Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH BUDIPEKERTI KELOMPOK 2

KONSEP DASAR BUDIPEKERTI DALAM PEKERJAAN

DISUSUN OLEH :

1. SINTA INSANI AMALIA (P07134221005)


2. ISNAINI WIDYASIH (P07134221010)
3. INDRI JULIANA SAPUTRI (P07134221025)
4. EVI MUNAWAROH (P07134221027)
5. DITA SESA APRILIA (P07134221028)
6. M. RIZAL NOOR WIDYANTO (P07134221036)
7. REGITA PUTRI YOHANA (P07134221046)
8. WULAN NURROHMAH (P07134221049)
9. ALIFIA NURROHMA (P07134221052)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah berjudul “Konsep
Dasar Budipekerti Dalam Pekerjaan” tepat dalam waktu yang telah ditentukan. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Budi
Mulyono selaku dosen pengampu mata kuliah Budi Pekerti.

Dalam penyusunan makalah ini kami memang mendapatkan banyak sekali


tantangan dan hambatan namun dengan bantuan banyak individu hambatan tersebut
dapat dilewati. Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan yang ditemukan dalam
proses penulisan makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Budi Mulyono dan segenap anggota yang telah membantu dalam proses
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna dalam susunan dan
isinya. Maka dari itu kami berharap kritik dari para pembaca dapat membantu kami
dalam menyempurnakan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat membantu
pembaca untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan tentang mata kuliah Budi
Pekerti.

Yogyakarta, 29 Juli 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA 3

A. Konsep Dasar Kejujuran, Tanggung Jawab, Disiplin Dalam Pekerjaan 3


B. Hak dan Kewajiban Analis Kesehatan Dalam Pekerjaan 9
C. Kekuasaan Analis dan Ruang Lingkup Kerja Seorang Analis Kesehata 11

BAB III ANALISIS MASALAH 15

A. Masalah 15
B. Analisis 16

BAB IV PENUTUP 18

A. Kesimpulan 18
B. Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

LAMPIRAN 20

A. Power Point 20
B. Hasil Diskusi 28
C. Foto/Screenshoot Cover 36

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Budi pekerti merupakan akumulasi dari cipta, rasa, dan karsa yang
diaktualisasikan ke dalam kata kata dan perbuatan. Disebut akumulasi karena hal
tersebut dilaksanakan secara berulang ulang dan diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Tindakan yang berbudi pekerti ini wajib dilaksanakan bagi
setiap individu tidak pandang bulu. Dalam budi pekerti tersebut memiliki induk,
yaitu etika atau filsafat moral. Yang secara etimologis etika sangat dekat dengan
moral. Etika berarti adat istiadat serta moral berarti mengandung arti adat istiadat
kebiasaan.
Setiap tindakan manusia yang dilakukan harus memperhatikan baik
benarnya atau sesuai tidaknya dengan moral. Dalam dunia pekerjaan pun juga
perlu menerapkan etika yang sesuai moral. Segala pekerjaan baik yang pekerjaan
menghasilkang barang atau jasa. Jika di pekerjaan untuk menghasilkan barang,
tiap individu dituntut untuk beretika sesuai moral dengan sesama pekerja baik
atasannya, bawahannya, ataupun yang setara dengan dirinya. Namun, dalam
pekerjaan yang menghasilkan berupa jasa/pelayanan dituntut untuk beretika sesuai
moral dengan individu di luar pekerjaannya.
Terutama dalam pekerjaan yang menghasilkan jasa/pelayanan, tindakan
yang sesuai moral ssangat terlihat dari setiap pekerjanya. Sebab bisa dinilai oleh
banyak orang secara langsung. Contohnya adalah pekerjaan yang ada di seputar
kesehatan. Sebagai tenaga kesehatan yang melayani secara langsung ke pasien
pasti dapat terlihat etika nya oleh pihak luar. Dengan demikian, tenaga kesehatan
dituntut untuk beretika sesuai moral. Hal ini juga ditunjang dengan adanya kode
etik untuk pekerja di bidang kesehatan. Setiap tenaga kesehatan wajib
menegakkan kode etik sesuai aturan. Kode etik tersebut juga sesuai menurut etika
yang bermoral
Seiring perkembangan zaman etika juga berkembang menyesuaikan dengan
lingkungannya. Hal ini dilandasi juga dengan adanya globalisasi, perkembangan
ilmu pengetahuan, dan perkembangan teknologi. Dengan demikian pastinya etika
tiap individu juga harus disesuaikan dengan zaman. Perkembangan zaman itu

1
pastinya juga akan memunculkan dampak baik positif maupun negatif di segala
bidang. Salah satunya juga dari etika berperilaku sehari hari. Banyak muncul sisi
positif dari perkembangan zaman ini, tetapi sisi negatif yang muncul tak kalah
banyak dari perkembangan zaman ini.
Bagi tenaga kesehatan, etika dalam melayani pasien sangat dijunjung tinggi
demi kepuasan pasien. Sebab kepuasan pasien dalam dilayaninya di faskes adalah
hal utama bagi pekerja di dunia kesehatan. Namun, seiring perjalanan waktu
beberapa kali ada oknum-oknum tenaga kesehatan yang melanggar etika dalam
pelayanan pasien. Hal ini juga dilakukan tidak hanya sekali. Selain melanggar
moral juga melanggar kode etik sesuai aturan. Dengan adanya pelanggaran etika
moral yang tidak sesuai kode etik ini maka perlu untuk diberikan semacam sanksi
untuk oknum-oknum tenaga kesehatan yang melanggar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan tenaga kesehatan pada
kasus tersebut ditinjau dari konsep dasar kejujuran, tanggung jawab,
dan disiplin dari pekerjaan?
2. Apa saja bentuk-bentuk penyelewengan wewenang yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan pada kasus tersebut?

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR KEJUJURAN, TANGGUNG JAWAB, DISIPLIN
DALAM PEKERJAAN
Sebagai seorang analis kesehatan tentunya kita harus mempunyai sifat jujur,
tanggung jawab dan disiplin dalam menjalankan pekerjaan. Seorang analis
kesehatan, dalam menyampaikan hasil pengamatan tentu saja harus jujur sesuai
dengan kenyataannya. Jujur sangat penting agar kita dipercaya oleh orang lain.
Seorang analis kesehatan juga harus disiplin, disiplin mempunyai kaitan yang erat
dengan ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan. Dalam melaksanakan
pekerjaannya, seorang analis kesehatan tentu saja harus mematuhi aturan aturan
yang ada.
Tidak hanya jujur dan disiplin, seorang analis kesehatan juga harus memiliki
sifat tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Sikap tanggung jawab diperlukan
karena seorang analis kesehatan harus bisa mempertanggungjawabkan perkataan
serta tindakannya. Tanggung jawab juga merupakan perwujudan kesadaran akan
kewajiban. Perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab tidak hanya bermanfaat untuk
diri sendiri, tetapi juga bagi banyak orang.
1. Kejujuran
Pengertian “jujur” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti
lurus hati, tidak curang. Kejujuran (honesty) menurut Zubaedi (2011:79)
adalah kemampuan menyampaikan kebenaran, mengakui kesalahan, dapat
dipercaya dan bertindak secara hormat.
Sedangkan kejujuran menurut Magnis (2011:34) dalam (Chairilsyah,
2016:9) ialah sikap berani yang menunjukkan siapa dia, serta mengatakan
apa yang dimaksudnya dengan benar. Kejujuran adalah keterkaitan hati pada
kebenaran. Sikap jujur juga merupakan sikap yang ditandai dengan
melakukan perbuatan yang benar, mengucapkan perkataan dengan apa
adanya tanpa menambah-nambahkan atau mengurangi apa yang ingin
disampaikan dan mengakui setiap perbuatan yang dilakukan baik positif
maupun negatif.

3
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu
dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak ditambahi ataupun tidak
dikurangi. Jujur dalam arti sempit adalah sesuainya ucapan lisan dengan
kenyataan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih umum adalah sesuainya
lahir dan batin. Karena itulah, orang munafik disebutkan sebagai kebalikan
orang yang jujur. Kejujuran menjadi penting karena dengan mengakui apa
yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan sebagaimana adanya, seseorang
dapat terhindar dari rasa bersalah yang timbul akibat kebohongan yang ia
lakukan. (Chairilsyah, 2016:9)
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejujuran itu antara
lain manusia cendrung terjebak dengan berpikiran sempit yaitu ingin cepat
mendapatkan sesuatu, tetapi tidak memikirkan akibat.Gaya hidup mewah,
tidak sesuai kemampuan dengan kehendak,akhirnya terjadi penyimpangan
seperti KKN dan pungli. Kebiasaan buruk seperti tidak disiplin alias suka
mengentengkan, tidak menghargai nikmat kesehatan yang berikan,sudah
stres baru sadar, kurang percaya diri sendiriartinya artinya tidak berpikir
kreatif. (Muhasim, 2017:177)
2. Tanggung Jawab
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatu yang dilakukan. Orang yang
bertangung jawab adalah mereka yang berani mengakui kesalahan atas apa
yang yang dilakukan. Mereka juga amanah dan dapat diandalkan. Orang
yang bertanggung jawab adalah yang mau menanggung, memikul segala
akibat atas pekerjaan yang dilakukannya Dia siap menanggung resiko
seandainya ada kegagalan, sebab kegagalan akan menjadi cambuk bagi kerja
yang lebih baik.. Bertanggung jawab adalah tidak mengelak, berani
menghadapi, dan konsekuen dengan apa yang dikatakan. Pemimpin masa
depan adalah mereka yang melakukan sesuai yang dikatakan, mengakui
kesalahan dan tidak melempar kesalahan pada orang lain. (Pujiati & Iwan,
2016)
a. Ciri Khas Karakter Tanggung Jawab

4
Menurut Pujiati dan Iwan (2016), orang yang bertanggung jawab
adalah orang yang :
1. Berani menanggung resiko
2. Menerima tanggung jawab secara penuh
3. Menerima konsekuensi, jika terjadi kesalahan tidak lari dari
tanggung jawab
4. Berbuat yng terbaik
5. Amanah, bertanggung jawab tidak hanya kepada atasan, tetapi
juga pada Tuhan YME.
b. Jenis Tanggung Jawab
Setiap pekerjaan pasti punya tanggung jawab. Orang yang
bertanggung jawab akan berusaha memenuhi tuntutan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Selain tanggung jawab kepada sesama, yang
lebih penting lagi adalah tanggung jawab pada Tuhan YME. Setiap
pekerjaan pasti punya tangung jawab tertentu. Sekecil apa pun
pekerjaan itu, kita perlu mempertanggungjawabkan apa yang kita
lakukan (Pujiati & Iwan, 2016). Dalam melaksanakan suatu pekerjaan,
kta mempertanggungjawabkannya keapada beberapa pihak. Berikut
adalah jenis-jenis tanggung jawab yang perlu dipenuhi oleh orang
yang bertanggung jawab.

1. Tanggungjawab pada diri sendiri


Tanggung jawab terhadap diri sendiri, menuntut kesadaran akan
diri kita untuk memenuhi kewajiban sendiri dan
mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Apa
yang telah kita lakukan harus menerima resikonya sendiri.
(Legiono & Nurul, 2017)
2. Tanggung jawab pada lingkungan dan masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang
lain karena manusia kedudukannya sebagai makhluk sosial yang
membutuhkan manusia lain maka kita harus berkomunikasi
dengan manusia lain tersebut. Berinteraksi didalam suatu
kehidupan masyarakat sangat dibutuhkan karena itu bisa

5
membuat kita saling mengenal satu dengan yang lainnya.
(Legiono & Nurul, 2017)
3. Tanggung jawab pada pekerjaan (Pujiati & Iwan, 2016)
4. Tanggung jawab pada Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa
tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupan manusia
agar tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga
tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukuman-hukuman
Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui
berbagai macam jenis agama. Menerima hukuman di akhirat
nanti atas apa yang telah kita lakukan selama hidup didunia ini.
(Legiono & Nurul, 2017)
5. Tanggung jawab pada bangsa/negara
Suatu kenyataan lagi bahwa tiap manusia, tiap individu adalah
suatu warga negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, dan
bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma yang di buat
oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila
perbuatan manusia itu salah maka ia harus bertanggung jawab
kepada Negara atas apa yang telah ia perbuat. Kita harus
menjaga nama baik bangsa dan negara kita sendiri dengan
prestasiprestasi anak bangsa. (Legiono & Nurul, 2017)
6. Tanggung jawab pada keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Tiap anggota keluarga
wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab
ini menyangkut nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga
merupakan kesejaterahaan, keselamatan, pendidikan dan
kehidupan. Sebagai anggota keluarga kita harus saling menjaga
nama baik keluarga dengan sikap dan perbuatan yang kita
lakukan di dalam kehidupan bermasyarakat. (Legiono & Nurul,
2017)

c. Manfaat Tanggung Jawab

6
1. Dengan sikap yang bertanggung jawab, seseorang akan
dipercaya, dihormati dan dihargai serta disenangi oleh orang
lain.
2. Sikap berani mengakui kesalahan yang dilakukan dan mau
mengubah dengan tindakan yang lebih baik merupakan kunci
meraih kesuksesan.
3. Sikap bertanggung jawab seseorang membuat ia berhasil
menyelesaikan tugas dengan baik.
4. Sikap bertanggung jawab akan membuat seseorang bertindak
lebih hati-hati dengan perencanaan yang matang
5. Sikap bertanggung jawab membuat seseorang lebih kuat dan
tegar menghadapi permasalahan yang harus diselesaikan.
(Sukiman, 2016:4)
3. Disiplin
a. Pengertian Disiplin
Hasibuan (2003:193) mengatakan bahwa “Kedisiplinan adalah
kesadaran dan ketaatan seseorang terhadap peraturan
perusahaan/lembaga dan norma social yang berlaku. Disiplin adalah
tindakan manajemen untuk memberikan semangat kepada pelaksanaan
standar organisasi, ini adalah pelatihan yang mengarah pada upaya
membenarkan dan melibatkan pengetahuan-pengetahuan sikap dan
perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai untuk
menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik (Davis (2000:11)
dalam Sofyan dkk., 2019:61). Menurut Davis dalam Sinambela
(2012), disiplin adalah penerapan pengelolaan untuk memperteguh
dan melaksanakan pedoman-pedoman organisasi. Disiplin adalah
sebuah pross yang digunakna utuk menghadapi permasalahan kinerja;
proses ini melibatkan manajer dalam mengidentifikasikan,
mengomunikasikan masalah-masalah kinerja kepada para pegawai
(Sinambela, 2016:334).
Disiplin kerja adalah kesadaran dan kesediaan pegawai menaati
semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku.

7
Dengan demikian, disiplin kerja merupakan suatu alat yang digunakan
pimpinan untuk berkomunikasi dengan pegawai agar mereka bersedia
untuk mengubah perilaku mereka mengikuti aturan main yang
ditetapkan. Kedisiplinan harus ditegakkan dalam suatu organisasi.
Artinya, tanpa dukungan disiplin kerja pegawai yang baik, sulit bagi
organisasi tersebut untuk mewujudkan tujuannya. Jadi, kedisiplinan
adalah kunci keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.
(Sinambela, 2016:335)
Tujuan kedisiplinan kerja adalah untuk mencapai suatu sikap
tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan ketentuan
yang berlaku dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang
perlu, seandainya tidak ada perintah dari instruktur atau pimpinan.
Tujuan disiplin juga untuk mengurus atau mengarahkan tingkah laku
pada relasi yang harmonis dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Tujuan berikutnya adalah untuk mempertahankan rasa hormat dan
saling percaya di antara supervise dengan bawahannya. (Farinda &
Hartono, 2016:43)
Menurut Robbins (2005:182), kriteria yang dipakai dalam
disiplin kerja dapat dikelompokkan menjadi tiga indikator disiplin
kerja yaitu diantaranya:
a. Disiplin waktu
Disiplin waktu di sini diartikan sebagai sikap atau tingkah laku
yang menunjukkan ketaatan terhadap jam kerja yang meliputi
kehadiran dan kepatuhan karyawan pada jam kerja, karyawan
melaksanakan tugas dengan tepat waktu dan benar.
b. Disiplin peraturan
Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis
dibuat agar tujuan suatu organisasi dapat dicapai dengan baik.
Untuk itu dibutuhkan sikap setia dari karyawan terhadap
komitmen yang telah ditetapkan tersebut. Kesetiaan di sini
berarti taat dan patuh dalam melaksanakan perintah dari atasan
dan peraturan, tata tertib yang telah ditetapkan. Serta ketaatan

8
karyawan dalam menggunakan kelengkapan pakaian seragam
yang telah ditentukan organisasi atau perusahaan.
c. Disiplin tanggung jawab
Salah satu wujud tanggung jawab karyawan adalah penggunaan
dan pemeliharaan peralatan yang sebaikbaiknya sehingga dapat
menunjang kegiatan kantor berjalan dengan lancar. Serta adanya
kesanggupan dalam menghadapi pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya sebagai seorang karyawan menurut Barisan,
Ramadhan, & Mustanir (2017) (dalam Sofyan dkk., 2019:63)

B. HAK DAN KEWAJIBAN ANALIS KESEHATAN DALAM PEKERJAAN

1. Pengertian Ahli Teknologi Laboratorium Medik


Sebelum adanya Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan, nomenklatur penyebutan bagi Ahli Teknologi
Laboratorium Medik masih beragam antara lain disebut sebagai Analis
Kesehatan, Analis Medis, Pranata Laboratorium Kesehatan dan Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan. (Amin, 2017: 40)
Pengertian dari Ahli Teknologi Laboratorium Medik menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi Laboratorium
Medik yaitu setiap orang yang telah lulus pendidikan Teknologi
Laboratorium Medik atau analis kesehatan atau analis medis dan memiliki
kompetensi melakukan analisis terhadap cairan dan jaringan tubuh manusia
untuk dan masyarakat sesuai dengan menghasilkan informasi ketentuan
peraturan perundang-undangan. (Amin, 2017: 41)
Secara berkesinambungan Ahli Teknologi Laboratorium Medik
mempunyai kualifikasi tentang kesehatan perseorangan pendidikan lulusan
Sekolah Menengah Analis Kesehatan (SMAK) atau Akademi Analis
Kesehatan (AAK) atau Akademi Analis Medis (AAM) atau Pendidikan Ahli
Madya Analis Kesehatan (PAM-AK) atau lulusan Pendidikan Tinggi yang
berkaitan langsung dengan laboratorium kesehatan dengan program studi
Teknologi Laboratorium Medik. (Amin, 2017: 41)

9
2. Hak dan Kewajiban Ahli Teknologi Laboratorium Medik
a. Hak Ahli Teknologi Labolatorium Medik.
1. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan
tugas sesuai dengan Standar Profesi, Standar Pelayanan Profesi
dan Standar Prosedur Operasional.
2. Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari penerima
Pelayanan Kesehatan atau keluarganya.
3. Menerima imbalan jasa dan/atau tunjangan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
4. Memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja, perlakukan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia, moral, kesusilaan serta nilai-nilai agama.
5. Mendapat kesempatan untuk mengembangkan profesinya.
6. Menolak keinginan penerima pelayanan kesehatan atau pihak
lain yang bertentangan dengan Standar Profesi, kode etik,
Standar Pelayanan, Standar Prosedur Operasional atau ketentuan
peraturan perundang-undangan dan
7. Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (Amin, 2017:44)
b. Kewajiban Ahli Teknologi Labolatorium Medik.
1. Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar
Profesi, Standar Pelayanan Profesi, Standar Prosedur
Operasional dan etika profesi serta kenutuhan kesehatan
penerima pelayanan kesehatan.
2. Memperoleh persetujuan dari penerima pelayanan kesehatan
atau keluarganya atas tindakan yang akan diberikan.
3. Menjaga kerahasiaan kesehatan penerima pelayanan kesehatan.
4. Membuat dan menyimpan catatatan dan/atau dokumen tentang
pemeriksaan, asuhan dan tindakan yang dilakukan dan
5. Merujuk penerima pelayanan kesehatan ke tenaga kesehatan lain
yang mempunyai kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
(Amin, 2017:45)

10
C. KEKUASAAN ANALIS DAN RUANG LINGKUP KERJA SEORANG
ANALIS KESEHATAN
1. Kekuasaan Analis Dan Ruang Lingkup Kerja Seorang Analis
Kesehatan
Menurut Van der Mijn dalam Wila Chandrawila Supriadi (2001)
(dalam Amin, 2017:42), dalam melaksanakan tugas profesinya, seorang
tenaga kesehatan perlu berpegang pada tiga ukuran atau standar medik
umum yaitu kewenangan, kemampuan rata-rata dan ketelitian yang umum.
Penjelasan secara lebih rinci menyatakan bahwa kewenangan seorang
tenaga kesehatan adalah kewenangan hukum (rechtsbevoegheid) yang
dimiliki oleh seorang tenaga kesehatan untuk melaksanakan pekerjaannya.
Kewenangan ini memberikan hak kepada tenaga kesehatan untuk bekerja
sesuai dengan bidangnya. Kewenangan tidak lain adalah kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain yang disahkan oleh yang berhak mensahkannya.
Kemampuan rata-rata adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki oleh
seorang tenaga kesehatan dalam melakukan pekerjaannya.
Ukuran kemampuan rata-rata seorang tenaga kesehatan adalah
kemampuan yang diukur dengan kemampuan dari tenaga kesehatan lainnya
yang mempunyai keahlian di bidang yang sama, pengalaman yang sama dan
di tempat yang sama. Sedangkan ukuran keseksamaan adalah ketelitian yang
umum dari tiap tenaga kesehatan dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai
profesional dengan bidang keahlian di bidang yang sama, pengalaman yang
sama dan di tempat yang sama. (Amin, 2017:42)
Kewenangan atau kekuasaan Ahli Teknologi Laboratorium Medik
dalam menjalankan tugas dan profesinya secara prinsip diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi
LaboratoriumMedik. Peraturan Menteri ini sebagai peraturan teknis yang
diamanatkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Secara
ringkas pada pasal 22 - 24 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, bahwa Ahli Teknologi Laboratorium Medik merupakan tenaga

11
kesehatan maka dengan kualifikasi minimum yang dipersyaratkan
berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan
bidang keahlian yang dimiliki, wajib memiliki izin pemerintah, harus
memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan
kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. Wewenang
Ahli Teknologi Laboratorium Medik sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 tahun 2015 tentang Izin
Penyelenggaraan Praktik Ahli Teknologi Laboratorium Medik dibedakan
menjadi wewenang atau kekuasaan Ahli Madya Teknologi Laboratorium
Medik dan wewenang atau kekuasaan Sarjana Terapan Teknologi
Laboratorium Medik.
1) Wewenang atau kekuasaan Ahli Madya Teknologi Laboratorium
Medik dalam menyelenggarakan atau menjalankan praktik di bidang
pelayanan kesehatan di laboratorium pada fasilitas pelayanan
kesehatan mempunyai kewenangan:
a. Mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan di laboratorium.
b. Melakukan pengambilan dan penanganan specimen darah serta
penanganan cairan dan jaringan tubuh lainnya.
c. Mempersiapkan, memilih serta menguji kualitas
bahan/reagensian.
d. Mempersiapakan, memilih, menggunakan, memelihara,
mengkalibrasi, serta menangani secara sederhana alat
laboratorium.
e. Memilih dan menggunakan metode pemeriksaan.
f. Melakukan pemeriksaan dalam bidang hematologi, kimia klinik,
imunologi, imunohematologi, mikrobiologi, parasitologi,
mikologi, virologi, toksikologi, histoteknologi, sitoteknologi.
g. Mengerjakan prosedur dalam pemantapan mutu.
h. Membuat laporan hasil pemeriksaan laboratorium.
i. Melakukan verifikasi terhadap proses pemeriksaan laboratorium
j. Menilai normal tidaknya hasil pemeriksaan untuk
dikonsultasikan kepada yang berwenang

12
k. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja di
laboratorium dan
l. Memberikan informasi hasil pemeriksaan laboratorium secara
analitis. (Amin, 2017:43)
2) Wewenang atau kekuasaan Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium
Medik dalam menyelenggarakan atau menjalankan praktik di bidang
pelayanan kesehatan di laboratorium pada fasilitas pelayanan
kesehatan mempunyai kewenangan: (Amin, 2017:42)
a. Mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan laboratorium khusus
dan canggih.
b. Melakukan pengambilan, penanganan serta menilai kualitas
specimen laboratorium untuk pemeriksaan laboratorium khusus
dan canggih.
c. Mendeteksi secara dini bila muncul penyimpangan dalam proses
pemeriksaan di laboratorium.
d. Menilai hasil pengujian kelaikan alat, metode dan
bahan/reagensia (yang sudah ada dan baru).
e. Melakukan pemeriksaan dalam bidang : kimia klinik
(hematologi, biokimia, klinik, imunologi dan imunohematologi),
mikrobiologi (bakteriologi, parasitologi, mikologi, virology),
diagnostik molekuler, biologi kedokteran, histoteknologi,
sitoteknologi, sitogenetik dan toksikologi klinik sesuai bidang
keahliannya.
f. Membuat laporan hasil pemeriksaan laboratorium sesuai dengan
bidang keahliannya.
g. Melakukan validasi secara analitis terhadap hasil pemeriksaan
laboratorium.
h. Merencanakan, mengevaluasi dan menindaklanjuti program
pemantapan mutu laboratorium (internal dan eksternal).
i. Merencanakan dan mengevaluasi program kesehatan dan
keselamatan kerja di laboratorium.

13
j. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program
standarisasi laboratorium.
k. Memberikan informasi secara analitis hasil pemeriksaan
laboratorium khusus dan canggih.
l. Membantu klinisi dalam pemanfaatan data laboratorium secara
efektif dan efisien.
m. Merencanakan, melaksanakan, mengatur dan mengevaluasi
kegiatan laboratorium.
n. Membimbing dan membina ahli madya teknologi laboratorium
medic dalam bidang teknik kelaboratoriuman.
2. Batasan dan ruang lingkup analis kesehatan
Di dalam pelayanan laboratorium, Ahli Teknologi Laboratorium
Medik melakukan pengujian/analisis terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan bukan berasal dari manusia yang tujuannya
adalah menentukan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan
dan faktor yang berpengaruh pada kesehatan perorangan atau masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
370/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi
Laboratorium Kesehatan, batasan seorang tenaga analis kesehatan :
a. Teknologi laboratorium kesehatan adalah disiplin ilmu kesehatan yang
memberikan perhatian terhadap semua aspek laboratoris dan analitik
terhadap cairan dan jaringan tubuh manusia serta ilmu kesehatan
lingkungan.
b. Ahli teknologi kesehatan kesehatan adalah tenaga kesehatan dan
ilmuwan berketrampilan tinggi yang melaksanakan dan mengevaluasi
prosedur laboratorium dengan memanfaatkan berbagai sumber daya.
c. Standar profesi ahli teknologi laboratorium kesehatan Indonesia
mencakup standar kompetensi kerja yang harus dimiliki dan kode etik
yang harus dilaksanakan oleh ahli teknologi laboratorium kesehatan
Indonesia dalam menjalankan tugas – tugasnya sebagai tenaga
kesehatan.

14
BAB III
ANALISIS MASALAH
A. MASALAH
Redaksi : Pikiran Rakyat (tasikmalaya.com)
Publikasi : Kamis, 29 April 2021 (08:25 WIB)
Isi :
“Gunakan Alat Rapid Test Bekas, 6 Tenaga Kesehatan Bandara Kualanamu
Dibekuk Polisi”
PR TASIKMALAYA - Enam orang tenaga kesehatan yang menjadi
petugas rapid test antigen di Bandara Kualanamu International Deli Serdang,
Sumatera Utara, dibekuk pihak kepolisian.
Enam petugas rapid test antigen di Bandara Kualanamu dibekuk
Ditreskrimsus Polda Sumatera Utara, dan mengamankan ratusan alat rapid test
antigen diperiksa. Pemeriksaan tersebut dilakukan untuk memastikan bila alat-alat
tersebut sebelumnya telah digunakan oleh petugas rapid test antigen Bandara
Kualanamu.
Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari PMJ News, Kabid Humas
Polda Sumut, Kombes Pol Hadi Wahyudi memberikan keterangannya pada Rabu,
28 April 2021. “Personil telah mengamankan enam orang petugas yang memang
melakukan pemeriksaan rapid test di lokasi kejadian," terang Hadi. "Mereka
semua diamankan untuk dimintai keterangan lebih lanjut,” ujarnya.
Ia mengatakan, untuk sementara ini, barang bukti yang ada hanya alat rapid
test antigen tersebut. “Ini memang ada dugaan yang mengarah kalau memang alat
rapid test antigennya bekas, tapi masih didalami penyidik,” katanya. Hadi juga
mengungkapkan bahwa semua nakes yang ditangkap, dinilai telah melanggar UU
Kesehatan, sementara tim penyidik akan terus menggali perkara ini.
“Dugaannya ini melanggar Undang-Undang Kesehatan. Untuk lebih
jelasnya nanti akan dirilis ya," tutur Kombes Pol Hadi. "Penyidik juga masih
mencari keterangan dari petugas yang diamankan dan juga para saksi yang sempat
antigen di sana,” sambungnya.

15
Sebelumnya, pada hari Selasa malam, 27 April 2021, pihak kepolisian
menggerebek layanan rapid test Covid-19 di Bandara Internasional Kualanamu,
Deli Serdang. Penggerebekan tersebut dilakukan sebab terdapat dugaan
pemalsuan dalam proses rapid test antigen oleh tenaga kesehatan yang bertugas di
lokasi.
Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara, lima orang petugas
rapid test yang juga karyawan perusahaan farmasi terkemuka berhasil dibekuk
kepolisian. Kelima orang yang berinisial RN, AD, AT, EK, dan El itu ditangkap
sebab telah melanggar kebijakan proses rapid test antigen yang menggunakan alat
swab stuck bekas.
B. ANALISIS MASALAH
Dalam menjalankan suatu pekerjaan, tenaga kesehatan dituntut untuk
bersikap jujur, tanggung jawab, dan disiplin. Jujur merupakan perilaku yang
menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya tanpa ada tambahan
apapun. Sikap jujur biasanya ada karena terbiasa. Seharusnya, para tenaga
kesehatan menjalankan tugasnya dengan jujur, tidak curang. Dalam kasus yang
kami angkat, terjadi tindakan ketidakjujuran yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dan menimbulkan kerugian pada banyak pihak. Pihak-pihak yang
terlibat dalam penggunakan alat swab stuck bekas harus bertanggung jawab atas
hal yang dilakukannya. Kejadian tersebut salah satunya dipicu karena kurangnya
kedisiplinan pelaku dalam melakukan tugasnya. Hasibuan (2003:193) mengatakan
bahwa “Kedisiplinan adalah kesadaran dan ketaatan seseorang terhadap peraturan
perusahaan/lembaga dan norma sosial yang berlaku. Para pelaku tidak menaati
tata tertib atau peraturan tertulis maupun tidak tertulis, yang menyebabkan
perilaku buruk lainnya”. Salah satu wujud tanggung jawab karyawan adalah
penggunaan dan pemeliharaan peralatan yang sebaik-baiknya sehingga dapat
menunjang kegiatan kantor berjalan dengan lancar. Serta adanya kesanggupan
dalam menghadapi pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang
karyawan menurut Barisan, Ramadhan, & Mustanir (2017) dalam Sofyan dkk.
(2019:63) . Sedangkan perilaku tenaga kesehatan pada kasus tersebut
menunjukkan bentuk ketidaktanggungjawaban berupa tidak menggunakan

16
peralatan yang baik justru menggunakan alat bekas yang dapat merugikan
masyarakat.
Sebagai tenaga kesehatan akan berusaha memenuhi tuntutan pekerjaan yang
dibebankan yang tentunya memiliki tanggungjawab tertentu.Tidak hanya untuk
diri sendiri melainkan untuk beberapa pihak yang bersangkutan. Para pelaku juga
kurang bertanggung jawab atas pekerjaannya, yang seharusnya menjadi penolong
masyarakat malah menjadi penjerumus masyarakat.
Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki, wajib memiliki izin pemerintah,
harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan
kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. Terdapat banyak
wewenang tenaga kesehatan. Pada kasus tersebut enam tenaga kesehatan telah
melakukan penyelewengan wewenang berupa penggunaan alat swab stuck bekas,
seharusnya wewenang seorang tenaga kesehatan yaitu mempersiapkan, memilih
serta menguji kualitas bahan/reagensian, menilai hasil pengujian kelalain alat,
metode dan bahan/reagensia (yang sudah ada dan baru), dan mendeteksi secara
dini bila muncul penyimpangan dalam proses pemeriksaan di laboratorium.

17
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Budi pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang
dilakukan melalui kebiasaan. Istilah budi pekerti ini merupakan gabungan dua
kata yaitu budi dan pekerti. Kata budi sendiri memiliki arti sadar, nalar, pikiran
atau watak. Sedangkan pekerti memiliki arti perilaku, perbuatan, perangai, tabiat,
watak. Kedua kata ini memiliki kaitan yang sangat erat karena pada dasarnya budi
seseorang itu ada dalam batin manusia dan tidak akan tampak sebelum dilakukan
dalam bentuk perbuatan.
Dalam hal ini, pendidikan budi pekerti yang dimaksud adalah penanaman
dan juga pengembangan nilai budi pekerti luhur seperti sopan santun, bertanggung
jawab, disiplin, jujur, ikhlas dan lain sebagainya. Budi pekerti yang kita punya
terdiri dari kebiasaan atau perangai tabiat dan tingkah laku yang lahir disengan
tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan. Dengan budi pekerti menuntut
tenaga medis untuk menjadi manusia yang memiliki karakter, pandai dalam
berfikir, respek dalam bertindak, dan dapat bertanggung jawab atas segala
tindakan yang dilakukan
Sebagai tenaga labolatorim medis harus properosional dalam menjalankan
perkerjaan. Seorang tenaga kesehatan memiliki hak dan kewajiban yang harus
dijalankan. Bertanggung jawab atas segala pekerjaan yang dilakukan. Selain hak
dan kewajiban, kejujuran menjadi perihal penting dalam menunaikan tugas bagi
seorang tenaga kesehatan karena berhubungan dengan keselamatan pasien.
B. SARAN
1. Sebagai seorang analis kesehatan, harus menerapkan konsep dasar
kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin dalam melaksanakan pekerjaan.
Serta harus menjalankan hak, kewajiban ,dan fungsi seorang analis
kesehatan dengan penuh tanggung jawab.
2. Sebaiknya pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan dibidang kesehatan
dilakukan lebih ketat agar tidak terjadi hal serupa terulang kembali

18
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Yanuar. 2017. Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Jakarta Selatan:Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Pusdiknas)
Dafiq Chairilsyah. 2016. Metode dan Teknik Mengajarkan Kejujuran, 5(1)
Farinda, Umi, dan Sri Hartono. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia II.
Ponorogo:Unmuh Ponorogo Press
Hasibuan, Melayu, S.P 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 370/Menkes/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
Muhasim. 2017. Budaya Kejujuran Dalam Menghadapi Perubahan Zaman:Studi
Fenomenologi Masyarakat Islam Modern), 5(1). Palapa: Jurnal Studi Keislaman
dan Ilmu Pendidikan
KBBI, 2021. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online, diakses tanggal 3
Agustus 2021]
Lagiono, dan Nurul Qomariah. 2017. Etika Profesi. Jakarta Selatan:Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia Kesehatan (Pusdiknas)
Robbins P, Stephen. 2005. Perilaku Organisasi. Edisi-9. Indeks Kelompok Gramedia.
Jakarta
Sinambela, Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai: Teori, Pengukuran dan Implikasinya.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sinambela, Lijan Poltak. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia:Membangun Tim
Kerja yang Solid untuk Meningkatkan Kinerja. Jakarta:Bumi Aksara
Sofyan, Abdul Jabbar A, dan Sunarti. 2019. Pengaruh Budaya Kerja Terhadap
Kedisiplinan: Pengaruh Budaya Kerja Terhadap Kedisiplinan Pegawai di Kantor
Desa Bina Baru Kecamatan Kuo Kabupaten Sidenreng Rappang, 5(1), 56-59.
Sukiman. 2016. Seri Pendidikan Orang Tua: Mengembangkan Tanggung Jawab Pada
Anak. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Suyata, Pujiati, dan Iwan Yudhiantoro. 2016. Modul Materi:Integritas Untuk Umum.
Jakarta Selatan:Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyararkat Kedeputian
Bidang Pencegahan.
Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana.

19
LAMPIRAN
A. PPT

20
21
22
23
24
25
26
27
B. HASIL DISKUSI
Moderator : Yunita Kusuma W. (030)
Notulen : Aurellia Anindya P. (022)
1. Penanya : Dea Amaliya (016)
Apa salah satu contoh hukuman jika seorang ATLM tidak disiplin?
Kemudian tadi dikatakan bahwa ATLM dapat bekerja jika mendapatkan izin
resmi. Bagaimana bila ada ATLM yang diam-diam membuka praktik tanpa
izin pemerintah?
Penjawab : Evi Munawaroh (027)
Akan dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Sanksi bisa berupa
sanksi pidana, perdata, dan administrasi. Sanksi perdata merupakan sanksi
akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mengakibatkan kerugian untuk orang lain, maka tenaga kesehatan wajib
membayar kerugian. Selanjutnya yaitu sanksi pidana yang berkaitan dengan
pelanggaran ketentuan hukum dan kepentingan umum. Biasanya tenaga
kesehatan yang melakukan pelanggaran, dikenakan sanksi membayar
kerugian atau denda, serta pencabutan jabatan. Jumlah denda yang dibayarkan
sesuai dengan pelanggarannya dan mengikuti aturan yang berlaku.
2. Penanya : Anindya Putri N. (015)
Apabila dalam bekerja terdapat pasien yang sangat membutuhkan
pertolongan namun terkendala biaya. Kemudian pasien meminta keringanan
berupa cicilan tetapi SOP di tempat kerja tidak memperbolehkan hal itu. Hal
mana yang anda dahulukan? Rasa iba atau profesionalitas?
Penjawab : Wulan Nurrohmah (049)
Hal pertama yang dilakukan adalah menanyakan apakah pasien memiliki
BPJS/asuransi lainnya. Bila tidak ada dan kondisi sangat mendesak, maka
akan dirundingkan dengan pimpinan di tempat bekerja.
3. Penanya : Lidia Ratu Fandani (006)
Banyak orang berpikiran bahwa tes PCR atau swab yang positif hanyalah
akal-akalan dari tenaga kesehatan saja. Bagaimana tanggapan anda terhadap
hal tersebut?
Penjawab : Indri Juliana (025)

28
Kita sebagai tenaga kesehatan harus bisa memberi informasi yang benar pada
masyarakat yang masih menganggap swab hanyalah akal-akalan saja. Kita
harus bisa mengedukasi masyarakat sekitar untuk dapat memutus rantai
penyebaran Covid-19 salah satunya dengan adanya kesadaran untuk
melakukan swab agar yang terkonfirmasi positif Covid dapat segera
ditangani.
4. Penanya : Aurellia Anindya Putri (022)
Dalam presentasi dijelaskan ruang lingkup ATLM tidak jauh dari dunia
kesehatan. Lalu apakah lulusan TLM atau Analis Kesehatan bisa memiliki
profesi lain jika tidak bekerja di bidang kesehatan?
Penjawab : Evi Munawaroh (027)
Ruang lingkup ATLM memang cenderung ke dunia kesehatan karena
berhubungan dengan laboratorium medis. Namun disamping itu, ATLM juga
bisa berperan dalam pembuatan kosmetik seperti yang dulu pernah dijelaskan.
5. Penanya : Sabina Aurelia T. (043)
Bagaimana jika seorang analis kesehatan melanggar kewajibannya untuk
menjaga kerahasiaan kesehatan dari pasien tetapi malah menyebarkannya?
Sanksi apa yang akan didapatkan?
Penjawab : Evi Munawaroh (027)
Hal tersebut merupakan salah satu pelanggaran dan tentu saja pelanggat akan
diberi sanksi. Mengenai sanksi berupa denda biasanya sudah diatur dalam UU
tenaga kesehatan.
6. Penanya : Elda Paramita D. (036)
Dikatakan bahwa salah satu jenis tanggung jawab adalah tanggung jawab
terhadap diri sendiri. Sebagai ATLM, bagaimana cara bertanggung jawab
terhadap diri sendiri dan apa dampak kedepannya apabila salah satu tanggung
jawab tersebut tidak dipenuhi?
Penjawab : Sinta Insani A. (005)
Tanggung jawab pada diri sendiri menuntut kesadaran diri untuk memenuhi
kewajiban sendiri. Tanggung jawab pada diri sendiri sebagai seorang ATLM
yaitu kita harus tau kewajiban kita dan tanamkan dalam diri rasa tanggung
jawab terhadap kewajiban tersebut. Apabila tidak menanamkan tanggung

29
jawab untuk diri sendiri bagaiman kita mau bertanggung jawab untuk
pekerjaan maupun masyarakat.
7. Penanya : Zidni Zakiyah I. (039)
Seorang TLM menganalisis pasien dan hasilnya pasien tersebut mengidap
penyakit yang bisa menimbulkan kematian, namun di sisi lain pihak keluarga
yang sudah tau hasilnya meminta hasil itu untuk di rahasiakan dari pasien
karena pasien tersebut mempunyai penyakit jantung. Pihak keluarga juga
meminta agar ATLM memberikan hasil yang bukan sebenarnya atau
mamberitahukan penyakit yang ringan saja. Jika hal itu terjadi, bagaimana?
Penjawab : Alifia Nurrohma (052)
Sebagai seorang ATLM tetap harus menyampaikan hasil dengan penuh
kejujuran dan sesuai etika dengan menanamkan nilai-nilai budi pekerti. Hasil
disampaikan dengan komunikasi yang baik dan dibantu dokter agar
penjelasannya dapat diterima dengan baik dan tidak sampai kambuh penyakit
jantungnya.
8. Penanya : Chintya Voldiani (017)
Apa yang dimaksud dengan pemberian hasil pengamatan secara analisis dan
contohya?
Penjawab : M. Rizal Noor W. (031)
Misal, seorang pasien ingin memeriksa kolestrol, gula darah, dan lainnya.
Pengamatannya yang dimaksud adalah hasil dari pemeriksaan laboratorium.
Secara analisis maksudnya menjelaskan mengenai hasil-hasil tesebut secara
medis.
9. Penanya : Syava Hemas K. (040)
Jika ada suatu kasus penipuan dalam hasil pemeriksaan di tempat kerja anda,
maka apa yang akan anda lakukan? Mengutamankaan diam, atau
membongkar hal-hal seperti itu?
Penjawab : Indri Juliana (025)
Jika ada kasus penipuan dalam dunia kerja, kita tidak boleh diam saja. Tentu
harus membongkar kasus tersebut karena merupakan salah satu bentuk
kejujuran yang merupakan hal utama dalam bekerja. Jujur harus dimulai dari
diri sendiri agar semua dapat terbuka dan jelas.

30
10. Penanya : Diva Faryantina R. (032)
Sering terjadi kelalaian dalam bekerja di laboratorium. Bagaimana ketika ada
sampel darah yang belum diperiksa ternyata sudah terbuang? Apakah
tanggung jawab yang dilakukan sebagai TLM, jika ingin mengambil ulang
sampel? Tentunya pasien akan merasa dirugikan karena harus merasakan
sakit lagi ketika ditusuk jarum. Sedangkan jika tidak ada sampel maka tidak
akan bisa dilakukan pemeriksaan. Apa yang akan dilakukan sebagai TLM
yang bertanggung jawab?
Penjawab : Regita Putri Yohana (046)
Sebagai tenaga kesehatan yang professional dan tanggung jawab, seorang
analis kesehatan harus melakukan pengambilan darahnya lagi dan
mengatakan dengan jujur serta memohon maaf dan izin pada pasien untuk
dilakukan pengambilan sampel ulang. Sehingga pemeriksaan dapat dilakukan.
11. Penanya : Zepanya Panjaitan (024)
Apa yang menjadi kewajiban dan hak dari tenaga kerja, yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja?
Penjawab : Evi Munawaroh (027)
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
yang diwajibkan
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-
jawabkan.
12. Penanya : Zulfa Nisrina (0350

31
Akhir-akhir ini banyak orang yang meninggal karena Covid-19. Dalam kasus
orang yang meninggal di rumah sakit, banyak orang menganggap selain
karena virus covid tersbut, hal itu juga disebabkan karena
ketidaktanggungjawaban tenaga medis. Bagaimana cara menyikapi hal
tersebut?
Penjawab : Dita Sesa A. (028)
Tenaga kesehatan harus menanggapi dengan tenang dan tanpa amarah. Kita
dapat menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan sopan santun dan tutur
kata yang baik.
13. Penanya : Andi Aryuni H. (018)
Jika terjadi kasus seperti kasus yang diangkat oleh kelompok 2 tadi, apakah
yang bertanggung jawab atau menerima sanksi hanyalah petugas
laboratorium yang melakukan kesalahan atau pihak rumah sakit atau tempat
bekerja juga harus bertanggung jawab dan menerima sanksi? Mengingat hal
ini juga merupakan bentuk kelalaian dalam pengawasan kerja petugas. Jika
memang menerima sanksi, bentuknya seperti apa?
Penjawab : Wulan Nurrohmah (049)
Yang akan terkena sanksi tidak hanya yang terlibat langsung. Kasus tadi
kemungkinan besar tidak haya melibatkan 6 orang nakes saja. Pihak bandara
mungkin juga terlbat di dalamnya. Sanksi yang akn diterima mungkin berupa
pencabutan izin berkerja di bidang kesehatan, denda, dan hukuman kurungan.
14. Penanya : Amiratun Nisa’ (021)
Jika anda sebagai tenaga TLM melihat teman kerja sedang melakukan hal
yang tidak jujur atau melanggar peraturan yang ada di tempat kerja, apa yang
akan anda lakukan? Apakah anda akan diam karena menghargai sebagai
teman anda atau mengbongkar apa yang teman anda lakukan dan itu bisa
merusak pertemanan anda?
Penjawab : Sinta Insani A. (005)
Ketika melihat teman melakukan ketidakjujuran saat bekerja maka sebagai
seorang ATLM yang memiliki sifat kejujuran, saya akan menegur teman
tersebut. Tetapi menegur dengan cara yang baik, mengingatkan dengan
perkataan yang tidak akan menyinggung sehingga tidak merusak pertemanan.

32
15. Penanya : Yunita Dwi Kusuma (030)
Salah satu kekuasaan Analis Kesehatan adalah mempersiapkan pasien untuk
pemeriksaan. Contohnya seperti apa?
Penjawab : M. Rizal Noor W. (031)
Contohnya adalah ketika petugas memanggil pasien untuk menunggu maupun
masuk ke ruangan tempat pengambilan sampel dilakukan. Sehingga sampel
dapat segera diambil.
16. Penanya : Rahmadany Hutagalung (003)
Bagaimana cara bertanggung jawab jika seorang analis salah menyampaikan
hasil laboratorium dan hasil tersebut menyebabkan kerugian kepada pasien?
Penjawab : Alifia Nurrohma (052)
Jika terdapat kesalahan yang menyebabkan kerugian, sebagai ATLM harus
menyampaikan kebenaran dengan komunikasi yang baik dan memohon maaf
terlebih dahulu. Kemudian dapat berunding secara kekeluargaan sampai
menghasilkan kesepakatan dari kedua belah pihak.
17. Penanya : Diyu Fallasya M. (033)
Bagaimana pendapat anda mengenai perilaku seorang ATLM yang
mendahulukan seseorang yang mungkin dikenalnya dalam untuk melakukan
tes di laboratorium tanpa mengantre? Padahal banyak sekali pasien lain yang
harus menunggu berjam-jam untuk melakukan tes.
Penjawab : M. Rizal Noor W. (031)
Jika ada rekan kerja analis yang tidak mengantre biasanya rekan kerja dalam
satu instansi atau satu rumah sakit. Tujuan rekan ini didahulukan agar rekan
kerja tersebut segera kembali melanjutkan pekerjaannya sehingga tidak
tertunda terlalu lama.
18. Penanya : Arum Hasna A. (002)
Seorang ATLM pasti mempunyai bukti pemeriksaan klien. Apa yang akan
anda lakukan jika bukti pemeriksaan itu hilang? Terima kasih
Penjawab : Wulan Nurrohmah (049)
Yang akan saya lakukan adalah mencari backup datanya terlebih dahulu. Jika
memang tidak ada, saya akan terus terang dengan klien dan meminta klien
untuk melakukan pemeriksaan ulang dengan membicarakannya baik-baik.

33
Serta jika biaya penanganannya dapat saya tanggung akan saya tanggung, hal
tersebut menjadi bentuk tanggung jawab dari saya.
19. Penanya : Daniel Yudhan K. (041)
Dalam pelayanan medis pasti ada antrian untuk di layani. Jika ada klien yang
datang dalam keadaan darurat maka anda sebagai seorang tenaga medis
apakah akan mendahulukan atau tetap harus ikut mengantri?
Penjawab : Indri Juliana S. (025)
Didahulukan yang darurat bila pasien yang sudah mengantre tidak dalam
keadaan darurat. Sehingga pasien dalam keadaan darurat tersebut dapat
segera ditangani.
20. Penanya : Aurellia Anindya Putri (022)
Hak, kewajiban, kewenangan, maupun etika ATLM diatur dimana?
Penjawab : Evi Munawaroh (027)
UU RI No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Dalam UU tersebut
dijelaskan tentang perikemanusiaan, manfaat, pemerataan, etika dan
profesionalitas, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan,
pengabdian, norma agama, perlindungan, serta semua tentang tenaga
kesehatan.
21. Penanya : Yunia Nafidhotul Lutviyah (011)
Bagaimana pendapat anda jika ada seorang analis ada yang melakukan
kesalahan dalam bertugas namun tidak mau bertanggung jawab dan rumah
sakit justru melindungi si analis?
Penjawab : Alifia Nurrohma (052)
Menurut pendapat saya, kejadian tersebut adalah sebuah tindak pelanggaran.
Karena tidak seharusnya rumah sakit melindungi analis tersebut, rumah sakit
berarti telah melanggar peraturan dan etika sebagai lembaga pelayanan
kesehtan. Seorang tenaga kesehatan seharusnya juga memiliki rasa tanggung
Jawab terhadap apa yang ia kerjakan sebagaimana telah dijelaskan diatas
mengenai budi pekerti atau sikap seharusnya sebagaj tenaga kesehatan.
Namun mungkin masih banyak terdapat kasus seperti ini dikehidupan nyata,
maka dari itu kita sebagai penerus harus menghindari agar kejadian yang
sama tidak terulang.

34
22. Penanya : Rossa Ananda (023)
Bagaimana pendapat anda jika ada teman ATLM yang membocorkan hasil
laboratorium kepada orang lain yang bukan keluarga dari pasien tersebut,
sedangkan itu yang harus dirahasiakan?
Penjawab : Isnaini Widyasih (010)
Sebagai TLM kita memang tidak boleh membocorkan data/hasil laboratorium
pasien kepada orang lain. Namun, jika keluarga pasien atau pasien tersebut
sudah menyetujui untuk pemberitahuan hasil lab tersebut kepada orang lain
atau pihak terkait, maka sah sah saja jika hasil tersebut diberitahukan.
Sementara itu, secara tidak langsung pun seorang TLM juga harus
memberitahu teman TLM lainnya tentang kondiri pasien karena TLM juga
harus berkoordinasi dengan sesama TLM dan dokter guna mengutamakan
keselamatan pasien.
23. Penanya : Lidia Ratu Fandani (006)
Bagaimana tanggapan anda jika ATLM Melakukan kesalahan memberikan
hasil laboratorium seharusnya pasien A tp ATLM memberikan hasil
laboratorium pasien B. Bagaimana cara anda untuk menindak lanjuti
peristiwa tersebut.
Penjawab : Bapak Budi Mulyono
Hal tersebut sangat berbahaya sehingga pasien dapat menuntut. Institusi juga
bisa menegur atau memberi sanksi pada petugas. Sanksi bisa bermacam-
macam seperti pemotongan gaji, denda, pencabutan izin tugas, dan lain-lain.

35
C. COVER BUKU

36
37

Anda mungkin juga menyukai