A. Pengertian Etika
1. Suatu disiplin terhadap apa yang baik dan buruk dan dengan tugas moral
serta kewajiban.
Pandangan kedua adalah bahwa nilai dan norma moral sendiri paling benar
dalam arti tertentu mewakili kubu moralisme universal, yaitu bahwa pada dasarnya
norma dan nilai moral berlaku universal, dan karena itu apa yang dianggap benar di
negara sendiri harus diberlakukan juga di negara lain (karena anggapan bahwa di
negara lain prinsip itu pun pasti berlaku dengan sendirinya). Pandangan ini
didasarkan pada anggapan bahwa moralitas menyangkut baik buruknya perilaku
manusia sebagai manusia, oleh karena itu sejauh manusia adalah manusia,
dimanapun dia berada prinsip, nilai, dan norma moral itu akan tetap berlaku.
1. Utilitarisme
Utilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti bermanfaat´. Menurut teori
ini, suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi menfaat itu harus
menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Menurut suatu perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme
(utilitarianism) kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah
the greatest happiness of the greatest number, kebahagiaan terbesar dari jumlah
orang terbesar.
Terlepas dari daya tariknya, teori utilitarianisme juga mempunyai kelemahan, antara
lain:
3. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan
yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan
atau perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi,
karena hak berkaitan dengan kewajiban. Maka, teori hak pun cocok diterapkan
dengan suasana demokratis. Dalam arti, semua manusia dari berbagai lapisan
kehidupan harus mendapat perlakuan yang sama. Seperti yang diungkapkan
Immanuel Kant, bahwa manusia meruapakan suatu tujuan pada dirirnya (an end in
itself). Karena itu manusia harus selalu dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan
tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi tercapainya
suatu tujuan lain (Bertens, 2000).
4. Teori Keutamaan
Teori tipe terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap
atau akhlak seseorang. Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori
keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika sebelumnya yang terlalu berat
sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma. Keutamaan bisa
didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral, misalnya :
Kebijaksanaan, Keadilan, Kerendahan hati, Suka bekerja keras.
Pemikir besar Eropa dari kalangan kristen adalah Thomas Aquinas (1225-
1274). Menurut Aquinas, Tuhan adalah tujuan akhir manusia, karena Ia adalah nilai
tertinggi dan universal, dan karenanya kebahagiaan manusia tercapai apabila ia
memandang Tuhan.
Etika keagamaan tradisional didasarkan pada keyakinan terhadap tuhan dan
semesta moral. Sejumlah aliran eksistensialisme religius kontemporer menolak
teisme tradisional. Umumnya menolak bentuk supernaturalisme dan
otoritarianisme. Sebagai gantinya landasan non teistik disampaikan dalam etika
tillich; atau teologi radikal yang melihat agama secara sekuler karena "Tuhan telah
mati" membuat etika lebih bersifat humanistik dan universal, serta eksesistensial.
Bisnis dapat diartikan sebagai kegiatan memproduksi dan menjual barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kegiatan bisnis terjadi karena
keinginan untuk saling memenuhi kebutuhan hidup masing-masing manusia, dan
masing-masing pihak tentunya memperoleh keuntungan dari proses tersebut.
Ada lima prinsip etika bisnis menurut Keraf (1994:71-75) diantaranya adalah :
1. Prinsip Otonomi.
2. Prinsip Kejujuran.
Prinsip ini mengarahkan agar kita secara aktif dan maksimal berbuat baik atau
menguntungkan orang lain, dan apabila hal itu tidak bisa dilakukan, kita minimal
tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang lain atau mitra bisnis.
4. Prinsip Keadilan.
Prinsip ini menuntut agar kita memberikan apa yang menjadi hak seseorang
di mana prestasi dibalas dengan kontra prestasi yang sama nilainya.
5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri.
Beberapa prinsip etis dalam bisnis telah dikemukakan oleh Robert C.Solomon
(1993) dalam Bertens (2000), yang memfokuskan pada keutamaan pelaku bisnis
individual dan keutamaan pelaku bisnis pada taraf perusahaan. Berikut dijelaskan
keutamaan pelaku bisnis individual, yaitu:
a. Kejujuran
Kejujuran secara umum diakui sebagai keutamaan pertama dan paling penting
yang harus dimiliki pelaku bisnis. Orang yang memiliki keutamaan kejujuran tidak
akan berbohong atau menipu dalam transaksi bisnis. Pepatah kuno caveat emptor
yaitu hendaklah pembeli berhati-hati. Pepatah ini mengajak pembeli untuk bersikap
kritis untuk menghindarkan diri dari pelaku bisnis yang tidak jujur. Kejujuran
memang menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran, namun dalam dunia bisnis
terdapat aspek-aspek tertentu yang tetap harus menjadi rahasia. Dalam hal ini perlu
dicatat bahwa setiap informasi yang tidak benar belum tentu menyesatkan juga.
b. Fairness
Fairness adalah kesediaan untuk memberikan apa yang wajar kepada semua
orang dan dengan ”wajar” yang dimaksudkan apa yang bisa disetujui oleh semua
pihak yang terlibat dalam suatu transaksi.
c. Kepercayaan
d. Keuletan
Keutamaan keempat adalah keuletan, yang berarti pebisnis harus bertahan
dalam banyak situasi yang sulit. Ia harus sanggup mengadakan negosiasi yang
terkadang seru tentang proyek atau transaksi yang bernilai besar. Ia juga harus
berani mengambil risiko kecil ataupun besar, karena perkembangan banyak faktor
tidak diramalkan sebelumnya. Ada kalanya ia juga tidak luput dari gejolak besar
dalam usahanya. Keuletan dalam bisnis itu cukup dekat dengan keutamaan
keberanian moral.
Selanjutnya, empat keutamaan yang dimiliki orang bisnis pada taraf perusahaan,
yaitu:
a. Keramahan
b. Loyalitas
c. Kehormatan
d. Rasa Malu