Anda di halaman 1dari 46

ETIK DAN LEGAL DALAM

KEPERAWATAN

Ns. Dwinara Febrianti, M.Kep.Sp.Kep.J


BAHAN DISKUSI
 Prinsip moral dan etika
 Ethic of care
 Kode etik keperawatan
 Isu etik dalam praktik keperawatan
 Pengambilan keputusan legal etis
Prinsip moral dan etika
Pengertian Etika
 Berasal dari kata Ethos yang dalam bentuk tunggal berarti
kebiasaan, adat istiadat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara
berpikir
 Dalam bentuk jamak ta etha berarti ada kebiasaan
 Etika diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan atau suatu studi filosofi yang
memeriksa nilai, kegiatan serta pilihan benar atau salah
(Berthens, 2000 dalam Sumijatun, 2011)
 Etika diartikan ”sebagai ilmu yang mempelajari kebaikan dan
keburukan dalam hidup manusia khususnya perbuatan manusia
yang didorong oleh kehendak dan didasari pikiran yang jernih
dengan pertimbangan perasaan”
 Etika merupakan gagasan untuk menciptakan keteraturan yang diakui
bersama oleh sebagian besar atau semua orang dalam satu kelompok
sosial, seperti lingkungan masyarakat, profesi, budaya, hingga agama.
Karena dibangun dan diikat secara berkelompok, maka etika harus
dipatuhi oleh setiap orang dalam kelompok tersebut.
Sebagai suatu ilmu maka Etika terdiri atas berbagai macam jenis dan
ragamnya antara lain :
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambaran dan ilustrasi
tentang tingkah laku manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk
serta hal-hal mana yang boleh dilakukan sesuai dengan norma
etis yang dianut oleh masyarakat;
2. Etika normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk
tindakan manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi :
a. Etika Umum:Yang membahas berbagai berhubungan dengan
kondisi manusia untuk bertindak etis dalam mengambil
kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
b. Etika khusus : Terdiri dari etika social, etika individu dan etika
terapan.
c. Etika social : Menekankan tanggung jawab social dan
hubungan antar sesame manusia dalam aktivitasnya.
d. Etika individu: lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban
manusia sebagai pribadi.
Pengertian Moral
 Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara
utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat
setempat.
 Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan“Moral” berasal dari kata
“mos” yang berarti kebiasaan. Kata “mores” yang berarti kesusilaan, dari
“mos”, “mores”.
 Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban dan lain-lain yang meliputi akhlak budi
pekerti; dan susila.
 Moralitas adalah keseluruhan norma-norma, nilai-nilai dan sikap
seseorang atau suatu kelompok masyarakat yang terungkap dalam sikap
perbuatan lahiriah merupakan ungkapan sepenuh hati karena Ia sadar
akan kewajiban dan tanggung jawabnya.
 Moral adalah ide atau gagasan yang dianut seseorang tentang apa yang
benar atau salah, terutama yang berkaitan dengan perilaku atau sikap
dalam menjalani kehidupan. Moral akan dipengaruhi nilai-nilai yang
dianut oleh keluarga, tempat tinggal, dan waktu. Oleh sebab itu, moral
bersifat sangat pribadi dan subjektif.
Hubungan Etika dan Moral
 Antara etika dan moral mempunyai hubungan yang sangat erat,
karena antara etika dan moral memiliki obyek yang sama yaitu
sama-sama membahas tentang perbuatan manusia untuk
menentukan baik atau buruk dari suatu perbuatan.
 Namun demikian dalam hal tertentu etika dan moral memiliki
perbedaan, dengan demikian tolak ukur yang digunakan moral
adalah untuk mengukur tingkah laku manusia adalah adat istiadat,
kebiasaan, dan lainnya yang berlaku di masyarakat.
 Etika dan moral pada dasarnya memiliki kesamaan makna, namun
dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dipakai
untuk perbuatan yang sedang di nilai, sedangkan etika di pakai
untuk system nilai yang ada.
Perbedaan Moral dan Etika
 Moral dan etika merupakan istilah untuk pedoman yang dianut
seseorang atau kelompok untuk menjalani hidup dengan baik dan
teratur. Keterkaitan inilah yang kerap membuat banyak orang
menganggap moral dan etika sebagai suatu hal yang sama. Padahal,
moral dan etika memiliki beberapa perbedaan mendasar.
 Berdasarkan pengertian moral dan etika yang sudah dijelaskan di
atas, dapat kita simpulkan bahwa moral dan etika merupakan dua
hal yang berbeda, terutama pada luas cakupannya. Moral bersifat
lebih individual, sedangkan etika berlaku dalam kelompok sosial.
 Selain itu, moral lebih dipengaruhi tempat seseorang tumbuh,
misalnya keluarga, dan bisa berubah seiring berjalannya waktu.
Sementara itu, etika dibentuk oleh kelompok sosial yang mengikat
seseorang dan dapat berubah jika terjadi perubahan dalam
kelompoknya.
 Karena merupakan dua hal yang berbeda, moral dan etika
juga bisa bertentangan Contohnya, lingkunganmu
menganggap bahwa menitipkan orang tua ke panti
jompo adalah hal yang tidak beretika. Namun, nilai moral
yang dianut di keluargamu misalnya, menganggap bahwa
tindakan tersebut merupakan hal yang wajar.
Ethic of care
 Etika kepedulian adalah teori etika normatif yang menyatakan
bahwa perilaku yang bermoral didasarkan pada hubungan
interpersonal dan nilai-nilai seperti kepedulian atau cinta.
 Etika kepedulian memiliki kaitan yang erat dengan etika feminis
sehingga penting untuk mengetahui filosofi etika feminis terlebih
dahulu. Etika feminis merupakan etika dengan konsep dasar yang
mengutamakan kepedulian, cinta, koneksi, dan relasi (Green,
2012).
 Etika feminis melihat sifat hubungan untuk membimbing
seseorang dalam membuat keputusan sulit, terutama hubungan di
mana kekuasaan tidak setara atau sudut pandang telah diabaikan.
Seseorang yang menganut filosofi etika feminis cenderung lebih
berkonsentrasi pada solusi praktis daripada teori (Potter, Perry,
Stockert, & Hall, 2013).
 Pendukung awal ethics of care, Nel Noddings (1984) yang
merupakan ahli filsafat pendidikan dari Amerika,
menggunakan istilah one-caring untuk mengidentifikasi
seseorang yang memberikan perawatan, dan cared-for untuk
merujuk pada pasien.
 Nel Noddings menjelaskan etika kepedulian secara lebih luas
dengan mengutamakan nilai-nilai yang berkaitan dengan
perempuan. “Care” yang dimaksud tidak hanya memberikan
cinta dan kasih sayang kepada semua orang, tetapi juga
membutuhkan menjalin hubungan dengan orang-orang
tertentu.
 Noddings berpikir bahwa etika yang lebih kuat dan lebih
mendasar dapat dibangun di atas fondasi kepedulian yang
didasarkan pada penerimaan, hubungan, dan respons timbal
balik. Virginia Held (2005) terus membangun teori Noddings
dan menunjukkan sifat dasar hubungan ketika memahami
masalah etika (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013).
Etika Profesi Keperawatan
 Etika keperawatan dikaitkan dengan hubungan antar
masyarakat dengan karakter serta sikap perawat
terhadap orang lain
 Perawat yang profesional akan memiliki empati pada
orang lain/klien,dapat memahami situasi yang
dialami serta sebanyak mungkin dapat memahami
kehidupan dan pengalaman klien sehingga mampu
melakukan perubahan posisi dari yang tadinya
berfokus pada diri sendiri menjadi berfokus pada
klien serta mampu mengambil tindakan demi
kepentingan klien tersebut.
Etika Profesi Keperawatan
Etika keperawatan sebagai tuntunan bagi profesi perawat bersumber dari
pernyataan Florence Nightingale dalam ikrarnya (Nightingale Pledge) yang
berbunyi sebagi berikut :
 Saya sungguh-sungguh berjanji pada Tuhan dan demi keberadaan majelis ini,
untuk menjalani hidup saya dalam kesucian dan melaksanakan profesi saya
dengan setia
 Saya akan pantang melakukan apapun yang merugikan atau mencelakakan dan
tidak akan mengambil atau dengan sengaja memberikan obat yang berbahaya
 Dengan segala upaya saya akan mengangkat standar profesi saya dan akan
menjaga kepercayaan semua hal yang bersifat pribadi, yang diberikan untuk saya
jaga dan semua affair keluarga yang saya ketahui dalam praktik panggilan saya
Selanjutnya pernyataan tersebut dianggap sebagai ikrar profesi
keperawatan pada masyarakat
Janji bahwa profesi keperawatan
berkewajiban untuk :
1. Membantu yang sakit untuk mencapai keadaan
sehat
2. Membantu yang sehat untuk mempertahankan
kesehatannya
3. Membantu mereka yang tidak dapat
disembuhkan untuk menyadari potensinya
4. Membantu seseorang yang menghadapi
kematian untuk hidup seoptimal mungkin
sampai menjelang ajal
 Etika keperawatan mengarahkan perawat untuk menjadi
sensitif pada setiap situasi dan memberikan respon berdasarkan
pengetahuan teknis dan moral, kompetensi, integritas pribadi
dan rasa kasih.
 Etika keperawatan adalah suatu ungkapan tentang bagaimana
perawat wajib bertingkah laku.
 Etika keperawatan merujuk pada standar etik yang
menentukan dan menuntun perawat dalam praktik sehari-hari
seperti berlaku jujur terhadap klien, menghargai hak-hak klien,
serta beradvokasi atas nama klien (Fry, 1994 dalam
Sumijatun,2011)
 Etika Profesi Keperawatan dikenal sebagai practice
dicipline, yang perwujudannya dikenal melalui asuhan
keperawatan
MACAM /TIPE ETIK KEPERAWATAN

1. ETIK BIOETIK
2. ETIK KLINIK
3. ETIK KEPERAWATAN
ETIK BIOETIK
 Adalah suatu studi filosofis yang mempelajari kontroversi
dalam etik, lebih menyangkut masalah biologi dan
pengobatan
 Lingkup sempit : merupakan evaluasi etik terhadap
perlakuan moral, inovasi tehnologi, atau waktu pelaksanaan
pengobatan terhadap klien
 Lingkup luas : mengevaluasi semua tindakan membahayakan
moral apakah mungkin bisa membantu atau malah
membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan
takut dan nyeri yang meliputi semua tindakan yang
berhubungan dengan biologi dan pengobatan
 Isu pokok tentang bioetik : peningkatan mutu genetik,etika
lingkungan dan pemberian pelayanan kesehatan, lebih
difokuskan pada dilema yang menyangkut keperawatan
kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik
terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan
ETIK KLINIK
 Adalah bagian bioetik yang lebih memperhatikan
masalah etik selama pemberian pelayanan
terhadap klien
 Contoh etik klinik: Adanya persetujuan atau
penolakan, atau bagaimana seseorang sebaiknya
merespon permintaan medis yang kurang
bermanfaat (sia-sia)
Etik keperawatan
 Adalah bagian bioetik yang merupakan
studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan
keperawatan serta dianalisis untuk
mendapatkan keputusan etik
KODE ETIK PROFESI KEPERAWATAN
KODE ETIK PROFESI KEPERAWATAN

 Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang


digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi
kerangka kerja untuk membuat keputusan
 Aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia
dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah KODE
ETIK PERAWAT NASIONAL INDONESIA, dimana
seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode
etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan
CAKUPAN KODE ETIK KEPERAWATAN
INDONESIA

A. PERAWAT DAN KLIEN


B. PERAWAT DAN PRAKTEK KEPERAWATAN
C. PERAWAT DAN MASALAH MASYARAKAT
D. PERAWAT DAN TEMAN
SEJAWAT/SEPROFESI
E. PERAWAT DAN PROFESI KEPERAWATAN
PERAWAT DAN KLIEN
 Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai
harkat dan martabat manusia, keunikan klien dan tidak
terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan agama yang dianut
serta kedudukan sosial
 Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai
budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien
 Tanggungjawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan
 Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika
diperlukan oleh yang berwenang sesuai ketentuan hukum yang
berlaku
PERAWAT DAN PRAKTEK
KEPERAWATAN
 Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi dibidang
keperawatan melalui proses pembelajaran dan pendidikan terus
menerus
 Perawat senantiasa memelihara mutu pelayananan keperawatan
yang tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan
pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien/pasien
 Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi
yang akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi
seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan
memberikan delegasi kepada orang lain
 Perawat senantiasan menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukan perilaku profesional
PERAWAT DAN MASALAH MASYARAKAT

 Perawat mengemban tanggungjawab


bersama-sama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan
dan kesehatan masyarakat
PERAWAT DAN TEMAN SEJAWAT /
SEPROFESI
 Perawat senantiasa memelihara hubungan baik
dengan sesama perawat maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya dalam memelihara keserasian
suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan
 Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal
PERAWAT DAN PROFESI KEPERAWATAN
 Perawat mempunyai peran utama dalam
memnetukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan
pelayanan dan pendidikan keperawatan
 Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan
pengembangan profesi keperawatan
 Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi
untuk membangun dan memelihara kondisi kerja
yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi
Isu etik dalam praktik keperawatan
Masalah isu etik dan moral yang sering terjadi dalam praktik keperawatan profesional
meliputi:
1. Organ transplantation (transplantasi organ)
 Banyak sekali kasus dimana tim kesehatan berhasil mencangkokan organ terhadap
klien yang membutuhkan.
 Masalah etik yang muncul adalah apakah organ donor bisa diperjual-belikan?
Bagaimana dengan hak donor untuk hidup sehat dan sempurna, apakah kita tidak
berkewajiban untuk menolong orang yang membutuhkan padahal kita bisa
bertahan dengan satu ginjal. Apakah si penerima berhak untuk mendapatkan
organ orang lain? Bagaimana dengan tim operasi yang melakukannya apakah
sesuai dengan kode etik profesi? Bagaimana dengan organ orang yang sudah
meninggal, Apakah diperbolehkan orang mati diambil organnya? Semua
penelaahan donor organ harus diteliti dengan kajian majelis etik yang terdiri dari
para ahli di bidangnya.
 Majelis etik bisa terdiri atas pakar terdiri dari dokter, pakar keperawatan, pakar
agama, pakar hukum atau pakar ilmu sosial. Secara medis ada persyaratan yang
harus dipenuhi untuk melakukan donor organ tersebut, diantaranya adalah
memiliki DNA, golongan darah, jenis antigen yang cocok antara donor dan
resipien, tidak terjadi reaksi penolakan secara antigen dan antibodi oleh resipien,
harus dipastikan apakah sirkulasi, perfusi dan metabolisme organ masih berjalan
dengan baik dan belum mengalami kematian (nekrosis).
 Hal ini akan berkaitan dengan isu mati klinis dan informed consent. Perlu adanya
saksi yang disahkan secara hukum bahwa organ seseorang atau keluarganya
didonorkan pada keluarga lain agar di kemudian hari tidak ada masalah hukum.
Biasanya ada sertifikat yang menyertai bahwa organ tersebut sah dan legal.
2. Determination of clinical death (perkiraan kematian klinis)
 Masalah etik yang sering terjadi adalah penentuan
meninggalnya seseorang secara klinis.
 Banyak kontroversi ciri-ciri dalam menentukan mati klinis.
Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan organ-organ klien
yang dianggap sudah meninggal secara klinis.
 Kriteria kematian klinis (brain death) ditentukan oleh
penghentian nafas setelah berhentinya pernafasan artifisal
selama 3 menit (inspirasi-ekspirasi); berhentinya denyut
jantung tanpa stikulus eksternal; tidak ada respon verbal
dan non verbal terhadap stimulus eksternal; hilangnya
refleks-refleks (cephalic reflexes); pupil dilatasi; hilangnya
fungsi seluruh otak yang bisa dibuktikan dengan EEG.
3. Quality of Life (kualitas dalam kehidupan)
 Masalah kualitas kehidupan sering kali menjadi masalah etik. Hal ini
mendasari tim kesehatan untuk mengambil keputusan etis untuk
menentukan seorang klien harus mendapatkan intervensi atau tidak.
 Sebagai contoh di suatu tempat yang tidak ada donor yang bersedia
dan tidak ada tenaga ahli yang dapat memberikan tindakan tertentu.
Siapa yang berhak memutuskan tindakan keperawatan pada klien
yang mengalami koma? Siapa yang boleh memutuskan untuk
menghentikan resusitasi?
Contoh kasus :
 apakah klien TBC tetap kita bantu untuk minum obat padahal ia
masih mampu untuk bekerja? Kalau ada dua klien bersamaan yang
membutuhkan satu alat siapa yang didahulukan?
 Apabila banyak klien lain membutuhkan alat tetapi alat tersebut
sedang digunakan oleh klien orang kaya yang tidak ada harapan
sembuh apa yang harus dilakukan perawat?
 Apabila klien kanker merasa gembira untuk tidak meneruskan
pengobatan bagaiamana sikap perawat?
 Bila klien harus segera amputasi tetapi klien tidak sadar siapakah yang
harus memutuskan?
4. Ethical issues in treatment (isu masalah etik dalam tindakan
keperawatan)
Apabila ada tindakan yang membutuhkan biaya besar apakah
tindakan tersebut tetap dilakukan meskipun klien tersebut tidak
mampu dan tidak mau? Masalah-masalah etik yang sering muncul
seperti:
a) Klien menolak pengobatan atau tindakan yang
direkomendasikan (refusal of treatment) misalnya menolak
fototerapi, menolak operasi, menolak NGT, menolak dipasang
kateter
b) Klien menghentikan pengobatan yang sedang berlangsung
(withdrawl of treatment) misalnya DO (Drop out) berobat pada
TBC, DO (Drop out) kemoterapi pada kanker.
c) Witholding treatment misalnya menunda pengobatan karena
tidak ada donor atau keluarga menolak misalnya transplantasi
ginjal atau cangkok jantung.
5. Euthanasia
 Euthanasia merupakan masalah bioetik yang juga menjadi perdebatan utama
di dunia barat.
 Euthanasia berasal dari bahasaYunani, eu (berarti mudah, bahagia, atau baik)
dan thanatos (berarti meninggal dunia). Jadi bila dipadukan, berarti
meninggal dunia dengan baik atau bahagia.
 Menurut Oxford english dictionary, euthanasia berarti tindakan untuk
mempermudah mati dengan mudah dan tenang. Euthanasia terdiri atas
euthanasia volunter, involunter, aktif dan pasif.
 Pada kasus euthanasia volunter, klien secara sukarela dan bebas memilih
untuk meninggal dunia.
 Pada euthanasia involunter, tindakan yang menyebabkan kematian dilakukan
bukan atas dasar persetujuan dari klien dan sering kali melanggar keinginan
klien.
 Euthanasia aktif melibatkan suatu tindakan disengaja yang menyebabkan
klien meninggal, misalnya dengan menginjeksi obat dosis letal. Euthanasia
aktif merupakan tindakan yang melanggar hukum dan dinyatakan dalam
KUHP pasal 338, 339, 345 dan 359.
 Euthanasia pasif dilakukan dengan menghentikan pengobatan atau
perawatan suportif yang mempertahankan hidup (misalnya antibiotika,
nutrisi, cairan, respirator yang tidak diperlukan lagi oleh klien).
Kesimpulannya, berbagai argumentasi telah diberikan oleh para ahli tentang
euthanasia, baik yang mendukung maupun menolaknya.
6. Aborsi
 Aborsi merupakan pemusnahan yang melanggar hukum atau
menyebabkan lahir prematur fetus manusia sebelum masa lahir secara
alami.
 Pelarangan praktik aborsi di Indonesia tercantum dalam pasal 347 –
349.
 Pasal 347 disebutkan seorang wanita yang sengaja menggugurkan
atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu,
diancam dengan pidana paling lama empat tahun.
 Pasal 348 menyatakan barang siapa melakukan sesuatu dengan
sengaja yang menyebabkan keguguran atau matinya kandungan dapat
dikenai penjara paling lama dua belas tahun.
 Kemudian pada pasal 349 dinyatakan jenis pidana bagi dokter, bidan,
atau juru obat yang melakukan praktik aborsi.
 Dalam UU kesehatan No 36 tahun 2009 Bab XX Pasal 194 ayat (1)
disebutkan Setiap orang yang dengan sengaja melakukan aborsi tidak
sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pengambilan keputusan legal etis
TEORI DASAR PEMBUATAN KEPUTUSAN
ETIS

 TELEOLOGI/UTITITARIANISME
 DEONTOLOGI
TELEOLOGI/UTITITARIANISME
 Suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat
yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi
 Pendekatan ini sering disebut sebagai the end justifies themcans
atau makna suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang terjadi
 Teologi disebut juga the end justifies the means and the greatest
good for the greatest number (keputusan moral yang dibuat
berdasarkan konsekuensi tindakan dan bukan kebenaran
tindakan (Ismani, 2001)
 Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi
- Rule utilitarianism
- Act utilitarianism
 Rule utilitarianism
Berprinsip bahwa manfaat atau nilai suatu tindakan
bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan
kebaikan atau kebahagiaan kepada manusia
 Act utilitarianism
Bersifat lebih terbatas, tidak melibatkan aturan umum, tetapi
berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan
pertimbangan terhadap tindakan apa yang dapat memberikan
kebaikan sebanyak-banyaknya atau keburukan sekecil-kecilnya
pada individu
Contohnya bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan
meninggal daripada nanti ya menjadi beban di masyarakat
DEONTOLOGI
 Suatu teori atau studi tentang kewajiban moral
 Menurut Kant benar atau salah bukan ditentukan
oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu
tindakan, melainkan oleh nilai moralnya, dalam
konteks ini perhatian difokuskan pada tindakan
melakukan tanggungjawab moral yang dapat
memberikan penentu apakah tindakan tersebut
secara moral benar atau salah
 Penerapan deontologi misalnya : seorang perawat yang
yakin pasien harus diberitahu tentang apa yang
sebenarnya terjadi, walaupun kenyataan itu sangat
menyakitkan misalnya seorang perawat menolak
membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan
agamanya melarang tindakan membunuh dengan alasan
apapun
 Penerapan teori ini dapat dilihat dalam kasus dimana
perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya
seperti tindakan abortus dilakukan untuk menyelamatkan
nyawa ibu karena setiap tindakan yang mengakhiri hidup
merupakan tindakan yang secara moral buruk
KERANGKA (FRAMEWORK)
PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS
KERANGKA (FRAMEWORK)
PEMBUATAN KEPUTUSAN ETIS
NILAI DAN
KEPERCAYAAN
PERSONAL

Konsep etika
untuk praktek KERANGKA
keperawatan PENGAMBILAN
KEPUTUSAN YANG ETIS
Pendekatan Etika

Standar untuk
etika perilaku
Proses integrasi dalam
pengambilan keputusan etis
PENYELESAIAN MASALAH ETIS
Catalano (2003) menguraikan lima tahap proses pengambilan
keputusan sebagai berikut:
 Tahap 1 : Pengumpulan data, analisis data dan interpretasi
data
 Tahap 2 : Pernyataan dilema
 Tahap 3 : Pertimbangkan pilihan tindakan
 Tahap 4 : Analisis keuntungan dan kerugian setiap tindakan
 Tahap 5 : Membuat keputusan
Dilema Etik akan menghasilkan suatu opini dan
tidak seorang pun dapat disalahkan dengan
keputusan itu

Anda mungkin juga menyukai