Anda di halaman 1dari 9

Teori-Teori Etika dan Gambaran Umum

RMK Pertemuan Ke-1


Kelompok 8

Oleh:

Danielo Francis Wodong (1907311022)


A.A Dwina Pradnya Nariswara (1907311015)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
BAB I
PEMBUKAAN

A. Pentingnya Teori Etika

Teori Etika memiliki peranan penting dalam melegitimasi segala perbuatan dan
tindakan yang dilihat dari sudut pandang moralitas yang telah disepakati oleh
masyarakat. Dalam prakteknya, terkadang penerapan nilai etika hanya dilakukan
sebatas persetujuan atas standar moral yang telah disepakati untuk tidak dilanggar.
Norma moral yang menjadi standar masyarakat untuk menentukan baik buruknya
perilaku dan tindakan seseorang, terkadang hanya dianggap suatu aturan yang disetujui
bersama tanpa dipertimbangkan mengapa aturan-aturan moral tersebut harus kita
patuhi. Untuk itu, pemikiran-pemikiran yang lebih mendalam mengenai alasan-alasan
mengapa kita perlu berperilaku yang etis sesuai dengan norma-norma moral yang telah
disepakati, melahirkan suatu bentuk teori etika yang menyediakan kerangka untuk
memastikan benar tidaknya keputusan moral kita.
BAB II
PEMBAHASAN

Ada beberapa pendekatan dalam teori etika antara lain :

A. Teori Deontologi ( Etika Kewajiban )


Deontologi berasal dari bahasa Yunani, Deon yang berarti diharuskan, yang
wajib, sesuai dengan prosedur ( Magins, 1975:80; Pratley, 1997:173 ) . Teori
Deontologi menilai tindakan itu baik atau buruk berdasarkan aturan – aturan, prosedur,
atau kewajiban. Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak
secara baik. Misalnya memberikan pelayanan yang baik pada
konsumen,mengembalikan utang sesuai kesepakatan, dsb. Dalam menilai seluruh
tindakan, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari
segalanya.

Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi dalam menerapkan teori deontologi, yaitu :

1. Tindakan harus dijalankan berdasarkan aturan, prosedur, dan kewajiban


agar tindakan punya nilai moral.
2. Suatu tindakan sudah dinilai baik apabila dilaksanakan dengan niat baik,
walaupun tujuan tidak tercapai.
3. Dari 2 hal tersebut di atas , kewajiban adalah hal yang penting dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral
universal.

Yang termasuk dalam pandangan Teori Deontologi adalah :


a. Teori hak (right)
Teori hak merupakan aspek dari pendekatan deontologi, karena hak selalu
berkaitan dengan kewajiban. Manusia dalam kehidupannya memiliki berbagai
macam hak, yang di antaranya :
1. Hak Moral atau asasi yang mengidentifikasikan seluruh aktivitas atau
keinginan yang dapat secara bebas dilakukan tanpa dibatasi oleh norma
hukum. Misalnya hak untuk hidup
2. Hak Legal yang bersumber dari norma hukum dan dilindungi dalam
lingkungan yurisdiksi suatu system hukum.
3. Hak Warganegara, yaitu hak – hak yang dapat dinikmati sebagai warga
Negara, seperti hak memilih, dan dipilih.

b. Teori Keadilan (justice)


Memberikan seseorang apa yang menjadi haknya akan menyangkut aspek keadilan
( moral Justice ) yang juga menjadi perhatian dalam pendekatan deontologi
Ada 3 unsur dalam pengertian hakiki antara lain :
1. Keadilan tertuju pada orang lain.
2. Keadilan merupakan kewajiban dan harus dilaksanakan, karena berkaitan
dengan hak orang lain.
3. Keadilan menuntut persamaan ( equality )
c. Perhatian (Care)
Pendekatan lain yang ada dalam teori deontologi adalah Ethics of Care ( teori
memberi perhatian ), misalnya hubungan kekeluargaan, hubungan pertemanan,
dan hubungan yang terkait dengan pekerjaan. Dalam hal ini tidak semua hubungan
menimbulkan kewajiban moral untuk diberi perhatian. Menurut
Velasques ( Satyanugraha, 2003 : 86 ) etika perhatian memberi penekanan pada
dua tuntutan moral yaitu :
Setiap orang berada dalam suatu jaringan hubungan dan seharusnya
menjaga dan memelihara hubungan yang konkret dan bernilai dengan orang –
orang yang ada dalam jaringan

Contoh kasus dari etika deontologi :


1. Jika seseorang diberi tugas dan melaksanakannya sesuai dengan tugas
maka itu dianggap benar, sedang dikatakan salah jika tidak melaksanakan
tugas.
2. Suatu tindakan bisnis akan dinilai baik oleh etika deontology bukan
karena tindakan itu mendatangkan akibat baik bagi pelakunya melainkan
karena tindakan itu sejalan dengan kewajiban si pelaku untuk misalnya
menberikan pelayanan terbaik untuk semua konsumennya, untuk
mengembalikan hutangnya sesuai dengan perjanjian , untuk menawarkan
barang dan jasa dengan mutu sebanding dengan harganya.

B. Teori Teleologi
Teleologi berasal dari bahas kata Yunani telos,yang berarti akhir, tujuan, maksud,
dan logos yang berarti perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala
sesuatu dan segala kejadian menuju pada tujuan tertentu.
Etika teleologi mengukur baik dan buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan
yang ingin dicapai dengan tindakan itu atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh
tindakan itu. Artinya, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan baik
buruknya suatu tindakan yang dilakukan.
Teleologi mengerti benar mana yang benar, dan mana yang salah, tetapi itu bukan
ukuran yang terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Walaupun sebuah
tindakan dinilai salah menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka
tindakan itu dinilai baik. Namun dengan demikian, tujuan yang baik tetap harus diikuti
dengan tindakan yang benar menurut hukum.
Menurut Kant, setiap norma dan dan kewajiban moral tidak bisa berlaku begitu
saja dalam setiap situasi. Jadi, sejalan dengan pendapat Kant, etika teleologi lebih bersifat
situasional karena tujuan dan akibat suatu tindakan bisa sangat tergantung pada situasi
khusus tertentu.

Contoh kasus dari etika teleologi :


1. Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang sedang sakit.
Tindakan ini baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hukum
tindakan ini melanggar hukum sehingga etika teleologi lebih bersifat
situasional, karena tujuan dan akibatnya suatu tindakan bisa sangat
bergantung pada situasi khusus tertentu.

C. Etika Utilitarianisme
Etika Utilitarianisme berasal dari bahasa Latin, utilitas yang berarti kegunaan.
Etika ini menilai baik atau tidaknya sesuatu ditinjau dari segi kegunaan yang
didatangkannya.
Utilitarianisme merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan meminimalkan biaya
dan memaksimalkan keutungan. Dalan Etika ini juga mengorbakan prinsip keadilan dan
hak individu yang minoritas demi keuntungan sebagian orang.
Contoh kasus dari etika utilitarianisme :
“Sebuah kapal yang di dalamnya ada seorang bocah kabin dimakan karena
kebutuhan 3 awak kapal lainnya saat terdampar di pulau kering yang minim akan
kebutuhan pangan.”
Pandangan utilitarian adalah bahwa apa yang dilakukan oleh 3 pria itu dapat
dibenarkan secara moral karena lebih dari pasti mereka tidak akan bertahan cukup lama
untuk diselamatkan jika tidak melakukannya.
3 nyawa manusia terhindar dari harga satu. Ketiga pria tersebut diberi salah satu
kesenangan terbesar untuk hidup dengan mengorbankan seseorang yang mengalami
salah satu ketidaksenangan terbesar yaitu kematian. Dengan demikian sebagai hasil
keputusan mereka, kebahagiaan dimaksimalkan.
Kebanyakan orang akan setuju bahwa apa yang dilakukan 3 orang itu benar pada
akhir acara, dunia melihat 3 orang bahagia dan satu tidak bahagia daripada 4 orang mati.
Selain itu, ketiga pria tersebut dapat kembali bekerja dan berkontribusi kembali ke
masyarakat, yang juga memberi manfaat bagi dunia secara keseluruhan.

D. Hakikat Bisnis
Hakikat bisnis adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia ( produk atau
jasa ) yang bermanfaat bagi masyarakat. Businessman (Seorang pebisnis) akan selalu
melihat adanya kebutuhan masyarakat dan kemudian mencoba untuk melayani secara
baik sehingga masyarakat menjadi puas dan senang. Dari kepuasan masyarakat itulah si
pebisnis akan mendapatkan keuntungan dan pengembangan usahanya.
Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau
jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata
bisnis berasal dari bahasa Inggris yaitu “business” , dari kata dasar “busy” yang berarti
“sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian sibuk
mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Hakikat Bisnis adalah Kebutuhan Manusia yang berupa barang dan jasa yang
harus terpenuhi kebutuhannya dengan usaha mendapatkan alat pembayarannya yaitu
uang atau tukar-menukar barang (barter) yang saling menguntungkan antar kedua belah
pihak.
Hakikat bisnis adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia, organisasi
ataupun masyarakat luas. Businessman (seorang pebisnis) akan selalu melihat adanya
kebutuhan masyarakat dan kemudian mencoba untuk melayaninya secara baik sehingga
masyarakat menjadi puas dan senang. Dari kepuasan masyarakat itulah si pebinisnis
akan mendapatkan keuntungan dan pengembangan usahanya.

E. Pergeseran Paradima dari Stockholder ke Shareholder

Shareholders atau stockholders paradigm merupakan sebuah paradigma dimana


Chief Executive Officer(CEO) berorientasi pada kepentingan pemegang saham. Pihak
manajemen sebagai pemegang mandat(agency) berusaha memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya untuk menyenangkan dan meningkatkan kemakmuran pemegang
saham(principal). Seakan-akan pemegang saham merupakan pihak yang paling
berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan. Orientasi seperti ini, mengakibatkan
evaluasi yang dilakukan atas pengelolaan bisnis hanya dilihat dari aspek financial.
Prestasi manajemen hanya dilihat dari kemampuannya menghasilkan laba. Hal ini
mendorong manajemen menghalalkan berbagai cara demi mengejar keuntungan.
Tindakan demikian mengakibatkan adanya pihak-pihak lain yang dirugikan.
Paradigma shareholders kemudian mengalami pergeseran, karena pada
kenyataannya manajemen dihadapkan pada banyak kepentingan yang pengaruhnya perlu
diperhitungkan dengan seksama. Bagaimanapun juga dalam kegiatan bisnis akhirnya
muncul kesadaran bahwa dalam usaha memperoleh laba, selain shareholders wajib juga
diperhatikan kepentingan pihak-pihak lain yang terkena dampak kegiatan bisnis. Pihak
berkepentingan(stakeholders) adalah individu atau kelompok yang dapat dipengaruhi
atau mempengaruhi tindakan, keputusan, kebijakan, praktek, dan tujuan organisasi bisnis.
Perusahaan berdiri ditengah-tengah lingkungan. Lingkungan merupakan satu-satunya
alasan mengapa bisnis itu ada.
Pendekatan stakeholders terutama memetakan hubungan-hubungan yang terjalin
dalam kegiatan bisnis pada umumnya. Pendekatan ini berusaha memberikan kesadaran
bahwa bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak
terkait yang berkepentingan dengan suatu kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan, dan
dihargai. Pendekatan ini bermuara pada prinsip tidak merugikan hak dan kepentingan
pihak manapun dalam kegiatan bisnis. Hal ini menuntut agar bisnis dijalankan secara
baik dan etis demi hak dan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan
bisnis.

Pada Umumnya stakeholders dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu:


1. Kelompok Primer.
Kelompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham(shareholders), kreditur,
penyalur dan pesaing atau rekanan. Yang paling penting diperhatikan dalam suatu
kegiatan bisnis tentu saja adalah kelompok primer karena hidup matinya atau
berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan sangat ditentukan oleh relasi yang saling
menguntungkan yang dijalin dengan kelompok primer tersebut. Demi keberhasilan
dan kelangsungan bisnis, perusahaan tidak boleh merugikan satupun kelompok
stakeholders primer di atas.
Dengan kata lain, perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis
dengan kelompok tersebut:jujur, bertanggungjawab dalam penawaran barang dan
jasa, bersikap adil terhadap mereka, dan saling memahami satu sama lain. Di sinilah
kita menemukan bahwa prinsip etika menemukan tempat penerapannya yang paling
konkret dan sangat sejalan dengan kepentingan bisnis untuk mencari keuntungan.

2. Kelompok sekunder.
Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat,pemerintah
asing,kelompok sosial,media massa,kelompok pendukung,masyarakat pada umumnya
dan masyarakat setempat.
Dalam situasi tertentu kelompok sekunder bisa sangat penting bahkan bisa
jauh lebih penting dari kelompok primer, karena itu sangat perlu diperhitungkan dan
dijaga kepentingan mereka.
Misalnya kelompok sosial semacam LSM, baik dibidang lingkungan hidup,
kehutanan, maupun hak masyarakat lokal. Demikian pula pemerintah nasional maupun
asing. Juga, media massa dan masyarakat setempat. Dalam kondisi sosial, ekonomi,
politik semacam Indonesia, masyarakat setempat bisa sangat mempengaruhi hidup
matinya suatu perusahaan.
Ketika suatu perusahaan beroperasi tanpa memberikan kesejahteraan, nilai
budaya, sarana dan prasarana lokal, lapangan kerja setempat dan seterusnya, akan
menimbulkan suasana sosial yang tidak kondusif dan tidak stabil bagi kelangsungan
bisnis perusahaan tersebut.
Jika ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnya, maka perusahaan harus
pandai menangani dan memperhatikan kepentingan kedua kelompok stakeholders
tersebut secara berimbang. Perusahaan dituntut untuk tidak hanya memperhatikan
kinerja dari aspek keuangan semata, melainkan juga dari aspek-aspek lain secara
berimbang.
BAB III
KESIMPULAN

Teori Etika menyediakan kerangka untuk memastikan benar tidaknya keputusan


moral kita. Norma moral yang menjadi standar masyarakat untuk menentukan baik
buruknya perilaku dan tindakan seseorang, terkadang hanya dianggap suatu aturan yang
disetujui bersama tanpa dipertimbangkan mengapa aturan-aturan moral tersebut harus
kita patuhi. Menurut teori Etika Denteologi suatu tindakan itu bernilai moral karena
tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang memang harus dilaksanakan
terlepas dari tujuan atau akibat tindakan itu. Teori Etika Teleologi menilai suatu
tindakan itu baik atau buruk dari sudut tujuan,hasil,sasaran atau keadaan optimim yang
dapat dicapai. Sedangkan menurut Teori Teori Utilitarianime menyatakan bahwa
tindakan yang benar dalam situasi adalah tindakan yang menghasilkan utilitas besar
dibandingkan kemungkinan tindakan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://ruehanafi.blogspot.com/2014/06/pengertian-dan-pentingnya-teori-etika.html

Sutrisna Dewi, 2011, Etika Bisnis: Konsep Dasar Implementasi & Kasus, Cetakan Pertama,
Denpasar, Udayana University Press

Anda mungkin juga menyukai