Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan diantara etikawan
tentang apakah etika bersifat absolut atau relatif. Para penganut paham etika absolut dengan
berbagai argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada prinsip-prinsip etika yang bersifat
mutlak, berlaku universal kapan pun dan dimanapun. Sementara itu, para penganut etika relatif
dengan berbagai argumentasi yang juga tampak masuk akal membatah hal ini.
Tokoh pengaruh pendukung paham etika absolut antara lain Immanuel Kant dan Jammes
Rachels. Rahcels sendiri, yang walaupun membuka pemikiranya dengan memberikan argumentasi
bagi pendukung etika relatif. Ia mengatakan bahwa ada pakok teoritis yang umum dimana ada
aturan-aturan moral tertentu yang dianut secara bersama-sama oleh semua masyarakat kerena
aturan-aturan itu penting untuk kelestarian masyarakat.
3.2 Perkembangan Perilaku Moral
Teori perkembangan moral banyak dibahas dalam ilmu psikologi. Salah satu teori yang
sangat berpengaruh di kemukakan oleh Kohlberg (dalam Atkinson et.al., 1996) dangan
mengemukakan tiga tahap perkembangan moral dihubungkan dengan pertumbuhan usia anak.
Beberapa konsep yang memerlukan penjelasan, antara lain :
1. Perilaku moral (moral behavior)
Adalah berilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu. Moral dalam hal
ini berarti adat kebiasaan atau tradisi.
Utilitarianisme
Utilitarisme besasal dari kata latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris Utility yang berarti
bermanfaat ( Bertens, 2000 ). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika membawa
manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal: “the
greatest happiness of the greatest numbers”. Jadi, ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari
akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu apakah memberi manfaat atau tidak.Itulah
sebabnya, paham ini disebut juga paham teleologis. Teleologis berasal dari kata yunani telos yang
berarti tujuan.
Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis adalah melihat dari sudut
pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut kepentingan
orang banyak ( kepentingan bersama, kepentingan masyarakat ).
Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban ( Beterns, 2000 ).
Paham ini dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) dan kembali mendapat dukungan dari filsuf
abad ke-20, Anscombe dan suaminya .Peter Geach (Rachels, 2004). Paham deontologi mengatakan
bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi,
atau dari akibat dari tindakan tersebut.
Untuk memahami lebih lanjut tentang paham deontologi ini, sebaiknya dipahami terlebih
dahulu dua konsepn penting yang dikemukakan oleh Kant, yatu konsep imperative hypothesis dan
impertive categories. Imperative hypotesis adalah perintah-perintah (ought) yang bersifat khusus
yang harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan. Imperative categories adalah
kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat apa pun. Dalam hal ini, kewajiban
moral bersifat mutlak tanpa ada pengecualian apa pun dan tanpa dikaitkan dengan keiginan atau
tujuan apa pun.
Teori Hak
Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau
tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Namun senagaimana dikatakan oleh
Bertens (2000), teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi (kewajiban) karena hak tidak
dapat dipisahkan dengan kewajiban bagaikan satu keping mata uang logam yang sama dengan du
sisi. Teori hak sebenarnya di dasarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat dan semua
manusia mempunyai martabat yang sama.
Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (Weiss, 2006), yaitu:
1) Hak hukum (legal right)
Adalah hak yang didasarkan atas sistem/yurisdiksi hukum suatu negara, dimana
sumber hukum tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang Dasar negara yang
bersangkutan.
2) Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right)
Dihubungkan dengan pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus
dihubungkan dengan kelompok bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak
moral berkaitan dengan kepentingan individu sepanjang kepentingan individu itu
tidak melanggar hak-hak orang lain.
3) Hak kontraktual (contractual right)
Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pernyataan
mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki seseorang agar bisa disebut sebagai manusia
utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina. Dengan demikian,
karakteristik/sifat utama dapat didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah melekat dan
dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral
bernilai baik.
Teori Etika Teonom
Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat Kristen. Teori ini mengatakan bahwa karakter
moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah.
Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku
manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan perintah Allah sebagaimana telah di
ungkapkan dalam kitab suci.
2) Nilai-nilai vital
3) Nilai-nilai rohani murni
4) Nilai-nilai sekitar roh kudus
Etika Situasi Joseph Fletcher
Joseph Fletcher termasuk tokoh yang menentang adanya prinsip-prinsip etika yang bersifat mutlak.
Ia berpendapat bahwa setiap kewajiban moral selalu bergantung pada situasi konkrit.
Teori Skinner mengeni pengelolaan kelakuan dimulai dari pengamantanya bahwa dalam ilmu fisika
dan ilmu hayat, manusia telah mencapai kemajuan luar biasa dalam 2000 tahun terakhir. Skinner
mengatakan bahwa pendekatan filsfat nasional dan ilmu manusia tdak memadahi sehingga yang
diperlukan bukanlah ilmu etika, tetapi sebuah teknologi kelakuan.
Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas
Etika tradisional hanya memperhatikan akibat tindakan manusia dalm lingkungan dekat dan sesaat.
Etika macam ini tidak dapat lagi menghadapi ancaman global kehidupan didunia ini. Oleh karena itu,
Jonas menekankan pentingnya dirancang etika baru yang berfokus pada tanggung jawab.
Setalah mengulas berbagai filosofi, konsep tentang hakikat alam semesta dan hakikat manusia, serta
setelah mengupas pokok-pokok pikiran dari berbagai macam teori etika yang berkembang,maka
dapat dilihat ringkasan berbagai teori etika dan hubungannya dengan paradigma hakikat manusia.
3.6 Tantangan ke Depan Etika Sebagai Ilmu
Etika sebagai ajaran moraltelah menjadi bagian tak terpisahkan dari semua agama sejak
agama itu hadir. Namun sebagai ilmu, etika masih kalah mapan bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu
lainya separti ilmu fisika, ilmu ekonomi, dan lain-lain. Etika sebagai ilmu mecoba menjelaskan
parilaku manusia dalam konteks sebatas makna hidup duniawi umat manusia dengan mengabaikan
sama sekali aspek kesadaran spiritual dalam diri manusia.
Ilmu etika kedepan hendaknya didasrkan atas paradigma manusia utuh, yaitu suatu pola
pikir yang mengutamakan integrasi dan keseimbangan pada: