Nim : 222017197
BAB I
KONSEP ETIKA
Asshidiqie (2014: 42) menyatakan bahwa bahwa secara umum, etika atau ethics
merupakan salah satu cabang filsafat yang memperbincangkan tentang perilaku benar
(right) dan baik (good). Etika berkaitan dengan “doing the right things”, tidak sekadar
“doing things right”. Konsep doing the right things memperhatikan nadanya tanggung
jawab social dalam setiap tindakannya. Etika berhubungan dengan perilaku dan
perbuatan yang seharusnya diterapkan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Perilaku adalah budi, sementara perbuatan adalah pekerti,jadi etika pada dasarnya
berkaitan dengan budi pekerti.
Etika deskriptif berkenaan dengan perilaku benar dan baik sebagaimana yang di
pikirkan orang, etika deskriptif mencakup berbagai kajian filsafat dan teori, misalnya
ekonomi,politik dan hukum. Etika normative berhubungan dengan kepercayaan atu
keyakinan .ajaran agama adalam salah satu contohnya. Etika terapan berkenaan dengan
penetahuan tentang satu perwujudan etika terapan. Etika meta atau epistomologi moral
berkaitan dengan hakikat pernyataan pernyataan moral,terutama mengenai konsep dan
teori etika yang terkait.
SUMBER ETIKA
SISTEM EKONOMI
Dalam sistem ekonomi pasar, pertanyaan tentang bagaimana mengatur
perekonomian dijawab dengan mekanisme pasar. Perekonomian diatur dengan
mekanisme pasar silumannya (invisible hands). Penerapan etika dan juga hukum
menyangkut masalah “siapa” dan “bagaimana” pengaturan dilakukan agar tujuan
bernegara dapat tercapai.selain sistem ekonomi, sistem –sistem lain yang dianut oleh
suatu Negara, seperti sistem politik, hukum, dan social juga merupakan sumber etika.
ETIKA BISNIS
Etika bisnis merupakan salah satu cabang dari etika terapan. Namun, etika bisnis
tidak dapat lepas dari konsep-konsep etik yang lain seperti agama, budaya, dan filsafat-
filsafat etika yang mendasarinya. Peraturan OJK nomor 33 tahun 2014 mengharuskan
perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa (emiten) dn perusahaan public agar
mempunyai kode etik yang berlaku bagi anggota direksi, anggota komisaris, karyawan
dan seluruh pendukun perusahaan. Kode etik yang di wajibkan dalam peraturan tersebut
paling tidak memuat hal berikut:
1. Prinsip pelaksanaan tugas, yaitu itikad baik, penuh tangung jawab dan kehati
hatian.
2. Sikap jika terdapat benturan kepentingan.
ETIKA PROFESI
Etika profesi berkaitan dengan konsep-konsep etika yang lain.di Indonesia
orgnisasi tersebut adalah institute akuntan public Indonesia (IAPI).setiap akuntan publik
harus menjadi anggota IAPI dan harus mmatuhi kode etik yang dikeluarkan oleh
organisasi tersebut. Sebagai organisasi regulasi mandiri IAPI juga di beri kewenangan
untuk mengadili pelanggaran etika oleh anggota-anggotanya.
PENGENDALIAN DIRI
Pengendalian diri merupakan kunci dalam mengatasi persoalan etika. Terdapat
dua perangkat yang dapat di gunakan sebagai pengendalian diri, yaitu kemampuan nalar
dan kata hati nurani. Persoalan etika bermula dari pengendalian diri yang bertujuan
untuk menjauhkan diri dari keserakahan, mengatasi ketakutan, dan untuk tidak
memanfaatkan kesempatan dan konsekuensi.
KONFUSIUS
Konfusius ( atau di indonesia lebih dikenal dengan khong ho cu) lahir pada 551
SM dan hidup pada masa Dinasti Chou.Selama masa dinasti han (206 SM-220 M)
Ajaran Konfusianisme Menjadi Filsafat Resmi Negara Tiongkok.Terdapat enam
komponen dalam etika konfusianisme,yaitu Xi,Zhi,Li,Yi,Wen dan Ren ( Robet waxman
tanpa tahun).
Zhi adalah substansi alami dilahirkannya seseorang,tetapi bukan pembawa sifat
manusia. Zhi diperoleh melalui pendidikan ( chong 2007). Li merujuk pada ritual
tertentu dalam hierarki sosial yang digunakan seperti orang untuk memaknai
tanggungjawab dalam masyarakat. Yi diterjemahkan dengan moralitas .arti yang lebih
luas mengacu pada tindakan yang benar,tegas dan kebijakan. Wen dijelaskan oleh
chong (2007) sebagai suatu yang dikerjakan pada saat luang.kegiatan yang
mengekspresikan kesalehan (virtue), termasuk musik, puisi dan seni dalam masyarakat
merupakan jabaran dari wen. Ren dipandang kesalehan tertinggi dalam konfusianisme.
Ren diasosiasikan sebagai kebijakan ,cinta kasih,perkemanusiaan,dan penyajian terakhir
dari kesalehan.Ran merupakan pencapaian tertinggi dari kesempurnaan moral dalam
salah satu aspek kehidupan tertentu.
HINDU
Dharma (berbuat benar) merupakan ciri utama agama hindu. Manusia
memperoleh kekayaan dan kemasyhuran dalam kehidupan sekarang dan kehidupan
nanti, setelah mati, melalui penerapan dharma dalam praktik sehari-hari di dunia.
Moralitas atau Etika merupakan ilmu pengetahuan (science) tentang perilaku.
etika merupakan studi tentang benar (right) atau baik (good) dalam berperilaku. Prinsip
Dasar etika Hindu merupakan cerminan jiwa paling dalam dari semua makhlik dibumi
ini. bahwa seluruh dunia pada dasarnya adalah dirinya sendiri.
Ini dari dharma ini adalah perbuatan yang akan mendatangkan kebaikan bagi
orang lain. berbuatlah sesuatu yang akan mendatangkan pujian dari orang lain. lakukan
sesuatu yang orang lain ingin lakukan terhadapmu.
Menurut ajaran hindu benar salah bervariasi berdasarkan waktu, keadaan
tertentu, status dalam masyarakat (varna), dan tahap kehidupan (asrama). dan tahap
kehidupan yang namun, sesuatu yang akan membawa seseorang lebih dekat dengan
tuhan adalah benar.
BUDHA
Agama budha didirikan oleh sidharta gautama (563 SM – 483 SM) ia adalah
putra dari raja kaplawastu, india. pada uisa kurang lebih 35 tahu, siddharta memperoleh
pencerahandalaam menghadapi masalah kehidupan saat ia berada dibawah pohon yang
Bodhi.
Agama budha memberikan pedoman dasar untuk berperilaku yang dapat
diterima. perintah pertamanya adalah tidak melukai (non-injury) atau tidak melakukan
kekerasan terhadap semua makhluk hidup.
Agama Buddhisme mengenal apa yang disebut sebagai empat kebenaran dan
delapan jalan kemulian. ke-empat kebenaran sejati itu adalah dukkha, tanka, nirvana,
dan samma.
Jalan tengah (middle way ) untuk menghilangkan dukha adalah dengan
melakukan kebenaran atau kesempurnaan yang disebut dengan samma. terdapat delapan
faktor samma yang disebut juga sebagai delapan jalan kemulian (right noble path).
berikut ini delapan jalur kemulian yang dimaksud.
1. kebenaran pemahaman ( right view or understanding )
2. kebenaran penyelesaian ( right resolve )
3. kebenaran bertutur kata ( right speedh )
4. kebenaran dalam tindakan ( right action)
5. kebenaran dalam berperilaku kehidupan ( right livelihood )
6. kebenaran dalam berusaha ( right effort )
7. kebenaran dalam berpikir ( right mindfulness )
8. kebenaran dalam berkonsentrasi atau penyatuan ( right concentration or
unification)
Kedelapan jalan kemulian tersebut dibagi lagi menjadi dua tingkatan, yaitu
tingkat biasa dan tingkat mulia. Etika menurut ajaran budhisme mencakup berbagai
topik, yaitu jenis pekerjaan atau usaha, pendekatan dalam bekerja atau berusaha,
penggunaan penghasilan, sikap terhadap kekayaan, dan distribusi kekayaan.
KRISTIANI
Menurut pandangan kristen, moralitas berasal dari perintah tuhan untuk
mencintai tuhan dengan sepenuh hati , pikiran, kekuatan, jiwa dan untuk mencintai
sesama manusia seperti layaknya mencintai diri sendiri.
Dasar ajaran kristen adalah kasih sayang yang dimaksud adalah kasih kepada
tuhan, kasih kepada diri sendiri, dan kasih kepada sesama manusia. Etika kristen
dijabarkan oleh para rasul, yaitu paulus, petrus, yohanes, dan yakobuss. dalam
penjabarannya, rasul paulus menekankan pada kasih, pengampunan, dan pelayanan.
selain itu, paulus juga menekanakan sikap yang bertanggung jawab, hidup dalam
perdamaaina, kerendaha hati, sosial, dan patuh terhadap perintah. yohanes dikenal
sebagai rasul kasih sayang karena menekankan kasih dalam injilnya dan surat
kirimannya.
Etika yang diajarkan petrus menekankan pada pentingnya mengikuti teladan
yesus, kekudusan hidup dan kehormatan suami istri. Yakobus menekankan hal-hal
praktis dalam ajaran etikanya. Transformasi dalam nilai-nilai ke dalam tindakan konkret
sebagai pelaku firman tuhanmerupakan bagian penting dari ajaran etikanya .
ISLAM
Etika menurut islam didefinisikan sebagai karakter (sifat) yang baik. pandangan
ini dimulai berkembang pada abad ke-7 dan finalisnya pada abad ke-11. landasan utama
etika islam adalah Al-quran danSunnah Nabi Muhammad SAW. Namun dalam
berkembangannya, kaidah-kaidah tentang etika islam diciptakan oleh para ahli fiqh
yang juga memperhatikan adat istiadat dan lingkungan setempat.
Nigosin, seorang profesor dibidang religi dari troton, kanada menyebutkan
bahwa ayat-ayat dalam surah ke-17 dari al-quran, yaitu Al-isra, telah mencerminkan
semua pernyataan tentang aturan berperilaku ( code of behavior ) bagi seorang muslim.
Aturan-aturan tersebut dapat diikhtisarkan ke dalam sepuluh perintah berikut :
1. Menyembah hanya kepada Allah (Alquran, 17:22)
2. Berbuat baik, menghormati, dan berendah-hati kepada orang tua (Alquran,
17:23;17:24)
3. Jangan kikir atau boros dalam pengeluaran (Alquran, 17:31)
4. Jangan membunuh karena rasa takut akan kelaparan ( Alquran, 17:31)
5. Jangan melakukan perzinaan (Alquran 17:23)
6. Jangan membunuh tanpa alasan keadilan ( Alquran, 17:32)
7. Pedulikan anak yatim (alquran, 17:34)
8. Pengalah janji yang telah diucapkan (Alquran, 17:34)
9. Bertindak jujur dan adil dalam berhubungan dengan seseorang (Alquran,17:35)
10. Jangan sombong terhadap hak atau kepercayaan seseorang (Alquran,
17:36;17:37)
Sepuluh pernyataan yang dikemukakan oleh Nigosin tersebut tentu saja bukan
hal yang menyeluruh tentang aturan-aturan perilaku islam. Masih banyak surat-surat
lain yang di dalamnya mengatur tentang hubungan antar manusia dan tuhannya dan
hubungan manusia antar manusia dan manusia.
Contoh Kasus Etika Dalam Beragama :
Sumber etika adalah pengakuan atas hak-hak asasi manusia. Namun, kebebasan
individu dalam menikmati keinginan pribadi yang dianggap sebagai hak juga harus
didasarkan pada asas menghormati hak dan kewajiban orang lain. Pelaksanaan hak asasi
manusia juga harus berdasarkan pada konsep keadilan. Perbuatan (tindakan) baik-buruk
adalah manifestasi dari etika.
Roda zaman selalu bergulir. Jumlah manusia bertambah,demikian juga dengan
peradabannya. Kaidah atau norma yang tercantum dalam agama, sering tidak dapat
memberikan jawaban yang jelas tentang pedoman baik atas realitas kehidupan yang
berkembang. Oleh karena itu, interpretasi atas kaidah-kaidah agama ke masalah-,asalah
kini dilanjutkan oleh para biksu, rahib, dan ulama. Dipihak lain, para filsuf mencoba
untuk menginterpretasikan kaidah-kaidah kebenaran tersebut. Mereka menciptakan
filsafat tentang etika. Sementara itu, para ahli hukum juga menciptakan aturan-aturan
tentang keadilan, kepastian, dan kemanfaatan. Dasarnya tetap sama, yaitu kebaikan bagi
masyarakat, jika suatu kebaikan etis sudah diangkat ke dalam ranah hukum, penilaian
selanjutnya dapat berupa kesimpulan tentang benar-salah.
UTILITARIANISME
Teori utilitarianisme (utilitarianisme) sering juga di sebut teori teleologi
(teleology). Menurut Brooks & Dunn (2012: 138), teori telologi dikembangkan oleh
John Locke (1632-1704), Jeremy Bentham (1748-1832), James Mill (1733-1816), dan
anaknya, Jhon Stuart Mill (1806-1873). Utilitiriansime adalah filsafat etika yang
mendasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan suatu perbuatan dan cara
untuk mencapainya. Tujuan hidup dijabarkan dalam bentuk tercapainya kebahagiaan
yang kemudian dielaboraskan lagi menjadi kesenagan dan manfaat. Cara yang
digunakan untuk mencapai harus berupa cara yang etis. Walaupun dalam mendefnisikan
tujuan hidup telah didasarkan atas kebahagiaan masyarakat secara kese;uruhan, tetapi
utilitarianisme belum mengeksplorasi lebih lanjut tentang pembangiaan kebhagiaan
tersebut di antara anggota masyarakat sehingga dapat tercapai rasa keadilan di
dalamnya. Bagian penting dari teori utiltarianisme yang layak di catat ialah cara untuk
mencapai tujuan. Dalam kaitan ini, teori utilitarianisme tidak dianjurkan di terapkannya
konsep Machiavelli (1469-1527) bahwa tujuan menghalalkan cara (Brooka & Dunn,
2012: 141-142) . Hal itu disebabkan karena, dalam etika anatara tujuan dan cara tidak
selalu ekuivalen. Tujuan dapat etis tetapi caranya mungkin tidak atau sebaliknya.
Utilitarianisme, memandang suatu perbuatan itu etis atau tidak didasarkan pada
tujuan yang ingin dicapai atau hasil yang diperoleh . Barang dan Jasa yang dihasilkan
dalam kegiatan bisnis akan memperbaiki kehidupan dan martabat manusia . Kegiatan
bisnis yang akan menimbulkan penderitaan manusia, Misalnya perdagangan Narkotika,
Bukan merupakan kegiatan bisnis yang beretika (Bahkan tidak sah Secara hukum ).
Tujuan Bagi kemanfaatan orang banyak ini harus jelas tercermin dalam visi dan misi
perusahaan yang bersangkutan .
DEONTOLOGI
Deontologi (deontology) berasal dari kata yunani “deon” yang berarti tugas
(duty) atau kewajiban (obligation). Immanuel Kant (1724-1804) memberikan artikulasi
yang paling jelas mengenai teori ini (Brook & Dunn, 2012:144). Bagi Kant, tugas
merupakan satu-satunya standar moral bagi seseorang untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Konsekuensi tidak dipertimbangkan dalam perbuatan. Tugas harus
dilakukan karena kewajiban. Teori deontologi mengukur baik-buruk berdasarkan ada
tidaknya prinsip-prinsip universal yang mengharuskan adanya tugas dan kewajiban
tersebut.
Deontologisme melihat perbuatan baik dan benar dari sudut cara atau
pendekatan dalam menjalankan aturan universal yang diyakini sebagai kebenaran. Saat
melaksanakan hak dan kewajiban, perlu diperhatikan keseimbangan antara hak dan
kewajiban diri sendiri dan kewajiban hak-hak orang lain. Menghormati hak dan
kewajiban orang lain adalah kunci dari perbuatan etis. Asas timbal balik dalam
perlakuan sehubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban harus dipertimbangkan.
Berbeda dengan utilitarianisme yang memandang perbuatan etis dari sudut
pandang tujuan yang dinyatakan dalam bentuk manfaat bagi banyak orang,
deontologisme memandangnya dari cara atau pendekatan dalam melaksanakan
perbuatan tersebut. Cara yang digunakan harus didasarkan pada aturan universal yang
diyakini sebagai kebenaran. Menurut paham deontologisme pertimbangan baik dan
benar atas aturan yang dianut telah dilakukan sebelum aturan tersebut ditetapkan. Tugas
dan kewajiban dalam deontologisme akan sangat erat berkaitan dengan hubungan
fidusia yang terjalin antara pemberi dan penerima amanah.
VIRTUISME
Etika keutamaan (virthue ethics) bermula dari Aristoteles (384-322 SM).
Aristoteles mengeksplorasi sifat (nature) dari kehidupan baik (good life). Keutamaan di
definisikan dalam Bertens (2013: 71) sebagai disposisi watak yang telah diperoleh
seseorang dan memungkinkannya untuk bertingkah laku baik secara moral. Etika
keutamaan mencoba untuk mendeskripsikan sifat (karakter) yang harus dimiliki untuk
membentuk kehidupan manusia yang baik dan utuh (Hartman dan Ddesjardins, 2011:
85).
Virtuisme dijabarkan dalam karakter (watak), hubungan, perilaku, nilai-nilai, dan
keyakinan yang melekat pada diri manusia yang berintegritas (Hartman dan Desjardins,
2011: 86). Virtuisme mambangun budaya dan sistem nilai tentang kehidupan lebih utuh
yang diinginkan dan yang peduli kepada orang lain.
Konsep altruisme dan kehidupan yang lebih utuh tentulah bersifat realtif.
Virtuisme tidak menjabarkan lebih lanjut. Namun, kepedulian kepada orang lain
seberapa pun kecilnya, pasti akan mendatangkan manfaat bagi orang lain. Kepedulian
yang mendatangkan rasa aman atau bebas dari ketakutan dalam menghadapi hidup
dapat menjadi suatu manfaat. Berbagi untuk mencapai rasa aman bersama dan untuk
menghindari rasa takut adalah dasar dari altruisme.
Kehidupan yang lebih utuh juga tidak harus hanya diukur dengan jumlah uang
atau kekayaan yang dimiliki. Kehidupan yang lebih utuh mengacu pada tercapainya
tujuan hidup. Kehidupan yang lebih utuh harus dikaitkan dengan hal-hal yang dapat
dinikmati atau dirasakan di dunia.
Pengidentifikasian tentang siapa diri kita sebenarnya dan menentukan kesiapan
yang diinginkan merupakan awal dari virtuisme. Tahap berikutnya adalah menjabarkan
keinginan tentang “siapa” ke dalam budaya dan sistem nilai yang diperlukan untuk
mencapainya. Tahap ini merupakan tahap perancangan. Tahap paling sulit adalah
bagaimana mengimplementasikannya. Tentang implementasi ini, pandangan tentang
pentingnya “panutan” (pihak yang layak untuk diikuti perbuatannya) merupakan hal
yang penting. Implementasi budaya dan sistem nilai akan lebih mudah jika keterlibatan
semua pihak yang terkait telah dilakukan sejak tahap oengidentifikasian dan
perancangan.
Virtuisme, barangkali merupakan teori etika yang paling mudah untuk
diterapkan dalam praktik bisnis, Budaya, etika, dan sistem nilai yang diterapkan dalam
perusahaan sebagai bagian dari dari etika bisnis mereka biasanya didasarkan pada
konsep virtuisme. Dengan konsep ini, pengidentifikasian dan perancangan budaya
perusahaan (corporate culture) yang kemudian dijabarkan dalam etika bisnis dan sistem
nilai perusahaan dapat dilakukan dengan lebih logis, akademis, dan rasional. Perlu
diingat bahwa vistuisme hanya menghasilkan nilai-nilai normatif yang pelaksanaanya
perlu dijabarkan lebih lanjut dalam kebijakan dan prosedur yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
Budaya perusahaan (corporate culture) merangkum nilai-nilai (values) dan etika
yang diyakini oleh semua pihak yang terlibat dalam perusahaan sebabagi altruisme.
Budaya perusahaan akan membangun etos kerja. Sekecil apa pun peran dan serendah
apa pun posisi seseorang dalam perusahaan, ia akan memberikan sumbangan kepada
perusahaan dalam mencapai kehidupan yang lebih utuh dan memberikan manfaat bagi
masyarakat seperti tercantum dalam visi-misi yang terlibat di perusahaan untuk
berperilaku dan berbuat dalam mecapai tujuan yang telah ditetapkan.
CONTOH KASUS
Kasus pelanggaran etika yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia :
1. Mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia (FI) tersebut disebabkan
perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajemen pada operasional
Freeport di seluruh dunia. Pekerja Freeport di Indonesia diketahui mendapatkan
gaji lebih rendah daripada pekerja Freeport di negara lain untuk level jabatan yang
sama. Gaji sekarang per jam USD 1,5–USD 3. Padahal, bandingan gaji di negara
lain mencapai USD 15–USD 35 per jam. Sejauh ini, perundingannya masih
menemui jalan buntu. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan pekerja,
entah apadasar pertimbangannya.
2. Biaya CSR kepada sedikit rakyat Papua yang digembor-gemborkan itu pun tidak
seberapa karena tidak mencapai 1 persen keuntungan bersih PT FI. Malah rakyat
Papua membayar lebih mahal karena harus menanggung akibat berupa kerusakan
alam serta punahnya habitat dan vegetasi Papua yang tidak ternilai itu. Biaya
reklamasi tersebut tidak akan bisa ditanggung generasi Papua sampai tujuh turunan.
Selain bertentangan dengan PP 76/2008 tentang Kewajiban Rehabilitasi dan
Reklamasi Hutan, telah terjadi bukti paradoksal sikap Freeport
(Davis,G.F.,et.al.,2006).
Kestabilan siklus operasional Freeport, diakui atau tidak, adalah barometer penting
kestabilan politik koloni Papua.Induksi ekonomi yang terjadi dari berputarnya mesin
anak korporasi raksasa Freeport-McMoran tersebut di kawasan Papua memiliki
magnitude luar biasa terhadap pergerakan ekonomi kawasan, nasional, bahkan global.
Sebagai perusahaan berlabel MNC (multinational company) yang otomatis berkelas
dunia, apalagi umumnya korporasi berasal dari AS, pekerja adalah bagian dari aset
perusahaan. Menjaga hubungan baik dengan pekerja adalah suatu keharusan. Sebab, di
situlah terjadi hubungan mutualisme satu dengan yang lain. Perusahaan membutuhkan
dedikasi dan loyalitas agar produksi semakin baik, sementara pekerja membutuhkan
komitmen manajemen dalam hal pemberian gaji yang layak.
Pemerintah dalam hal ini pantas malu. Sebab, hadirnya MNC di Indonesia terbukti
tidak memberikan teladan untuk menghindari perselisihan soal normatif yang sangat
mendasar.Kebijakan dengan memberikan diskresi luar biasa kepada PT FI, privilege
berlebihan, ternyata sia-sia.
Berkali-kali perjanjian kontrak karya dengan PT FI diperpanjang kendati
bertentangan dengan UU Nomor 11/1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan dan sudah diubah dengan UU Nomor 4/2009 tentang Minerba. Alasan
yang dikemukakan hanya klasik, untuk menambah kocek negara.Padahal, tidak terbukti
secara signifikan sumbangan PT FI benar-benar untuk negara. Kalimat yang lebih tepat,
sebetulnya, sumbangan Freeport untuk negara Amerika, bukan Indonesia. Justru negara
ini tampak dibodohi luar biasa karena PT FI berizin penambangan tembaga, namun
mendapat bahan mineral lain, seperti emas, perak, dan konon uranium. Bahan-bahan itu
dibawa langsung ke luar negeri dan tidak mengalami pengolahan untuk meningkatkan
value di Indonesia. Ironisnya, PT FI bahkan tidak listing di bursa pasar modal
Indonesia, apalagi Freeport-McMoran sebagai induknya.
Keuntungan berlipat justru didapatkan oleh PT FI dengan hanya sedikit
memberikan pajak PNBP kepada Indonesia atau sekadar PPh badan dan pekerja lokal
serta beberapa tenaga kerja asing (TKA). Optimis penulis, karena PT FI memiliki
pesawat dan lapangan terbang sendiri, jumlah pasti TKA itu tidak akanbisa di ketahui
oleh pihak imigrasi.
2. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Teori Hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena berkaitan dengan
kewajiban.
Hak dan kewajiban bagaikan dua sisi uang logam yang sama. Hak didasarkan atas
martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Karena itu hak sangat cocok
dengan suasana Demokratis. Dalam kasus ini, PT Freeport Indonesia sangat tidak etis
dimana kewajiban terhadap para karyawan tidak terpenuhi karena gaji yang diterima
tidak layak dibandingkan dengan pekerja Freeport di Negara lain. Padahal PT Freeport
Indonesia merupakan tambang emas dengan kualitas emas terbaik di dunia.
BAB IV
KESERAKAHAN DAN KETAKUTAN
PENGENDALIAN DIRI
Keserakahan dan ketakutan dapat diatasi dengan pengendalian diri. Bentuknya
berupa sikap ikhlas atau selalu bersyukur dalam setiap keadaan yang dihadapi. Sumber
pengendalian diri dapat berupa pendidikan dari keluarga, agama,budaya, atau
lingkungan sosial. Jika telah disepakati sebagai suatu kebenaran oleh lingkungan sosial,
nilai nilai moral atau norma tersebut.
REGULASI
Jika etika tidak dilaksanakan atau organisasi yang bersangkutan tidak mampu
mengatur diri sendiri, subjek-subjek tentang etika dapat diambil alih dengan cara
regulasi. Karena sifat dapat dipaksakan, regulasi tentu lebih kuat dibandingkan dengan
etika. Pelanggaran etika hanya dapat diadili oleh pengadilan etika yang biasanya
dilakukan oleh masyarakat tersebut. Pelanggaran etika juga dapat diadili oleh organisasi
yang menaungi pelanggar yang bersangkutan. Dalam hal ini, organisasi tersebut
menjadi organisasi regulasi mandiri (self regulating organization).
LABA ABNORMAL
Laba abnormal sebagai pemicu keserakahan merupakan konsep yang abstrak
dan subjektif. Abnormalitas dapat berkaitan dengan cara memperolehnya (unsur
bagaiamana), dan bersinggungan dengan dari siapa bagian sumber daya ekonomi yang
ingin dialihkan (unsur siapa). Oleh karena itu, pengendalian diri dalam bidang bisnis
berhubungan dengan apa, bagaimana, dan dari siapa laba abnormal diperoleh dan
diperuntukkan. Laba secara konsepsi adalah residu dari kegiatan usaha berupa jual beli,
ini menjadi hak dari orang yang melakukan usaha tersebut.
Laba adalah selisih antara pendapatan dan beban. Jumlah yang tercatat sebagai
laba tentu tidak dapat dianggap melanggar kaidah-kaidah perdagangan. Oleh karena itu,
hal tersebut tidak mengandung keserakahan. Cara memperoleh laba abnormal
bersangkutan dengan metode perdagangan yang diterapkan termasuk cara memperoleh
pelanggan dan memenuhi pesanan pembelian. Jika produk yang dijual harus melalui
proses produksi, proses perdagangan akan mencakup input- proses-output.
MORAL HAZARD
Moral hazard terjadi apabila dalam suatu transaksi, salah satu pihak melakukan
tindakan yang memengaruhi penilaian pihak lain atas transaksi tersebut dan pihak lain
tidak dapat memonitor /memaksa secara sempurna.(Kreps, 1990:577). Moral Hazard
biasanya terjadi pada suatu kontrak atau regulasi. Secara umum, Moral Hazard adalah
tindakan yang dilakukan oleh seseorang dami keuntungan diri sendiri dan dapat
menimbulkan kerugian bagi orang lain (menyembunyikan jumlah rill). Walaupun tidak
didorong oleh keserakahan atau ketakukan, tetapi dapat digolongkan sebagai tindakan
yang tidak elok. Jika berkaitan dengan regulasi, dikategorikan sebagai pelanggaran
hukum. Tindakan mmoral hazard sulit dibuktikan atau barangkali tidak dapat dikatakan
sebagai pelanggaran hukum, tetapi secara etis tindakan itu tidak dilakukan oleh orang
yang memiliki ikhtikad baik.
KECURANGAN (FRAUD)
Di dunia nyata banyak kasus-kasus, juka harus menyebut nama merupakan
beberapa contoh tentang tidak diterapkannya etika bisnis dalam berusaha. Praktik
curang tanpa memedulikan kepentingan (hak) orang lain, adalah ciri dari keserakahan.
Dasarnya adalah egoisme (selfishness). Motifnya adalah penipuan, artinya praktik
curang memang dengan sengaja dilakukan untuk merugikan orang lain demi
keuntungan sendiri. Praktik curang dapat dilakukan di setiap tahap kegiatan usaha.
Dalam produksi , praktik curang mencakup komponen inpu, proses, dan output, juga
dapat dilakukan pada proses pendanaan usaha, misalnya pencairan pinjaman bank,
penjualan obligasi, dll. Praktik curang dapat dihindari dengan pengendalian diri (etika),
pengendalian sosial (etika), dan pemaksaan hukum (regulasi).
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BISNIS
"Corruptionbygreed kini lebih banyak terjadi.Dalih gaji kecil itu hanya alibi,” ujarnya
di Jakarta, Rabu (17/10/2018).Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menyampaikan
semacam apologia bahwa banyaknya kepala daerah yang terlibat korupsi karena gaji
kecil di satu sisi, dan highpoliticalcost atau ongkos politik yang tinggi di sisi lain.
“Bukan karena kebutuhan akibat gaji kecil, melainkan keserakahan,” tegas Ketua
Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Jakarta
Pusat ini.Ia lalu merujuk contoh Bupati Bekasi yang terbilang kaya tapi tetap melakukan
korupsi. Selain memiliki harta kekayaan bernilai ratusan miliar rupiah, Neneng juga
diketahui memliki ratusan bidang tanah yang tersebar di Bekasi, Purwakarta, dan
Karawang.“Itu jelas corruptionbygreed,” cetusnya.
Mangunsong juga mengambil contoh kepala daerah lain yang kaya-raya tetapi
tetap korupsi, yakni mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, dan Gubernur
nonaktif Jambi Zumi Zola.
“Harta itu ibarat air laut, makin banyak direguk justru makin membuat kita haus,”
terangnya berfilsafat.Mangunsong tidak menampik ongkos politik dalam pilkada
langsung terbilang tinggi atau highpoliticalcost.Namun, katanya, itu bukan satu-satunya
faktor pemicu kepala daerah korupsi.“Banyak faktor, tapi yang utama ya keserakahan
itu tadi,” tukasnya.
Faktor penyebab korupsi, lanjut Mangsunsong, ada dua, yakni niat dan kesempatan.
Ditanya mengapa masih banyak kepala daerah yang dicokok KPK, padahal
sebelumnya lembaga antirasywah itu juga telah banyak menangkap kepala daerah
lainnya, menurut Mangunsong, hal tersebut terkait dengan kegagalan KPK dan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menciptakan shocktherapy (terapi kejut)
dan detterenteffect (efek jera), karena tuntutan hukum dari jaksa KPK dan vonis yang
dijatuhkan hakim terhadap koruptor kebanyakan terlalu ringan.
Pada 2017, ICW mencatat total kasus korupsi yang ditangani KPK dan Kejaksaan
Agunh sebanyak 1.249 perkara dengan 1.381 terdakwa. Dari jumlah itu, pada perkara
yang ditangani KPK, sebanyak 60% divonis ringan atau 1-4 tahun, 33,33% divonis
sedang (4-10 tahun), dan 1,96% divonis berat (lebih dari 10 tahun). Sementara pada
perkara yang ditangani Kejagung, 82,40% divonis ringan, 11,20% divonis sedang,
2,46% divonis bebas, 0,41% divonis lepas, dan 2,56% di bawah pidana
minimal. (RO/OL).https://mediaindonesia.com/read/detail/191395-korupsi-kepala-
daerah-dinilai-karena-keserakahan
BAB V
PASAR BEBAS
KEGAGALAN PASAR
Paham ekonomi pasar berpendapat bahwa alokasi sumber daya akan menjadi
efisien jika mekanisme pasar berjalan. Ekonomi berada dalam keadaan pareto optimal,
yaitu kondisi saat seseorang tidak akan memperoleh laba abnormal tanpa harus
merugikan pihak lain. Namun, keadaan tersebut hanya dapat dicapai bila dipenhi syarat-
syarat tertentu. Diantaranya adalah terdapatnya pasar dengan kompetisi sempurna
(perfect competition) dan tersedianya informasi yang memadai pada level yang sama
untuk semua pembel dan penjual.
Jika keadaan pareto optimal tidak tercapai, yang akan terjadi adalah kegagalan
pasar (market failure). Ada beberapa penyebab terjadinya kegagalan pasar, di antaranya
disebabkan oleh kondisi pasar, kondisi barang, dan kondisi informasi.Penguasaan pasar
yang terlalu besar dapat mengakibatkan alokasi sumber daya nasional menjadi efisien
karena pemegang kuasa pasar dapat menentukan jumlah (kuantitas) dan harga barang
yang diproduksi untuk memperoleh laba yang paling menguntungkan. Sementara itu,
jika barang yang diproduksi adalah barang publik (publik goods) atau menimbulkan
ekstenalitas (negative externalitas, efesiensi pasar juga tidak akan dapat dicapai.
Kegagalan pasar dapat terjadi pula oleh adanya asimetri informasi.
Dalam sistem mekanisme pasar, pilihan (choises) terhadap barang atau jasa
ditentukan oleh preferensi (preference) konsumen.Preferensi dipengaruhi oleh manfaat
dan kelangkaan dari barang dan jasa tersebut.Dianggap bahwa konsumen selalu
dihadapkan pada adanya keterbatasan anggaran untuk memenuhi segala
kebutuhannya.Preferensi menimbulkan permintaan (demand).Untuk memenuhi
permintaan, muncul penawaran (supply).Dalam melakukan penawaran, produsen juga
melakukan pilihan.Pertemuan antara permintaan dan penawaran memunculkan
pertukaran (transaksi) yang terjadi dipasar.Pengikat dari pertukaran adalah harga.Sistem
mekanisme pasar ditandai dengan terbentuknya harga melalui pertemuan antara
permintaan dan penawaran.
Terbentuknya harga sangat tergantung pada tersedianya informasi tentang
manfaat dan kelangkaan, baik dari sudut pandang konsumen (sebagai pencetus
permintaan) maupun produsen (sebagai penyedia penawaran).Dalam skala yang sempit,
manfaat produk dapat melalui informasi tentang spesifikasi dan kegunaan atau hasil dari
produk tersebut.Kelangkaan dapat dilihat dari informasi tentang tersedianya produk
tersebut dipasar.
KEADILAN EKONOMI
Kritik utama terhadap sistem ekonomi pasar terkait dengan keadilan (fairress)
dalam ekonomi.Kelangkaan (scarcity) merupakan sumber konflik antara usaha
ekonomis yang bertujuan mencari laba dan keadilan bagi pihak-pihak yang terkait
dengan keberadaan usaha tersebut.Samelson dan Nondhais (dalam Bertens, 2013: 81)
mendefinistkan ekonomi sebagai studi tentang masyarakat menggunakan sumber daya
yang bermanfaat untuk memproduksi koimoditas-kemoditas yang perlu dan terusnya
disimpan pada orang-orang yang berbeda.Semantara itu, stelah keadilan dapat dirumus
dari zaman Romawi kuno.Celcus seperti dikutip Ulpianus diterbitkan keadilan sebagai
"Tribuere cuigue sm Bertens (2013 83) diterjemahkannya sebagai," memberikan kepada
setiap orang yang dia punya ".
Aspek keadilan yang erat hubungannya dengan ekonomi (termasuk bisnis)
adalah keadilan distributif.Bagi John Rawis (dalam Bertena, 2013: 99) keadilan
distributif menghitung dengan pembagian hasil yang adil atas barang-barang primer
sosial.Berikut ini vang termasuk sebagai barang-barang primer sosial.
1. Kebebasan dasar.
2. Kebebasan bergerak dan memilih profesi.
3. Kuasa dan keuntungan.
4. Pendapatan dan milik.
5. Dasar-dasar sosial dan harga diri.
KRISIS GLOBAL
Krisis ekonomi global yang dimulai dengan krisis keuangan di Amerika Serikat
tahun 2007 merupakan ujian berat terhadap eksistensi sistem ekonomi pasar.Beberapa
ahli mulai menyebutkan bahwa krisis global terjadi karena sistem ekonomi pasar telah
gagal mengatur perekonomian kea rah ekuilibrium jangka panjang yang dinamis.
Minsky (2008), yang telah mengembangkan pemikirannya sejak 1986
menyebutkan bahwa ketidakstabilan keuangan sebenarnya sudah terkandung dari dalam
dirinya sendiri (endogen) dan bukan dari luar (eksogen).Minsky, melihat penyebab
krisis dari sudut pandang pembiayaan korporasi. Priyono (2008) dengan menyitir
Aristoteles (384-322 SM) menyebutkan bahwa kekacauan ekonomi disebutkan oleh
tercerabutnya praktik ekonomi dari makna yang sebenarnya.
John Stuart Mill (1836) menyatakan bahwa “ekonomi tidak mengkaji seluruh
perilaku manusia tetapi hanya hasrat makhluk yang mengejar harta dengan menepis
hasrat lain kecuali pengejaran harta”.
Krisis global menyebut perdebatan tentang sistem ekonomi yang propasar atau
anti pasar (Simanungkalit, 2008).Perdebatan antara kedua kubu ini, pada dasarnya
bermuara pada tesis tentang siapa pembawa keadilan sebenarnya dalam tata kelola
ekonomi.Oleh karena itu, sintesis yang dihasilkan adalah dipertahankannya sistem pasar
tetapi dengan campur tangan pemerintah yang lebih besar.
Pertemuan para kepala Negara yang tergabung dalam forum G-20 di
Washington, 15 November 2008, mengonfirmasi sintesis tersebut. Dalam pertemuan ini,
juga disepakati perlunya 5 prinsip reformasi di sektor keuangan sebagai berikut:
1. Penguatan transparansi dan akuntabilitas
2. Perluasan regulasi yang sehat
3. Peningkatan integritas pasar keuangan
4. Penguatan kerja sama internasional
5. Perombakan lembaga keuangan internasional
Jika ditelisik, 5 prinsip reformasi tersebut berkaitan dengan penguatan etika dan
tata kelola perusahaan.
PERAN PEMERINTAH
Ujung dari kegiatan ekonomi adalah konsumsi. Cerminannya adalah barang dan
jasa diperlkukan untuk kebutuhan hidup sehari-hari umat manusia. Konsumsi
memunculkan permintaan dan permintaan menciptakan pasar. Permintaan menimbulkan
penawaran (demand creates supply). Alur inilah yang, pada akhirnya menggerakkan
roda perekonomian dalam sistem ekonomi pasar. Kebutuhan konsumsi masyarakat
semakin lama semakin bervariasi. Artinya jenis barang dan jasa yang diperlukan untuk
konsumsi semakin banyak ragamnya. Porsi konsumsi untuk kehidupan lebih mudah dan
bermartabat (kebutuhan sekunder) menjadi semakin besar dibanding dengan kebutuhan
pokok (primer).
Kegiatan usaha merupakan inti dari sistem ekonomi pasar. Kegiatan (bisnis) itu
dilakukan melalui sistem tukar-menukar di suatu pasar. Pertukaran dilakukan dengan
uang sebagai medianya harga akan dinyatakan dalam satuan uang. Kekuatan penawaran
dan permintaan mennetukan harga yang dibentuk di pasar. Harga yang menjelma
menjadi laba merupakan sumber penumpukan modal bagi pengusaha yang kemudian
jatuh pada pihak perorangan. Sementara itu, upah (harga tenaga kerja) merupakan
sumber penumpukan modal bagi pribadi-pribadi yang menjual tenaganya.
Kegiatan bisnis bukan berada dalam ruang vakum yang hanya terdiri atas
interaksi antar produsen dan konsumen. Bisnis hidup dalam tatanan sosial.
Di negara yang menganut sistem ekonomi pasar, interaksi antar produsen dan
konsumen merupakan inti dari kegitaan ekonomi. Interaksi ini disebut sebagai
pertukaran. Pertukaran terjadi di pasar melalui mekanisme harga. Stakeholder adalah
pihak-pihak yang berkepentingan langsung dengan kegiatan bisnis tukar-menukar
barang dan jasa. Masyarakat sebagai pihak yang memastikan bahwa alokasi sumber
daya ekonomis telah dilakukan dengan tepat, sedangkan negara merupakan pihak yang
mengatur dan mangawasi pelaksanaan sumber daya ekonomis agar sesuai dengan
keinginan masyarakat.
Laba merupakan imbalan yang disisihkan untuk usaha. Pemilik modal (pemgang
saham) menanggung risiko atas modal yang mereka tanamkan. Oleh karena itu, mereka
berhak atas laba. Teori ekonomi mirko dalam setiap analisisnya menganggap bahwa
tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba. Namun, tujuan mengejar keuntungan
(laba) maksimal banyak menimbulkan masalah etika. Selain itu, pada kenyataannya,
keputusan ekonomi tidak semata-mata didasarkan atas rasionalisme seperti syarat dalam
teori akuntansi. Ada unsur emosi di dalamnya.
Laba tidak lagi menjadi satu-satunya pengukur kinerja perusahaan sehingga laba
juga bukan ukuran yang akurat untuk sumber daya ekonomi. Berbagai riset (lihat,
misalnya yang disitir oleh Brooks & Dunn, 2012:12-18) menyebutkan bahwa
kepedulian sosial dan kepatuhan terhdapat etika tidak akan menurunkan laba, walaupun
keduanya mengandung unsur biaya (cost) dan menghilangkan kesempatan
(opportunities). Laba hanyalah motivasi untuk berusaha. Bertens (2013:177)
menganggap keuntungan (laba) sebagai berikut :
Semakin maju usaha, semakin besar modal yang diperlukan. Oleh karena itu,
modal harus dipasok oleh orang atau institusi, yang disebut dengan konsep investor,
dimana investor disebut dengan pasar modal (capital market). Dalam pasar modal,
investor menjadi pemegang saham (shareholder). Namun, investor tidak menguasai dan
mengendalikan perusahaan. Media yang digunakan sebagai bukti kepemilikan disebut
dengan saham (share atau stock). Di pasar modal, saham dapat diperdagangkan
sehingga pemiliknya dapat berubah setiap saat. Saham merupakan bentuk investasi,
penumpukan modal melalui pasar modal merupakan tulang punggung dari sistem
ekonomi pasar. Bentuk perusahaanpun menjadi perseroan terbatas (limited liability
company).
PASAR MODAL
Melalui pasar modal, dunia usaha dapat mengumpulkan untuk membiayai dan
memperluas uasahanya, dapat dikatakan pasar modal merupakan jantung dari sistem
ekonomi pasar. Indikator-indikator yang ditunjukkan oleh pasar modal, semisal Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) dijadikan sebagai pengukur kemajuan ekonomi suatu
negara.
Selain sebagai sumber pendanaan bisnis, pasar modal digunakan untuk
melakukan jual beli saham dan surat-surat berharga jangka panjang yang lain. Pada
dasarnya, jual beli saham merupakan jual beli kepemilikan atas suatu usaha
(perusahaan). Melalui pasar modal, hak kepemilikan dapat dipindah-tangankan. Namun,
dalam perkembangan selanjutnya, pasar modal digunakan untuk melakukan
perdagangan saham dengan tujuan memperoleh keuntungan modal (capital gain).
MANTRA SUKSES
Pada awal perkembangan, tujuan pribadi-pribadi memiliki modal dalam
mendirikan suatu perusahaan adalah memperoleh laba maksimal. Penggunaan laba
maksimal sebagai ukuran kesuksesan perusahaan membuat orang lupa bahwa tujuan
hidup bukan semata-mata untuk mencari kekayaan. Pencapaian laba maksimal membuat
para manajemen perusahaan terbius oleh mantra sukses pasar bebas yang mengatur
prilaku dan menjadi paradigm dalam menjalankan perusahaan.
Mantra yang pertama adalah laba per saham. Kalimat ini selalu berada dalam
pikiran seseorang begitu ia diangkat menjadi manajemen perusahaan. Manajemen selalu
berupaya menaikan laba persaham. Angka ini merupakan ukuran kesuksesan
manajemen. Mantra kedua adalah pertumbuhan. Tahun ini harus lebih baik dari tahun
sebelumnya.pertumbuhan dijabarkan dalam berbagai indikator, yaitu penjualan,
karyawan, pabrik, termasuk laba per saham. Manajemen terbelenggu oleh semboyan ini.
Pangsa pasar merupakan matra ketiga. Semakin besar pangsa pasaryang diraih,
semakin kuat penguasaanperusahaan terhadap pasar yang bersangkutan. Semakin kuat
penguasaan pasar, semakin aman kesinambungan hidup perusahaan. Mantra ke-empat
adalah ukuran. Dalam impiannya, manajemen perusahaan selalu ingin menemptakan
dirinya atau perusahaannya pada daftra teratas diantara kalangannya.
Sumber kehidupan bagi perusahaan dicatat kedalam pos akun yang disebut
dengan pendapatan. Ini adalah hasil tukar-menukar antara perusahaan sebagai produsen
dan konsumen melalui mekanisme harga di pasar dalam struktur pasar yang
dicerminkan dalam bentuk persaingan.
Pendapatan yang dikurangi dengan total beban disebut dengan laba usaha. Dari
sudut pandang perusahaan, unsur laba masih harus dikurangi dengan pajak-pajak yang
dibayarkan kepada pemerintah. Komponen pajak terbesar yang dikenakan kepada
perusahaan dalam hubungannya dengan kegiatan bisnis yang dijalankan dapat
dikelompokan menjadi pajak-pajak yang didasarkan pada poin-poin berikut.
Selain ketiga jenis pajak tersebut, perusahaan dapat dikenakan pajak, iuran,
sumbangan, retribusi, baik yang dikenakan oleh pemerintah pusat maupun daerah.
Laba bersih adalah laba dari usaha setelah dikurangi dengan pajak. Bagian laba
bersih yang dibagikan dalam bentuk dividen atau pembagian laba akan jatuh kepada
pemegang saham atau pemilik. Sebagian laba bersih dicadangkan untuk perusahaan.
Bagian ini dimaksdu untuk menjaga ketahanan dan keberlanjutan perusahaan. Bagian
laba yang ditahan dalam perusahaan dimaksud untuk meningkatkan nilai perusahaan.
ASPEK BISNIS
Bertens (2013 : 14-30) membahas tentang tiga aspek yang harus diperhatikan
dalam kegiatan bisnis, yaitu aspek ekonomi, hukum dan moral. Sistem ekonomi pasar,
menampung tiga aspek bisnis ini dalam konsep pemikirannya.
Suatu kegiatan tentu harus memenuhi aspek ekonomi karena bisnis merupakan
salah satu dari kegiatan ekonomi. Aspek ekonomi yang terpenting adalah
menguntungkan. Hal kedua yang harus diperhatikan dalam kegiatan usaha adalah
efisiensi. Aspek ekonomi yang ketiga adalah produktivitas.
Aspek kedua yang harus dipenuhi dalam kegiatan bisnis adalah aspek hukum.
Bagi kegiatan usaha, satu-satunya hal yang berkaitan dengan aspek hukum adalah
kepatuhan. Perusahaan wajib mematuhi ketentuan hukum dan peraturan yang dikenakan
terhadapnya. Untuk dapat melaksanakan kepatuhan, perusahaan harus dapat
mengidentifikasi ketentuan atau peraturan hukum yang mengikatnya.
Kegiatan usaha tidak boleh melupakan aspek moral. Aspek ini terutama
berkaitan dengan kepentingan dan hak orang lain, dengan catatan bahwa perusahaan itu
sendiri tidak dirugikan.
Banyak dari pertanyaan tersebut yang telah diakomodasikan dalam peraturan
yang dikeluarkan pemerintah. Oleh karena itu, tugas perusahaan adalah mematuhinya.
Jika pemerintah belum mengatur hal-hal yang berakaitan deengan aspek moral,
perusahaan harus menciptakan sendiri etika dan sikap nilai sebagai panutannya. Etika
dan sikap nilai ini dicanangkan sebagai budaya perusahaan dan kemudian dijabarkan
dalam kebijakan dan prosedur.
2. Dugaan penggelapan pajak IM3 diduga melakukan penggelapan pajak dengan cara
memanipulasi Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT Masa PPN) ke
kantor pajak untuk tahun buku Desember 2001 dan Desember 2002. Jika pajak masukan
lebih besar dari pajak keluaran, dapat direstitusi atau ditarik kembali. Karena itu, IM3
melakukan restitusi sebesar Rp 65,7 miliar. 750 penanam modal asing (PMA)
terindikasi tidak membayar pajak dengan cara melaporkan rugi selama lima tahun
terakhir secara berturut-turut. Dalam kasus ini terungkap bahwa pihak manajemen
berkonspirasi dengan para pejabat tinggi negara dan otoritas terkait dalam melakukan
penipuan akuntansi. Manajemen juga melakukan konspirasi dengan auditor dari kantor
akuntan publik dalam melakukan manipulasi laba yang menguntungkan dirinya dan
korporasi, sehingga merugikan banyak pihak dan pemerintah. Kemungkinan telah
terjadi mekanisme penyuapan (bribery) dalam kasus tersebut. Pihak pemerintah dan
DPR perlu segera membentuk tim auditor independen yang kompeten dan kredibel
untuk melakukan audit investigatif atau audit forensik untuk membedah laporan
keuangan dari 750 PMA yang tidak membayar pajak. Korporasi multinasional yang
secara sengaja terbukti tidak memenuhi kewajiban ekonomi, hukum, dan sosialnya bisa
dicabut izin operasinya dan dilarang beroperasi di negara berkembang.
PERSPEKTIF EKONOMI
Awal dari teori keagenan dikembangkan dalam ilmu ekonomi, seperti Kenneth
Arrow pada 1971 dalam “Essays in the theory of risk biring” dan Robert Wilson pada
1968 dalam “On the theory of syndicates”. Literatur ini menjelaskan tentang masalah
pembagian resiko yang muncul jika pihak-pihak yang melakukan kerja sama
mempunyai sikap yang berbeda terhadapnya. Teori keagenan memperluas perspektif
pembagian resiko ke dalam masalah keagenan, yaitu jika pihak-pihak yang bekerja
sama mempyunai tujuan yang berbeda dan terdapat pembagian kerja ( Divisoin of labor
) di antara mereka.
Titik berat teori keagenan adalah menentukan kontrak yang paling optimal guna
mengatur hubungan antara prinsipiel dan agen.lebih spesifik lagi,teori itu mencoba
untuk memecahkan masalah prinsipiel-agen melalui penyusunan kontrak. Berikut ini
berbagai proposisi yang dihasilkan dari pengembangan teori ini (Einsenhardt 1989:60-
63) :
a. Pada kontrak yang didasarkan atas hasil (outcome based contract ),agen
cenderung berperilaku sesuai dengan kepentingan prinsipiel.
b. Jika peinsipiel memiliki informasi guna mengawasi perilaku agen,agen
cenderung untuk berperilaku sesuai dengan kepentingan prinsipiel.
c. System informasi (information system) berkorelasi positif terhadap kontrak
berdasarkan perilaku.
d. Ketidakpastian mengenai hasil (outcome uncertaintly) berkorelasi secara positif
terhadap kontrak berdasarkan perilaku.
e. Keengganan agen dalam menanggung resiko (risk aversion) berkorelasi secara
positif terhadap kontrak berdasarkan perilaku.
f. Keengganan prinsipiel dalam menanggung resiko (risk aversion) berkorelasi
secara negatif terhadap kontrak berdasarkan perilaku.
g. Perbedaan kepentingan antara prinsipiel dan agen berkorelasi secara negatif
terhadap kontrak berdasarkan prilaku.
h. Tugas yang diprogramkan (task programality) berkorelasi secara positif
terhadap kontrak berdasarkan perilaku.
i. Dapat diukurnya hasil (outcome measurability) berkorelasi secara negatif
terhadap kontrak berdasarkan prilaku.
j. Jangka waktu keagenan (length of agency) berkorelasi secara positif terhadap
kontrak berdasarkan perilaku.
Teori keagenan bermuara pada penyusunan kontrak antara pihak-pihak yang
bekerjasama.kontrak sebagai bagian dari kesepakatan yang mengikat,paling tidak
harus mencantumkan insentif,yang dijanjikan dan system monitoring yang
disepakati.
MORAL HAZARD
Dua masalah yang ditimbulkan oleh hubungan keagenan adalah moral hazard
dan adverse selection. Istilah moral hazard berasal dari ilmu ekonomi yang
mempelajari ekonomi informasi.Dengan merujuk pada Kreps (1990:577),moral hazard
didefinisikan sebagai tindakan oleh salah satu pihak (agen) dalam suatu transaksi yang
memengaruhi penilaian pihak lain (prinsipiel) terhadap transaksi tersebut, tetapi pihak
kedua (pronsipiel) tidak dapat mengawasi/memaksa sempurna tindakan
dimaksud.Motif utama tindakan itu adalah memaksimalkan manfaat bagi pihak yang
bersangkutan. Moral hazard dapat terjadi sebelumdilakukan suatu transaksi (kontrak)
atau setelahnya.
Untuk mencegah terjadinya moral hazard,struktur kontrak perlu dirancang
sedemikian baik sehingga masing-masing pihak akan bertindak sesuai dengan
keinginan pihak yang lain. Titik berat perancangan adalah penyusunan system insentif
dan penyediaan monitoring terhadap masing-masing pihak.Moral hazard dilandasi atas
premis bahwa,demi kepentingan (keuntungan),pribadi,seseorang,dalam menjalankan
suatu kontrak, akan berusaha untuk mengoptimalkan usahanya (effort) sesuai dengan
batasan (constraints) yang dihadapi.
ADVERSE SELECTION
Adverse Selection diterjemahkan dengan salah pilih.Kreps (1990: 557)
menjelaskan bahwa adverse selection terjadi jika salah satu pihak (agen) dalam suatu
transaksi mengetahui informasi yang relevan tentang transaksi tersebut.Sementara pihak
kedua ( principiel ) tidak mengetahuinya terjadi asimetri informasi ) sehingga salah satu
pihak (atau keduanya) dapat melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan
,dalam arti tidak sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Apabila asimetri dilakukan dinformasi disebabkan karena salah satu pihak
menyembunyikannya,masalah ini juga bersangkutan dengan moral hazard.Contoh
klasik yang digunakan adalah transaksi jual-beli mobil bekas,yang diperkenalkan oleh
Akerlof (1970).
PERSPEKTIF BISNIS
Jensen & Meckling ( 1976 ) dalam Saphiro (2005 : 266) menyatakan bahwa
secara sederhana,perusahaan adalah sebuah fiksi hukum yang merupakan “nexus of
contract” diantara para individu.Dalam pandangan ini hubungan keagenan adalah
kontrak.Insentif,alat monitoring ,dan bentuk-bentuk pengendalian sosial lain yang
digunakan untuk meminimalkan biaya keagenan adalah elemen dari kontrak.
Kontrak melibatkan hampir smeua proses bisnis.Pengadaan dan jasa,pemrosesan
bahan baku menjadi barang jadi ,pemasaran dan penjualan produk ,semuanya berkaitan
dengan hubungan keagenan.Adanya prinsipiel dan agen,adanya perbedaan kepentingan
,adanya motif kepentingan ,adanya motif kepentingan pribadi ( self interest) ,adanya
kondisi asimetri informasi dan adanya perbedaan sikap terhadap risiko,semuanya
merupakan karekteristik yang melekat dalam sebuah transaksi.
Kegiatan perusahaan diatur oleh regulasi.Hampir tidak ada kegiatan bisnis tanpa
pengaturan oleh regulasi.Interaksi antara perusahaan dan pemerintah dalam
melaksanakan regulasi merupakan hubungan keagenan.Perusahaan bertindak sebagai
agen sedangkan pemerintah bertindak sebagai prinsipiel.
Hubungan keagenan merupakan acuan bagi hampir semua aspek dalam bisnis.
Struktur organisasi yang akan dibentuk,perilaku organisasi yang diinginkan ,gaya ( style
) manajemen yang akan diterapkan ,tata kelolah perusahaan yang digunakan dan strategi
yang dianut dalam aspek-aspek yang menggunakan hubungan keagenan sebagai
acuan.Keputusan- keputusan bisnis yang bersifat ekonomis menggunakan teori
keagenan sebagai acuan dalam penilaian alternatif.
PERSPEKTIF ORGANISASI
Dalam teori organisasi, kerangka pemikiran ini digunakan untuk menentukan
struktur organisasi yang dipilih, apakah berdasasrkan divisi atau matriks.Teori keagenan
lebih menitikberatkan pada struktur optimal dari hubungan pengendalian (controlling
relationship) yang berasal dari pada pelaporan dan pengambilan keputusan akibat
struktur tersebut.Misalnya, apakah para manajer dalam struktur yang dipilih perlu diberi
kompensasi dalam bentuk inisiatif kinerja.
Teori keagenan juga mempunyai kesamaan dengan teori organisasi dalam
kaitannya dengan biaya transaksi atau seringvjuga disebut dengan biaya keagenan
(agency cost). Kedua teori tersebut mempunyai asumsi yang sama tentang adanya
kepentingan pribadi (self interest) dan rasionalitas. Biaya transaksi mempunyai variabel-
variabel tidak bebas (dependent variables), yaitu hierarki yang hampir sama dengan
kontrak berdasasarkan perilaku dan pasar yang berhubungan dengan kontrak
berdasarkan hasil..dalam teori organisasi, titik berat biaya transaksi diletakkan pada
batas-batas organisasi (organizational boundaries), sementara teori keagenan berfokus
pada kontrak antara pihak-pihak yang bekerja sama.
Teori keagenan mempunyai dua sumbangan utama dalam pemikira organisasi.
Pertama tentang perlakuan terhadap informasi, sehubungan dengan kebutuhan untuk
melakukan monitoring. dan sumbangan kedua berkaitan dengan implikasi risiko.
Organisasi selalu diasumsikan menghadapi masa depan yang tidak pasti.
PERSPEKTIF MANAJEMEN
Pada awal 1990-an, paradigma teori keagenan mulai diterapkan ke dalam ranah
manajemenb(Shapiro, 2005). Paling tidak, ada tiga bidang dalam menajemen yang
memanfaatkan proposisi- proposisi teori keagenan.Berikut ini ketiga bidang tersebut.
1. Kebijakan kompensasi (compensation policies).
2. Tata kelola perusahaan (corporate governance)
3. Biaya keagenan (agency cost).
Ketiga bidang ini banyak menerapkan konsep-konsep yang terkandung dalam
teori keagenan.Pilihan untuk menerapkan sistem kompensasi berdasarkan perilaku dan
hierarki atau berdasarkan hasil merupakan penerapan dari teori keagenan.Pilihan ini
terutama berkaitan dengan sistem insentif dalam hubungan kerja.Tidak saja hubungan
kerja antara karyawan dan manajemer. (direksi), tetapi juga antara manajemen dan
pemilik. Kebijakan kompensasi atau sistem insentit Juga dapat diterapkan kepada
distributor independen pada waktu menjual. Sistem kompensasi yang tepat akan
mengurangi terjadinya benturan kepentingan yang terjadi antara prinsipiel dan agen.
Teori keagenan juga memperoleh perhatian dalam perancangan tata kelola
perusahaan.Terpisah pemegang saham (secara umum disebut investor) dengan
manajemen, membuat investor tidak dapat mengetahui perkembangan perusahaan dari
hari ke hari.Manajemen yang mengetahui nal itu. Informasi tentang perkembangan
perusahaan hanya mereka peroleh: secara periodik dari manajemen dalam bentuk
laporan keuangan (financial statements) dan laporan bulanan (annual reports). Keadaan
ini menimbulkan terjadinya asimetri informasi (information assymetry).Kondisi asimetri
informasi dan dorongan kepentingan pribadi (self interest) dapat Dimanfaatkan oleh
manajemen untuk melakukan moral hazard dengan memberikan laporan yang paling
menguntungkan bagi dirinya sendiri.
Pemegang saham menggunakan informasi itu sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan investasinya.Akibatnya, pemegang saham dapat melakukan cajah pilih
(adverse selection) dalam keputusan tersebut.Brooks and Dunn (2012: 360-362)
menyatakan bahwa teori keagenan mencoba untuk menjelaskan tentang perilaku
organisasi (organizational behaviour).Secara khusus tcori ini berhubungan dengan
struktur tata kelola perusahaan (corporate governance).Teori keagenan didasarkan atas
premis adanya benturan kepentingan (conflict of interest) yang melekat antara pemilik
dan manajemen perusahaan.Masing-niasing piliak berusaha untuk memaksimalkan
utilitas (utility) pribadinya.Pemegang saham berkepentingan terhadap imbalan atas
investasinya (return on investment), sementara manajemen tertarik pada kompensasi
(compensation) yang mereka terima.Sistem dua dewan (two board system), dalam
pengelolaan perusahaan merupakan penerapan teori keagenan dimana dewan komisaris
merupakan perangkat dari pemegang saham (sebagai prinsipiel) untuk memonitor
pekerjaan direksi (agen).Dengan adanya dewan komisaris, peluang direksi untuk
melakukan tindakan yang hanya mementingkan dirinya sendiri dapat dikurangi.
Sistem tata kelola perusahaan yang diterapkan oleh regulasi, misalnya,
keharusan adanya komite audit, komite pemantau risiko, dan komite reinunerasi yang
independen terhadap direksi, pada hakikatnya merupakan upaya untuk menciptakan
sistem monitoring dalam hubungan prinsipiel dan agen. Pembatasan dalam metode
pemberian kompensasi dan remunerasi kepada dewan komisaris dan direksi merupakan
salah satu upaya untuk menciptakan sistem insentif yang tepat. Sistem tata kelola
perusahaan yang baik juga akan mengurangi level benturan kepentingan antara
prinsipiel dan agen. Keharusan bagi direksi (manajemen) untuk merancang dan
mengimplementasikan sistem pengendalian internal yang baik merupakan upaya untuk
menciptakan alat pengendalianbagi karyawan-karyawan yang berada di bawah level
manajeman agar mereka bertindak sesuai dengan tujuan perusahaan. Penerapan
manajemen risiko memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasikan, memilah, dan
memilih risiko-risiko yang dihadapi dan dapat diterima. Proses ini akan mengurangi
terjadinya benturan kepentingan yang terjadi di dalam perusahaan. Biaya keagenan
(agecy cost) dapat berasal dari berbagai sumber dan dapat mengambil berbagai bentuk.
Biaya untuk rekrutmen, salah pilih (udverse selection), pemberian insentif, moral
hazard, kelalaian (shirking), pencurian, korupsi, monitoring, dan biaya-biaya yang harus
dipikul untuk tindakan koreksi adalah contoh-contoh dari biaya keagenan.Struktur dan
sistem pengendalian Menetral suatu organisasi juga mengakibatkan naiknya biaya
keagenan. Sistem saling periksa (checkna balances), ketentuan pelaporan, rotasi
pegawai, pemisahan tugas, tahapan supervisi, dan lain sebagainya merupakan penyebab
kenaikan biaya keagenan.
Pertanyaannya kemudian adalah bagaimana mengefisiensikan biaya
tersebut?Berapa investasi yang dapat ditolerir oleh prinsipiel untuk biaya keagenan
ini?Untuk jenis hubungan keagenan yang mana yang biayanya paling
tinggi?Pertanyaan-pertanyaan itu merupakan subjek penelaahan dalam penerapan teori
keagenan dalam manajemen.Unsur teori keagenan yang perlu dipertimbangkan Efika
dalam Bisnis & Profesi Akunton dan Tata Kelola adalah sistem insentif dan monitoring
yang perlu diterapkan.Biaya keagenan dalam konteks ini masih dilihat dari sudut
perusahaan sebagai penanggung beban biaya tersebut.Biaya keagenan yang paling
berdampak luas adalah apabila biaya tersebut harus ditanggung oleh masyarakat secara
luas atau perekonomian secara nasional.Seperti telah dikemukakan, hampir semua
kegiatan perusahaan berkaitan dengan hubungan keagenan.
PERSPEKTIF KONTRAK
Teori keagenan didasarkan atas paradigma adanya benturan kepentingan antara
agen dan prinsipiel.Dua pihak ini adalah pihak-pihak yang terlibat dan mempunyai
kepentingan dalam sebuah transaksi.Selain itu, teori keagenan menganggap adanya sifat
oportunistis dari agen.Asimetri informasi merupakan kondisi yang dihadapi oleh teori
ini. Soal keagenan dipecahkan dengan kontrak yang di dalamnya memuai solusi
masalah keagenan, yaitu sistem insentif dan monitoring. Perlu dicatat bahwa setiap
pemecahan masalah hubungan keagenan memerlukan biaya keagenan.Dalam kaitannya
dengan hubungan prinsipiel dan agen, kontrak adalah kunci untuk mengatur dan
mengikat pihak-pihak yang terlibat, masing-masing dengan hak dan kepentingan sendiri
terhadap objek yang ditransaksikan.Berikut ini syarat kontrak yang baik.
1. Sesuai dengan karakteristik risiko agen dan prinsipiel.
2. Dapat mengatasi masalah benturan kepentingan.
3. Mengurangi kondisi asimetri informasi.
4. Mencegah sifat oportunisme.
5. Menyediakan/tidak menyediakan sistem insentif yang tepat.
6. Menyediakan sistem monitoring yang memadai.
7. Mengakomodasikan pembagian risiko yang adil bagi pihak yang mempunyai
karakter risiko berbeda.
8. Melibatkan biaya keagenan (agency cost) yang minimal (efisien) Kontrak dalam
hal ini harus diartikan secara luas.
PERSPEKTIF REGULASI
Regulasi dalam konteks teori keagenan mencakup ketentuan tentang hubungan
para pihak dalam masyarakat yang perlu diatur melalui aturan hukum (undang-undang
dan peraturan-peraturan di bawahnya).Hubungan para pihak yang dimaksudkan di sini
terutama yang berkaitan dengan perusahaan dan masalah bisnis. Contoh dari regulasi
adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal yang mengatur
hubungan antara perusahaan yang mengeluarkan surat- surat berharga (emiten) dan
investor. Contoh lain adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang syarat-syarat
keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang perlindungan persaingan usaha, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Regulasi dalam pembahasan buku ini tidak meliputi undang- undang (hukum)
perdata yang melindungi pelaksanaan suatu kontrak atau perjanjian.Pertanyaannya
adalah bagaimana hubungan antara perusahaan dan pihak otoritas yang diatur dengan
regulasi? Apakah teori keagenan juga berlaku untuk hubungan tersebut? Sebelumnya,
perlu dicatat bahwa regulasi dikeluarkan untuk mengatur hubungan dalam masyarakat,
termasuk hubungan ekonomi, agar hak dan kepentingan masing-masing pihak dapat
dilindungi secara adil dan proporsional.Regulasi dikeluarkan jika hubungan tersebut
tidak seimbang, dalam arti ada yang lemah dan yang kuat.Regulasi dimaksudkan untuk
melindungi hak dan kepentingan yang lemah sehingga kedudukan masing-inasing pihak
dapat diseimbangkan.Regulasi tidak mengharuskan adanya transaksi.Ia berlaku hanya
jika transaksi atau perbuatan yang diatur betul-betul terlaksana.
Dalam kaitannya dengan teori keagenan, regulasi adalah kontrak antara
pemerintah (negara) yang mewakili rakyat sebagai prinsipiel dan perusahaan sebagai
agen. Asas yang dianut daiam penyusunan regulasi, pada dasarnya, hampir sama dengan
kontrak. Suatu regulasi diharapkan dapat mengatasi benturan kepentingan antara pihak
yang dalam hal ini terdiri atas tiga pihak, yaitu perusahaan sebagai agen dengan
masyarakat (kelompok masyarakat tertentu) dan pemerintah sebagai prinsipiel.Regulasi
bertujuan untuk melindungi pihak yang lemah sehingga benturan kepentingan tersebut
harus diatur agar mengarah pada keseimbangan antara hak dan kewajiban masing-
masing pihak.Regulasi mengatur larangan dan sanksi untuk suatu perilaku atau
perbuatan yang dalam hal ini dapat disamakan dengan sistem insentif apabila dipandang
dari sudut negatifnya. Regulasi Juga mengatur tentang apa yang wajib dan apa yang
boleh dilakukan beserta syarat-syarat, cara, lembaga pemerintah atau swasta yang
berhak mengawasinya. Ketentuan ini, pada hakikatnya, bicara tentang sistem
monitoring yang berguna untuk mengurangi kondisi asimetri informasi.Regulasi dapat
mengharuskan dibukanya informasi oleh manajemen sebagai agen.
PERSPEKTIF ETIKA
Bagi perusahaan bagian keagenan pada umumnya bersifat hubungan ekonomi
dan dapat melibatkan banyak pihak.Hubungan antara perusahaan dan para stakeholder,
pada dasarnya merupakan hubungan keagenan.Hubungan itu diatur atau diikat dengan
kontrak.Dalam kaitan Bagi ini, perusahaan dihadapkan pada dua kutub pandangan yang
harus dijadikan acuan dalam menjalankan bisnis.Kedua kutub pandangan itu adalah
hubungan keagenan yang didasari atas teori keagenan dan hubungan etis berlandaskan
pada filosofi yang mendukungnya.
Etika mengatur perusahaan dalam hubungan sosial dengan masyarakat.Etika
berhubungan dengan perilaku dan perbuatan yang seharusnya diterapkan dan dilakukan
seseorang atau organisasi dalam kehidupan bermasyarakat.Perilaku atau perbuatan yang
dimaksud tentulah perilaku atau perbuatan yang mendatangkan manfaat bagi orang lain,
yang memperhatikan hak orang lain, yang mendatangkan keadilan bagi sesama dan
yang didasarkan atas nilai-nilai keutamaan.Intinya perilaku dan perbuatan yang baik dan
mementingkan kepentingan publik (public interest).
Teori keagenan memperhatikan perilaku baik individu maupun organisasi dalam
analisisnya tentang hubungan antarpihak yang terlibat. Dasarnya adalah kepentingan
pribadi (self interest) yang berbenturan dengan kepentingan orang lain (conflict of
interest). Teori keagenan juga berhubungan dengan keengganan menanggung risiko
(risk aversion) masing-masing pihak dan kondisi asimetri informasi.Asumsi yang
digunakan dalam teori keagenan adalah bahwa agen bersikap oportunistis.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah ada dikotonmi (dua hal yang
terpisah satu sama lain) antara teori keagenan dan filosofi etika? Pertanyaan ini sulit
dijawab, sebab berkaitan dengan sifat dasar manusia. Secara normatif, berdasarkan
nalar, pertanyaan itu akan dijawab dengan kata "tidak". Namun, kalau mau jujur,
jawaban yang mencerminkan kenyataan sehari-hari adalah "mungkin".Kata "mungkin"
lebih lunak daripada "ya".Upaya yang harus dilakukan adalah mendekatkan kata
"mungkin" itu ke kata "ya".Artinya, mengusahakan agar sebanyak mungkin terjadi
keselarasan (compatibility) antara keputusan ekonomis dan keputusan etis, antara
kepentingan pribadi dan kepentingan publik.
Penyusunan kontrak yang jelas, tegas, komprehensif, adil, dan proporsional
adalah contoh untuk menyelaraskan kedua pandangan tersebut.Demikian juga dengan
sistem informasi dan sistem monitoring yang memadai. Selarasnya keputusan ekonomi
dengan keputusan etis adalah contoh lain untuk menghilangkan dikotomi yang ada.
Bukan sesuatu yang mudah karena dasar pemikiran yang berbeda antara hubungan
keagenan dan etika.Etika didasarkan atas kepercayaan (trust) yang mengarah pada
hubungan fidusia. Hubungan keagenan mengharuskan adanya sikap skeptis (sceptism)
terhadap pihak lain.
TEORI KEPENGURUSAN
Brooks and dunn (2012:362-363) menjelaskan teori lain dalam pengelolaan
perusahaan. Teori yang di sebut dengan teori kepengurusan (stewardship theory) ini
tidak mengasumsikan adanya benturan kepentingan (comflict of interst) antara
prinsipiel, yang dalam teori ini di sebut investor dan agen yang di sebut pengurus.terjadi
kongruensi antara tujuan individu dan tujuan organisasi. Menurut teori yang di
kembangkan oleh james H davis, F. David Schoorman, dan lee donaldsun dalam
artikelnya ítoward stewardship theory in management” 1997 ini menggap bahwa
pengurus tidak harus berprilaku mementingkan diri sendiri.
Prilaku agen yang di asumsikan dalam teori ini adalah keinginan untuk
berkontribusi, memilih sesuatu yang benar, gemar berinovasi, keinginan untuk bekerja
dengan baik dan tertarik untuk kehidupan yang seimbang. Terjadi kesejajaran antara
kepentingan pengurus sebagaiagen dan investor sebagai prinsipel. Filososfi manajemen
yang di anut berorientasi pada keterlibatan dan bukannya pengendalian.Selain itu
imbalan yang diinginkan agen lebih bersifat intrinsikdaripada ekstrinsik.
Teori kepengurusan tampaknya,mensyaratkan bahwa para agen adalah manusia-
manusia yang menurut MC Grefor (fahmi,2013:183) termasuk dalam tipe y. Dalam
bukunya ia mengategorikan manusia dalam 2 tipe yaitu X dan Y. Manusia tipe X adalah
mereka yang tidak memiliki motivasi, semangat kerjakeras, kedisiplinan, kreativitas,
kepemimpinan. Dan lain sebagainya. Sementara itu, manusia tipe Y adalah yang
memiliki sifat-sifat yang berkebalikan dengan manusia tipe X. Karena tidak semua
karyawan adalah manusia tipe Y, pertanyaannya bisakah manusia yang termasuk dalam
tipe X di ubah menjadi tipe Y. jawabanya bias dengan syarat yang bersangkutan
memiliki semangat dan keinginan yang kuat untuk melakukannya. Perusahaan dapat
menyusun program-program yang tepat guna proses perubahan tersebut.
Secara normative teori kepengurusan sangat bagus, namun, prilaku yang
dikemukakan adalah prilaku ideal yang di harapkan (das sollen).prilaku-prilaku itu
berbeda dengan sifat dasar manusia yang di asumsikan dalam teori keagenan,yaitu egois
dan oportunitis.untuk kelompok budaya tertentu prilaku tersebut barang kali sudah
mendarah daging sejak kecil dan telah terbangun sejak lama.model life time
employment misalnya, merupakan contoh yang baik untuk penerapan teori ini.
Namun model ini harus di dukung oleh sikap masyarakat yang berpandangan
bahwa pinadah-pindah pekerjaan adalah suatu celah dan model ini juga harus di dukung
oleh sikap pemilik yang secara sadar berusaha untuk melindungi semua karyawan
(termasuk managemen) dan memperhatikan kesejahteraan mereka.
CONTOH KASUS
Contoh kasus dalam adverse selection,seorang pembeli berniat untuk membeli
mobil bekas dari sekelompok mobil yang (tercampur) sebagian bagus (peach) dan
sebagian lain jelek (lemon).komposisi mobil bekas yang masih dalam posisi baik
adalah 1/3.Sementara ,sisanya 2/3 adalah mobil bekas kondisi jelek.Mobil bekas
dalam posisi bagus,jika diketahui memang bagus,harganya sebesar $ 3.000 bagi
pembeli dan $ 2.000 bagi penjual.Mobil bekas yang jelek berharga $ 2.000 bagi
pembeli dan $ 1.000 bagi penjual.Jika pembeli dan penjual keduanya dapat
mengetahui dan meneliti mana mobil yang bagus dan mana yang jelek,harga mobil
bagus akas terjual dengan harga $ 3.000 dan yang jelek akan terjual dengan$ 2.000
maka terjadilah ekuilibrum dalam pasar.
Masalah juga tidak akan timbul jika keduanya tidak mengetahui yang mana
mobil bagus dan jelek.Dalam hal ini,penjual bertindak sebagai makelar.Penjual
berpikir harga pokok rata-rata mobil ini adalah (1/3 $ 2.500 ) + ( 2/3 $ 1.000) = $
2.333,33.Sementara itu,pembeli menaksir harga rata-rata per mobil adalah (1/3
$3.000 ) + ( 2/3 $ 2.000) = $ 2.333,33 .
Apabila penawaran (supply) mobil bersifat tidak elastis dan permintaan (
demand) mobil elastis sempurna.Harga yang terjadi adalah $ 2.333,33.Pasar
mengalami ekuilibrum dn semua mobil dapat dijual.Kenyataannya,penjual pasti lebih
mengetahui kondisi mobil yang ia jual diibandingkan dengan pembeli.Jika harga
mobil diatas $ 1.000 ,semua mobil jelek akan ditawarkan.
Jika harganya diatas $2.500 mobil yang bagus akan dimunculkan di pasar oleh
penjual.Namun ,pembeli tidak akan akan mau mengambilnya karena anggapan adanya
kemungkinan diperoleh mobil jelek.pada harga diatas $ 1.000 dan dibawah $ 2.500
,pemebli yang rasional akan menganggap bahwa mobil yang ditawarkan adalah yang
jelek.oleh karena itu,pembeli hanya akan mau membeli dengan harga $ 2.000 .
Tidak akan ada yang mau membeli jika mobil yang ditawarkan dengan harga
diatas $ 2.000 .Dengan harga diatas $ 2.333,33 ,tidak ada permintaan sama sekali
(untuk membeli mobil jelek ). Masalah adverse selection dalam kasus ini adalah
pembeli tidak akan pernah memperoleh mobil bekas yang bagus ,walaupun keinginan
yang sebenarnya yang sebenarnya adalah mobil jenis itu dan ia bersedia membayar
dengan harga yang wajar untuk itu ( $ 3.000).
Pasar tidak menyediakan mobil bagus karena adanya asimetri informasi antara
pembeli dan penjual mobil bekas.Sementara itu ,penjual tidak dapat memasarkan
mobil yang baik, walaupun ada permintaan untuk itu.Inti dari cerita diatas bahwa tidak
ada informasi,tidak ada pasar.Dalam keadaan ini,pasar hanya dipenuhi oleh produk-
produkyang kurang baik.Semuanya disebabkan oleh adanya benturan kepentingan dan
asimetri informasi diantara pembeli dan penjual.
Salah satu cara untuk mengatasi masalah adverse selection adalah dengan
pemberian sinyal kepada pasar ( market signaling).Dalam contoh diatas pemberian
sinyal dapat dilakukan dengan memperbolehkan dilakukannya pengujian atas kualitas
mobil bekas oleh ahli mekanik yang bersifat independen.Namun,jika demikian untuk
memperoleh informasi tentang kualits mobilakan diperukan biaya.Cara lain yang bisa
dilakukan oleh penjual adalah dengan memberikan jaminan bahwa mobil dapat
dikembalikan jika ternyata kualitasnya berbeda dengan apa yang ia katakan (janjikan).
Inti dari pemberian sinyal seperti halnya dengan moral hazard adalah pemberian
insentif dan pengendalian atau monitoring.
Masalah adverse selection banyak dihadapi oleh perusahaan inti dari masalah
ini adalah pengambikan keputusan yang salah kerena tidak diketahuinya informasi
yang cukup dan relevan tentang objek yang bersangkutan.Dalam sebuah transaksi
masalah adverse selection dapat dialami oleh banyak pihak