2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia tumbuh sejak lahir sampai dengan bertambahnya usia selalu melakukan
interaksi atau bergaul dengan manusia lainya dan semakin luas daya cakup hubungannya
dengan manusia lain didalam masyarakat tersebut. Dengan perjalanan hidupnya manusia
akan mengetahui dia mempunyai persamaan dan juga perbedaan dengan manusia lainnya.
Dalam pergaulan manusia mempunyai kebebasan akan tetapi hal tersebut bukan berarti
manusia mempunyai sifat semaunya sendiri.
Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena dilengkapi oleh
penciptanya dengan akal, perasaan dan kehendak, akal adalah alat berfikir, sebagi sumber
ilmu dan teknologi. Dengan akal manusia menilai mana yang benar dan mana yang salah,
sebagi sumber nilai kebenaran. Perasaan adalah alat untuk menyatakan keindahan, dengan
persaan manusia menialai mana yang indah dan yang jelek dan kehendak adlah alat untuk
menyatakan pilihan sebagai sumber kebaikkan. Dengan kehendak manusia menilai mana
yang baik dan mana yang buruk, sebagai sumber nilai moral.
Sebuah pendidikan etika dimulai dari keluarganya pendidikan dari ayah, ibunya kakak
dan saudara lainnya atau dari lingkungan sekitarnya, pendidikan ini yang dapat memunculkan
perilaku seseorang. Pendidikan tersebutlah yang menjadi pedoman hubungan manusia dengan
manusia lainnya dan juga hubungan manusia dengan masyarakat lainnya. Etika sosial
merupakan pengamalan pola tingkah laku manusia dengan sesama manusia dalam kehidupan
sosial dimasyarakat. Adanya etika terhadap sesama manusia dan etika profesi atau etika
sosial saling melengkapi sehingga kebahagiaan akan terwujud.
Manusia sebagai makhluk budaya mempunyai berbagai ragam kebutuhan. Kebutuhan
tersebut hanya dipenuhi dengan sempurna apabila berhubungan dengan manusia lainnya.
Hubungan tersebut dilandasi oleh ikatan moral yang pihak-pihaknya mematuhinya.
Berdasarkan memenuhi ikatan moral pihak-pihak memenuhi apa yang seharusnya dilakukan
dan dapat memperoleh apa yang harusnya didapati. Dalam pergaulan antar manusia juga
harus didasari dengan etika yang baik menjalankan aturan sesuai dengan norma yang berlaku
dilingkungan sekitar. Karena nilai yang di anut oleh masyarakat itu menjadi tolak ukur
kebenaran dan kebaikkan sebagai acuan untuk menata kehidupan pribadi dan menata
hubungan antar manusia, serta manusia dengan alam sekitarnya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Asas-asas etika medis seperti yang ditemukan dalam Sumpah Hippokrates dinamakan
tradisional. Asas-asas itu sudah berumur lebih dari pada 24 abad. Asas-asas tradisional ini masih
dihormati, namun dalam paruh kedua abad ini telah hadir sebagai tambahan asasasasetika medis
baru (kontemporer).
Kehadiran asas-asas etika medis baru ini adalah akibat dari perubahan luar biasa dalam
banyak aspek kehidupan manusia di seluruh dunia setelah Perang Dunia Kedua usai dalam
tahun 1945. Perubahan besar terjadi dalam bidang-bidang politik dan ketatanegaraan, sosial,
budaya, ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, teknologi informasi hak-hak
asasi manusia, gaya hidup, dsb. Perubahan-perubahan ini telah melahirkan asas-asas etika
medis kontemporer (masa kini) sebagai berikut.
1. Asas Menghormati Otonomi Pasien.
Otonomi secara umum adalah hak untuk memutuskan sendiri dalam hal-hal yang
menyangkut diri sendiri. Hak otonomi pasien adalah hak pasien untuk mengambil keputusan dan
menentukan sendiri tentang kesehatan, kehidupan, dan malahan secara ekstrim tentang
kematiannya. Ini berlawanan dengan budaya tradisional Hippokrates, di mana umumnya
dokterlah yang menentukan apa yang dianggapnya paling baik untuk pasien.
Perkembangan hak-hak otonomi sebagai manusia (juga hak-hak otonomi sebagai pasien)
secara berarti baru terjadi sejak paruh kedua abad kedua puluh. Beberapa faktor yang memicu
dan mempengaruhi perkembangan itu adalah:
a. Deklarasi Universal Tentang Hak-Hak Asasi Manusia yang disahkan oleh PBB tahun
1948.
b. Keberhasilan perjuangan golongan minoritas kulit hitam di Amerika Serikat menuntut
hak-hak sipil yang sama dengan warga negara, kulit putih.
c. Pengakuan hukum atas hak-hak konsumen di negara-negara industri.
d. Perkembangan sosial-ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat.
e. Perkembangan demokrasi.
f. Perkernbangan media masa dan teknologi informasi, yang mengakibatkan informasi
tentang kesehatan, penyakit, dan pengobatan tidak lagi hanya menjadi monopoli para
dokter saja.
g. Di negara-negara industri makin marak terjadi tuntutan malpraktik oleh pasien terhadap
dokter dan rumah sakit. Di Amerika, dalam tahun 1970-an orang sampai berbicara
tentang krisis malpraktik, karena seringnya kasus hubungan dokter-pasien berlanjut
menjadi sengketa hukum. Di negara kita sendiri, pasien makin 'berani' menuntut dokter
ke pengadilan, didukung dan mungkin juga didorong oleh para ahli hukum. Bahkan
akhir-akhir ini dunia kedokteran (kesehatan) digemparkan dengan kasus dokter X dkk
yang diduga melakukan malpraktik tetapi dari hasil keputusan terakhir memutuskan
tidak bersalah.
h. Di Indonesia, sejak krisis nasional tahun 1997 terjadi gerakan reformasi yang menuntut
demokratisasi dan diberlakukannya HAM dalam kehidupan sehari-hari, termasuk hak
asasi sebagai pasien.
C. Fungsi Etika
Sebenarnya etika tidak langsung membuat manusia menjadi lebih baik, tetapi etika
merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai moralitas yang
membingungkan. Etika akan menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengambil sikap
yang wajar dalam suasana pluralisme. Pluralisme moral diperlukan karena:
pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah budaya dan
agama yang hidup berdampingan;
modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai kebutuhan masyarakat
yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional;
berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing dengan
ajarannya sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum yang berisi prinsip serta moral
dasar dan etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus. Etika khusus ini masih dibagi
lagi menjadi etika individual dan etika sosial. Etika sosial dibagi menjadi:kap terhadap sesama;
1. Sikap terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan, arsiparis, dokumentalis, pialang informasi
4. Etika politik
5. Etika lingkungan hidup, serta
6. Kritik ideologi Etika adalah filsafat atau pemikiran kritis rasional tentang ajaran moral
sedangka moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dsb. Etika selalu dikaitkan dengan moral serta harus dipahamiperbedaan antara
etika dengan moralitas.
Otonomi, prinsip ini menuntut agar kaum professional memiliki dan diberi kebebasan
dalam menjalankan profesinya. Organisasi profesi ikut bertanggungjawab atas pelaksanaan
profesi anggotanya akan tetapi yang paling bertanggungjawab adalah anggota itu sendiri secara
pribadi. Otonomi juga menuntut agar organisasi profesi secara keseluruhan bebas dari campur
tangan yang berlebihan dari pihak pemerintah atau pihak lain manapun juga.
BAB III
HUKUM KESEHATAN
A. Pengertian Hukum
Hukum berasal dari kata bahasa Belanda “recht orde”, ialah susunan hukum, artinya
memberikan tempat yang sebenarnya kepada hukum (Djamali, 2001). Pandangan masyarakat
atas hukum yang beragam telah menimbulkan berbagai persepsi pula tentang hukum. Hukum
dalam arti peraturan perundang-undangan yang dikenal oleh masyarakat sebagai undang-
undang umumnya diberi pengertian sebagai pengatur. Dalam pandangan yang lebih luas
sebagaimana dikatakan oleh Cicero, yaitu dimana setiap masyarakat disitu ada hukum (ibi
societas ibi ius) telah mengindikasikan bahwa setiap aktivitas masyarakat pasti ada hukumnya.
Pengertian hukum sebenarnya begitu abstrak, sehingga sulit untuk diartikan. Dan, pada
dasarnya tidak ada satupun definisi tentang hukum yang mempunyai arti sama, karena hukum
adalah merupakan sesuatu yang abstrak. Disamping itu karena hukum tidak dapat ditangkap
oleh panca indra, maka sangat sulit untuk membuat definisi tentang hukum yang dapat
memuaskan orang. Bahkan dikemukakan oleh Prof. Van Apeldorn (dalam Djamali, 2001)
bahwa hukum terdapat diseluruh dunia, dimana terdapat suatu masyarakat manusia. Batasan
pengertian hukum, hingga saat ini para ahli hukum belum menemukan batasan yang baku dan
memuaskan banyak pihak.
Hukum merupakan suatu sistem atau tatanan asas–asas dan kaidah–kaidah hukum yang
tidak lepas dari masalah keadilan, maka definisi hukum positif yang lengkap adalah sistem atau
tatanan hukum dan asas–asas berdasarkan keadilan yang mengatur kehidupan manusia di
dalam masyarakat (Mochtar Kusumaatmadja, 2000).
Menurut C.S.T. Kansil (1989), unsur dari hukum itu terdiri dari:
1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat;
2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib;
3. Peraturan itu bersifat memaksa; dan
4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.
Sedangkan ciri hukum menurut C.S.T. Kansil (1989)
1. Adanya perintah dan/atau larangan; dan
2. Perintah dan/atau larangan itu harus patuh ditaati setiap orang
B. Klasifikasi Hukum
Secara umum, hukum adalah das sollensein atau das seinsollen, merupakan himpunan
kaidah yang berisi keharusan atau larangan tentang tingkah laku manusia, kaidah-kaidah mana
memang dianut dalam masyarakat. Hukum dapat diklasifikasikan/digolongkan dari berbagai
kriteria (Iskandar, 2016):
1. Penggolongan Hukum Berdasarkan Sumbernya
Menurut sumber formalnya hukum dapat terbagi atas lima, yaitu
a. Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum didalam peraturan
perundang-undangan.
b. Hukum adat dan hukum kebiasaan, yaitu hukum yang diambil dari
peraturanperaturan adat dan kebiasaan
c. Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk dari putusan pengadilan
d. Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh Negara peserta perjanjian
internasional.
e. Hukum doktrin, yaitu hukum yang berasal dari pendapat ahli hukum terkenal.
Seperti telah disebutkan bahwa hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemeliharaan atau pelayanan kesehatan dan penerapannya. Oleh
sebab itu, hukum kesehatan mengatur dua kepentingan yang berbeda, yakni :
1. Penerima pelayanan, yang harus diatur hak dan kewajiban, baik perorangan,
kelompok atau masyarakat.
2. Penyelenggara pelayanan : organisasi dan sarana-prasarana pelayanan, yang juga
harus diatur hak dan kewajibannya.
1. Upaya Kesehatan
Pengertian secara umum mengenai upaya kesehatan yang diatur dalam UU No. 36 Tahun
2009 adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit,
dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat
2. Pengaturan berkaitan dengan tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan juga merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam
pelaksanaan penyelenggaraan kesehatan. Tanpa adanya tenaga kesehatan, mustahil
penyelenggaraan kesehatan akan terlaksana. Dalam UU Kesehatan No.36 Tahun 2009
dimaksud sebagai tenaga kesehatan adalah : “setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan”
3. Pengaturan berkaitan dengan sarana kesehatan
Pengertian umum mengenai sarana kesehatan tidak disebut secara tegas dalam UU No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Namun disebutkan tentang penempatan jumlah tenaga
kesehatan dengan pemerataan sarana pelayanan kesehatan.
4. Pengaturan berkaitan dengan Obat dan Alat Kesehatan
a. Pengaturan tentang Obat
Berkaitan dengan sediaan farmasi adalah bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
b. Pengaturan tentang Alat Kesehatan
Dalam Pasal 1 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan tentang ketentuan umum
disebutkan bahwa alat kesehatan merupakan sumber daya di bidang kesehatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika profesi merupakan bagian dari etika sosial yang menyangkut bagimana mereka
harus menjalankan profesinya secra profesional. Dengan etika profesi diharapkan kaum
profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat mempertanggung jawabkan tugas yang
dilakukannya dari segi tuntutan pekerjaan. Hukum kesehatan memegang peran penting dalam
berbagai segu kehidupan dan bermasyarakat dan bernegera. Hukum kesehatan tidak terlepas
dari landasan-landasan hukum, profesi, dan etika.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
i. LATAR BELAKANG.......................................................................
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP