Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

KONSEP DASAR ETIKA PROFESI


DAN TATA KELOLA MANAJEMEN
BY: PEGI MAURIS
DOSEN PENGAMPU : ANNISA PUTRI, S.E., M.AK
PENGERTIAN ETIKA
Menurut Asshiddiqie (2014: 42)
Menyatakan bahwa secara umum, etika atau ethics merupakan salah satu cabang
filsafat yang memperbincangkan tentang perilaku benar (right) dan baik (good).
Etika tidak hanya berkaitan dengan masalah benar atau salah seperti yang dianut oleh
filsafat hukum. Tujuannya adalah kehidupan yang lebih baik.
Etika berkaitan dengan "doing the right things", tidak sekadar "doing things right". Konsep doing
the rights things memperhatikan adanya tanggung jawab sosial dalam setiap tindakannya. Artinya, ada hak
dan kepentingan pihak lain yang harus diperhitungkan saat memutuskan untuk melakukan suatu tindakan.
Pihak lain tersebut dapat terdiri atas individu lain, masyarakat (baik dalam skala kecil maupun luas), atau
lingkungan.
Etika berhubungan dengan perilaku (behaviour) dan perbuatan yang seharusnya diterapkan
seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Perilaku adalah budi, sementara perbuatan. Jadi, etika pada
dasarnya berkaitan dengan budi pekerti. Berbagai kegiatan mewarnai seseorang dalam kehidupan
bermasyarakat, di antaranya adalah kegiatan sosial, ekonomi, usaha (bisnis), keagamaan, mencari nafkah
dengan bekerja, dan lain sebagainya. Kegiatan-kegiatan bermasyarakat inilah yang mendorong munculnya
konsep tanggung jawab sosial dalam berperilaku dan berbuat.
Pengetahuan dan emosi seseorang tentang perilaku "benar-salah" dan "baik-buruk" diperoleh
melalui pengalaman, pembelajaran, dan pendidikan. Perilaku etis tidak muncul karena keturunan atau terjadi
sejak dilahirkan. Etika dijabarkan dalam norma (norm), prinsip moral (moral principles), nilai (value) yang
diyakini sebagai kebenaran dan dijadikan pedoman oleh seseorang dalam berperilaku dan melalaikan
perbuatan.
Tindakan untuk melakukan perbuatan etis berasal dari diri sendiri seseorang dan didorong suara hati
nuraninya (deep soul). Namun, masyarakat atas organisasi yang membawahi orang tersebut dapat memakasa atau
memengaruhi tindakan atau perilaku etis seseorang. Mereka berkewajiban untuk memastikan bahwa tindakan
seseorang tidak akan merugikan orang lain atau masyarakat. Hak untuk memaksa diberikan kepada masyarakat atau
organisasi ketika yang bersangkutan mengajukan diri dan diterima sebagai anggota.

Etika berkaitan dengan hubungan pihak luar untuk mengejawantahkan adanya tanggung jawab sosial. Etika
tidak mencakup ranah pribadi seseorang. Dalam hal ini, kebebasan berada mutlak di tangan pribadi tersebut.

NORMA, PRINSIP MORAL, DAN NILAI.

Ada yang membedakan antara etika dan norma, prinsip moral, atau nilal. Norma, prinsip moral, dan nilal
adalah sesuatu yang diyakini sebagai suatu kebenaran, kebaikan, dan kemuliaan dalam berperi-kehidupan. Kaidah-
kaidah dalam agama umumnya memuat tentang norma-norma tersebut. Pada akhirnya, norma. prinsip moral, dan
nilal tersebut dijabarkan dalam bentuk kode etik.
Asshiddiqle (2014: 43) mengklasifikasikan filsafat etika ke dalam 4 (empat) cabang etika berikut:
1.Erika deskriptif (Descriptive ethics).
Etika deskriptif berkenaan dengan perilaku benar dan baik sebagaimana yang dipikirkan orang
Etika deskriptif mencakup berbagai kajian filsafat dan teori, misalnya ekonomi, politik, dan hukum.
2.Etika normatif (Normative ethics).
Etika normatif atau etika preskripsi (prescriptive ethics) merupakan perilaku yang dinilai sudah
seharusnya demikian. Etika normatif berhubungan dengan kepercayaan atau keyakinan. Ajaran agama adalah salah
satu contohnya.
3. Etika terapan (Applied ethics).
Etika terapan berkenaan dengan pengetahuan
tentang moral dan bagaimana perwujudannya dalam praktik.
Etika dalam bisnis dan profesi adalah salah satu dari
perwujudan etika terapan.
4. Etika meta (Meta ethics).
Etika meta atau epistomologi moral berkaitan
dengan hakikat pernyataan-pernyataan moral, terutama
mengenai konsep konsep dan teori-teori etika yang terkait.
Etika meta menjelaskan hakikat pernyataan moral, terutama
tentang konsep dan teorinya.

SUMBER ETIKA

Individu adalah pelaku akhir dari norma, prinsip moral, atau nilai
yang secara keseluruhan disebut dengan etika. Tindakan etis
dipengaruhi oleh pengertian dan emosi para pelakunya.
Karena adanya proses pembelajaran, tindakan etis juga
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Pembelajaran tersebut Gambar 1.1 Interaksi Individu dengan Pihak Lain dan
bermula dari keluarga, kelompok agama yang dianut, Sumber Pengetahuan serta Kendala dalam Berperilaku
Etis.
organisasi tempat ia bernaung, masyarakat sekitar, bahkan oleh negara. Hubungan yang terjadi adalah saling memengaruhi di antara
mereka. Gambar 1.1 menunjukkan interaksi antara Individu dan pihak-pihak lain dalam kaitannya dengan penerapan etika. Selain
interaksi berbagai pihak, Gambar 1.1 juga menunjukkan ajaran-ajaran yang dapat digunakan sebagai rujukan bagi seseorang dalam
berperilaku. Keserakahan dan ketakutan merupakan kendala yang berasal dari dalam diri seseorang saat menerapkan etika. Kesempatan
dan konsekuensi adalah kendala yang berasal dari luar individu .
Keluarga merupakan sumber utama dan pertama dalam pembelajaran etika. Perilaku seseorang dalam penerapan etika
tergantung pada pengalaman dan pembelajaran yang diberikan oleh keluarganya sejak seseorang dilahirkan Masyarakat merupakan
pihak kedua sebagai sumber pengetahuan etika. Masyarakat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelompok kecil dimana seseorang dan
keluarganya menjadi anggota dan masyarakat secara luas. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut berpengaruh terhadap
perkembangan perilaku seseorang
Organisasi tempat seseorang berkecimpung dan mengembangkan karler merupakan sumber ketiganya untuk mengenal dan
menerapkan etika. Perusahaan tempat ia bekerja, profesi tempat ia bernaung, atau organisasi-organisasi lain tempat la bersosialisasi
akan menjadi sumber belajar baginya untuk berperilaku. Lingkungan juga termasuk sebagai pihak tempat seseorang dapat belajar
tentang etika. Demikian juga dengan negara.

Bisnis dan Profesi sebagai Sumber Etika


Salah satu konsep utama Adam Smith dalam sistem ekonomi pasar adalah adanya pembagi kerja (division of labor). Konsep ini meluas
dan semakin banyak variasinya. Pembagian kerja menghasilkan keahlian. Mereka yang mempunyai keahlian sama, minat sama, atau
tujuan yang sama akan membentuk sebuah kelompok. Kelompok ini dapat berbentuk organisasi, profesi, atau perusahaan. Tidak tertutup
kemungkinan bahwa kelompok tersebut berdiri lepas tanpa organisasi, walaupun mereka terikat satu sama lain.
Pada dasarnya, perusahaan adalah organisasi bisnis yang mengikat orang-orang yang mempunyai
tujuan sama, yaitu menghasilkan dan memasarkan suatu barang atau jasa tertentu. Profesi adalah suatu organisasi
keahlian dengan minat yang sama. Organisasi atau profesi itu sendiri sebagai satu kesatuan, merupakan pihak yang
berperilaku dalam masyarakat. Perilaku dijabarkan dalam tindakan. Sementara, tindakan adalah hasil dari
pengambilan keputusan. Tujuan menjadi dasar dari pengambilan keputusan dan tindakan.
Perusahaan atau profesi didirikan dengan suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka harus
melakukan tindakan. Oleh karena itu, mereka merupakan subjek perilaku. Organisasi, perusahaan, atau profesi
sebagai sumber perilaku berusaha untuk memastikan bahwa anggota - anggotanya mempunyai perilaku yang sama.

Lingkungan sebagai Sumber Etika

Seseorang dapat belajar banyak tentang penerapan etika dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu, dalam buku ini,
lingkungan dimasukkan ke dalam pihak yang berinteraksi dengan individu dalam penerapan etika. Pada dasarnya,
lingkungan mengatur dirinya sendiri melalui perputaran antar makhluk agar keseimbangan hidup dapat terjaga
sepanjang waktu. Keseimbangan itu ternoda oleh intervenal manusia. Upaya yang saat ini digencarkan adalah
menjaga keseimbangan lingkungan sehingga menjamin keberlanjutan kehidupan.
Upaya untuk menjaga keseimbangan dapat dilakukan dengan motivasi, teknologi, dan aturan (regulasi).
Teknologi yang dikembangkan melalui kemajuan ilmu pengetahuan berpengarah terhadap cara berproduksi dan
memasarkan suatu produk. Awalnya, teknologi tersebut justru berpengaruh negatif terhadap lingkungan hidup,
Kerusakan lingkungan hidup menjadi perhatian masyarakat dan negara. Bentuk perhatian tersebut terwujud dengan
dikeluarkannya suatu regulasi terutama yang berkaitan dengan cara berproduksi. Tujuan dari regulas tersebut adalah
untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Negara sebagai Sumber Etika
Pancasila sebagai dasar negara dan pedoman hidup (way of life) berbangsa dan bernegara sarat dengan nilai-nilai keutamaan. Manusia
Indonesia harus berketuhanan terhadap Tuhan yang Maha Esa, berperikemanusiaan secara adil dan beradab, menjunjung tinggi persatuan dan
kesatuan Indonesia, mengedepankan musyawarah dan mufakat dalam setiap pengambilan keputusan, dan menciptakan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Jika pedoman hidup tersebut menjadi dasar untuk bersikap, berperilaku, dan berbuat dalam kehidupan bermasyarakat,
nilai-nilai kesalehan, kemanusiaan, nasionalisme, gotong - royong, dan keadilan sosial sudah akan terkandung dalam setiap hati nurani rakyat
Indonesia.

Agama sebagai Sumber Etika\

Seperti terlihat dalam Gambar 1.1, pengetahuan atau pengertian seseorang tentang etika dapat diperoleh dari ajaran-ajaran agama,
budaya, hukum, filsafat tentang etika, dan sistem ekonomi yang dianut. Bagian ini akan membahas mengenai agama, hukum, dan etika, terutama
dalam keterkaitannya satu sama lain. Etika dalam agama dan filsafat yang berkaitan dengan etika akan dibahas dalam bab tersendiri. Demikian
juga dengan sistem ekonomi. Budaya tidak tercakup dalam ruang lingkup buku ini. Budaya, pada dasarnya, sudah tercakup dalam agama.
Norma (norm) atau kaidah merupakan perkembangan dari nilal yang diidealkan sebagai kebaikan, keluhuran, dan kemuliaan
(Assiddiqie: 2014: 49). Norma atau kaidah dapat dibedakan menjadi borma agama, norma hukum, dan norma etika. Assiddiqie membagi norma
atau kaidah menjadi 5 (lima) kategori berdasarkan idealisme tentang baik dan buruk dalam Agama Islam. Berikut ini yang termasuk dalam kellna
kategori tersebut.
1. Wajib(keharusan)
2. Haram (larangan)
3. Sunah (anjuran untuk melakukan atau anjuran positif).
4. Makruh (anjuran untuk tidak melakukan atau anjuran negatif).
5. Mubah (kebolehan).
Hazairin dalam Assiddiqle (2014: 54) menyatakan jika dikaitkan dengan kelima kaidah tersebut, norma hukum
hanya bersangkutan dengan 3 (tiga) hal berikut.
1. Kaidah kewajiban.
2. Kaidah larangan
3. Kaldah kebolehan.
Sementara, norma etika hanya mencakup kaidah anjuran positif, anjuran negatif, dan kebolehan.

Semua kaidah tersebut dapat dikatakan sebagai sarana pengendalian diri dan dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam berperilaku. Norma agama digunakan sebagai pedoman dalam menghayati ajaran agama yang dianut. Norma hukum
hanya mencakup kewajiban, larangan, dan kebolehan karena tujuan hukum adalah untuk memperoleh keadilan, kepastian,
dan kemanfaatan bagi masyarakat dalam menjalani kehidupannya. Norma hukum mempunyar sifat memaksa yang
mengakibatkan selalu adanya sanksi jika norma-norma yang bersangkutan dilanggar. Sanki hukum dapat berupa sanksi
pidana (penjara), sanksi perdata (uang ganti rugi atau denda), atau sanksi administrasi.
SISTEM EKONOMI
Perbedaan utama dalam sistem ekonomi terdapat dalam jawaban dari pertanyaan mengenai siapa dan
bagaimana mengatur ekonomi. Dalam sistem ekonomi pasar, jawaban dari pertanyaan tentang siapa yang mengatur, yaitu
pribadi-pribadi yang menjadi warga suatu negara dan negara diperkenankan untuk melakukan intervensi dalam hal-hal
tertentu. Pengakuan atas hak kepemilikan pribadi merupakan sumber hukum untuk pengaturan tersebut.

KESERAKAHAN DAN KETAKUTAN

Kendala yang dihadapi oleh seseorang dalam menerapkan etika adalah adanya sifat serakah (greedy) yang
merupakan sifat dasar manusia, Keserakahan mendorong individu untuk melanggar prinsip-prinsip moral yang seharusnya
dia anut. Keserakahan menimbulkan egoisme (selfishness) dimana kepentingan pribadi yang berlebihan menjadi acuan
utama dalam bertindak.
Ketakutan (fear) merupakan penyebab utama keserakahan. Rasa takut karena merasa tidak aman atau rasa takut
karena tidak adanya kepastian membuat seseorang berusaha melakukan segala upaya untuk meraihnya.
KESEMPATAN DAN KONSEKUENSI

Kesempatan atau peluang (opportunities) dapat menjadi pemicu bagi seseorang untuk melanggar etika.
Masyarakat yang permisif (permissive) terhadap pelanggaran norma atau karena penyimpangan nilal telah dilakukan oleh
sebagian besar anggota kelompok yang bersangkutan merupakan kesempatan bagi seseorang untuk ikut melanggar prinsip-
prinsip moral yang berlaku.
Konsekuensi (consequences) adalah akibat atau sanksi yang diberikan kepada seseorang jika la ketahuan
melanggar etika. Konsekuensi dapat berupa probabilitas diketahuinya (tertangkapnya) suatu pelanggaran. Jika probabilitas
ketahuan ternyata rendah, orang akan cenderung untuk melanggar peraturan yang ada. Probabilitas ketahuan dipengaruhi
oleh efektivitas pemaksaan aturan. Selain itu, jika sanksi yang diberikan terhadap suatu pelanggaran berada pada level
ringan, hal ini juga akan mendorong seseorang untuk melakukan penyimpangan. Orang akan menghitung biaya manfaat dari
pelanggaran etika tersebut. Konsekuensi pelanggaran etika ditentukan oleh desain aturan dan daya paksa dalam
pelaksanaannya.
SIKAP, PERILAKU, DAN PERBUATAN
Tujuan utama dari pembelajaran tentang norma,
prinsip moral, nilai, dan etika adalah agar kaidah – kaidah
yang tercantum di dalamnya dapat direfleksikan dalam
perbuatan seseorang di masyarakat, perbuatan – perbuatan
seseorang menentukan penilaian masyarakat ( kelompok
sosial lain) tentang baik – buruk atau benar – salahnya
perbuatan orang tersebut, mengacu pada model yang
dikembangkan oleh Mc Shane dan Von Glinow yang dikutip
oleh Wibowo (2013: 53) dan model Stephen P. Robbin dan
Timothy A, Judge (Wibowo, 2013: 7) hubungan antara
elemen-elemen tersebut dapat dinyatakan seperti dalam
Gambar 1.2.
Berdasarkan Gambar 1.2, seseorang di masyarakat
selalu dihadapkan pada peristiwa, kejadian, keadaan, atau
fenomena yang harus dihadapi dengan menggunakan
kriteria norma, prinsip moral, nilai, dan etika. Peristiwa,
kejadian, keadaan, atau fenomena yang mendorong
munculnya kepentingan pribadi disebut dengan godaan
(inducement). Godaan dalam bentuk kepentingan pribadi
memperoleh teman dalam diri seseorang yang disebut
dengan keserakahan dan ketakutan. Dari luar, godaan Gambar 1.2 Proses Penentuan Perbuatan Individu
dibantu oleh kesempatan dan konsekuensi.
Godaan harus dihadapi oleh seseorang melalui sikap. Mc Shane dan Von Glinow mendefinisikan keyakinan
sebagai persepsi atas objek sikap yang diyakini sebagai kebenaran. Perasaan (feeling) merupakan evaluasi (positif atau
negatif ) terhadap suatu objek sikap. Perasaan adalah hasil dari proses emosional. Intensi (intention) adalah motivasi untuk
terikat dalam perilaku menurut objek sikap.
Sikap (attitude) oleh Kreitner dan Kinichi (2010) dalam Wibowo (2013: 49) didefinisikan sebagai suatu
kecenderungan yang dipelajari untuk merespons secara konsisten dengan cara menyenangkan atau tidak menyenangkan,
berkenaan dengan suatu objek tertentu. Seperti terlibat dalam Gambar 1.2, sikap ditentukan oleh 3 (tiga) faktor, yaitu
keyakinan, perasaan, dan intensi. Sikap akan memengaruhi perilaku seseorang.
Perilaku tercermin dalam karakter atau watak seseorang. Perilaku mencerminkan kepribadian (personality) orang
tersebut.
Perbuatan merupakan hasil pertimbangan moral dan benturan kepentingan rasional. Perbuatan dilakukan untuk
merespons fenomena atau objek yang dihadapi.Perbuatan berhadapan dengan masyarakat. Norma, moral, dan nilai
memang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan dalam rangka hubungan sosial kemasyarakatan.. Penilaian masyarakat
terhadap pelaksanaan norma, prinsip moral nilal, dan kode etik diserap oleh individu yang bersangkutan. Kemudian,
individu tersebut membadingkannya dengan tujuan hidup yang ingin dicapai. Kontemplasi atau perenungan diri ini dapat
mengubah perbuatan yang telah dilakukan.

ETIKA BISNIS

Etika bisnis merupakan salah satu cabang dari etika terapan. Namun, etika bisnis tidak dapat lepas dari konsep-
konsep etika yang lain, seperti agama, budaya, dan filsafat-filsafat etika yang mendasarinya. Assiddiqie (2014: 46)
menyebutkan bahwa etika bisnis, pada dasarnya, mengatur tentang batasan-batasan perusahaan dalam mencapai tujuan
untuk mencari keuntungan.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 33 Tahun 2014 mengharuskan perusahaan – perusahaan yang tercatat di bursa
(emiten) dan perusahaan publik agar mempunyai kode etik yang berlaku bagi anggota direksi, karyawan/pegawai, dan seluruh pendukung organ
perusahaan. Kode etik yang diwajibkan dalam peraturan tersebut paling tidak memuat hal-hal berikut.

1. Prinsip pelaksanaan tugas, yaitu itikad baik, penuh tanggung jawab, dan kehati – hatian
2. Sikap jika terdapat benturan kepentingan.

ETIKA PROFESI
Terkait akuntan publik, fungsi yang diemban adalah fungsi kuasa (fiduciary). Kata “fiduciary” itu sendiri dalam kamus Inggris Indonesia
karangan John M. Echols dan Hassan Shadily diterjemahkan sebagai kata “gadai”. Namun, tampaknya kata gadai kurang tepat untuk fungsi
fiduciary yang diemban oleh akuntan publik. Kata “kuasa atau pemegang amanah” barangkali lebih tepat untuk menerjemahkan fiduciary. Posisi
akuntan publik sebetulnya merupakan suatu amanah dari pemegang saham (shareholder) dan stakeholder (pemangku kepentingan) lain untuk
memastikan bahwa pertanggungjawaban keuangan perusahaan oleh manajemen telah dilaksanakan dengan baik. Audit yang dilakukan akuntan
publik terhadap laporan keuangan perusahaan adalah untuk kepentingan pemegang saham dan stakeholder lain tersebut.

Sebagai pemegang amanah, akuntan publik harus dapat dipercaya oleh pemberi amanah, yaitu pemegang saham dan stakeholder yang
lain. Kepercayaan tersebut hanya dapat diperoleh jika akuntan publik mempunyai dan melaksanakan aturan-aturan etika yang dapat meyakinkan
pemberi amanah bahwa pekerjaan (audit) yang mereka berikan akan dilaksanakan dengan baik. Perancangan (design), pemantauan (monitoring),
dan pengawasan (review) etika dilakukan oleh organisasi profesi yang menaungi para akuntan publik. Etika profesi akuntan bukan sebuah aturan
tersendiri. Etika profesi berkaitan dengan konsep-konsep etika yang lain. Di Indonesia, organisasi tersebut adalah Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), Setiap akuntan publik harus menjadi anggota IAPI dan harus mematuhi kode etik yang dikeluarkan oleh organisasi tersebut.
Sebagai organisasi regulasi mandiri (self regulating organization), IAPI juga diberi kewenangan untuk mengadili pelanggaran etika oleh anggota-
anggotanya.
ETIKA MURNI DAN ETIKA ORGANISASI
Etika murni berlaku bagi individu. Dasar pertimbangannya adalah norma, prinsip moral, dan nilai yang tertanam dalam
hati nurani. Sementara, etika organisasi adalah kode etik (rules of conduct) atau pernyataan nilai yang dianut oleh organisasi.
Sekelompok orang yang bersepakat untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama dapat mendirikan organisasi, baik
formal maupun tidak formal. Cakupan organisasi bisa sangat luas, berupa organisasi sosial, politik, budaya, lingkungan, atau
kemasyarakatan.
PENGENDALIAN DIRI

Aristoteles, dalam Hernoko (2010: 48), menyatakan bahwa keadilan adalah kebajikan yang utama. Cisero, dalam buku
yang sama, menyatakan bahwa orang dinilai baik atau buruk berdasarkan tiga kebajikan moralnya, yaitu keadilan, pengendalian
diri, dan sopan santun. Pengendalian diri merupakan kunci dalam mengatasi persoalan etika. Terdapat dua perangkat yang dapat
digunakan sebagai pengendalian diri, yaitu kemampuan nalar dan kata hati nurani. Kedua perangkat ini tentu saja tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Nalar berkemampuan untuk menilai perilaku atau perbuatan yang benar atau salah. Hati nurani
menilai baik-buruknya suatu perilaku atau perbuatan. Dasarnya adalah pengabdian kepada Sang Pencipta (ibadah), hubungan
antarmanusia berlandaskan kasih sayang, dan kepedulian sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin). Tujuan yang
ingin dicapai adalah kebahagiaan dunia dan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai