Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Zafran

NPM : B1A021354

Tugas :
▪ Materi tentang teori-teori etika sertakan contoh dari masing-masing teori.
Jawab :

A. Etika Absolut dan Etika Relatif

Sampai sekarang masih menjadi perdebatan antara para ahli apakah etika bersifat absolut atau relatif.
Etika absolut dengan berbagai argumentasi yang masuk akal meyakini bahwa ada prinsip-prinsip etika
yang bersifat mutlak, berlaku secara umum di manapun dan kapanpun. Sementara itu, etika relatif dengan
berbagai argumentasinya, mereka justru mengatakan bahwa tidak ada prinsip atau nilai moral yang
berlaku umum. Prinsip atau nilai moral yang ada dalam masyarakat berbeda-beda untuk masyarakat yang
berbeda dan untuk situasi yang berbeda juga.

Diantara tokoh-tokoh berpengaruh yang mendukung paham etika relatif adalah Joseph Fletcher (dalam
Suseno, 2006), yang terkenal dengan teori etika situasionalnya. Ia menolak adanya norma-norma moral
umum karena kewajiban moral selalu bergantung pada situasi konkret, dan situasi ini dalam keseharian
tidak pernah sama.

Sedangkan tokoh yang berpengaruh dan mendukung etika absolut antara lain Immanuel kant dan James
Rachel, mereka mengatakan bahwa ada pokok teoritis yang umum dimana ada aturan-aturan moral
tertentu yang dianut secara bersama oleh semua masyarakat karena aturan-aturan itu penting untuk
kelangsungan masyarakat.

B. Perkembangan perilaku moral

Dalam ilmu psikologi, banyak sekali dibahas teori perkembangan moral, teori yang dikemukakan oleh
kolhberg (dalam Atkinson,1996) salah satu teori yang sangat berpengaruh, teori ini mengemukakan tiga
tahap perkembangan moral dihubungkan dengan pertumbuhan (usia) anak, dari masing-masing tahap
dibagi lagi menjadi dua subtahap sehingga secara keseluruhan ada enam Tahap perkembangan. Sebelum
itu ada beberapa konsep yang berkaitan dengan perkembangan moral ini. Beberapa konsep itu yaitu
perilaku moral (moral behavior) dan perilaku tidak bermoral (immoral behavior), perilaku di luar
kesadaran moral (immoral behavior) Dan perkembangan moral (moral development).

Perilaku moral mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu, moral disini berarti adat kebiasaan
atau tradisi. Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi harapan kelompok sosial
tersebut. Ketidakpatuhan ini disebabkan oleh ketidaksetujuan terhadap harapan kelompok sosial tersebut,
atau karena kurang merasa wajib untuk mematuhinya. Perilaku diluar kesadaran moral adalah perilaku
yang menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih disebabkan oleh ketidakmampuan yang
bersangkutan dalam memahami harapan kelompok sosial. Perkembangan moral ada hubungannya dengan
tahap-tahap perkembangan intelektual seseorang, di asumsikan jika kemampuan pemahaman seseorang
anak meningkat, maka tahap perkembangan moral anak tersebut juga meningkat.
Kolhberg menyimpulkan ada hubungan antara pertambahan umur dengan tingkat perkembangan moral
seseorang. Pada usia dini kesadaran moral seseorang belum berkembang dengan baik sehingga cenderung
Atas kepentingan diri. Semakin bertambah usia seseorang, diharapkan akan meningkat juga kesadaran
moralnya. Namun dalam kenyataannya baik di Indonesia maupun di belahan dunia lain dimana
pertambahan usia seseorang tidak serta-merta diikuti oleh pertumbuhan tingkat kesadaran moralnya,
seperti korupsi dan memanipulasi yang banyak dilakukan oleh golongan tua.

Tingkat 1 (preconventional) Usia < 10 tahun

Sublevel
1. Orientasi pada hukuman
2. Orientasi pada hadiah

Ciri menonjol
1.Mematuhi peraturan untuk menghindari hukuman
2.menyesuaikan diri untuk memperoleh hadiah/pujian

Tingkat 2 (conventional) Usia 10-13 tahun

Sub level
3. Orientasi anak baik
4. Orientasi otoritas

Ciri menonjol
3.Menyesuaikan diri untuk menghindari celaan orang lain                                                 
4.Mematuhi hukuman dan peraturan untuk mengindari kecaman dari otoritas dan perasaan bersalah

Tingkat 4 (postconventional) Usia > 13 tahun

Sublevel
5. Orientasi kontrak sosial
6. Orientasi prinsip etika

Ciri menonjol
5.Tindakan atas dasar yang disepakati bersama masyarakat demi kehormatan diri                         
6.Tindakan atas dasar prinsip etika yang diyakini untuk menghindari penghukuman diri

C. Beberapa Teori Etika

Teori adalah pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu faktor tertentu dari sebuah
disiplin keilmuan (suriasumawatri), fungsi Teori dan ilmu pengetahuan adalah untuk menjelaskan,
meramalkan dan mengkontrol. Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis
tentang adat kebiasaan, nilai-nilai dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik.

Egoisme

Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu egoisme psikologi
dan egoisme etis. Egoisme psikologi adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia
dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri, dalam teori ini orang boleh saja yakni bahwa ada tindakan
mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan yang terkesan luhur dan/atau
tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah ilusi. Jadi menurut teori ini, tidak ada tindakan yang
sesungguhnya bersifat altruisme. Altruisme adalah suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau
mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya. Sedangkan paham
egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri, jadi yang membedakan
tindakan berkutat diri dengan tindakan untuk kepentingan diri adalah pada akibatnya terhadap orang lain.

Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain,
sedangkan tindakan mementingkan tidak selalu merugikan kepentingan orang lain. Dengan perbedaan
pemahaman diatas, jelas bahwa paham egoisme psikologi dilandasi oleh ketamakan sehingga tidak dapat
dikatakan tindakan tersebut bersifat etis.

Berikut pokok-pokok pandangan egoisme etis oleh (Rachel,2004)

 Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela kepentingannya sendiri maupun
kepentingan orang lain

 Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri,
tetapi egoisme tidak mengatakan bahwa anda harus menghindari tindakan menolong orang lain.

 Menurut teori ini, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri
sendiri, karena menolong orang lain juga dalam rangka memenuhi kepentingan diri.

 Kalau ada tindakan yang menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini
bukanlah alasan yang membuat tindakan itu benar, yang membuat tindakan itu benar jika
tindakan itu menguntungkan diri sendiri.

Alasan yang mendukung teori egoisme etis antara lain:

 Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri, tindakan peduli dan cinta
kasih merupakan gangguan dan merendahkan martabat serta kehormatan orang tersebut.

 Pandangan tentang kepentingan diri adalah pandang yang sesuai dengan moralitas akal sehat, dan
pada akhirnya tindakan dapat dijelaskan dari prinsip fundamental kepentingan diri.

Alasan menentang teori egoisme etis antara lain:

 Egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik kepentingan.

 Egoisme etis bersifat sewenang-wenang.

Munculnya paham egoisme etis memberikan landasan munculnya paham ekonomi kapitalis dalam ilmu
ekonomi yang dipelopori oleh Adam Smith.
Utilitarisme

Teori ini dipelopori oleh David june (1711-1776), dan dikembangkan Jeremy bentham (1748-1832) dan
John Stuart Mill (1806-1873). Utilitarianisme berasal dari kata latin utilis, utility (Inggris) yang berarti
bermanfaat (bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika membawa
manfaat bagi sebanyak mungkin anggota masyarakat. jadi ukuran baik tidaknya dilihat dari akibat,
konsekuensi atau tujuan dari tindakan itu (bermanfaat atau tidak).  Teori ini juga disebut teologis yang
berarti tujuan.

Dari uraian di atas paham utilitarianisme dapat dipahami sebagai berikut:

 Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan, atau hasilnya)

 Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah
ketidakbahagiaan.

 Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.

Beberapa kritik mengenai utilitarianisme Antara lain:

 Hanya menekankan tujuan/manfaat pada pencapaian kebahagiaan duniawi dan mengabaikan


aspek spiritual.

 Mengorbankan prinsip keadilan dan hak individu (minoritas) demi keuntungan sebagian besar
orang (mayoritas).

Deontologi

Deontologi berasal dari kata yunani Deon yang berarti kewajiban (bartender, 2000), teori ini dipelopori
oleh Immanuel kant (1724-1804). Berbeda dengan paham sebelumnya menilai etis atau tidaknya suatu
tindakan berdasarkan hasil, tujuan atau konsekuensi dari tindakan tersebut, namun dalam deontogi semua
itu tidak ada kaitannya sama sekali. Ada dua konsep penting yaitu imperative hypothesis yaitu perintah-
perintah yang bersifat khusus yang harus diikuti jika keinginan yang relevan. Selanjutnya Konsep
imperative categories adalah kewajiban moral yang mewajibkan kita begitu saja tanpa syarat apapun,
kewajiban moral bersifat mutlak tanpa pengecualian apapun dan tanpa dikaitkan dengan keinginan atau
tujuan apapun.

Kant menganggapn bahwa kewajiban moral harus dilaksanakan demi kewajiban itu sendiri, bukan karena
keinginan untuk memperoleh tujuan kebahagiaan, bukan juga karena kewajiban itu diperintahkan oleh
tuhan (Allah SWT). Kant membangun teorinya dengan berlandaskan pemikiran rasional dengan asumsi
bahwa Karena manusia bermartabat, maka setiap perlakuan Manusia terhadap manusia lainnya harus
dilandasi oleh kewajiban moral universal.

Teori Hak

Selain deontologi dan imperative categories, Kant juga memperkenalkan teori hak (right theory). Menurut
teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai
dengan hak asasi manusia (HAM). Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas (weiss,
2006), yaitu hak hukum (legal right), hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dan hak
kontraktual (contractual right). Hak legal adalah hak yang didasarkan atas sistem/yurisdiksi hukum suatu
negara. Hak moral dihubungkan dengan pribadi manusia secara individu atau dalam kelompok (bukan
masyarakat luas). Hak kontraktual mengikat individu-individu yang membuat kesepakatan (kontrak)
bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Pada tingkat perusahaan, teori HAM ini banyak dirujuk untuk menilai tindakan manajemen terhadap
karyawannya, apa karyawan diperlakukan secara manusiawi atau tidak. Pada pemerintahan dan kerjasama
antar negara, PBB, para pemerhati HAM dan organisasi-organisasi kemanusiaan seperti Lembaga
swadaya masyarakat (LSM), mereka berfungsi sebagai penjaga HAM bagi tindakan setiap pemerintah
terhadap warga negaranya.

Teori Keutamaan (virtue theory)

Teori Keutamaan berdasarkan dari manusianya. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan,
tetapi berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang
agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina.
Karakter (sifat) utama disini berarti disposisi sifat/watak yang telah melekat/dimiliki oleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik, sedangkan yang
melakukan tingkah laku buruk secara moral disebut Manusia hina.

Teori Etika Teonom

Sebagaimana diakui oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan tertinggi yang ingin dicapai
manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh kebahagiaan surgawi. Sebenarnya
setiap agama mempunyai filsafat etika yang hampir sama. Salah satunya adalah teori etika teonom. Teori
teonom dilandasi filsafat Kristen, teori ini mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara
hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap
baik jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik jika tidak mengikuti
aturan-aturan dan perintah Allah sebagaimana yang telah diberitahukan dalam kitab suci.

D. ETIKA ABAD KE-20

Arti Kata "BAIK"  Menurut George Edward Moore

Moore berpandangan bahwa kata baik tidak dapat didefinisikan, alasannya karena mempunyai sifat
primer. Suatu kata tidak dapat didefinisikan jika kata tersebut tidak lagi terdiri atas bagian-bagian
sehingga tidak dapat dianalisis. Baik adalah baik, setiap usaha untuk mendefinisikan akan selalu
menimbulkan kerancuan.

Tatanan Nilai Max Scheller

Menurut Scheller, ada empat gugus nilai yaitu nilai-nilai sekitar enak dan tidak enak. Nilai-nilai vital,
nilai-nilai rohani murni dan nilai-nilai sekitar roh Kudus.

Etika Situasi Joseph Fletcher


Joseph menentang adanya prinsip-prinsip yang bersifat mutlak, ia berpendapat bahwa Setiap kewajiban
moral selalu bergantung pada situs konkret. Tanpa adanya perhatian pada tuntunan situasi, hal-hal yang
wajib dilakukan tidak dapat diketahui. Itulah sebabnya, moralitas hanya dapat dipahami dalam situasi
konkret, padahal situasi konkret tidak selalu sama sehingga etika ini sering juga disebut etika situasi.

Pandangan Penuh Kasih Iris Murdoch

Teori ini menyatakan bahwa bukan kemampuan otonom yang menciptakan nilai, melainkan kemampuan
untuk melihat dengan penuh kasih dan adil. Hanya pandangan yang adil dan penuh kasih yang
menghasilkan pengertian yang betul-betul benar.

Pengelolaan kelakuan byrrhus Frederic Skinner

Skinner mengatakan bahwa pendekatan filsafat tradisional dan ilmu manusia tidak memadai sehingga
yang diperlukan bukanlah ilmu etika tetapi sebuah kelakuan.

Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas

Jonas menekankan pentingnya dirancang etika baru yang berfokus pada tanggung jawab. Intinya
kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia
dimasa depan.

Kegagalan Etika Pencerahan Alastair Maclntyre

Dengan membuang tujuan hakiki umat manusia dari ilmu etika, maka etika menjadi tidak rasional lagi.
Oleh karena itu, Maclntyre menganjurkan agar etika kembali pada paham teologis tentang manusia.

E. Tantangan etika kedepan sebagai ilmu

Ilmu etika kedepan hendaknya didasarkan atas paradigma manusia utuh, yaitu pola pikir yang
mengutamakan integrasi dan keseimbangan pada:

 Pertumbuhan PQ, IQ, EQ dan SQ

 kepentingan individu, kepentingan masyarakat dan kepentingan tuhan

 Keseimbangan tujuan lahiriah (duniawi) dengan tujuan rohaniah (spritual)

Namun dalam upaya mengejar tujuan hidup yang bersifat duniawi tersebut jangan sampai melupakan
pengembangan kesadaran spiritual. Pada tahap ini diperlukan keseimbangan antara pengembangan aspek
fisik, mental dan spiritual.

Inti dari hakikat manusia utuh adalah keseimbangan, yaitu sebagai berikut:

 Keseimbangan antara hak (teori hak) dan kewajiban (teori deontologi)


 Keseimbangan tujuan duniawi (teori teleogi) dan rohani (teori teonom)

 Keseimbangan antara kepentingan individu (teori egoisme) dan kepentingan masyarakat (teori
utilitarianisme.

 Gabungan ketiga butir diatas akan menentukan karakter seseorang (teori Keutamaan)

 Hidup adalah suatu proses evolusi kesadaran (teori pengembangan moral ). Teori-teori etika yang
ada dapat dianalogikan dengan alur proses evolusi kesadaran, yaitu hak (egoisme) >
utilitarianisme > kewajiban (deontologi) > teonom > keutamaan (virtue).

 F. Etika Dalam Islam

Sangat luas etika itu karena menyangkut berbagai hal dan aspek kehidupan manusia. Bagi yang muslim,
keadaan ini sebenarnya sudah maksud sistem alam atau pandangan hidup Islam dimana yang paling
penting untuk mengontrol ini semua adalah sesuatu yang ada dalam diri manusia, yaitu hati dan kalbu.
Jika kualitas hatinya baik, maka baiklah semuanya, sebaliknya jika kualitas hatinya jelek, maka jeleklah
semuanya. Bagi Islam untuk mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk semua ada dalam Alquran
dan hadis.

Anda mungkin juga menyukai