Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ETIKA KEPERAWATAN

Oleh :

Elisa Fitria Rahmatullah


NPM 21142019014.P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2023
TEORI ETIK

Teori etik adalah suatu kerangka berpikir yang digunakan untuk memahami
prinsip-prinsip dan aturan moral dalam kehidupan manusia. Teori etik membahas
pertanyaan-pertanyaan seperti apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang benar dan
apa yang salah, dan bagaimana kita seharusnya bertindak dalam situasi tertentu. Tujuan
teori etik adalah untuk memberikan pedoman bagi perilaku moral dan membantu
individu dan masyarakat untuk membuat keputusan moral yang tepat. Teori etik
digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan.
Ahli filsafat moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang secara garis
besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan deontology. Teori teleologi
memandang bahwa tindakan moral harus dinilai berdasarkan akibat atau hasil yang
dihasilkan dari tindakan tersebut. Teleologi Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata
telos, berarti akhir). Istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian.
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi. Pendekatan ini sering disebut dengan
ungkapan the end justifies the means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh
hasil akhir yang terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi.
Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal dan ketidakbaikan sekecil
mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam Suhaemi, 2010) Teori teleologi atau
utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule utilitarienisme dan act utilitarianisme. Rule
utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau niiali suatu tindakan bergantung pada
sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan kepada manusia.
Sedangkan teori deontologi memandang bahwa tindakan moral harus dinilai
berdasarkan kewajiban moral yang harus dipatuhi, tanpa mempertimbangkan akibat atau
hasil yang dihasilkan. Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas)
berprinsip pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan
oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moralnya.
Dalam konteks ini, perhatian difokuskan pada tindakann melakukan tanggung jawab
moral yang dapat memberikan penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar
atau salah. Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas harus
bersifat universal, tidak kondisional, dan imperative.
Berikut adalah contoh penerapan teori etik teleologi dan deontologi:

1. Teori Teleologi

Contoh penerapan teori teleologi dapat dilihat pada keputusan seorang dokter yang
mengambil keputusan untuk membiarkan pasien yang sekarat mengakhiri hidupnya
dengan euthanasia. Dalam hal ini, dokter berfokus pada akibat baik yang diinginkan
yaitu mengakhiri penderitaan pasien dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik
bagi pasien.

2. Teori Deontologi

Contoh penerapan teori deontologi dapat dilihat pada keputusan seorang hakim yang
menolak memberikan hukuman mati kepada terdakwa yang terbukti melakukan
kejahatan berat. Dalam hal ini, hakim mengikuti prinsip moral bahwa kehidupan
manusia sangat berharga dan tidak boleh diambil dengan mudah. Meskipun
terdakwa telah melakukan tindakan yang sangat buruk, hakim memilih untuk
menempatkan nilai moral di atas kepentingan praktis seperti hukuman mati.

Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin bahwa klien harus
diberi tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun kenyataan tersebut sangat
menyakitkan.

Contoh lain: seorang perawat menolak membantu pelaksanaan abortus karena


keyakinan agamanya yang melarang tindakan membunuh. Dalam menggunakan
pendekatan teori ini, perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan
abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap tindakan yang
mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi) merupakan tindakan buruk secara
moral. Secara lebih luas, teori deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip
penting, yaitu kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry, 1991
dalam buku Suhaemi, 2010)
Selain itu, terdapat juga teori etik lainnya seperti
1. Teori Utilitarianisme Teori ini dikembangkan oleh Jeremy Bentham dan John
Stuart Mill. Utilitarianisme menekankan pada konsep kebahagiaan dan kepentingan
umum. Menurut teori ini, tindakan etis adalah tindakan yang menghasilkan
kebahagiaan atau kesejahteraan yang terbesar bagi sebanyak mungkin orang.

2. Teori Deontologi Teori ini dikembangkan oleh Immanuel Kant dan menekankan
pada konsep kewajiban moral. Menurut teori deontologi, tindakan yang benar
adalah tindakan yang sesuai dengan kewajiban moral yang universal. Dalam
konteks ini, tindakan yang benar bukanlah yang menghasilkan akibat yang positif,
tetapi yang mematuhi prinsip moral.

3. Teori Etika Keadilan Teori ini dikembangkan oleh John Rawls dan menekankan
pada konsep keadilan sosial. Menurut teori ini, tindakan etis adalah tindakan yang
menghasilkan kesetaraan, keadilan, dan keseimbangan sosial. Dalam konteks ini,
tindakan yang benar adalah tindakan yang memperhatikan hak individu dan
kepentingan kelompok.

4. Teori Etika Keutamaan Teori ini dikembangkan oleh Aristoteles dan menekankan
pada konsep keutamaan moral. Menurut teori etika keutamaan, tindakan etis adalah
tindakan yang mencerminkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam diri
seseorang. Dalam konteks ini, seseorang dianggap etis jika mempraktikkan
keutamaan moral seperti kejujuran, keberanian, dan kasih sayang.

5. Teori Etika Hak Teori ini menekankan pada konsep hak individu dan pengakuan
terhadap hak tersebut dalam tindakan moral. Menurut teori etika hak, tindakan yang
benar adalah tindakan yang menghormati hak individu seperti hak atas kebebasan
dan hak atas keadilan.

6. Teori Etika Kepribadian Teori ini menekankan pada konsep karakter atau
kepribadian seseorang dalam tindakan etis. Menurut teori ini, tindakan etis adalah
tindakan yang mencerminkan karakter baik dan kualitas moral individu. Dalam
konteks ini, tindakan yang benar adalah tindakan yang berasal dari kepribadian
yang baik dan moral yang kuat.

7. Teori Etika Feminis Teori ini menekankan pada konsep kesetaraan gender dalam
tindakan etis. Menurut teori etika feminis, tindakan etis adalah tindakan yang
memperhatikan pengalaman dan perspektif wanita serta menekankan pada keadilan
gender dan kesetaraan hak. Dalam konteks ini, tindakan yang benar adalah tindakan
yang menghormati kepentingan dan hak wanita.

Anda mungkin juga menyukai