04 05
Etika Absolut erat hubungannya dengan moralitas seorang individu atau manusia, etika ini
jugamemberikan atau menekankan setiap norma dan aturan yang ada dengan tegas dan
terkadangbersifat memaksa dan tidak pandang bulu. Etika yang berarti adat atau kebiasaan
dari seorangindividu sesuai dengan lingkungan dan tempat dimana ia lahir dan tinggal
sehingga mampumenata hidup dengan baik melalui etika dan oral yang baik pula. Terkadang
seorang individumembutuhkan paham yang bersifat mutlak untuk menjadi pedoman hidup
dan tata carabagaimana ia hidup dan bersosialisasi dengan sesame manusia dengan alam,
hewan, dantumbuhan.Logikanya, jika tidak ada etika yang mutlak, maka tidak ada Absolute
llahi EtikaPemberi. Mewajibkan set mutlak etika menyiratkan Pemberi Etika Absolute, yang
denganmudah dapat diekstrapolasi sebagai Tuhan.
Etika Relatif
Etika Relatif berarti paham yang percaya bahwa segala sesuatu itu bersifat tidak
mutlak, mulaidari pengetahuan maupun prinsip. Terkait dengan istilah relativisme
etika, Shomali telahmemberikan definisi yang cukup mudah dipahami yaitu
"relativisme etika adalah pandanganbahwa tidak ada prinsip moral yang benar
secara universal, kebenaran semua prinsip moralbersifat relative terhadap budaya
atau pilihan individu". Relativisme juga tidak memungkinkanuntuk adanya
serangkaian mutlak etika.
Para penganut paham etika absolute dengan berbagai argumentasi yang
masuk akal meyakinibahwa ada prinsip-prinsip etika yang bersifat
mutlak, berlaku universal kapanpun dandimanapun.
Sementara itu, para penganut etika relatif dengan berbagai argumentasi
yang jugatampak masuk akal membantah hal ini. Mereka justru
menetapkan bahwa tidak ada prinsip ataunilai moral yang berlaku
umum. Prinsip atau nilai moral yang ada dalam masyarakat berbeda-
beda untuk masyarakat yang berbeda dan untuk situasi yang berbeda
pula.
03
PERKEMBANGAN
PERILAKU MORAL
Beberapa konsep yang memerlukan penjelasan, antara lain:
● perilaku moral (moral behavior),
● perilaku tidak bermoral (immoral behavior),
● perilaku di luar kesadaran moral (unmoralbehavior), dan
● perkembangan moral (moral development) itu sendiri.
Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat
tertentu. Moral dalam hal ini berartiadat kebiasaan atau tradisi. Perilaku tidak bermoral
berarti perilaku yang gagal mematuhi harapan kelompok sosial tersebut.
Ketidakpatuhan ini bukan karena tidak mampuan memahami harapan kelompok
tersebut, tetapi lebih disebabkan oleh tidak setujuan terhadap harapan kelompok sosial
tersebut, atau karena kurang merasa wajib untuk mematuhinya. Perilaku di luar
kesadaran moral adalah perilaku yang menyimpang dari harapan kelompok sosial yang
lebih disebab kan oleh tidak mampuan yang bersangkutan dalam memahami harapan
kelompok sosial. Perkembangan moral bergantung pada perkembangan intelektual
seseorang..
04
BEBERAPA TEORI
ETIKA
Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak
baik. Sebagai ilmu, etika belum semapan ilmu fisika atau ilmu ekonomi. Dalam etika
masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat,
atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan.
Di samping itu, sifat teori dalam ilmu etika masih lebih banyak untuk menjelaskan
sesuatu, belum sampai pada tahap untuk meramalkan, apalagi untuk mengontrol suatu
tindakan atau perilaku. Banyaknya teori etika yang berkembang tampak cukup
membingungkan. Padahal, sifat teori yang makin sederhana dan makin mengerucut
menuju suatu teori tunggal yang mampu menjelaskan suatu gejala secara komprehensif,
justru makin menunjukkan kemapanan disiplin ilmu yang bersangkutan.
Untuk memperoleh pemahaman tentang berbagai teori etika yang berkembang, berikut ini diuraikan secara garis
besar beberapa teori yang berpengaruh.
Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu: egoisme psikologis dan
egoisme etis. Kedua konsep ini tampak mirip karena keduanya menggunakan istilah egoisme, namun
sebenarnya keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Menurut teori ini, orang boleh saja yakin bahwa ada
tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun semua tindakan yang terkesan luhur dan/atau
tindakan yang suka berkorban tersebut hanyalah ilusi.
Rachels sendiri juga menjelaskan paham egoisme etis yang pengertiannya sering dikacaukan dengan paham
egoisme psikologis. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-interest).
Bila saya belajar sampai larut malam agar bisa lulus ujian, atau saya bekerja keras agar memperoleh
penghasilan yang lebih besar, atau saya mandi agar badan saya bersih, maka semua tindakan saya ini dapat
dikatakan dilandasi oleh kepentingan diri, namun tidak dapat dianggap sebagai tindakan berkutat diri. Jadi,
yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri
(egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain.
Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris utility yang berarti bermanfaat
(Bertens, 2000). Menurut teori ini, suatu tindakan dapat dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak
mungkin anggota masyarakat, atau dengan istilah yang sangat terkenal: "the greatest happiness of the greatest
numbers". Teleologis berasal dari kata Yunani telos yang berarti tujuan(Bertens, 2000).
Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat.
Egoisme etis melihat dari sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari
sudut kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).
Dari uraian sebelumnya, paham utilitarianisme dapat diringkas sebagai berikut:
● Tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya (akibat, tujuan, atau hasilnya).
● Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah jumlah
kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan.
● Kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban (Bertens, 2000).
Paham ini dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804) dan kembali mendapat dukungan dari
filsuf abad ke-20, Anscombe dan suaminya, Peter Geach (Rachels, 2004).
Untuk memahami lebih lanjut tentang paham deontologi ini, sebaiknya dipahami terlebih
dahulu dua konsep penting yang dikemukakan oleh Kant, yaitu konsep imperative hypothesis
dan imperative categories. Imperative hypothesis adalah perintah-perintah (ought) yang
bersifat khusus yang harus diikuti jika seseorang mempunyai keinginan yang relevan.
Perhatikan contoh-contoh berikut.
- Kalau Anda ingin menjadi sarjana akuntansi, Anda harus (ought) memasuki Fakultas
Ekonomi jurusan akuntansi.
- Kalau Anda ingin menjadi pemain bola yang berhasil, Anda harus rajin berlatih sepak bola.
- Kalau Anda ingin berhasil dalam studi, Anda harus rajin belajar, dan seterusnya
Teori Hak
Immanuel Kant sebenarnya mengajukan dua pemikiran pokok. Di samping teori deontologi dengan
imperative categories-nya, ia sebenarnya juga mengemukakan apa yang kemudian dikenal dengan teori
hak (right theory). Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau
tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM).
PBB disebutkan ketentuan umum tentang hak dan kemerdekaan setiap orang. PBB bahkan telah
mendeklarasikan prinsip-prinsip HAM universal pada tahun 1948, yang dikenal dengan nama Universal
Declaration of Human Rights (UDoHR). Diharapkan semua negara di dunia dapat menggunakan
UDoHR sebagai dasar bagi penegakan HAM dan pembuatan berbagai undang-undang/peraturan yang
berkaitan dengan penegakan HAM.
Indonesia juga telah mempunyai Undang-Undang tentang Hak Asasi Manusia yang diatur dalam UU
Nomor 39 Tahun 1999. Hak-hak warga negara yang diatur dalam UU ini, antara lain:
Hak untuk hidup Hak atas rasa aman
Hak untuk berkeluarga dan melanjutkan keturunan Hak atas kesejahteraan
Hak untuk memperoleh keadilan Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
Hak untuk kebebasan pribadi Hak wanita
Hak anak
Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori keutamaan sebenarnya telah lahir sejak zaman dahulu yang didasarkan atas
pemikiran Aristoteles (384-322 SM) yang sempat tenggelam, tetapi sekarang ini
kembali mendapatkan momentumnya. Berbeda dengan teori teleologi dan
deontologi yang keduanya sama-sama menyoroti moralitas berangkat dari suatu
tindakan, teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 2000).
Teori keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana
yang tidak etis. Bila ini ditanyakan pada penganut paham egoisme, maka
jawabannya adalah: suatu tindakan disebut etis bila mampu memenuhi
kepentingan individu (self-interest) dan suatu tindakan disebut tidak etis bila tidak
mampu memenuhi kepentingan individu yang bersangkutan.
Teori Etika Teonom
Teori ini mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian
hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan dengan
kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti aturan-aturan/perintah
Allah sebagaimana telah dituangkan dalam kitab suci.
Ada empat persamaan fundamental filsafat etika semua agama, yaitu:
a. Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan tertinggi selain tujuan hidup di
dunia. Hindu menyebutnya moksa, Budha menyebutnya nirwana, Islam menyebutnya akhirat, dan
Kristen menyebutnya surga. Apa pun sebutannya, berarti semua mengakui adanya eksistensi
nonduniawi yang menjadi tujuan akhir umat manusia.
b. Semua agama mengakui adanya Tuhan dan semua agama mengakui adanya kekuatan tak terbatas
yang mengatur alam raya ini.
c. Etika bukan saja diperlukan untuk mengatur perilaku hidup manusia di dunia, tetapi juga sebagai
salah satu syarat mutlak untuk mencapai tujuan akhir (tujuan tertinggi) umat manusia-dan ini adalah
yang terpenting.
d. Semua agama mempunyai ajaran moral (etika) yang bersumber dari kitab suci masing-masing. Ada
prinsip-prinsip etika yang bersifat universal dan bersifat mutlak yang dijumpai di semua agama,
tetapi ada juga yang bersifat spesifik/berbeda dan hanya ada pada agama tertentu saja.
Economy factors
Mercury Venus
Mercury is the closest planet to the Venus has a beautiful name and is the
Sun and the smallest one in the Solar second planet from the Sun. It’s hot
System—it’s only a bit larger than and has a poisonous atmosphere
the Moon
Technology of the time
Mars Venus
Mars is actually a very Venus has extremely
cold place high temperatures
Jupiter Saturn
Jupiter is the biggest Saturn is a gas giant and
planet has several rings
Principal social actors
333,000
The Sun’s mass compared to Earth’s
386,000 km
Distance between Earth and the Moon
Whoa!
This can be the part of the presentation
where you introduce yourself, write
your email…
Economic percentages
Venus
Venus has a beautiful name and is
the second planet from the Sun
Mars
Despite being red, Mars is
actually a cold place. It’s full of
iron oxide dust
History of the industrialization
2xxx 2xxx 2xxx 2xxx
Saturn
Saturn has rings
85% Mercury
Mercury is small
65% Venus
Venus is hot
45% Jupiter
Jupiter is small
Follow the link in the graph to modify its data and then paste the new one here. For more info, click here
Our professors
Option A Option B
01
What is the planet Jupiter like?
Jupiter is…
02
Is Mars cold because it’s red?
Mars is…
Group discussion: About urbanization
What are the consequences of the industrialization in America?
Saturn
Saturn is the ringed
planet
50% 50%
Mercury Neptune
Mercury is the Neptune is far
closest planet away from us
Follow the link in the graph to modify its data and then paste the new one here. For more info, click here
Thanks!
Do you have any questions?
youremail@freepik.com
+34 654 321 432
yourwebsite.com
For more information about editing slides, please read our FAQs or visit our blog:
https://slidesgo.com/faqs and https://slidesgo.com/slidesgo-school
Instructions for use (premium users)
As a Premium user, you can use this template without attributing Slidesgo or keeping the "Thanks" slide.
For more information about editing slides, please read our FAQs or visit our blog:
https://slidesgo.com/faqs and https://slidesgo.com/slidesgo-school
Fonts & colors used
This presentation has been made using the following fonts:
ABeeZee
(https://fonts.google.com/specimen/ABeeZee)
M Plus 1
(https://fonts.google.com/specimen/M+PLUS+1)
PHASE 1
Task 1
Task 2
PHASE 2
Task 1
Task 2
PHASE 1
Task 1
Task 2
...and our sets of editable icons
You can resize these icons without losing quality.
You can change the stroke and fill color; just select the icon and click on the paint bucket/pen.
In Google Slides, you can also use Flaticon’s extension, allowing you to customize and add even more icons.
Educational Icons Medical Icons
Business Icons Teamwork Icons
Help & Support Icons Avatar Icons
Creative Process Icons Performing Arts Icons
Nature Icons
SEO & Marketing Icons