Hukum Pidana
Hukum Pidana adalah hukum yang mengatur pelanggaran-
pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap kepentingan umum dan
perbuatan mana diancam dengan sangsi pidana tertentu.Bentuk atau jenis
pelanggaran dan kejahatan dimuat didalam kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP).
4. Hukum Administrasi Negara
Hukum administrasi negara merupakan seperangkat peraturan yang
mengatur cara bekerja alat-alat perlengkapan negara, termasuk cara
melakukan kekuasaan dan wewenang yang dimiliki oleh setiap organ
negara dalam melakukan tugasnya. Hukum Administrasi Negara
5. Hukum Perdata (privat)
Perdata sama artinya dengan warga negara,pribadi,sipil,atau
privat.Sumber pokok hukum perdata adalah Burgerlijkwetboek (BW) yang
dalam arti luas juga mencakup Hukum Dagang dan Hukum Adat. Jadi
Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur tentang kepentingan-
kepentingan orang perorangan
Sementara itu dokter Sofwan Dahlan memberikan uraian yang lebih jelas
lagi, yaitu:
Inseminasi buatan adalah suatu cara memasukkan sperma ke dalam alat kelamin
seorang wanita tanpa melalui senggama (coitus). Mula-mula sperma dikeluarkan
lebih dahulu dengan cara masturbasi atau senggama terputus dan dengan suatu
alat sperma tadi dimasukkan ke dalam vagina atau uterus. Maksudnya kehamilan
yang tidak mungkin dapat terjadi melalui hubungan kelamin, akibat suatu
penyakit kelamin. Dengan cara tersebut kehamilan diharapkan bisa trjadi.
(Journal Dampak Pengembangan Bioteknologi Dalam Inseminasi Buatan
(Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Perdata Di Indonesia), 2010)
3. Embrionasi Buatan
Embrionasi buatan membutuhkan pembilasan sebuah embrio dari wanita
yang telah diinseminasi secara buatan oleh sperma donor, kemudian embrio
ditanamkan ke dalam rahim istri donor.
Apabila penggunaan sperma donor itu tidak mendapat izin dari suaminya,
maka suami dapat menyangkal keabsahan anak yang dilahirkan oleh istrinya. Di
dalam pasal 44 UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan, disebutkan juga bahwa:
Terdapat sepasang pasutri yaitu Tn. P dan Ny. F yang telah 9 tahun menikah
tetapi belum dikaruniai seorang anak. Tn. D dan Ny. S adalah pasangan yang
sibuk dengan kariernya, namun mereka tiap harinya merasa sedih karena
rumah yang ditempati selalu sepi tanpa kehadiran seorang anak, Tn. P dan Ny.
F sangat menginginkan untuk mempunyai keturunan. Berulang kali Tn. P dan
Ny. F mengikuti program tradisional, serta sering kali menuruti apa kata orang
yang memberikan saran agar dapat mendapatkan keturunan. Dengan berbagai
upaya yang sudah dilakukan, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke
RS. Kemudian Tn. P dan Ny. F berkonsultasi ke dokter, dan dokter
menyarankan untuk melakukan pemeriksaan sperma. Hasil tes menunjukkan
bahwa jumlah sperma Tn. P tidak maksimal karena terdapat varises dalam
saluran sperma pada alat reproduksinya. Karena keadaan tersebut, dokter
menyarankan untuk melakukan inseminasi buatan. Namun Tn. P dan ayahnya
tidak setuju karena menganggap inseminasi buatan adalah tidak diperbolehkan
dalam agama Islam.
Dengan keinginannya yang tinggi untuk mempunyai anak dan
tanpaberfikir panjang, akhirnya Ny. F pergi berkonsultasi lagi dengan dokter
untuk melakukan program inseminasi buatan, dan perawat diminta tolong oleh
Ny. F untuk mengambil sperma suaminya dengan alasan untuk pemeriksaan
ulang, dan perawat diminta untuk merahasiakan masalah tersebut.
Pada kasus diatas dapat diselesaikan dengan EDM ( Ethik Decision Making ) ,
yang terdiri dari 6 langkah yakni :
5. Identifikasi Pilihan :
5.1. Melakukan inseminasi buatan langsung setelah pengambilan
sperma tanpa memberi tahu Tn.P
5.2. Tidak melakukan inseminasi buatan karena tidak mendapat
persetujuan dari Tn. P
5.3. Melakukan inseminasi buatan dengan persetujuan Tn.P
6. Keputusan
Keputusan yang diambil adalah pada pilihan ke 3 yaitu :Melakukan
inseminasi buatan dengan persetujuan Tn.P
7. Implementasi
7.1. Melakukan pendekatan pada klien dan menjelaskan tentang kondisi
yang dialaminya.
7.2. Memberikan HE pada klien dengan memberikan informasi tentang
pengertian, tujuan, dan teknik inseminasi buatan.
7.3. Menjelaskan pada klien bahwa inseminasi buatan boleh dilakukan
baik dari segi agama, hukum, social dan moral.
8. Evaluasi
8.1. Inseminasi tetap dilakukan
8.2. Pelayanan di rumah sakit dianggap baik
8.3. Perawat tidak melanggar asas etik keperawatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurang dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah
selanjutnya akan lebih baik dari sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal “Etika dan Hukum Teknik Reproduksi Buatan, Bagian Obstetric dan
Ginekologi”. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Abidin, M. Z. (2015, Juni 21). Rumah Pelangi. Dipetik November 24, 2015, dari viva.co.id:
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/640874-ingin-punya-anak-melalui-
inseminasi-ini-kisaran-harganya